Oleh:
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
memperhatikan beberapa hal. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
menyediakan akses atau jalur yang mudah bagi pelanggan untuk menyampaikan
kritik, komentar maupun saran mereka mengenai layanan yang didapatkan di
instansi tersebut.
House of Quality telah digunakan pada beberapa instansi kesehatan.
Sebagai contoh, pada Rumah Sakit Darus Syifa’ yang menggunakan metode
tersebut untuk melakukan pengelolaan guna menghasilkan pelayanan yang
bermutu, efisien dan efektif sehingga mampu untuk menumbuhkan rasa loyalty
yang dimiliki oleh pelanggan. Penelitian dilakukan karena adanya keluhan pada
pengguna atau pasien. Keluhan tersebut meningkat seiringa dengan peningkatan
kelas dari ruang rawat inap. Peningkatan keluhan pasien rawat inap sebesar 4,37%
terjadi pada kelas III ke kelas II, sedangkan peningkatan sebasar 1,30% terjadi dari
kelas II ke kalas I dan peningkatan dari kelas I ke VIP sebesar 4,7%(Widodo, 2006).
Adanya keluhan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan pengguna
atau pelanggan rumah sakit. Oleh sebab itu diperlukan adanya penelitian lebih
lanjut mengenai harapan pelanggan terhadap produk jasa yang dihasilkan oleh
instansi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penerapan House of Quality di bidang rawat inap rumah
sakit
2. Untuk mengetahui cara penggunaan House of Quality menggunakan
aplikasi microsoft word excel
2
1.4 Manfaat
1. Bagi Universitas
Artikel ini bermanfaat untuk menambah reverensi pengetahuan terutama
yang berhubungan dengan penggunaan metode House of Quality sebagai
upaya untuk pembuatan produk barang maupun jasa yang sesuai dengan
kebutuhan atau harapan dari konsumen.
2. Bagi Mahasiswa
Artikel ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam
penggunaan metode house of quality, khususnya di bidang kesehatan yang
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat di bidang jasa.
3. Bagi Masyarakat
Artikel ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat
mengei pentingnya pendapat atau masukan yang diberikan kepada instansi
pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
mereka.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
perbaikan (Improvement Ratio), Titik jual (Sales Point), Raw weight, dan
Normalized raw weight, Penyusunan kepentingan teknik, Penentuan hubungan
antara kebutuhan konsumen dengan kepentingan teknik, dan Penentuan prioritas.
Menurut Gaspersz (2001) dalam Suhendar & Suroto (2014), alat utama dari
Quality Function Deployment adalah matrik, dimana semua hasilnya dicapai
melalui penggunaan tim antar departemen atau fungsional dengan mengumpulkan,
mengintrepretasikan, mendokumentasikan dan memprioritaskan kebutuhan-
kebutuhan pelanggan. Titik awal (starting point) Quality Function Deployment
adalah pelanggan serta keinginan dan kebutuhan dari pelanggan. Dalam Quality
Function Deployment hal ini disebut voice of the customer.. Proses Quality
Function Deployment dimulai dengan pengumpulan voice of the customer. Adapun
langkah dalam melakukan pengumpulan voice of the customer adalah sebagai
berikut :
1. Mengklasifikasi kebutuhan pelanggan
Berdasarkan stated importance dan revealed importanc, kebutuhan
pelanggan diklasifikasikan menjadi 4 katagori:
a) Kebutuhan yang diharapkan (expected needs)
“High stated importance dan Low revealed importanc”.
b) Kebutuhan impact rendah (low-impat needs)
“Low stated importance dan Low revealed importance”.
c) Kebutuhan impact tinggi (high-impact needs)
“High stated importance dan High revealed importance”
d) Kebutuhan yang tersembunyi (hidden needs)
“Low stated importance dan High revealed importance”.
2. Mengumpulkan data kualitatif
Untuk membuat keputusan perancangan yang sesuai dengan kebutuhan
customer maka organisasi harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari
customer. Organisasi harus bisa membedakan kebutuhan customer
sesungguhnya dengan solusi teknisnya.
3. Analisa data pelanggan
Proses analisa data pelanggan ini akan menghasilkan diagram afinitas,
dimana langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
5
a) Identifikasi frase yang mewakili kebutuhan konsumen dengan
menggunakan pernyataan dari pengalaman konkrit.
b) Pilih tingkatan untuk mewakili keinginan atau kebutuhan konsumen
dalam rumah kualitas (house of quality).
c) Buat diagram Afinitas. Diagram afinitas merupakan alat yang
digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang bersifat kualitatif
dan terstruktur secara hierarkis (bottom up).
d) Mengurutkan frase-frase menjadi kebutuhan konsumen
sesungguhnya (true customer need) menggunakan voice of customer
table.
4. Kuantifikasi data
Setelah diagram afinitas terbentuk, maka selanjutnya adalah
mengkuantifikasikan data. Data yang dibutuhkan untuk proses Quality
Function Deployment adalah:
a) Kepentingan relatif dari kebutuhan-kebutuhan tersebut
b) Tingkat performansi kepuasan konsumen untuk masing-masing
kebutuhan/keinginan
5. Afinity diagram
Dalam proses Quality Function Deployment, kebutuhan/keinginan
konsumen diatur dalam diagram afinitas. Diagram afinitas digunakan untuk
mengumpulkan dan mengorganisir fakta-fakta, opini dan ide-ide.
Disamping itu juga memacu kreativitas yang mendorong ekspresi batas dari
fakta dan opini serta kondisi perusahaan, mengelompokkan elemen-elemen
informasi tersebut sesuai dengan kesamaan dan pertaliannya. Konstruksi
diagram afinitas membutuhkan bentuk brainstorming dengan hasil sebuah
grafik. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam pembuatan
diagram afinitas adalah:
a) Memilih tema/tujuan yang mungkin ditekankan sebagai masalah
b) Mengumpulkan ide-ide (true customer needs) dan memasukkannya
kedalam kartu-kartu dan disosialisasikan kepada seluruh anggota
tim.
6
c) Mengelompokkan kartu-kartu ke suatu kotak berdasarkan
kesesuaian ide. Pada langkah ini mungkin saja suatu ide tidak hanya
masuk kedalam suatu kotak, tetapi juga masuk ke kotak-kotak
lainnya tergantung tingkat kesesuaian terhadap pengelompokkan
ide.
d) Proses sorting, dimana melakukan sorting pada langkah ketiga
sehingga ide-ide benar-benar masuk pada kelompok yang sesuai.
e) Membuat nama bagi pengelompokkan ide yang telah didapat yang
mewakili elemen-elemen pada suatu kelompok.
f) Melakukan leveling terhadap setiap kelompok sehingga diperoleh
level mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Setelah melakukan pengumpulan voice of the customer, selanjutnya adalah 4
aktivitas utama yaitu:
1) Perencanaan Produk (Product Planning), yaitu menerjemahkan kebutuhan-
kebutuhan pelanggan kedalam kebutuhan- kebutuhan teknik (technical
requirements).
2) Desain Produk (Product Design), yaitu menerjemahkan kebutuhan-
kebutuhan teknik kedalam karakteristik komponen.
3) Perencanaan Proses (Process Planning), yaitu mengedentifikasikan
langkah-langkah proses dan parameter-parameter serta menerjemahkan
kedalam karakteristik proses.
4) Perencanaan Pengendalian Proses (Process Planning Control), yaitu
menetapkan atau menetukan metode-metode pengendalian untuk
mengendalikan karakteristik proses.
7
instansi tersebut (Hauser, 1993). House of quality atau yang biasa disebut dengan
rumah yang berkualitas memiliki banyak komponna atau bagian di dalamnya.
Komponen tersebut meliputi customer needs, design attributes, relationship
between customer needs and design attributes dan lain sebagainya. Bagian-bagain
tersebut saling berhubungan yang pada akhirnya akan membentuk prioritas
perbaikan yang akan dilakukan pada produk barang atau jasa (Hauser, 1993).
E
Technical correlations
(Korelasi teknik, hubungan dan
keterangan antara respon teknik)
C
Technical response
(Parameter teknik, pengembangan bahasa
pelanggan)
A B
D
Customer need and Planning matriks
Relationship
benefit (Matrika perencana)
Hubungan antara parameter teknik dengan
(Kebutuhan dan - Persaingan
kebutuhan dan keinginan pelangan
harapan pelanggan) - Nilai target
- Rasio perbaikan
- Nilai penjualan
- Bobot perencana
F
Technical matriks
(Prioritas tanggapan teknik, target teknis,
benchmarking)
8
menggunakan struktur QFD. Pada House Of Quality terdapat WHATs yang
merupakan customer requirement atau voice of custemer, HOWs merupakan
technical requirement, matrik hubungan competitive assesment (konsumen dan
teknis) (Wicaksono, 2013).
Matriks House of Quality atau rumah kualitas merupakan alat yang
digunakan untuk menggunakan struktur QFD. Penerapan metode QFD memiliki
hasil akhir berupa matriks House of Quality. Sedangkan matriks House of Quality
merupakan matriks yang berbentuk rumah (Tony Wijaya, 2011; Wicaksono, 2013).
HOQ (House of Quality) merupakan matriks yang berbentuk rumah untuk
mengkonversi voice of customer terhadap spesifikasi teknik atau persyaratan teknik
dari produk yang telah dihasilkan suatau industry atau instansi. House of quality
membantu mendefinisikan hubungan antara keinginan konsumen terhadap produk
yang dihasilkan oleh pihak produsen atau perusahaan.
9
di salah satu Rumah Sakit di daerah Medan. Penelitian dilakukan pada pelayanan
jasa rawat inap yang menangani pasien dengan pengobatan rawat inap. Hasil
penelitian menunjukkan adanya gap yang dirasakan oleh pelanggan. Gap
merupakan kesenjangan yang terjadi antara persepsi dan harapan yang dirasakan
oleh pelanggan. Pada rumah sakit tersebut ditemukan adanya gap yang bernilai
negative, yang berarti semakin besar nilai negative yang dihasilkan maka semakin
besar gap yang diberikan pada variabel tersebut. Oleh sebab itu dibutuhkan
perbaikan sesegera mungkin untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.
Jumlah gap yang diperoleh pada hasil penelitian berjumlah 16 variabel pelayanan.
Salah satu variabel yang harus segera diperbaiki adalah jam kunjungan dokter yang
tepat waktu dengan gap sebesar -1,686. Penelitian serupa mengenai gap pada
pelaanan kesehatan juga dilakukan oleh (Dewi, et al., 2011) yang melakukan
penelitian di GMC Health Center Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
adanya gap atau kesenjangan yang bernilai negative pada aspek kefarmasian. Gap
tersebut terletak pada kelengkapan persediaan obat‐obatan di GMC. Kondisi
tersebut menunjukkan adanya ketidak sesuaian pengolahan persediaan obat di unit
farmasi. Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa penelitian yang
berhubungan dengan customer requirement harus terus dilakukan guna menjada
mutu pelayanan yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan kepada pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh (Widodo, 2006) di Rumah Sakit Islam Darus Syifa’
menunjukkan adanya masalah mengenai tingginya angka keluhan pasien di ruang
rawat inap rumah sakit. Tingginya keluhan tersebut karena adanya factor internal
dan eksternal organisasi. Factor internal terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Faktor SDM
a. Pengetahuan dan kemampuan teknis
b. Motivasi
c. Kinerja
d. Komitmen
e. Keterampilan
f. Kerjasama tim
g. Eksprit de Corps
h. Pemberdayaan
10
i. Pelatihan
j. Sikap
k. Penampilan
2. Faktor Organisasi dan Manajemen
a. Kepemimpinan
b. Supervisi
c. Kebijakan dan prosedur
d. Atensi manajemen
e. Produk/jasa
f. Promosi/pemasaran
g. Fasilitas/sarana
h. Standarisasi
i. Citra
j. Komunikasi
k. Tarif/harga
Faktor eksternal terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1. Faktor Pasien
a. Karakteristik
b. Persepsi
c. Harapan
d. Kebutuhan
e. Pengalaman
f. Sikap
g. Pengetahuan dan keyakinan
h. Rekomendasi gethok tular
2. Faktor Pesaing
a. Lokasi RS
b. Transportasi
c. RS Pesaing
Semua factor tersebut akan mempengaruhi tingginya keluhan pasien di Rumah
Sakit Islam Darus Syifa’.
11
BAB 3
Voice of Costumer
Customer Needs
House of Quality
Rekomendasi Kualitas
Jasa
12
sesuai dan memperhatikan selera dan keinginan dari pelanggan. Berikut ini
merupakan kerangka konseptual house of quality
13
memproduksi dan merancang suatu barang atau jasa yang sesuai dengan keinginan
pelanggan.
Hubungan
Target
antara variabel
performasi performasi
14
Penilaian performansi mengenai kekuatan atau kelemahan rencana
pengembangan sekolah.
15
Penyusunan tersebut dilakukan menggunakan dasar dari penilaian hasil
data dari tahap II yaitu pengumpulan dan pemetaan suara pelanggan.
b. Langkah 2 (Penyusunan Technical/Design Requirement)
Pada tahap ini, manajemen dan tim rekayasa teknis menetapkan suatu
karakteristik kualitas yang akan dicapai. Tahap ini merupakan suatau
transformasi dari kebutuhan pelangaan di rawat inap yang bersifat non
teknis menjadi data yang bersifat teknis.
c. Langkah 3 (Menentukan Hubungan/ Relationship)
Pada tahap ini dilakukan penentuan kekuatan hubungan anatara
technical design requirement (DR) dengan customer,s requirement (CR)
kebutuhan pelanggan di ruang rawat inap rumah sakit. Selanjutnya
dilakukan penentuan kuat lemahnya hubungan yang terjadi. Sebagai
contoh hubungan yang sangat kuat, sedang, tidak kuat atau bahkan tidak
ada korelasi diantara keduanya. Kegiatan tersebut ilakukan dengan
metode pembobotan dan skoring serta dilakukan simbol untuk
memudahkan dalam proses intepretasi.
d. Langkah 4 (Penyusunan Perencanaan dan Upaya)
Pada tahan ini dilakukan pembuatan perencanaan yang didasarkan pada
tahap ke-3 dengan melihat besarnya prioritas serta didasarkan pada
kemampuan rumah sakit. Langkah terakhir pada pengukuran adalah
analisa dan intepretasi bobot kepentingan masing-masing data rekayasa
teknis terhadap data kebutuhan ppelanggan serta menentukan prioritas
dari data rekayasa teknis tersebut yang tentu saja sesuai dengan
kemampuan pelayanan di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Darus
Syifa’.
3.5 Mariks House of Quality
Matriks tersebut digunakan untuk menghubungakan dan menyusun
kebutuhan dan keinginan pasien terhadap pelayanan petugas yang meliputi petugas
medis, petugas keperawatan, petugas penunjang medis dan petugas penunjang non
medis didasarkan pada skor dan rankingnya. Terdapat beberpa aspek yang
dilakukan pnilaian pada penelitian, yaitu:
16
1. Karakteristik pasien dinilai dengan melihat kolom identifikasi pasien pada
kuesioner.
2. Harapan, tingkat kepentingan dan penilaian pasein diukur menggunakan
kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner SERVQUAL dan Paransuranman
(1994) yang dikombinasikan dengan aspek dari Philip Kotler (1994) dan
dimodifikasi oleh peneliti.
Tabel 1. Variabel pada kuesioner
No Variable Uraian
1 Tangibles 1. Penampilan pakaian petugas yang bersih
2. Penampilan pekaian petugas yang rapih
3. Penggunaan atribut pengenal petugas mudah dikenali
2 Responsiveness 1. Kemudahan petugas dihubungi melalui telpon
2. Kemudahan petugas bisa datang setiap saaat
3. Kecepatan petugas menangani pasien pertama kali
datang
4. Waktu menunggu pelayanan petugas pada penanganan
pertama tidak lebih dari 5 menit
5. Kecepatan petugas melakukan tindakan
6. Kecepatan petugas memberi informasi setiap
perkembangan penyakit
7. Kecepatan pemberian informasi atas setiap rencana
tindakan/pengobatan
8. Kecepatan petugas menganalisa dan menegakkan
diagnose penyakit
3 Reliability 1. Kemampuan petugas dalam menangani penyakit
2. Kemampuan petugas mengkomunikasikan penyakit
3. Penanganan petugas terhadap penyakit yang tepat
4. Visitie petugas tepat sesuai waktu yang dijadwalkan
5. Keberadaan petugas yang selalu ada
6. Kemampuan petugas dalam menentukan diagnosis
penyakit
7. Ketrampilan petugas melakukan tindakan
17
8. Kemampuan petugas memberikan rasa aman terhadap
tindakan yang dilakukan.
9. Ketelitian petugas pada saat melakukan pemeriksaan
10. Kemampuan petugas menjelaskan penyakit mudah
dimengerti
4 Emphaty 1. Perhatian yang sungguh-sungguh dari petugas
2. Kesabaran petugas dalam memberikan pelayanan
3. Petugas menghormati hak dan pendapat
4. Petugas memberikan perhatian khusus
5. Petugas memperhatikan keluhan
6. Petugas tidak membedakan status sosial
7. Waktu yang disediakan untuk berkonsultasi
5 Keramahan 1. Gambaran raut muka yang baik
2. Kesopanan petugas dalam bertuturkata
3. Perilaku petugas yang ramah
6 Daya tanggap 1. Prosedur untuk berkomunikasi dengan petugas tidak
sulit
2. Petugas tanggap terhadap keluhan
3. Kesediaan petugas menerima pendapat
4. Petgas cepat merespon permintaan
Sumber: Widodo, 2006
Pertanyaan pada kuesioner meupakan jenis pertanyaan yang tertutup dengan skala
sebagai berikut:
a. Untuk pilihan jawaban pertanyaan pasien tentang harapannya terdapat atribut
kualitas pelayanan dari petugas menggunakan skala penilaian sebagai berikut:
Tabel 2. pilihan jawaban dan interpretasi skala kuesioner
berdasarkan harapan pasien
No Pilihan Jawaban Intepretasi Skala
1 Sangat Tidak Diharapka (STD) 1
2 Tidak Diharapkan (TD) 2
3 Cukup Diharapkan (CD) 3
4 Diharapkan (D) 4
18
5 Sangat Diharapkan (SD) 5
Sumber: Widodo, 2006
b. Untuk pilihan jawaban pertanyaan pasien tentang tingkat kepentingannya
atribut kualitas pelayanan dari petugas menggunakan skala penilaian sebagai
berikut ini:
Tabel 3. Pilihan jawaban dan intepretasi skala kuesioner
berdasarkan kepentingan pasien
No Pilihan Jawaban Intepretasi Skala
1 Sangat Tidak Penting (STP) 1
2 Tidak Penting (TP) 2
3 Cukup Penting (CP) 3
4 Pening (P) 4
5 Sangat Pening (SP) 5
Sumber: Widodo, 2006
19
Tabel 5. pilihan jawaban dan intepretasi skala rating kuesioner
berdasarkan penilaian pasien
No Pilihan Jawaban Skala Cohen Intepretasi
1 0-3 Hubungan lemah
2 3-6 Hubungan sedang
3 6-9 Hubungan kuat
Sumber: Widodo, 2006
20
Informasi tersebut diperoleh dari wawancara atau kuesioner yang
dilakukan kepada responden. Informasi tersebut berisi mengenai tingkat
kepentingan dari setiap kebutuhan pelanggan. Kategori nilai dapat
disajikan dalam bentuk skala rating:
1=sangat tidak penting
2=sedikit penting
3=cukup penting
4=penting
5=sangat penting
b. Customer statisfaction performance
Merupakan penilain pelanggan terhadap produk atau jasa yang dimiliki
oleh suatu organisasi. Metode yang dapat digunakan untuk memperoleh
informasi tersebut adalah melalui wawancara atau kuesioner yang
dilakukan pada responden. Tingkat kepuasan dari pelangan dinyatakan
dalam bentu performance level dengan skala 1-5.
c. Competitive satisfaction performance
Competitive satisfaction performance berisi mengenai kepuasan
pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa dari suatu organisasi.
Pada bagian ini memiliki skala rating 1-5.
d. Goal
Goal berisi harapan dari suatu organisasi untuk memenuhi kebutuhan
atau keinginan pelanggan. Goal dapat diartikan sebagai penilain pemberi
pelayanan terhadap tingkat kepuasan pelanggan. Nilai goal ditentukan
oleh organisasi melalui berbagai macam pertimbangan. Pertimbangan
tersebut dapat berasal dari Nominal Group Technique (NGT) atau berasal
dari kesepakatan antara manajemen.
e. Improvement ratio
Rasio perbaikan merupakan perbandingan antara tingkat kepuasan
pelanggan terhadap produk atau jasa yang telah diberikan dengan sasaran
yang dicapai. Improvement ratio memiliki rumus sebagai berikut:
21
𝐺𝑜𝑎𝑙
𝐼𝑚𝑝𝑟𝑜𝑣𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝐶𝑢𝑠𝑡𝑜𝑚𝑒𝑟 𝑠𝑎𝑡𝑖𝑠𝑓𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑛𝑐𝑒
22
dapat mendeskripsikan desain aplikasi dan layanan produk atau jasa yang
dirancang.
5. Menghubungkan respon teknis dan kebutuhan pelanggan (relationship)
Merupakan matriks yang menghubungkan respon teknis dengan keinginan dan
kebutuhan pelanggan. Pada matriks ini berisi keputusan tim kerja terhadap
tingkat kekuatan hubungan pada masing-masing elemen antara respon teknik
organisasi dan kebutuhan dari pelanggan. Pada lemen ini menggunakan metode
matriks kualitas. Adapuun nilai hubungan sebagai berikut:
9=menunjukkan adanya hubungan yang kuat
3=menunjukkan adanya hubungan yang sedang
1=menunjukkan adanya hubungan yang lemah
0=menunjukkan tidak ada hubungan
6. Menentukan hubungan antara respon teknis (technical correlations)
Kolom pada bagian ini berisi penilaian tim kerja terhadap hubungan antar
elemen-elemen respon teknis organisasi. Manajemen organisasi akan
menentukan kuat atau lemahnya hubungan yang terjadi. Hasil korelasi diantara
matriks akan mempengaruhi pada pengambilan keputusan pada perbaikan
disetiap elemen yang berkorelasi. Keadaan tersebut dapat menjadi peluang yang
dapat dikembangkan. Respon teknis dapat berupa symbol berikut ini:
Simbol Keterangan
Hubungan positif
kuat
Hubungan positif
sedang
Tidak ada
hubungan
Hubungan negative
sedang
Hubungan negative
kuat
23
7. Penyusunan matriks teknis (technical matriks)
Merupakan bagian terakhir dari HOQ yang akan merangkum atau
menyimpulkan seluruh data yang diperoleh. Pada matriks ini memuat informasi
mengenai prioritas respon teknis yang diperoleh dari pengalian antara
numerical value dalam relationship dengan normalized raw weight.
24
BAB 4
Langkah Pengukuran
25
Tabel 6. skor bobot mentah (raw weight) dan bobot bersih (net/normalized
weight) atribut kualitas pelayanan penunjang non medis di ruang rawat inap
RSI Darus Syifa
NO Uraian Harapan (H) Penilaian (P) Gap (P-H) Mean kepentingan
A Tangibles
1 Penampilan pakaian petugas gizi, kebersihan dan parkir bersih 3.9343 4.0876 0.1533 3.9562
2 penampilan pakaian petugas gizi, kebersihan dan parkir rapi 4.0438 4.1241 0.0803 3.9635
3 Penggunaan pengenal (papan nama) petugas gizi, kebersihan dan parkir mudah dikenali 4.2482 4.1241 -0.1241 4.1168
B Responsiveness
1 Kecepatan petugas gizi mendistribusikan makanan 4.5255 3.7299 -0.7956 3.8029
2 keterlambatan penerimaan makanan tidak lebih dari 15 menit 4.4088 4.6423 0.2335 4.0949
3 kecepatan petugas kebersihan 4.2409 4.0146 -0.2263 4.146
4 waktu menunggu pembersihan tidak lebih dari 15 menit 4.4088 3.5401 -0.8687 3.9781
5 kesediaan petugas kebersihan dipanggil setiap saat 4.2628 3.6423 -0.6205 3.9854
6 petugas kebersihan segera membersihkan ruangan 4.2919 3.9416 -0.3503 3.9489
7 kecepatan petugas parkir 3.8978 4.1095 0.2117 3.9489
8 petgas parkir membantu mengatur kendaraan tanpa diminta 4.1533 3.8029 -0.3504 3.9927
C Reliability
1 Kemampuan petugas gizi mempersiapkan menu 4.5111 4.2336 -0.2775 3.8759
2 kemampuan petugas gizi mengkomunikasikan cara diit pasien 4.0584 3.0584 -1 4.4453
3 rasa aman mengkonsumsi makanan 4.3723 4.2044 -0.1679 3.7883
4 ketepatan jadal pemberian makan 4.3066 3.8613 -0.4453 3.562
5 kemampuan petugas laboratorium mengintepretasikan hasil pemeriksaan 4.2774 3.8613 -0.4161 4.0438
6 petugas kebersihan menjaga kebersihan 4.1606 3.5839 -0.5767 3.7956
7 keterampilan petugas kebersihan membersihkan 4.438 4.2846 -0.1534 3.9124
8 petugas kebersihan membersihkan ruangan sesuai jadwal 3.9928 4.2262 0.2334 3.708
9 rasa aman terhadap kendaraan parkir 4.1898 4.1679 -0.0219 3.9562
10 petugas parkir bertanggung jawab atas keamanan kendaraan 4.0219 4.365 0.3431 3.5972
D Empathy
1 perhatian yang sungguh-sungguh petugas gizi terhadap pengelolaan dan penyajian makanan 4.2117 3.7299 -0.4818 3.949
2 ketersediaan waktu petugas gizi berkonsultasi 4.2043 3.8029 -0.4014 4.1971
3 kesabaran petugas laboratorium mendengarkan keluhan pasien 4.4016 4.3212 -0.0804 4.1679
4 petugas parkir menjaga keamanan 24 jam 4.3577 4.2336 -0.1241 3.8467
5 petugas kebersihan tidak ribut saat membersihkan 4.1022 4.4307 0.3285 3.9124
6 petugas kebersihn memperhatikan keluhan 4.1022 4.635 0.5328 3.8175
7 petugas kebersihan memperlakukan pasien baik dan tidak kasar 4 4.1241 0.1241 3.8321
E Keramahan
1 petugas gizi memperlihatkan raut muka baik dan senyum 4.438 4.5547 0.1167 3.7518
2 kesopanan petugas kebersihan bertutur kata 4.3577 3.927 -0.4307 3.9635
3 perilaku petugas parkir ramah terhadap pasien 4.365 4.0365 -0.3285 3.506
F Daya Tangkap
1 produser melakukan komplain terhadap menu makanan/gizi mudah 4.3212 3.7737 -0.5475 4.146
2 petugas gizi cepat merespon bila terdapat keluhan 4.2482 3.7737 -0.4745 4.0365
3 petugas kebersihan cepat membersihkan ruangan tanpa diminta 4.0657 3.9854 -0.0803 4.099
4 petugas parkir dengan cepat akan membantu tanpa diminta 4.3723 4.1825 -0.1898 4.2409
26
Dari hasil perhitungan menunjukkan adanya skor mean tertinggi pada harapan
pasien terletak pada pernyataan harapan pasien terhadap kecepatan petugas gizi
dalam pendistribusian makanan. Sedangkan, skor mena tertinggi pada kemampuan
petugas gizi dalam mengkomunikasikan cara diit pasien. Apabila dilihat dari segi
dimensi, maka sebagian besar pasien mengharapkan keramahan petugas atau pada
dimensi responsiveness dan daya tanggap.
2. Menentukan rasio perbaikan (improvement ratio) kualitas pelayanan
petugas penunjang non medis (gizi, kebersihan dan parkir)
Rasio perbaikan perlu diketahui untuk menentukan tingkat perbaikan yang
akan dilakukan. Sebagai contoh rasio perbaikan dalam kategori 1 artinya tidak perlu
perubahan atau terdapat hambatan yang sangat ringan), hambatan sedang terletak
pada kategori 2 dan pada kategori 3 tingkat hambatan yang dimiliki sulit dan besar.
Maka dapat dilakukan perhitungan dengan excel sebagai berikut.
27
Tabel 7. improvement ratio kualitas pelayanan petugas non medis
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar improvement ratio di
layanan rawat inap berada pada kategori 1. Artinya apabila dilakukan perubahan
maka tidak diperlukan perubahan dan terdapat hambatan yang sangat ringan.
Sedangkan dimensi yang berasa pada kategori 2 yaitu responsiveness dan
reliability.
28
3. Menentukan bobot mentah dan bobot bersih padapetugas non medis
29
Tabel 8. skor bobot mentah (raw weight) dan bobot bersih (normalized
weight) atribut kualitas pelayanan penunjangn non medis
30
rendah berada pada dimensi reliability, responsiveness, empati, daya tanggap,
tangibles dan keramahan.
31
Tabel 9. rata-rata skor penilaian hubungan customer’s requirement dan
technical requirement terhadap pelayanan petugas penunjang
32
Gambar 7. tabel penentuan normalized weight
33
Terdapat tigas kategori prioritas masalah yaitu A,B,C. sedangkan prioritas masalah
terbesar dan perlu mendapat perhatian adalah prioritas A.
Pada bagian customer requirement’s atau penjabaran dari kebutuhan yang
diharapkan oleh pasien. Pernyataan dengan kategori A adalah kemampuan petugas
gizi dalam mnyampaikan atau mengkomunikasikan mengenai edukasi diet gizi.
Oleh sebab itu, diperlukan kecakapan dalam melakukan edukasi kepada pasien.
Sehingga pasien merasa nyaman saat melakukan komunikasi. Selain itu,
komunikasi yang nyaman memberikan dapak positif berupa tersampaikannya
maksud dan tujuan dalam komunikasi. Oleh sebab itu, pada bagian ini perlu
dilakukan perbaikan segara.
Pada aspek design/technical requirement (DR) yang masuk dalam kategori
A adalah diperlukannya perhatian khusus pada pasien dengan diet khusus, perlu
diadakannya prosedur tetap mengenai tatacara pemberian makanan dan prosedur
keamanan pangan.
34
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
House of Quality merupakan suatu matriks yang digunakan untuk
menerjemahkan harapan dari pelanggan menjadi spesifikasi produk barang maupun
jasa. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan di rawat inap Rumah Sakit Islam
Darus Syifa’ yang menunjukkan beberapa kategori prioritas perbaikan yang harus
segera dilakukan. Pada aspek customer requirement’s perlu dilakukan perbaikan
pada petugas gizi dalam mengkomunikasisakn diet pada pasien. Sedangkan pada
aspek design/technical requirement diperlukan perhatian khusus pada pasien
dengan diet khusus, prosedur tetap mengenai tatacara pemberian makanan dan
prosedur keamanan pangan.
5.2 Saran
Diperlukan penelitian lanjutan mengenai komunikasi yang dilakukan
petugas gizi dan cara pemenuhan customer requirement’s. Sehingga harapan
pelanggan dapat tercapai dan kepuasan pelanggan segera terjadi.
35
DAFTAR PUSTAKA
36