Anda di halaman 1dari 4

Nama : Erlinda Dian Aprilia

NIM : 195110801111007

UAS KONSUMERISME DAN BUDAYA PASAR

1. Apa penyebab utama konsumerisme? (nilai 20)

Menurut saya penyebab utama dari konsumerisme adalah dikarenakan sifat yang dimiliki
manusia cenderung memahami dan mengkonseptualisasikan diri maupun kenyataan di sekitar
kita melalui objek-objek material. Objek yang dimaksud ini kerap diaktualisasikan dalam
bentuk barang yang diproduksi dengan menawarkan bentuk yang eksotik, harga yang fantastis,
dan bahkan nilai yang super tinggi. Selain itu, konsumerisme juga terjadi seiring dengan
meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi. Ujung-ujungnya
membuat orang tiada lelah bekerja keras dan melanggengkan hustle culture. Parahnya lagi jika
bekerja keras mengumpulkan uang hanya untuk bisa membeli barang sebanyak-banyaknya
tanpa pertimbangan. Bahkan banyak orang yang terjerat kasus pinjaman online dan kredit dan
berakibat fatal seperti bunuh diri.

Saat ini tindakan mengkonsumsi berlebihan menjadi identitas dalam masyarakat global.
Bahkan saking kuat pengaruhnya, orang melakukan beragam upaya agar bisa sampai pada
tujuan mengonsumsi sebanyak mungkin yang hakikatnya hanya untuk kepuasan, bukan untuk
pemenuhan kebutuhan mendasar. Kecenderungan tersebut mengubah konsumerisme (gaya
hidup) menjadi sebuah identitas yang menjadi kebutuhan hidup. Orang membeli makanan dan
minuman bukan lagi semata-mata guna memenuhi kebutuhan alami yakni makan-minum,
melainkan guna sebuah harga diri. Seseorang akan merasa lebih baik bila mampu makan soto
ayam di restoran ternama daripada di warteg, misalnya.

Orang tidak lagi melihat handphone sebatas untuk bisa berkomunikasi tetapi lebih dari
itu menciptakan identitas diri di hadapan orang lain melalui brand yang lebih edgy, seperti
iphone. Dan itu seakan "wajib" dimiliki sehingga seseorang tidak menjadi bahan gunjingan
dalam pergaulan sosial. Orang yang sudah memiliki atau ingin membentuk identitas edgy dan
classy maka mereka akan membentuk dan mempertahankan identitas tersebut dengan membeli
atau mengonsumsi barang yang menjadi symbol ke-edgy-an. Sekalipun dengan cara yang salah,
seperti kasusnya Indra Kenz dan Doni Salaman.
2. Bagaimana seharusnya kita menyikapi konsumerisme? (nilai 25)
Seharusnya baiknya kita menyikapi konsumerisme dengan bijaksana dimulai dengan
berangkat dari kesadaran diri sendiri. Kita dapat melatih diri kita untuk menggunakan produk
yang timeless misalkan jeans atau warna yang natural dan cocok jika mix and match dengan
warna apapun seperti hitam, putih, cream, dan lainnya, menggunakan produk yang dapat di
daur ulang, price for value, dan sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan adalah salah satu
cara untuk terhindari dari gaya hidup konsumtif. Contohnya adalah dulu sempat hype warna
lilac, akhirnya banyak orang yang membeli outfit berwarna lilac. Namun, sekarang warna
tersebut tidak hype lagi. Jika kita membeli sesuatu hanya dikarenakan hype maka pada akhirnya
barang tersebut tidak memiliki value ketika sudah tidak hype lagi.

Meningkatnya gaya hidup sejatinya harus diimbangi dengan meningkatnya


kesejahteraan ekonomi atau finansial. Jangan sampai kedua hal tersebut bertolak belakang.
Menghilangkan gengsi dikarenakan takut akan pandangan orang yang negatif ke kita itu juga
perlahan harus dihilangkan. Adanya kemajuan teknologi juga sangatlah bagus, hal ini
menunjukkan bahwa manusia senantiasa haus akan ilmu dan terus berinovasi. Namun, yang
perlu diperhatikan adalah bahwa kita harus berbuat baik pada bumi ini. Jangan sampai
pekerjaan kita diambil alih oleh teknologi, hingga tak satupun yang tersisa. Atau bahkan kita
dibuat lupa akan manfaat panca indera dan tubuh kita karena dimanjakan oleh teknologi.

3. Menurut anda bagaimana budaya pasar saat ini? (nilai 25)

Menurut saya budaya pasar saat ini selalu menggunakan Label untuk menarik
pelangggannya. Dalam hal ini terdapat teori Consumen culture yang dipandang sebagai
tatanan sosial dimana hubungan antara sumber daya sosial dan budaya yang hidup dan
dimediasi melalui pasar dan pola konsumen masayarakat. Consumen Culture Theory
mengeksplorasi bagaimana konsumen secara aktif mengolah dan mengubah makna simbolis
yang ditunjukkan dalam iklan, merek, pengaturan ritel, atau barang-barang material untuk
mewujudkan keadaan pribadi dan sosial khusus mereka dan memajukan tujuan identitas dan
gaya hidup mereka. Consumen culture theory menunjukkan bahwa banyak kehidupan
konsumen yang dibangun di sekitar berbagai realitas dan bahwa mereka menggunakan
konsumsi untuk mengalami realitas (terkait dengan fantasi, keinginan dan estetika yang
berbeda.
Perusahaan besar misalkan McD, KFC, dan fast food dengan kapitalismenya
mempengaruhi manusia dengan kenikmatan rasanya. Dimana hal tersebut merupakan sikap
konsumtif yang hanya mengedepankan kepuasan dan keinginan tanpa benar- benar memahami
kebutuhan primernya. Dengan aktivitas membeli tersebut secara tidak langsung dan tidak
sadar, sedikit demi sedikit kita support kapitalisme meraja lela di bumi. Hal ini memberikan
dampak yang buruk bagi diri sendiri yaitu gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan dampak
buruk bagi lingkungan salah satunya adalah banyaknya sampah yang tak terkendalikan. Seperti
plastik, kaleng, besi, dan sampah lainnnya. Semakin banyak konsumen yang mengonsumsi
produk tersebut maka ekspansi produsen akan lebih meluas lagi.

4. Menurut anda bagaimana dampak platform penjualan makanan atau barang secara online
(Tokopedia, Shopee, Go Food, Grabfood) terhadap pola konsumerisme masyarakat
Indonesia?(nilai30)

Melalui online shop (Tokopedia, Shopee, Go Food, Grabfood) maka akan berdampak
pada manusia yang terbius pada kenyamanan dan terhipnotis oleh kemudahan sehingga tak
sadarkan diri bahwa mereka sebetulnya tengah melakukan sebuah ritual konsumsi. Dalam hal
ini, online shop menjadi salah satu kekuatan dominan yang menarik orang untuk masuk dalam
bingkai konsumerisme. Selain itu mudahnya akses untuk mendapatkan barang dan banyaknya
promo serta seseorang itu mampu konsumtif secara ekonomi maka iklan dengan begitu mudah
akan mempengaruhi mereka. Promo gratis ongkir, promo 12.12, promo hari raya, dan lainnya
mampu menghipnotis masyarakat dan membuat sebuah kebiasaan baru misalkan setiap tanggal
6.6, 8.8, 9.9 akan berbelanja di online shop. Jika diteruskan maka sifat konsumtif dan budaya
yang dimanjakan oleh teknologi membuat manusia mengalami dehumanisasi. Kemalasan dan
teknologi serba cepat yang menyatu akan menjadikan manusia teralienasi dengan dirinya
sendiri.

Platform seperti Tokopedia, Shopee, Go Food, Grabfood memberikan elemen yang kuat
dikarenakan saluran pengiklanan yang luas contohnya saja di televisi dimana setiap akhir bulan
atau tanggal cantik hampir seluruh saluran televisi menayangkan acara dari perusahaan start up
tersebut. Kepercayaan pelanggan pada layanan tersebut juga dapat terakredibilitas karena mereka
menjamin sistem pembayaran dan keamanannya. Asalkan para pembeli juga teliti akan barang
yang akan dibeli dan paham akan resiko jual beli online. Selain membangun kepercayaan pada
pembeli terdapat strategi yang mereka lakukan, yakni penawaran promo misalkan discount up to
50%. Dengan adanya hal – hal tersebut maka mereka dapat menarik masa lebih banyak lagi dan
membangun power brand yang kuat dengan menjalankan kerjasama dengan partner yang
terpercaya, memiliki label, dan dapat menarik masyarakat. Misalkan, mereka berkolaborasi
dengan idol Korea, dimana banyak kpopers di Indonesia. Tokopedia, Shopee, Go Food, Grabfood
menurut saya cerdas dalam memanfaatkan peluang sehingga mereka menjadi start up yang
mampu memperlebar ekspansinya.

Referensi

Arnould, E. J., & Thompson, C. J. (2005). Consumer culture theory (CCT): Twenty years of
research. Journal of consumer research, 31(4), 868-882.

Anda mungkin juga menyukai