Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE

THESIS

Disusun oleh

FALIH BAGUS PRASETYO

2401191024

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE

THE EFFECT OF SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND


AWARENESS TOWARDS REPURCHASE INTENTION WITH
WILLINGNESS TO BUY AS AN INTERVENING VARIABLE OF
TAEYANG KULTURE
THESIS
Disusun oleh

FALIH BAGUS PRASETYO

2401191024

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI

SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen

Program Studi Magister Manajemen

Disusun oleh

FALIH BAGUS PRASETYO

2401191024

Pembimbing

Dr. TEGUH WIDODO, S.E, S.T., M.M.

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
HALAMAN PENYATAAN
Dengan ini saya, Falih Bagus Prasetyo menyatakan bahwa Thesis dengan judul
“PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE”
adalah
benar benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan kecuali melalui
pengutipan sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya bersedia
menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi saya ini.

Bandung, 9 Januari 2021


Yang membuat pernyataan,

Falih Bagus Prasetyo


2401191024
BAB I
PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

CV Matahari Pranata Kreatif

CV Matahari Pranata Kreatif merupakan sebuah perusahaan utama yang


membawahi dua anak perusahaan yakni Taeyang Kulture dan Taeyang Trip.
Perusahaan ini didirikan oleh pasangan Arman Blanesta Widjajapraja dan
Devayuga Leonymara. Perusahaan ini telah berdiri sejak 8 Oktober 2016 dan
bertempat di Jl Batununggal Indah Raya No.199 Kota Bandung.
Khususnya yang menjadi objek penelitian oleh penulis merupakan salah satu
anak perusahaan dari CV Matahari Pranata kreatif yakni Taeyang Kulture.
Perusahaan ini merupakan sebuah tempat kursus bahasa asing yang bermula dari
hanya menyediakan layanan kursus bahasa Korea yang dilakukan secara Private
atau pribadi hanya tatap muka antara tutor dan murid. Pelaksanaan kursus secara
offline lain nya dilakukan di gerai - gerai kopi Roempi yang tersebar di seluruh
penjuru Kota Bandung, dan sudah memiliki izin untuk bekerja sama untuk
menjadikan Roempi Coffee sebagai tempat utama Taeyang Kulture untuk
melakukan praktek kursus bahasa Korea. Aktifitas kursus yang dilakukan secara
offline ini biasanya dipimpin oleh satu tutor dan 5 murid kursus bahasa asing ini.
Menurut Devayuga dan Arman, Taeyang Kulture berdiri atas dasar kekaguman
nya terhadap Negara Korea Selatan, kesukannya pada drama korea atau K -
Drama, budaya masyaratkat Korea Selatan. Arman dan Deva kerap kali
melakukan perjalanan ke Korea Selatan untuk melihat lebih dekat mengenai
budaya - budaya maupun bagaimana perilaku masyarakat Korea Selatan dan
menjadikan mereka lebih yakin untuk memulai perusahaan ini.
Berangkat dari hanya murid yang berasal dari lingkungan teman - teman
Deva dan Arman, dengan jumlah tutor sebanyak 3 orang pada tahun 2016.
Dengan murid yang hanya satu orang setiap tutor, Taeyang Kulture dapat
menghasilkan murid - murid yang berkualitas yang akhirnya menciptakan
resonansi terhadap masyarakat bahwa ada tempat kursus Bahasa Korea
berkualitas di Kota Bandung. Hingga pada tahun 2020, Taeyang Kulture memiliki
total murid lebih dari 1000 orang dan murid aktif sebanyak 741 orang per tanggal
31 Oktober 2020, tutor sebanyak 40 orang dan 10 orang bagian manajemen.

1.1.2 Motto
“See The World Through Language and explore more”

1.1.3 Logo Taeyang Kulture

Gambar 1.1 Logo Taeyang Kulture

1.1.4 Pertumbuhan Bisnis Taeyang Kulture


Taeyang Kulture memulai usahanya pada tahun 2016, dimana pemilik dari
perusahaan ini sendiri yakni: Arman dan Deva ikut melakukan kegiatan mengajar
dan 3 orang tutor lain nya hingga pada saat ini 8 Oktober 2020 sudah memiliki 40
orang tutor dan 14 staff manajemen. Berikut pertumbuhan murid yang dimiliki
oleh Taeyang Kulture
JUMLAH MURID

2020

2019

2018

2017

2016

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

JUMLAH MURID

Tabel 1: Pertumbuhan jumlah murid Taeyang Kulture


Sumber: Taeyang Kulture Database

Pemasaran merupakan unsur penting bagi sebuah perusahaan agar dapat


bertahan hidup, dibantu dengan adanya strategi khusus dalam memsarkan layanan
atau pun produknya. Pada dasarnya pemasaran bertujuan untuk membangun citra
produk pada pikiran konsumen. Konsumen memandang merek sebagai bagian
penting dari suatu produk dan citra produk sangat penting dari suatu produk dan
citra produk sangat penting untuk melakukan pemilihan dan keputusan
pembelian. Berbagai strategi pemasaran harus di lakukan seperti contoh,
pemasaran media sosial atau Social Media Marketing

1.2.1 Media Sosial Taeyang Kulture


Sebagai bisnis yang dimulai pada tahun 2016. Keadaan sosial yang sudah
tidak asing dengan teknologi media sosial menjadi latar belakang Taeyang
Kulture untuk melakukan kegiatan pemasaran mengenai layanan dan produk yang
ditawarkan nya melalui media sosial. Berikut merupakan beberapa saluran
pemasaran media sosial yang dimiliki oleh Taeyang Kulture
1.2.1.1 Instagram
Media sosial Instagram ini sudah ada sejak tahun 2013, yang kini sudah
menjadi bagian dari Facebook. Platform Instagram memiliki jenis konten yang
lebih dominan di gambar dan foto, sedangkan video bukan konten utamanya.
Akun Instagram yang dimiliki oleh Taeyang Kulture sudah memulai
unggahan pertamanya sejak tahun 2013 untuk sekedar berbagi ilmu dan
pengetahuan mengenai Korea Selatan, dan juga beberapa unggahan yang
menghibur untuk mendapatkan engagement dari pengikut akun Instagram
mereka. Konten yang disajikan pada Instagram ini berupa gambar desain grafis,
fotografi dan juga video maksimal 1 menit untuk di unggah pada bagian Feed,
dan 1 jam untuk Instagram TV Atau IGTV. Akun ini bernama
@Taeyang_Kulture. Terhitung sejak tanggal 5 Januari 2021, Instagram Taeyang
Kulture sudah menyentuh angka 32.700 pengikut dan jumlah unggahan sebanyak
363.

Gambar 1.2 Akun Instagram Taeyang Kulture

1.2.1.2 TikTok
Tiktok memiliki karakteristik konten yang berbeda dengan Instagram. Tiktok
merupakan salah satu platform media sosial dengan jenis konten video dengan
durasi maksimal selama 1 menit. Selain jenis konten, algoritma yang dimiliki oleh
TikTok berbeda dengan Instagram, dimana TikTok menyebarkan konten tertentu
berdasarkan musik pendukung yang digunakan pada video atau konten tersebut.
Akun TikTok Taeyang Kulture dengan nama @taeyangkulture memulai
penggunaan platform TikTok ini sejak tanggal 5 Juli 2020. Konten dari akun
TikTok ini berisi ilmu pelajaran Bahasa Korea, Inggris, dan Mandarin ditemani
dengan konten konten menarik lain nya seperti pembahasan film, permainan dan
lain lain. Akun TikTok yang dimiliki Taeyang Kulture memiliki sebanyak 15.200
pengikut, dengan jumlah orang yang menyukai konten Tiktok nya sebanyak
258.600 orang.

Gambar 1.3 Akun TikTok Taeyang Kulture


1.2.2 Layanan Taeyang Kulture
a. Korean Private Online
Pada layanan Korean private online memiliki durasi pengajaran
selama 1 siklus 4 kali pertemuan selama 4 minggu, Dengan durasi
pertemuan selama 1,5 Jam. Kapasitas murid 1 - 2 orang. Free modul PDF
dan Audio. Dengan harga Rp.300.000/Bulan(1 Siklus)
b. Korean Regular Online
Pada layanan reguler online pembelajaran akan dilakukan dengan
murid 5 - 7 orang, dengan durasi kelas selama 1,5 Jam. Ditawarkan
dengan harga Rp.450.000/3 Bulan.
c. English Private Online
Pada layanan Korean private online memiliki durasi pengajaran
selama 1 siklus 4 kali pertemuan selama 4 minggu, Dengan durasi
pertemuan selama 1,5 Jam. Kapasitas murid 1 - 2 orang. Free modul PDF
dan Audio. Dengan harga Rp.300.000/Bulan(1 Siklus).
d. English Private Offline
Pada layanan Korean private online memiliki durasi pengajaran
selama 1 siklus 4 kali pertemuan selama 4 minggu, Dengan durasi
pertemuan selama 1,5 Jam. Kapasitas murid 1 - 2 orang, kegiatan belajar
dilakukan di Roempi Coffee Jalan Anggrek. Free modul PDF dan Audio.
Dengan harga Rp.400.000/Bulan(1 Siklus)
e. Mandarin Private Online
Pada layanan Korean private online memiliki durasi pengajaran
selama 1 siklus 4 kali pertemuan selama 4 minggu, Dengan durasi
pertemuan selama 1,5 Jam. Kapasitas murid 1 - 2 orang. Free modul PDF
dan Audio. Dengan harga Rp.425.000/Bulan(1 Siklus)

1.3 Latar Belakang


Hadirnya UMKM atau Usaha Kecil Mikro Menengah ditengah
keberadaan masyarakat sebagai mata pencaharian dan sarana menafkahi keluarga.
UMKM dapat berasal dari berbagai macam jenis usaha. Yakni, Kuliner, jasa,
hiburan, produksi dan lain - lain. UMKM sendiri memiliki peran penting dalam
pembangunan ekonomi nasional. Pada artikel yang ditulis oleh Fahira Nabila(
https://smartlegal.id/ ) tentang “Klasifikasi UKM dan UMKM di Indonesia”,
World Bank memberikan klasifikasi UMKM sebagai berikut:

Skala Usaha Jumlah Karyawan Pendapatan Kepemilikan Aset


Setahun
Usaha Mikro <10 Orang < $100 Ribu < $100 Ribu
Usaha Kecil < 30 Orang < $ 3 Juta < $ 3 Juta
Usaha Menengah Maksimal 300 Orang $15 Juta $15 Juta

Tabel 1: Klasifikasi UMKM menurut World Bank


Sumber: https://smartlegal.id/

Sedangkan untuk di Indonesia, menurut Undang - undang No. 20 Tahun 2008


yang memberikan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah aset dan omset setiap
skala usaha sebagai berikut:

Skala Usaha Kekayaan Bersih / Aset Hasil Penjualan/Omset


Usaha Mikro <= Rp 50 Juta <= Rp 300 Juta
Usaha Kecil > Rp 50 Juta - Rp 500 Juta > Rp 300 Juta - Rp 2.5 Milyar
Usaha Menengah > Rp 500 Juta - Rp 10 > Rp 2,5 Milyar - Rp 50 Milyar
Milyar

Tabel 1: Klasifikasi UMKM menurut Undang - undang No. 20 Tahun 2008


Sumber: https://smartlegal.id/

Dilansir oleh Tim Redaksi https://jabarekspres.com/. Jumlah UMKM yang


terdaftar di Kota Bandung setelah program subsidi modal yang diberikan oleh
pemerintah pada bulan September 2020 ini yaitu sebanyak 150.557 pelaku
UMKM yang terdaftar di Kota Bandung.
Banyaknya pengguna media sosial di Indonesia di Tahun 2020 berjumlah 160
Juta orang atau sebesar 59% dari total populasi di Indonesia yakni 272.1 Juta
Orang(Hootsuite, 2020).
Gambar 1: Jumlah pengguna media sosial di Indonesia
Sumber: We Are Social 2020

Hal ini juga didukung oleh terjadinya wabah Covid-19 yang menganjurkan warga
untuk melakukan segala aktifitasnya dari rumah sehingga terjadi peningkatan
jumlah pengguna media sosial di Indonesia.Menurut penelitian yang dilakukan
oleh TechCrunch dari tanggal 14 Hingga 24 Maret 2020. Pengguna WhatsApp
dan Instagram mengalami peningkatan hingga 40% selama pandemi virus corona.
Hal ini disebabkan orang orang harus tetap bisa berkomunikasi di tengah wilayah
karantina atau Lockdown(Katadata.co.id, 2020).
Dari observasi peneliti, pada daerah tempat tinggal peneliti yaitu Margawangi
Estate Kelurahan Margacinta, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung. Sudah ada
22 UMKM baru yang terlahir ditengah situasi pandemi virus corona ini. Setelah
survey yang dilakukan oleh peneliti, hanya terdapat sebesar 7% nya yang
menggunakan media sosial untuk melakukan aktifitas pemasaran.
Berdasarkan hal di atas tersebut, penulis berencana untuk mencari apakah
Social Media Marketing berpengaruh dalam mengantarkan nilai nilai yang
terdapat pada Brand Equity(Brand Awareness, Brand Loyalty, Perceived Quality,
Brand Association) untuk menciptakan keputusan pembelian pada konsumen.
Jika hasilnya signifikan, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan yang kuat
mengapa perusahaan micro hingga perusahaan besar harus bisa mengoptimalkan
aktifitas Social Media Marketing untuk memasarkan produk, jasa, layanan yang
ditawarkan oleh perusahaan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
2. Bagaimanakah pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Kesadaran Merek (Brand Awareness)
3. Bagaimanakah pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
4. Bagaimanakah pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Minat Beli (Willingness to Buy)
5. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
6. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
7. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)

1.5 Tujuan Penelitian


1. Untuk menguji pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
2. Untuk menguji pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Kesadaran Merek (Brand Awareness)
3. Untuk menguji pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
4. Untuk menguji pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
5. Untuk menguji pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Minat Beli (Willingness to Buy)
6. Untuk menguji pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
7. Untuk menguji pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
8. Untuk menguji pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)

1.6 Manfaat Penelitian


1. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelaku pelaku UMKM dan
yang baru memulai langkahnya di dunia bisnis untuk mulai menggunakan Social
Media Marketing sebagai salah satu cara untuk menyampaikan value yang
mereka tawarkan kepada audience dan khalayak umum untuk mendapatkan
pembeli.
2. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti akan mendapatkan wawasan
tambahan terkait efektifitas penggunaan Social Media Marketing untuk
penggunaannya dalam sebuah bisnis atau perusahaan.

1.7 Sistematika Penulisan


Dalam penelitian ini, sistematika penulisan ini disusun berdasarkan bab demi
bab yang akan diuraikan sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


Berisi mengenai landasan teori dan jurnal terdahulu yang
menjadi ilmu dasar yang digunakan peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


Berisi tentang populasi dan sampel, jenis data dan sumber
data, variabel dan definisi operasional variabel dan pengukuran
operasional variabel, teknik analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


Berisi tentang hasil penelitian secara sistematika kemudian
dianalisis dengan menggunakan metodologi penelitian yang
telah ditettapkan untuk selanjutnya diadakan pembahasan.

BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil oenelitian
yang sudah dilakukan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


1. Pemasaran
Menurut Kotler (2016:27) Pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu penjelasan pemasaran terpendek yang
paling menjelaskan adalah “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”.
Menurut AMA dalam Kotler & Keller (2016:27) juga mengatakan bahwa.
Pemasaran adalah aktifitas, rangkaian institusi dan proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan, dan pertukaran penawaran yang bernilai
bagi pelanggan, klien, mitra kerja dan masyarakat luas.
Menurut Sunyoto (2015:191) pemasaran adalah fungsi bisnis yang
mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan menghasilkan alat pemuas kebutuhan
yang berupa barang ataupun jasa
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah sebuah aktifitas atau
rangkaian proses yang diciptakan oleh industri, untuk mengkomunikasikan
sebuah produk atau mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan masyarakat
terhadap sebuah produk.
2. Taktik Pemasaran
Strategi pemasaran adalah rencana menyeluruh, terpadu, dan menyatu
dibidang pemasaran yang memberikan pedoman tentang kegiatan yang akan
dilakukan dalam mencapai tujuan perusahaan melalui periklanan, program
promosi, penjualan, program produk, dan pendistribusian.10 Menurut Buchari
Alma, strategi pemasaran adalah memilih dan menganalisa pasar sasaran yang
merupakan suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan atau usaha
dan menciptakan suatu bauran pemasaran yang cocok dan dapat memuaskan
pasar sasaran tersebut.
Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan dan sasaran kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada usaha dan pemasaran perusahaan dari waktu ke
waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta lokasinya, terutama sebagai
tanggapan perusahaan yang selalu berubah

3. Pemasaran Digital
Menurut Dave Chaffey (2016 : 11) Digital Marketing adalah kiat yang
dilakukan untuk mencapai tujuan melalui media dan teknologi digital. Digital
Marketing memiliki aktifitas menangani bentuk bentuk kehadiran perusahaan
pada media online, seperti website perusahaan dan media sosial perusahaan.
4. Pemasaran Media Sosial
Menurut Gunelius (2011:10) social media marketing merupakan suatu bentuk
pemasaran langsung ataupun tidak langsung yang digunakan untuk membangun
kesadaran, pengakuan, daya ingat, dan tindakan untuk merek, bisnis, produk,
orang, atau entitas lainnya dan dilakukan dengan menggunakan alat dari web
sosial seperti blogging, microblogging, social networking, social bookmarking,
dan content sharing. Social media marketing adalah sebuah proses yang
mendorong individu untuk melakukan promosi melalui situs web, produk, atau
layanan mereka melalui saluran sosial online dan untuk berkomunikasi dengan
memanfaatkan komunitas yang jauh lebih besar yang memiliki kemungkinan
lebih besar untuk melakukan pemasaran daripada melalui saluran periklanan
tradisional (Weinberg, 2009:3-4).
Social media marketing merupakan bentuk periklanan secara online yang
menggunakan konteks kultural dari komunitas sosial meliputi jejaring sosial,
dunia virtual, situs berita sosial, dan situs berbagi pendapat sosial untuk menemui
tujuan komunikasi (Tuten, 2008:19). Menurut Gunelius (2011:59-62) terdapat
empat elemen yang dijadikan sebagai variabel kesuksesan social media marketing
:
1. Content Creation
Konten yang menarik menjadi landasan strategi dalam melakukan pemasaran
media sosial. Konten yang dibuat harus menarik serta harus mewakili kepribadian
dari sebuah bisnis agar dapat dipercaya oleh target konsumen.

2) Content Sharing
Membagikan konten kepada komunitas sosial dapat membantu memperluas
jaringan sebuah bisnis dan memperluas online audience. Berbagi konten dapat
menyebabkan penjualan tidak langsung dan langsung tergantung pada jenis
konten yang dibagikan.

3) Connecting
Jejaring sosial memungkinkan seseorang bertemu dengan lebih banyak orang
yang memiliki minat yang sama. Jaringan yang luas dapat membangun hubungan
yang dapat menghasilkan lebih banyak bisnis. Komunikasi yang jujur dan hati-
hati harus diperhatikan saat melakukan social networking.

4) Community Building Web sosial merupakan sebuah komunitas online besar


individu dimana terjadi interaksi antar manusia yang tinggal di seluruh dunia
dengan menggunakan teknologi. Membangun komunitas di internet yang
memiliki kesamaan minat dapat terjadi dengan adanya social networking

5. Merek
Menurut American Marketing Association (AMA) merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasinya yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sebuah barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok
penjual yang membedakan mereka dari para pesaing. Merek adalah produk atau
jasa yang dimensinya dapat membedakan merek tersebut dengan beberapa cara
dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang
sama (Kotler & Keller 2012:258).
Aaker (2014:XV) mengatakan bahwa merek lebih dari sekedar logo, merek
merupakan sebuah janji satu organisasi kepada pelanggan untuk memberikan apa
yang menjadi prinsip merek itu, tidak hanya dalam hal manfaat 11 fungsional,
tetapi juga manfaat emosional, ekspresi diri, dan sosial. Namun, sebuah merek itu
lebih dari sekedar memenuhi sebuah janji. Sebuah merek juga merupakan satu
perjalanan, sebuah hubungan yang berkembang melalui persepsi dan pengalaman
yang sudah dimiliki pelanggan setiap kali mereka berhubungan dengan merek
tersebut.
Menurut Tjiptono (2011:24) dalam melakukan keputusan branding terdapat
enam aspek utama, yaitu:
a) Keputusan branding, yakni keputusan menyangkut apakah akan
menggunakan merek atau tidak untuk produk yang dihasilkan.
b) Keputusan brand sponsor, yakni keputusan berkenaan dengan siapa yang
harus mensponsori merek
c) Keputusan brand hierarchy, yakni keputusan menyangkut apakah setiap
produk perlu diberi merek sendiri ataukah menggunakan coorporate
brand.
d) Keputusan brand extension, yakni keputusan menyangkut apakah nama
merek spesifikasi perlu diperluas pada produk-produk lain.
e) Keputusan brand repositioning, yaitu keputusan untuk mengubah produk
dan citranya agar dapat lebih memenuhi ekspektasi pelanggan.
6. Ekuitas Merek
Menurut Aaker dalam Tjiptono (2011:97) menjabarkan aset merek yang
berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi, yaitu:
kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi
merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty), seperti terlihat
pada tampilan gambar di bawah ini:

Gambar 2.1: Dimensi Ekuitas Merek

a) Brand Awareness
Kesadaran merek adalah sebuah kemampuan pelanggan untuk mengenali
dan mengingat kembali sebuah merek dan mengaitkannya dengan suatu
produk tertentu. Kesadaran merek melibatkan pengakuan sebuah merek dan
ingatan tentang sebuah merek. Pengakuan merek melibatkan orang – orang
yang akan mampu mengenali merek tersebut sebagiai sesuatu yang berbeda
dengan merek – merek yang lain. Kesadaran merek ini membuat mereka
mengenal sebuah merek hanya dengan melihat logonya, ataupun mendengar
slogannya(Aaker 2013)
Kesadaran merek memiliki tingkatan dalam ingatan konsumen dalam
menciptakan suatu nilai. Menurut Aaker (2013:205) tingkatan tersebut
adalah :
1. Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh
responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya
tentang suatu kategori produk
a) Perceived Quality
Persepsi Kualitas terhadap merek menggambarkan respon keseluruhan
pelanggan terhadap kualitas dan keunggulan yang ditawarkan merek. Karena
perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived quality
tidak dapat ditentukan secara objektif, persepsi pelanggan akan melibatkan
apa yang penting bagi pelanggan yang harus diberikan oleh perusahaan.

b) Brand Association
Asosiasi Merek (Brand associations) berkenaan dengan segala sesuatu
yang berkaitan dengan ingatan pelanggan terhadap sebuah merek. Karena itu
dalam asosiasi merek menurut Temporal (2002:44) “Agar benar – benar bisa
menonjol diantara merek – merek lainnya suatu merek harus mempunyai
hubungan emosional yang unik”.

c) Brand Loyalty
Loyalitas merek adalah komitmen kuat dalam berlangganan atau
membeli kembali sebuah merek secara terus menerus atau konsisten di masa
depan. Konsumen yang setia berarti konsumen yang melakukan aktifitas
pembelian secara berulang ulang Secara umum, langkah – langkah untuk
memelihara dan meningkatkan brand loyalty adalah dengan melakukan
pemasaran hubungan (relationship marketing), pemasaran frekuensi
(frequency marketing), pemasaran keanggotaan (membership marketing) dan
memberikan hadian (reward) (Aaker, 2013:206).

2. Minat Beli
a) Pengertian Minat beli
Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku
dalam sikap mengkonsumsi. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen
membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam
perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada
suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk
membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan
(Pramono, 2012:136).
Pengertian minat beli menurut Kotler dan Keller (2013:15), “Minat beli
merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang
menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian”. Menurut
Durianto dan Liana (2004:44), “Minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak
unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu”. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang
merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Suatu produk dikatakan telah dikomsumsi oleh konsumen apabila produk
tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Karakteristik pribadi
konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan sangat komplek, dan
salah satunya adalah asanya dorongan atau motivasi konsumen untuk membeli.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah
kesungguhan hati untuk memiliki sesuatu pengorbanan dimana minat beli itu
timbul karena konsumen merasa puas terhadap kualitas produk yang diberikan
oleh perusahaan.
Minat yang muncul dalam melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi
yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat
dan yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya,
maka konsumen akan mengaktualisasi apa yang ada dalam benaknya tersebut
(Ferdinand, 2014:189).
Menurut Ferdinand (2014:189), minat beli dapat diidentifikasikan melalui
indikator - indikator sebagai berikut:
a) Minat Transaksional. Kecenderungan seseorang untuk membeli
produk. Minat ini dapat diartikan keinginan seseorang untuk segera
membeli/memiliki suatu produk
b) Minat Referensial. Kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain.
c) Minat Preferensial. Minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi bahwa
produk terntu yang sedang dibutuhkan oleh seseorang tersebut berhak
mengabaikan pilihan yang lain.
d) Minat Eksploratif. Minat ini mendeskripsikan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan
mencari informasi untuk mendukung sifat sifat posisi dari produk
tersebut.
2. Keputusan Pembelian
Menurut Peter Jerry C. Olson(2013), suatu keputusan(Decision) mencakup
suatu pilihan diantara dua atau lebih tindakan atau perilaku alternatif. Pemasar
secara khusus tertarik pada perilaku pembeli, terutama pilihan konsumen
mengenai merek - merek yang akan di beli. Proses inti dalam pengambilan
keputusan konsumen adalah proses integrasi yang digunakan untuk
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih satu diantaranya. Hasil proses integrasi tersebut adlah
suatu pilihan (choice), serta kognitif menunjukan intensi perilaku.

2.2. Penelitian Terhadulu


No Peneliti dan Judul Variabel Hasil
1 PENGARUH SOCIAL Content Creation(X1) Variabel
MEDIA MARKETING Content Sharing(X2) dalam penelitian ini yang
TERHADAP KEPUTUSAN Connecting(X3) mempunyai
PEMBELIAN Community pengaruh paling tinggi antara
Building(X4) variabel
Peneliti: independen dan dependen
Lubiana Mileva Keputusan nya adalah variabel
Achmad Fauzi DH Pembelian(Y) Content Creation (X1). Hasil
ini dapat dilihat
berdasarkan t hitung yang
diperoleh sebesar
3,332. Pengaruh besar yang
ditimbulkan antara
Content Creation
terhadap Keputusan
Pembelian dapat dilihat
berdasarkan
pembuatan konten menarik
dan mewakili profil
bisnis yang dibuat oleh
LINE Starbucks
Indonesia

2 Pengaruh Social Media Social Media Berdasarkan hasil


Marketing, Brand Awareness Marketing(X1) penelitian diketahui bahwa

Terhadap Keputusan Brand presepsi


responden terhadap variabel
Pembelian Awareness(X2)
Social media
Dengan Minat Beli Sebagai Keputusan
marketing pada J.CO Donuts &
Variabel Intervening Pada Pembelian(Y)
Coffee
J.Co Donuts & Coffee Minat Beli(Z)
adalah baik, artinya responden
Semarang menilai bahwa
akun social media dari J.CO
Peneliti: Donuts &
Meatry Kurniasari Coffee layak untuk mereka
Agung Budiatmo follow karena
memuat pesan yang berkualitas
dan foto-foto
yang di unggah
menarik.Namun masih
terdapat indikator yang berada
dibawah rata
rata yaitu mengenai frekuensi
keaktifan
social media dalam
mengunggah postingan
menurut responden belum
terlalu aktif dan
perlu ditingkatkan

3 Pengaruh Penggunaan Social Social Media(X) Besarnya nilai R Square


Media Terhadap Brand Youtube(X1) sebesar 0,566 atau 56,6%.
Awareness Facebook(X2) Interpretasinya
Pada Objek Wisata Di Kota Instagram(X3) adalah pengaruh yang
Batam Twitter(X4) ditimbulkan sosial media
Brand Awareness(Y) youtube, facebook,
Peneliti: Instagram, twitter
Debby Arisandi sebesar 56,6% terhadap
Mohamad Nugraha Reza Brand Awareness pariwisata.
Pradana Sisanya yaitu 43,4%
dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak
terangkum dalam penelitian
ini. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel
media sosial berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
Brand Awareness pemasaran
pariwisata berbasis ekonomi
masyarakat

4 Pengaruh Kesadaran Merek Brand Variabel brand awareness


Dan Citra Merek Terhadap Awareness(X1) memiliki nilai koefisien
Minat Beli Brand Image(X2) regresi sebesar 0,233. Hal
Produk Dunkin’ Donuts Minat Beli(Y) ini menunjukkan pengaruh
Indonesia positif brand
awarenessterhadap minat
Peneliti: beli produk
Fany Sunjaya Dunkin’ Donuts Indonesia.
Rezi Erdiansyah Variabel brand awareness
akan mengalami kenaikan
sebesar 0,233 satuan apabila
variabel ke Minat Beli
mengalami kenaikan 1
satuan.
Variabel citra merek
memiliki nilai koefisien
regresi sebesar 0,482.
Dengan
adanya penelitian ini
pengaruh positif brand
image terhadap minat beli
produk

5 PENGARUH KESADARAN Kesadaran Berdasarkan pengujian


MEREK, ASOSIASI Merek(X1) dengan uji t, kesadaran
MEREK, DAN BRAND Asosiasi Merek(X2) merek berpengaruh terhadap
IMAGE Brand Image(X3) keputusan pembelian karena
TERHADAP KEPUTUSAN Keputusan mempunyai nilai signifikansi
PEMBELIAN AQUA Pembelian(Y) lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,005.
Peneliti: Hasil penelitian ini berarti
Mery Oky Zufi Yanti mendukung hipotesis yang
Hendri Sukotjo diajukan bahwa “Kesadaran
merek
berpengaruh terhadap
keputusan pembelian air
minum dalam kemasan
Aqua”.

6 PENGARUH BRAND Brand Awareness(X) Dari empat indikator


AWARENESS DAN Minat Beli(Y) variabel brand awareness,
KUALITAS PRODUK ada dua indikator yang nilai
TERHADAP MINAT BELI rata
POKPIAH SURABAYA DI ratanya di bawah nilai rata-
WILAYAH rata keseluruhan, yaitu
SURABAYA BARAT Recall dengan nilai rata-rata
2,83 dan Consumption
Peneliti: dengan
Joshua Jason Mulyanto nilai rata-rata 2,99, dimana
nilai rata-rata tersebut dapat
dikatakan kurang baik. Hal
ini dikarenakan nama brand
Pokpiah Surabaya dan nama
produk yang serupa,
sehingga calon konsumen
sering kali mengasosiasikan
bahwa
brand Pokpiah Surabaya dan
nama produk sebagai satu
kesatuan dan hanya berfokus
terhadap produk Pokpiah
Surabaya saja tanpa
mengetahui brand atau
mereknya.

7 PENGARUH SOCIAL Social Media Dari kelima aspek Social


MEDIA MARKETING Marketing(X) Media Marketing yang
PADA INSTAGRAM Entertainment(X1) terdiri dari Entertainment,
TERHADAP Customization(X2) Customization, Trendiness,
MINAT BELI CHATIME Trendiness(X3) Interaction, dan Word-Of-
INDONESIA Interaction(X4) Mouth, aspek
Word Of Mouth(X5) “Customization” adalah
Peneliti: Minat Beli(Y) aspek yang paling dominan
Celicia Tungka dalam memiliki pengaruh
Michaela M Lionardo yang positif dan signifikan
Sienny Thio terhadap minat beli
Vido Iskandar konsumen di Chatime
Indonesia.
Hal ini dapat disebabkan
masyarakat lebih senang
akan kemudahan yang serba
cepat dan instan dalam
memperoleh informasi yang
digunakan

8 PENGARUH BRAND Brand Image(X1) Berdasarkan hasil penelitian


IMAGE DAN BRAND Brand dapat diketahui bahwa persepsi

AWARENESS TERHADAP Awareness(X2) responden terhadap


variabel brand awareness dari
MINAT BELI SEPEDA Minat Beli(Y)
sepeda motor Honda Scoopy di
MOTOR HONDA SCOOPY
PT. Nusantara Sakti
DENGAN MINAT BELI
Semarang adalah tinggi,
SEBAGAI VARIABEL
adapun indikator yang memiliki
INTERVENING nilai di atas rata-rata
adalah sepeda motor Honda
Peneliti: Scoopy sangat mudah diingat
Kamilia Indah di benak responden dan
Agung Budiatmo sepeda motor Honda Scoopy
sangat mudah ditemukan di
lingkungan sekitar, hal ini
dikarenakan sepeda motor
Honda Scoopy memiliki bentuk
yang khas dibandingkan
dengan sepeda motor merek
lain.

9 Pengaruh Kesadaran Merek, Kesadaran Pada uji hipotesis secara


Asosiasi Merek dan Merek(X1) simultan hasil pengujian
Loyalitas Merek Terhadap Asosiasi Merek(X2) model secara bersama -
Minat Beli Sepatu NIKE di Loyalitas Merek(X3) sama(simultan) bahwa
NIKE Factory Store Minal Beli (Y) variabel kesadaran merek,
Surabaya asosiasi merek dan loyalitas
merek secara bersama - sama
Peneliti: memiliki pengaruh yang
Edo Hermawan signifikan terhadap variabel
Muslichah Erma Widiana minat beli konsumen Nike
Enny Estianty Factory Store Surabaya.
2.3. Theoretical Framework
Pengaruh Social Media Marketing, Brand Awareness Terhadap Keputusan
Pembelian Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening Pada Taeyang
Kulture
2.4. Hipotesis

1. Pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Minat Beli


(Willingness to Buy)
Menurut Sunjaya & Erdiyansyah (2017). Variabel brand awareness
memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,233. Hal ini menunjukkan pengaruh
positif brand awareness terhadap minat beli produk Dunkin’ Donuts
Indonesia)
H1: Brand Awareness memiliki pengaruh signifikan terhadap Willingness to Buy
2. Pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Menurut Kurniasari & Budiatmo (2018). Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa presepsi responden terhadap variabel Social media
marketing pada J.CO Donuts & Coffee adalah baik, artinya responden
menilai bahwa akun social media dari J.CO Donuts & Coffee layak untuk
mereka follow karena memuat pesan yang berkualitas dan foto-foto yang di
unggah menarik.
H2: Social Media Marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap Brand
Awareness
3. Pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
Berdasarkan hasil penelitian Indah & Budiatmo (2018) dapat diketahui bahwa
persepsi responden terhadap variabel brand awareness dari sepeda motor Honda
Scoopy di PT. Nusantara Sakti Semarang adalah tinggi, adapun indikator yang
memiliki nilai di atas rata-rata adalah sepeda motor Honda Scoopy sangat mudah
diingat di benak responden.
H3: Brand Awareness memiliki pengaruh signifikan terhadap Repurchase
Intention
4. Pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
(Deskripsi)
H4: Social Media Marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap Repurchase
Intention.
5. Pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
Variabel social media marketing (X1) mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap variabel minat beli (Z), yang berarti semakin baik
postingan di akun social media dari J.CO Donuts & Coffee maka semakin
tinggi pula minat beli begitu pula sebaliknya (Kurniasari & Budiatmo. 2018)

H5: Social Media Marketing memiliki pengaruh signifikan terhadap Willingness


to Buy
6. Pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) pada Keputusan Pembelian
(Repurchase Intention)
Variabel minat beli mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel
keputusan pembelian (Y), yang berarti semakin tinggi minat beli yang
dihasilkan di benak konsumen maka semakin tinggi pula tingkat keputusan
pembelian. (Kurniasari & Budiatmo. 2018)

H6: Willingness to Buy memiliki pengaruh signifikan terhadap Repurchase


Intention.
7. Pengaruh pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
Berdasarkan hasil analisis regresi tahap pertama bahawa variabel social
media marketing dan brand awareness menunjukkan terdapat hubungan
positif dengan minat beli, maka semakin besar social media marketing dan
brand awareness akan meningkatkan minat beli; (6) Berdasarkan hasil
analisis regresi dua tahap diketahui bahwa variabel minat beli dapat menjadi
variabel intervening dari social media marketing dan brand awareness
terhadap keputusan pembelian (Kurniasari & Budiatmo. 2018).

H7: Willingness to Buy memperkuat pengaruh Brand Awareness terhadap


Repurchase Intention.
8. Pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi hubungan
antara Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
Berdasarkan hasil analisis regresi tahap pertama bahawa variabel social
media marketing dan brand awareness menunjukkan terdapat hubungan positif
dengan minat beli, maka semakin besar social media marketing dan brand
awareness akan meningkatkan minat beli; (6) Berdasarkan hasil analisis regresi
dua tahap diketahui bahwa variabel minat beli dapat menjadi variabel intervening
dari social media marketing dan brand awareness terhadap keputusan pembelian
(Kurniasari & Budiatmo. 2018).
H8: Willingness to Buy memperkuat pengaruh Social Media Marketing terhadap
Repurchase Intention.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitain
Riset manajemen bisnis adalah proses pemecahan masalah khusus dalam
manajemen dan bisnis yang prosesnya ditentukan melalui pencarian dan analisis
secara komprehensif dari semua faktor yang dapat menyebabkan masalah
manajemen dan bisnis (Indrawati, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang mencoba melakukan pengukuran yang akurat terhadap perilaku,
pengetahuan, opini atau sikap (Indrawati, 2015).
Menurut Sugiyono (2014:8) metode penelitan kuantitatif adalah metode
penelitian yang belandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan.
Berdasarkan tujuan, penelitian ini masuk ke dalam jenis kausalitas. Studi
kausalitas adalah sebuah studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari
suatu masalah atau lebih, yang nantinya bisa melihat faktor - faktor yang
mempengaruhi antara variabel satu sama lain (Sekaran, 2011:164).

3.2 Alat Pengumpulan Data


3.2.1 Jenis Variabel
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, Oleh
karena itu, perlu untuk mendeskripsikannya dalam penelitian agar variabel
abstrak dapat diukur atau measurable dalam proses yang biasa disebut
operabilitas variabel. Operabilitas variabel adalah proses mereduksi variabel yang
termasuk dalam pertanyaan penelitian menjadi bagian terkecil sehingga dapat
diketahui ukuran dan klasifikasinya, sehingga memudahkan untuk mengevaluasi
data yang diperlukan untuk pertanyaan penelitian (Indrawati, 2015:124)
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang digunakan yaitu variabel
eksogen dan endogen.
Variabel eksogen adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel lain.
Dalam penelitian ini yang termasuk kedalam variabel eksogenus antara lain
Social Media Marketing, variabel endogen antara lain Brand Awareness, Minat
Beli, dan Keputusan Pembelian.
3.2.2 Operasional Variabel
Dalam SEM atau Structural Equation Modelling variabel dibagi
menjadi 2 jenis. Yakni variabel endogen dan variabel eksogen, kategori tersebut
dapat dilihat sebagai pada tabel berikut, Eksogen endogen dapat juga disebut
sebagai variabel independen, dependen, dan juga mediating/intervening.

Tabel 3.2.2.1 Variabel Eksogen


Variabel Definisi
Social Media Marketing social media marketing
Activities merupakan bentuk pemasaran yang dipakai untuk
meciptakan kesadaran, pengakuan,ingatan dan
bahkan tindakan terhadap suatu merk, produk,
bisnis, individu, atau kelompok baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan alat dari web sosial seperti blogging,
microblogging, dan jejaring sosial. (Setiawan, 2015).

Tabel 3.2.2.2 Variabel Endogen


Variabel Definisi
Brand Awarenes Kesadaran merek adalah sebuah kemampuan
pelangganuntuk mengenali
dan mengingat kembali sebuah merek dan
mengaitkannya dengan suatu produk tertentu.
Kesadaran merek melibatkan pengakuan sebuah
merek dan ingatan tentang sebuah merek.
Pengakuan merek melibatkan orang – orang
yang akan mampu mengenali merek tersebut
sebagiai sesuatu yang berbeda dengan merek –
merek yang lain. Kesadaran merek ini membuat
mereka mengenal sebuah merek hanya dengan
melihat logonya, ataupun mendengar
slogannya(Aaker 2013
Minat Beli Minat beli konsumen adalah tahap dimana
konsumen membentuk pilihan mereka diantara
beberapa merek yang tergabung dalam perangkat
pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu
pembelian pada suatu altenatif yang paling
disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk
membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh
bermacam pertimbangan (Pramono, 2012:136)
Keputusan Pembelian Keputusan(Decision) mencakup suatu pilihan
diantara dua atau lebih tindakan atau perilaku
alternatif. Pemasar secara khusus tertarik pada
perilaku pembeli, terutama pilihan konsumen
mengenai merek - merek yang akan di beli (Peter
(Olson. 2013)

Tabel 3.4 Variabel dan Indikator Penelitian


Variabel Dimensi Indikator/Pertanyaan
Social Media Interactivity INT1. Sosial media memperbolehkan
Marketing Activities saya untuk berbagi dan update
(Yadav & Rahman. konten yang tersedia.
INT2. Taeyang Kulture berinteraksi
2017)
secara reguler dengan pengikut dan
penggemarnya.
INT3. Taeyang Kulture memberikan
interaksi dua arah
Informativeness INF.1 Media Sosial Taeyang Kulture
memberikan informasi produk
dengan akurat
INF.2 Media Sosial Taeyang Kulture
memberikan informasi yang
bermanfaat
INF.3 Informasi yang diberikan
Media Sosial Taeyang Kulture sangat
komprehensif
Social Media Personalization PERS.1 Media Sosial Taeyang
Marketing Activities Kulture membuat pembelian sesuai
(Yadav & Rahman. dengan kebutuhan saya
PERS.2 Saya merasa kebutuhan saya
2017)
dipenuhi oleh Media Sosial Taeyang
Kulture
PERS.3 Media Sosial Taeyang
Kulture memfasilitasi pencarian
informasi tersendiri.
Trendiness TREND.1 Konten yang ada di Media
Sosial Taeyang Kulture merupakan
tren terbaru
TREND.2 Menggunakan layanan
Media Sosial Taeyang Kulture itu
trendi
TREND. 3 Apapun yang trendi ada
di Media Sosial Taeyang Kulture
Word Of WOM.1 Saya akan
Mouth merekomendasikan teman saya untuk
berkunjung ke Media Sosial Taeyang
Kulture
WOM.2 Saya akan mendukung
teman saya dan kenalan saya untuk
menggunakan layanan Taeyang
Kulture
WOM.3 Saya akan berbagi
pengalaman layanan Taeyang
Kulture dengan teman dan kenalan
saya
Brand Awareness - BA1. Saya mengetahui bahwa
(Huang, Yen & Liu. Taeyang Kulture memiliki banyak
2014) pengikut
BA2. Saya Menganggap layanan
Taeyang Kulture sebagai layanan
yang banyak diminati dalam industri
bahasa
BA3. Saya menganggap layanan
Taeyang Kulture memiliki kualitas
yang dapat dipercaya
BA4. Saat berbicara tentang les
bahasa, saya sering mendengar nama
Taeyang Kulture
BA5. Saya merasakan bahwa
layanan Taeyang Kulture itu
mewakili diri saya
BA6. Pengalaman mendapatkan
layanan yang tidak baik, akan
mempengaruhi kepercayaan diri saya
terhadap nama Taeyang Kulture
BA7. Layanan Taeyang Kulture yang
saya pakai menggambarkan selera
pribadi saya.
BA8. Layanan Taeyang Kulture yang
saya pakai, menggambarkan status
sosial saya.
BA9. Saya mengunjungi kantor
khusus untuk mendapatkan layanan
Taeyang Kulture
BA10. Memakai layanan Taeyang
Kulture berarti mengejar tren.
Minat Beli Minat MT1. Saya akan mencoba program
(Salim & Transaksional kursus Bahasa di Taeyang Kulture
Widyaningsih. 2017) jika jumlah siswanya 5 - 10 Orang
per kelas
MT2. Saya tertarik untuk mencoba
dua program sekaligus seperti kelas
online bahasa inggris dan bahasa
korea.
Minat MR1. Saya akan merekomendasikan
Referensial program kursus Taeyang Kulture
kepada orang - orang disekitar saya.
MR2. Saya akan mengajak orang -
orang disekitar saya untuk mengikuti
program kursus di Taeyang Kulture
MR3. Saya akan memberikan
tanggapan yang baik ketika orang
lain menanyakan tentang program les
bahasa di Taeyang Kulture
MR4. Saya akan memberikan
komentar positif mengenai program
kursus bahasa di Taeyang Kulture
Minat MP1. Saya akan memilih Taeyang
Preferensial Kulture sebagai pilihan utama saya
untuk belajar bahasa dibandingkan
lembaga kursus lainnya
MP2. Saya akan memilih program B
Korea karena biaya yang dikeluarkan
lebih murah dibandingkan lembaga
lainnya
MP3. Saya akan memprioritaskan
belajar B Korea di Taeyang Kulture
karena ilmunya dapat berguna di
masa depan saya.
MP4. Saya akan mementingkan
belajar B Korea di Taeyang Kulture
karena saya tidak mau tertinggal
materi oleh tenaga pengajar yang
ahli.
Minat ME1. Saya akan mencari informasi
Eksploratif mengenai biaya dan waktu
pembelajaran Bahasa di Taeyang
Kulture dari sumber yang terpercaya.
ME2. Saya akan mencari informasi
mengenai kenaikan level dan ujian di
program bahasa di Taeyang Kulture
melalui media internet dan staff
Taeyang Kulture
ME3. Saya akan mengikuti salah satu
akun sosial media Taeyang Kulture
seperti Instagram, Facebook, Tiktok,
agar saya tidak ketinggalan informasi
ME4. Saya akan mencari terstimoni
orang -orang yang telah mencoba
belajar bahasa di Taeyang Kulture
untuk menambah keyakinan saya
terhadap program tersebut.
Repurchase Intention RI1. Saya akan mengikuti program
(Abzari et al. 2014) bahasa di Taeyang Kulture
dibandingkan lembaga lain.
RI2.Saya bersedia untuk
merekomendasikan orang - orang
untuk menggunakan layanan
Taeyang Kulture
RI3. Saya akan menggunakan
layanan Taeyang Kulture di masa
yang akan datang.

3.2.3. Skala Pengukuran


Dalam kuesioner yang disebarkan, peneliti menggunakan skala likert guna
mengukur seberapa kuat responden setuju dan tidak setuju terhadap pernyataan –
pernyataan yang ada seperti yang dikemukakan oleh (Indrawati, 2015). Menurut
Sekaran (2013:185), skala adalah sebuah mekanisme dimana individu
diklasifikasikan mengenai bagaimana perbedaan satu sama lain terhadap antara
variabe. Skala atau alat dapat menjadi suatu hal yang buruk dalam artian hanya
akan secara luas mengelompokkan individu pada variabel tertentu, atau bisa juga
merupakan alat yang sesuai untuk membedakan individu pada variabel dengan
tingkat kecanggihan yang bervariasi. Skala pengukuran yang digunakan dalam
penelitian ini ialah skala ordinal dan numerik. Skala ordinal merupakan skala
yang tidak hanya mengkategorikan variabel sedemikian rupa sehingga bisa
membedakan perbedaan diantara berbagai kategori, namun juga memberi
peringkat pada beberapa kategori dengan cara yang berarti, dengan variabel apa
saja kategori yang dipesan sesuai dengan beberapa preferensi, skala ordinal akan
digunakan (Sekaran, 2003:187). Desain pengukuran penelitian ini menggunakan
pengukuran numerik. Skala numeric adalah skala yang mempunyai angka-angka
dari pada kata-kata deskripsi sebagai pilhan respon atau jawaban untuk
mengidentifikasi kategori respon tersebut (Zikmund, 2003:315). . Pemilihan skala
pada penelitian ini mengunakan skala ordinal, yang dimulai dari 1 “sangat tidak
setuju” sampai 5 “sangat setuju”.
3.3. Tahapan Penelitian
Dalam melakukan sebuah penelitian pasti terdapat tahap – tahap yang
harus di tempuh sebelumnya untuk mendapatkan hasil yang baik dan sesuai.
Tahapan tahapan tersebut dapat dilihat lebih jelas sebagai berikut.

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian


Sumber: Olahan Peneliti

3.4. Populasi dan Sampel


3.4.1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2014:80). Dalam
penelitian ini, objek dari populasi bisa menjadi sumber data bagi peneliti yang
nantinya akan menarik suatu kesimpulan dari hasil pengolahan data tersebut.
Populasi yang diambil pada penelitian ini mengambil dari sisi murid atau
pelanggan yang sudah terdaftar pada database penjualan Taeyang Kulture
terhitung sejak bukan Oktober 2020. Maka populasi pada penelitian ini
mengambil dari data pelanggan yang sedang menjalani atau mendapatkan layanan
dari Taeyang Kulture

3.4.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2014:81). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah murid yang terdaftar dalam database penjualan Taeyang Kulture
yang berjumlah 741 orang. Dalam menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik SEM dimana ukuran sampel dapat
ditentukan berdasarkan jumlah parameter di dalam model struktural
(Ghozali.2007). Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian, peneliti
membutuhkan responden sebanyak minimal 200 sampel. Menurut Joreskog &
Sorbom (1988) dalam Bachrudin & Tobing (2003), menyatakan bahwa hubungan
antara banyaknya variabel dan ukuran sampel mnimal dalam model persamaan
struktural terbagi menjadi beberapa kategori yaitu

Tabel 3.5 Penentuan Jumlah Sampel


Banyaknya Variabel Ukuran Sampel Minimal
3 200
5 200
10 200
15 360
20 630
25 975
30 1395
Sumber: Bachrudin & Tobing(2003:68)
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang akan saya
lakukan adalah :
Saya akan menggunakan Google Forms dalam pengambilan datanya.

3.6. Uji Validitas dan Reliabilitas


Sebelum dilakukan analisis data, peneliti akan melakukan uji validitas
dan reliabilitas pada penelitian ini. Uji validitas dilakukan untuk memastikan
bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur suatu konsep merupakan alat
ukur yang sesuai untuk mengukur konsep tersebut (Bryman & Bell, 2011:159).
Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk menguji konsistensi suatu konsep
(Bryman & Bell, 2011:158), dapat dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan
harus dapat digunakan berulang kali untuk mengukur suatu objek yang sama dan
menghasilkan hasil data yang sama.

3.6.1. Uji Validitas


Hair et al (2010:709) mengatakan untuk pengujian validitas pada alat
ukur penelitian ini, peneliti akan menggunakan analisis faktor konfirmatori atau
sering disebut confirmatory factor analysis (CFA). CFA digunakan untuk menguji
loading factor pada setiap indikator, dimana suatu indikator dikatakan valid jika
memiliki nilai loading factor lebih besar dari 0.5, akan tetapi lebih ideal jika nilai
loading factor lebih besar dari 0.7. CFA merupakan salah satu cara untuk menguji
convergent validity, yaitu untuk memastikan bahwa indikator-indikator pada
suatu variabel benar-benar berpusat dan mengukur variabel tersebut. Selain
melihat loading factor pada masing-masing indikator, penelitian ini juga akan 34
mengkalkulasikan average variance extracted (AVE) pada masingmasing
variabel. Dengan CFA, AVE pada masing-masing variabel dihitung dengan
rumus:
Dengan Li merupakan nilai loading factor dan n merupakan jumlah
indikator pada masing-masing variabel. Nilai AVE yang lebih besar dari 0.5
menunjukkan bahwa indikator-indikator pada suatu variabel sudah dapat menyatu
dan dapat mewakili variabel-variabel tersebut (Hair et al, 2010:709-710)

3.6.2. Uji Reliabilitas


Hair et al (2010:710) mengatakan uji reliabilitas pada penelitian ini
menggunakan construct reliability (CR) yang dihitung dengan rumus:

3.7. Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah
structural equation modeling atau SEM. SEM adalah sebuah teknik analisis pada
variabel dan tiap indikator dengan penggambaran sebuah model struktural. Setiap
indikator pada suatu variabel mempunyai fungsi untuk bisa mengartikan atau
mewakili variabel tersebut, serta antar variabel saling bergantung dengan variabel
lainnya. Model SEM cocok untuk digunakan saat peneliti mempunyai banyak
variabel dalam model strukturalnya dengan tiap indikator dan variabel dapat
dibedakan menjadi variabel eksogen dan variabel endogen (Hair et al, 2010:641).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan program LISREL versi 8.80 untuk
mengolah data dengan menggunakan metode SEM (Hair et al, 2010:632).
Aplikasi pengolah data LISREL merupakan salah satu aplikasi yang sering
digunakan untuk yang menggunakan metode SEM pada penelitiannya. Penelitian
ini pula menggunakan metode estimasi maximum likelihood estimation atau MLE
dimana metode estimasi ini biasa digunakan pada teknik analisis SEM dan secara
default digunakan oleh LISREL (Hair et al, 2010:632; Widodo, 2007). Dalam
penelitian yang menggunakan teknik analisis SEM, terdapat enam tahapan yang
harus dilakukan ketika menganalisis data dengan menggunakan metode SEM
(2010:654-677). Seperti gambar yang ditunjukkan dibawah ini adalah gambar 3.2.

Gambar 3.2 Tahapan SEM


Sumber: Hair et al(2010:654)
Teknik analisis dengan menggunakan model SEM dimulai dari
menentukan variabel-variabel apa saja yang akan digunakan dan indikator
indikator yang digunakan untuk mengukur tiap variabel pada penelitian ini.
Variabel dan indikator yang diambil untuk diteliti dapat melihat model penelitian
dari penelitian-penelitian terdahulu yang dapat diubah oleh peneliti. Setelah
menentukan variabel dan indikator, hubungan antar variabel dapat digambarkan
menjadi sebuah model atau kerangka penelitian. Selanjutnya hipotesis dibuat
untuk dapat menjelaskan hubungan antar variabel tersebut. Tahap selanjutnya
adalah merancang penelitian tersebut untuk menghasilkan output yang baik,
seperti menentukan tipe data penelitian, jumlah sampel yang dibutuhkan, metode
estimasi yang akan digunakan, dan memilih program komputer yang digunakan.
Kemudian, untuk indikator-indikator yang digunakan pada penelitian akan diuji
validitas dan reliabilitasnya. Untuk uji validitas dapat dilakukan dengan melihat
hasil nilai loading factor pada tiap indikator dan hasil dari nilai AVE pada setiap
variabel. Sedangkan untuk uji reliabilitas dapat dilakukan dengan melihat hasil
dari nilai construct reliability pada tiap-tiap indikator. Selain itu, model penelitian
yang digunakan harus diuji kecocokannya untuk bisa menunjukan matriks
kovarian pada tiap indikator yang digunakan. Kecocokan model penelitian dapat
dilihat dari penilaian GOF yang mempunyai beberapa kriteria.
Menurut Hair et al (2010:672), χ^2, DF, CFI, dan RMSEA mempunyai
informasi yang cukup untuk bisa mengevaluasi model penelitian. Jika indikator
yang digunakan tidak memenuhi uji validitas, reliabilitas, serta criteria yang
sudah ditentukan dalam penilaian GOF, maka indikator yang digunakan harus
diperbaiki agar langkah setelahnya dapat diteruskan. Langkah pada tahap ini
hanya untuk menguji indikator yang digunakan. Karena itu pengujian pada tahap
ini dilakukan tanpa menghubungkan hubungan antar variabel. Langkah
selanjutnya adalah menggambarkan model penelitian beserta indikatornya setelah
indikator tersebut melewati pengujian validitas, reliabilitas, dan GOF. Tahap
selanjutnya yaitu menguji variabel-variabel dalam model penelitian dengan
melihat kriteria-kriteria GOF yang sudah dijelaskan pada langkah sebelumnya.
Pengujian variabel pada tahap ini juga untuk melihat bagaimana pengaruh antar
variabel di dalam model penelitian sesuai dengan hipotesis yang sudah dibuat
sebelumnya. Tahap terakhir adalah jika model penelitian secara keseluruhan
sudah baik, maka metode SEM dapat diakhiri dengan menarik sebuah kesimpulan
dan pemberian rekomendasi.

3.7.1. Kecocokan Model


Kecocokan model atau Goodness of Fit dapat digunakan untuk menilai
suatu model penelitian apakah model tersebut masuk ke dalam kategori fit atau
tidak melihat dari indikator-indikator yang ada pada software LISREL 8.80.
Model yang dinyatakan baik pada salah satu kriteria Goodness of Fit belum tentu
akan dinyatakan baik pula pada kriterian Goodness of Fit lainnya. Berikut
dibawah ini adalah beberapa kirteria dari Goodness of Fit yang terdapat dalam
aplikasi LISREL 8.80:
a. Chi – square (χ2)
Nila Chi-square (χ2) dapat memperlihatkan adanya penyimpangan
antara nilai vocatiance matrix terhadap model (fitted) covariance matrix,
yaitu semakin besar nilai covariance matrix semakin buruk model
penelitian tersebut. Nilai Chisquare yang menunjukan mendekati nilai
nol dapat diartikan bahwa model penelitian tersebut mempunyai salah
satu nilai Goodness of Fit yang mendekati sempurna. Namun, nilai Chi-
square dapat sering berubah - ubah karena nilai ini sensitive terhadap
jumlah sampel dan jumlah variabel pada penelitian tersebut sehingga
alternatif lain dari melihat nilai Chi-square adalah dengan melihat nilai
probabilitas Chi-square (p). Nilai probabilitas Chi-
b. Goodness Of Fit Index
Goodness of Fit Index (GFI) adalah suatu kriteria mengenai ukuran
ketepatan model dalam menghasilkan nilai observed matriks kovarians.
Secara teori nilai GFI harus berada diantara 0 dan 1, namun nilai dari kriteria
GFI juga dapat menghasilkan nilai yang negative. Hal ini dapat diartikan
bahwa model penelitian tersebut merupakan model penelitian terburuk yang
pernah ada (Joreskog dan Sorbom, 1996). Nilai GFI yang lebih besar dari
nilai GFI yang 0,9 dapat memperlihatkan bahwa model penelitian ini dapat
dikatakan baik karena nilainya termasuk ke dalam kriteria penilaian GIF
(Diamantopou Lus dan Siguaw, 2000)
c. Adjusted Goodness of Fit Index
Adjusted goodness of fit index atau AGFI adalah suatu kriteria
Goodness of Fit yang telah menyesuaikan pengaruh degrees of freedom pada
suatu model. Sama seperti penilaian kriteia GIF yaitu jika nilai AGFI
menghasilkan nilai lebih dari 0.9 maka model penelitian tersebut dapat
termasuk ke dalam model yang fit (Dimantopulus dan Sigguaw, 2000). Selain
itu, kriteria Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) yang diperkenalkan
oleh Mulaik et al. (1998) juga mempunyai pengertian yang hampir sama
dengan AGFI yaitu dimana AGFI telah menyesuaikan pengaruh degrees of
freedom pada suatu model namum PGFI telah menyesuaikan pengaruh
degrees of freedom dan melihat juga dari kompleksitas pada suatu model.
Suatu model dapat dikatakan fit apabila PGFI memiliki nilai lebih besar dari
0.6 (Byrne, 1998).
d. Root Mean Square Error Of Approximation (RMSEA)
RMSEA adalah kriteria untuk melihat seberapa besar penyimpangan
yang terjadi pada nilai parameter model penelitian dengan dengan matriks
kovarians populasi (Browne dan Cudeck, 1993). Jika hasil dari nilai RMSEA
kurang dari 0.05 maka model penelitian tersebut dapat dikatakan fit
(Byrne,1998). Sementara itu. Joreskog (1996) mengatakan tentang nilai
probabilitas kedekatan terhadap model fit atau P-value for test of close fit .
Nilai probabilitas kedekatan terhadap model fit harus lebih besar dari 0.5.
e. Fit Index
Normed Fit Index (NFI) pertama kali ditemukan oleh Bentler dan
Bonetts (1980) dan Bentler (1990) mengubah nama kriteria ini menjadi
Comparative Fit Index (CFI) karena mempunyai kemampuan untuk
merendahkan nilai kecocokkan pada sampel yang kecil. NFI dan CFI
termasuk ke dalam salah satu cara untuk dapat menentukkan kecocokkan
suatu model yang memiliki nilai diantara 0 dan 1. Suatu model yang
menghasilkan nilai NFI dan CFI lebih besar dari 0.9 termasuk ke dalam
kategori model yang cocok (Bentler,1992). NonNormed Fit Index (NNFI)
merupakan kriteria yang digunakan untuk mengatasi permasalahan yang
Timbul akibat dari kompleksitas model yang nilainya dapat lebih besar dari
pada 1.
Selain dari ketentuan kriteria-kriteria diatas, menurut Hait et al
(2006:751752), tidak ada nilai mutlak yang dapat dijadikan acuan untuk
menilai cocok atau tidaknya model karena index fit mempunyai sifat yang
sensitif. Selain itu, hasil dari nilai kriteria CFI, RMSEA, dan Chi-square
(χ2) dapat menentukan cocok atau tidaknya suatu model pada beragam
kondisi. Berikut merupakan tabel goodness of fit indices yang digunakan
dalam penelitian ini dengan menerapkan dari penelitian yang telah
dilakukan oleh (Widodo, 2015)
Daftar Pustaka
Aaker, David. (2014). Aaker on Branding “20 Prinsip Esensial Mengelola dan
Mengembangkan Brand”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Bachrudin , A. & Tobing, H.L. (2003). Analisis data untuk penelitian survai
dengan menggunakan LISREL 8 Dilengkapi Contoh Kasus, CV. In
Media, Bandung.

Byrne, B.M. (1998). Structural Equation Modelling with LISREL, PRELIS, and
SIMPLIS: Basic Concepts, applications and programming. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Danang, Sunyoto. (2012). Manajemen Pemasaran, Yogyakarta: Buku Seru.

Durianto, dan Liana. C, (2004). Analisi efektivitas iklan televisi softener soft
& fresh di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan consumen
decision model, Jurnal Ekonomi Perusahaan,Vol.11 (no.1): 35-55

Gunelius, Susan. 2011. 30 Minute Social Media Marketing. United States :


McGraw Hill

Hair et al. (2010). Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. Pearson Prentice
Hall

Huang, C.-C., Yen, S.-W., Liu, C.-Y., & Chang, T.-P. (2014). The relationship
among brand equity, customer satisfaction, and brand resonance to
repurchase intention of cultural and creative industries in Taiwan.
International Journal of Organizational Innovation (Online), 6(3), 106.

Indrawati. (2015).Metode Penelitian Manajemen dan Bisnis Konvergensi


Teknologi Komunikasi dan Informasi, Bandung : Aditama.

Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. (2012). Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Erlangga.

Paul Temporal dan K.C.Lee. Hi-Tech Hi Touch Branding, Salemba Empat,


Yogyakarta, 2001.

Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. (2008). Consumer Behavior : Perilaku


Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta : Erlangga

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: Afabeta

Weinberg, Tamar. 2009. The New Community Rules : Marketing on the Social
Web. California : O’ Reilly

Yadav, Mayank dan Rahman, Zilur. 2017. Measuring consumer perception of


social media marketing activities in e-commerce industry.
Uttarakhand, India: Telematics and Informatics

Zikmund, William G. et.al. (2003). Customer RelationshipManagement:


Integrating Marketing Strategy and Information Technology. New
Jersey: John Wiley and Sons.

https://jabarekspres.com/2020/150-557-umkm-kota-bandung-sudah-diajukan-ke-
pusat-untuk-dapat-bantuan-modal-usaha/ Diakses pada tanggal 4
Novermber 2020

https://katadata.co.id/febrinaiskana/digital/5e9a41f84eb85/penggunaan-whatsapp-
dan-instagram-melonjak-40-selama-pandemi-corona Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2020

https://smartlegal.id/smarticle/2019/02/13/klasifikasi-ukm-dan-umkm-di-
indonesia/ Diakses pada tanggal 2 November 2020
https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia Diakses pada tanggal 20
September 2020

Anda mungkin juga menyukai