THESIS
Disusun oleh
2401191024
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2021
PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE
2401191024
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen
Disusun oleh
2401191024
Pembimbing
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS TELKOM
BANDUNG
2021
HALAMAN PENYATAAN
Dengan ini saya, Falih Bagus Prasetyo menyatakan bahwa Thesis dengan judul
“PENGARUH SOCIAL MEDIA MARKETING, BRAND AWARENESS
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DENGAN MINAT BELI
SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA TAEYANG KULTURE”
adalah
benar benar karya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan kecuali melalui
pengutipan sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku. Saya bersedia
menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam skripsi saya ini.
1.1.2 Motto
“See The World Through Language and explore more”
2020
2019
2018
2017
2016
JUMLAH MURID
1.2.1.2 TikTok
Tiktok memiliki karakteristik konten yang berbeda dengan Instagram. Tiktok
merupakan salah satu platform media sosial dengan jenis konten video dengan
durasi maksimal selama 1 menit. Selain jenis konten, algoritma yang dimiliki oleh
TikTok berbeda dengan Instagram, dimana TikTok menyebarkan konten tertentu
berdasarkan musik pendukung yang digunakan pada video atau konten tersebut.
Akun TikTok Taeyang Kulture dengan nama @taeyangkulture memulai
penggunaan platform TikTok ini sejak tanggal 5 Juli 2020. Konten dari akun
TikTok ini berisi ilmu pelajaran Bahasa Korea, Inggris, dan Mandarin ditemani
dengan konten konten menarik lain nya seperti pembahasan film, permainan dan
lain lain. Akun TikTok yang dimiliki Taeyang Kulture memiliki sebanyak 15.200
pengikut, dengan jumlah orang yang menyukai konten Tiktok nya sebanyak
258.600 orang.
Hal ini juga didukung oleh terjadinya wabah Covid-19 yang menganjurkan warga
untuk melakukan segala aktifitasnya dari rumah sehingga terjadi peningkatan
jumlah pengguna media sosial di Indonesia.Menurut penelitian yang dilakukan
oleh TechCrunch dari tanggal 14 Hingga 24 Maret 2020. Pengguna WhatsApp
dan Instagram mengalami peningkatan hingga 40% selama pandemi virus corona.
Hal ini disebabkan orang orang harus tetap bisa berkomunikasi di tengah wilayah
karantina atau Lockdown(Katadata.co.id, 2020).
Dari observasi peneliti, pada daerah tempat tinggal peneliti yaitu Margawangi
Estate Kelurahan Margacinta, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung. Sudah ada
22 UMKM baru yang terlahir ditengah situasi pandemi virus corona ini. Setelah
survey yang dilakukan oleh peneliti, hanya terdapat sebesar 7% nya yang
menggunakan media sosial untuk melakukan aktifitas pemasaran.
Berdasarkan hal di atas tersebut, penulis berencana untuk mencari apakah
Social Media Marketing berpengaruh dalam mengantarkan nilai nilai yang
terdapat pada Brand Equity(Brand Awareness, Brand Loyalty, Perceived Quality,
Brand Association) untuk menciptakan keputusan pembelian pada konsumen.
Jika hasilnya signifikan, hasil penelitian ini dapat menjadi landasan yang kuat
mengapa perusahaan micro hingga perusahaan besar harus bisa mengoptimalkan
aktifitas Social Media Marketing untuk memasarkan produk, jasa, layanan yang
ditawarkan oleh perusahaan.
1.4 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Minat
Beli (Willingness to Buy)
2. Bagaimanakah pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Kesadaran Merek (Brand Awareness)
3. Bagaimanakah pengaruh Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
4. Bagaimanakah pengaruh Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing)
pada Minat Beli (Willingness to Buy)
5. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
6. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Kesadaran Merek (Brand Awarenes) pada Keputusan
Pembelian (Repurchase Intention)
7. Bagaimanakah pengaruh Minat Beli (Willingness to Buy) dalam memediasi
hubungan antara Pemasaran Media Sosial (Social Media Marketing) pada
Keputusan Pembelian (Repurchase Intention)
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil oenelitian
yang sudah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Pemasaran Digital
Menurut Dave Chaffey (2016 : 11) Digital Marketing adalah kiat yang
dilakukan untuk mencapai tujuan melalui media dan teknologi digital. Digital
Marketing memiliki aktifitas menangani bentuk bentuk kehadiran perusahaan
pada media online, seperti website perusahaan dan media sosial perusahaan.
4. Pemasaran Media Sosial
Menurut Gunelius (2011:10) social media marketing merupakan suatu bentuk
pemasaran langsung ataupun tidak langsung yang digunakan untuk membangun
kesadaran, pengakuan, daya ingat, dan tindakan untuk merek, bisnis, produk,
orang, atau entitas lainnya dan dilakukan dengan menggunakan alat dari web
sosial seperti blogging, microblogging, social networking, social bookmarking,
dan content sharing. Social media marketing adalah sebuah proses yang
mendorong individu untuk melakukan promosi melalui situs web, produk, atau
layanan mereka melalui saluran sosial online dan untuk berkomunikasi dengan
memanfaatkan komunitas yang jauh lebih besar yang memiliki kemungkinan
lebih besar untuk melakukan pemasaran daripada melalui saluran periklanan
tradisional (Weinberg, 2009:3-4).
Social media marketing merupakan bentuk periklanan secara online yang
menggunakan konteks kultural dari komunitas sosial meliputi jejaring sosial,
dunia virtual, situs berita sosial, dan situs berbagi pendapat sosial untuk menemui
tujuan komunikasi (Tuten, 2008:19). Menurut Gunelius (2011:59-62) terdapat
empat elemen yang dijadikan sebagai variabel kesuksesan social media marketing
:
1. Content Creation
Konten yang menarik menjadi landasan strategi dalam melakukan pemasaran
media sosial. Konten yang dibuat harus menarik serta harus mewakili kepribadian
dari sebuah bisnis agar dapat dipercaya oleh target konsumen.
2) Content Sharing
Membagikan konten kepada komunitas sosial dapat membantu memperluas
jaringan sebuah bisnis dan memperluas online audience. Berbagi konten dapat
menyebabkan penjualan tidak langsung dan langsung tergantung pada jenis
konten yang dibagikan.
3) Connecting
Jejaring sosial memungkinkan seseorang bertemu dengan lebih banyak orang
yang memiliki minat yang sama. Jaringan yang luas dapat membangun hubungan
yang dapat menghasilkan lebih banyak bisnis. Komunikasi yang jujur dan hati-
hati harus diperhatikan saat melakukan social networking.
5. Merek
Menurut American Marketing Association (AMA) merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol atau rancangan, atau kombinasinya yang bertujuan untuk
mengidentifikasi sebuah barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok
penjual yang membedakan mereka dari para pesaing. Merek adalah produk atau
jasa yang dimensinya dapat membedakan merek tersebut dengan beberapa cara
dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang
sama (Kotler & Keller 2012:258).
Aaker (2014:XV) mengatakan bahwa merek lebih dari sekedar logo, merek
merupakan sebuah janji satu organisasi kepada pelanggan untuk memberikan apa
yang menjadi prinsip merek itu, tidak hanya dalam hal manfaat 11 fungsional,
tetapi juga manfaat emosional, ekspresi diri, dan sosial. Namun, sebuah merek itu
lebih dari sekedar memenuhi sebuah janji. Sebuah merek juga merupakan satu
perjalanan, sebuah hubungan yang berkembang melalui persepsi dan pengalaman
yang sudah dimiliki pelanggan setiap kali mereka berhubungan dengan merek
tersebut.
Menurut Tjiptono (2011:24) dalam melakukan keputusan branding terdapat
enam aspek utama, yaitu:
a) Keputusan branding, yakni keputusan menyangkut apakah akan
menggunakan merek atau tidak untuk produk yang dihasilkan.
b) Keputusan brand sponsor, yakni keputusan berkenaan dengan siapa yang
harus mensponsori merek
c) Keputusan brand hierarchy, yakni keputusan menyangkut apakah setiap
produk perlu diberi merek sendiri ataukah menggunakan coorporate
brand.
d) Keputusan brand extension, yakni keputusan menyangkut apakah nama
merek spesifikasi perlu diperluas pada produk-produk lain.
e) Keputusan brand repositioning, yaitu keputusan untuk mengubah produk
dan citranya agar dapat lebih memenuhi ekspektasi pelanggan.
6. Ekuitas Merek
Menurut Aaker dalam Tjiptono (2011:97) menjabarkan aset merek yang
berkontribusi pada penciptaan brand equity ke dalam empat dimensi, yaitu:
kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas (perceived quality), asosiasi
merek (brand association), dan loyalitas merek (brand loyalty), seperti terlihat
pada tampilan gambar di bawah ini:
a) Brand Awareness
Kesadaran merek adalah sebuah kemampuan pelanggan untuk mengenali
dan mengingat kembali sebuah merek dan mengaitkannya dengan suatu
produk tertentu. Kesadaran merek melibatkan pengakuan sebuah merek dan
ingatan tentang sebuah merek. Pengakuan merek melibatkan orang – orang
yang akan mampu mengenali merek tersebut sebagiai sesuatu yang berbeda
dengan merek – merek yang lain. Kesadaran merek ini membuat mereka
mengenal sebuah merek hanya dengan melihat logonya, ataupun mendengar
slogannya(Aaker 2013)
Kesadaran merek memiliki tingkatan dalam ingatan konsumen dalam
menciptakan suatu nilai. Menurut Aaker (2013:205) tingkatan tersebut
adalah :
1. Top of Mind menggambarkan merek yang pertama kali diingat oleh
responden atau pertama kali disebut ketika yang bersangkutan ditanya
tentang suatu kategori produk
a) Perceived Quality
Persepsi Kualitas terhadap merek menggambarkan respon keseluruhan
pelanggan terhadap kualitas dan keunggulan yang ditawarkan merek. Karena
perceived quality merupakan persepsi dari pelanggan maka perceived quality
tidak dapat ditentukan secara objektif, persepsi pelanggan akan melibatkan
apa yang penting bagi pelanggan yang harus diberikan oleh perusahaan.
b) Brand Association
Asosiasi Merek (Brand associations) berkenaan dengan segala sesuatu
yang berkaitan dengan ingatan pelanggan terhadap sebuah merek. Karena itu
dalam asosiasi merek menurut Temporal (2002:44) “Agar benar – benar bisa
menonjol diantara merek – merek lainnya suatu merek harus mempunyai
hubungan emosional yang unik”.
c) Brand Loyalty
Loyalitas merek adalah komitmen kuat dalam berlangganan atau
membeli kembali sebuah merek secara terus menerus atau konsisten di masa
depan. Konsumen yang setia berarti konsumen yang melakukan aktifitas
pembelian secara berulang ulang Secara umum, langkah – langkah untuk
memelihara dan meningkatkan brand loyalty adalah dengan melakukan
pemasaran hubungan (relationship marketing), pemasaran frekuensi
(frequency marketing), pemasaran keanggotaan (membership marketing) dan
memberikan hadian (reward) (Aaker, 2013:206).
2. Minat Beli
a) Pengertian Minat beli
Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku
dalam sikap mengkonsumsi. Minat beli konsumen adalah tahap dimana konsumen
membentuk pilihan mereka diantara beberapa merek yang tergabung dalam
perangkat pilihan, kemudian pada akhirnya melakukan suatu pembelian pada
suatu altenatif yang paling disukainya atau proses yang dilalui konsumen untuk
membeli suatu barang atau jasa yang didasari oleh bermacam pertimbangan
(Pramono, 2012:136).
Pengertian minat beli menurut Kotler dan Keller (2013:15), “Minat beli
merupakan perilaku yang muncul sebagai respon terhadap objek yang
menunjukkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian”. Menurut
Durianto dan Liana (2004:44), “Minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan
dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak
unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu”. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan minat beli merupakan pernyataan mental dari konsumen yang
merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Suatu produk dikatakan telah dikomsumsi oleh konsumen apabila produk
tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Karakteristik pribadi
konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan sangat komplek, dan
salah satunya adalah asanya dorongan atau motivasi konsumen untuk membeli.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat beli adalah
kesungguhan hati untuk memiliki sesuatu pengorbanan dimana minat beli itu
timbul karena konsumen merasa puas terhadap kualitas produk yang diberikan
oleh perusahaan.
Minat yang muncul dalam melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi
yang terus terekam dalam benaknya dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat
dan yang pada akhirnya ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya,
maka konsumen akan mengaktualisasi apa yang ada dalam benaknya tersebut
(Ferdinand, 2014:189).
Menurut Ferdinand (2014:189), minat beli dapat diidentifikasikan melalui
indikator - indikator sebagai berikut:
a) Minat Transaksional. Kecenderungan seseorang untuk membeli
produk. Minat ini dapat diartikan keinginan seseorang untuk segera
membeli/memiliki suatu produk
b) Minat Referensial. Kecenderungan seseorang untuk mereferensikan
produk kepada orang lain.
c) Minat Preferensial. Minat yang menggambarkan perilaku seseorang
yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi bahwa
produk terntu yang sedang dibutuhkan oleh seseorang tersebut berhak
mengabaikan pilihan yang lain.
d) Minat Eksploratif. Minat ini mendeskripsikan perilaku seseorang yang
selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan
mencari informasi untuk mendukung sifat sifat posisi dari produk
tersebut.
2. Keputusan Pembelian
Menurut Peter Jerry C. Olson(2013), suatu keputusan(Decision) mencakup
suatu pilihan diantara dua atau lebih tindakan atau perilaku alternatif. Pemasar
secara khusus tertarik pada perilaku pembeli, terutama pilihan konsumen
mengenai merek - merek yang akan di beli. Proses inti dalam pengambilan
keputusan konsumen adalah proses integrasi yang digunakan untuk
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih satu diantaranya. Hasil proses integrasi tersebut adlah
suatu pilihan (choice), serta kognitif menunjukan intensi perilaku.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitain
Riset manajemen bisnis adalah proses pemecahan masalah khusus dalam
manajemen dan bisnis yang prosesnya ditentukan melalui pencarian dan analisis
secara komprehensif dari semua faktor yang dapat menyebabkan masalah
manajemen dan bisnis (Indrawati, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang mencoba melakukan pengukuran yang akurat terhadap perilaku,
pengetahuan, opini atau sikap (Indrawati, 2015).
Menurut Sugiyono (2014:8) metode penelitan kuantitatif adalah metode
penelitian yang belandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang ditetapkan.
Berdasarkan tujuan, penelitian ini masuk ke dalam jenis kausalitas. Studi
kausalitas adalah sebuah studi dimana peneliti ingin menemukan penyebab dari
suatu masalah atau lebih, yang nantinya bisa melihat faktor - faktor yang
mempengaruhi antara variabel satu sama lain (Sekaran, 2011:164).
3.4.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono,2014:81). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah murid yang terdaftar dalam database penjualan Taeyang Kulture
yang berjumlah 741 orang. Dalam menentukan jumlah sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik SEM dimana ukuran sampel dapat
ditentukan berdasarkan jumlah parameter di dalam model struktural
(Ghozali.2007). Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian, peneliti
membutuhkan responden sebanyak minimal 200 sampel. Menurut Joreskog &
Sorbom (1988) dalam Bachrudin & Tobing (2003), menyatakan bahwa hubungan
antara banyaknya variabel dan ukuran sampel mnimal dalam model persamaan
struktural terbagi menjadi beberapa kategori yaitu
Bachrudin , A. & Tobing, H.L. (2003). Analisis data untuk penelitian survai
dengan menggunakan LISREL 8 Dilengkapi Contoh Kasus, CV. In
Media, Bandung.
Byrne, B.M. (1998). Structural Equation Modelling with LISREL, PRELIS, and
SIMPLIS: Basic Concepts, applications and programming. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Durianto, dan Liana. C, (2004). Analisi efektivitas iklan televisi softener soft
& fresh di Jakarta dan sekitarnya dengan menggunakan consumen
decision model, Jurnal Ekonomi Perusahaan,Vol.11 (no.1): 35-55
Hair et al. (2010). Multivariate Data Analysis, Seventh Edition. Pearson Prentice
Hall
Huang, C.-C., Yen, S.-W., Liu, C.-Y., & Chang, T.-P. (2014). The relationship
among brand equity, customer satisfaction, and brand resonance to
repurchase intention of cultural and creative industries in Taiwan.
International Journal of Organizational Innovation (Online), 6(3), 106.
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. (2012). Manajemen Pemasaran. Jakarta:
Erlangga.
Weinberg, Tamar. 2009. The New Community Rules : Marketing on the Social
Web. California : O’ Reilly
https://jabarekspres.com/2020/150-557-umkm-kota-bandung-sudah-diajukan-ke-
pusat-untuk-dapat-bantuan-modal-usaha/ Diakses pada tanggal 4
Novermber 2020
https://katadata.co.id/febrinaiskana/digital/5e9a41f84eb85/penggunaan-whatsapp-
dan-instagram-melonjak-40-selama-pandemi-corona Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2020
https://smartlegal.id/smarticle/2019/02/13/klasifikasi-ukm-dan-umkm-di-
indonesia/ Diakses pada tanggal 2 November 2020
https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia Diakses pada tanggal 20
September 2020