SADAR RISIKO
Penulis:
Abdul Mongid
Saladin Ghalib
MEMBANGUN BUDAYA SADAR RISIKO
2022 I 00395
Penulis
Abdul Mongid I Saladin Ghalib
Editor
Dr. Abdul Rahman, H. M.T.,CT.,CHCP.,C.PI
ISBN: 978-623-457-051-9
Desain Sampul
Lukas Liani, S.Psi.
Layout
Asep Nugraha, S.Hum.
Penerbit
Yayasan Pendidikan dan Sosial
Indonesia Maju (YPSIM) Banten
Kavling Aji Said – Muntil Permai
Blok A.12 Lingkungan Muntil
Kota Serang Provinsi Banten
E-mail: Ypsimbanten@gmail.com
Website : www.ypsimbanten.com
WhatsApp: 0815 9516 818
ANGGOTA IKAPI No. 039/BANTEN/2020
(IKATAN PENERBIT INDONESIA
Buku ini bukan sesuatu yang luar biasa. Ini hanyalah sebuah
kontribusi kecil kami untuk dapat dimanfaatkan terutama oleh
para pemuda yang ingin membangun usaha baik itu pada
perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Pegawai pada
Mohon maaf jika buku ini kurang sesuai harapan. Kritik dan
saran akan kami terima untuk perbaikan kedepan.
Terimakasih.
Penulis
KATA PENGANTAR................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................. iv
Belajar dari krisis 2008, pengelola risiko dan otoritas saat ini
melakukan transformasi mendasar yaitu dengan merubah
tentang bagaimana seharusnya manajemen risiko yang baik.
4 MEMBANGUN BUDAYA SADAR RISIKO
Dari sekedar pengelolaan risiko yang bersifat kuantitatif
matematik yang mekanistis menjadi sesuatu yang lebih melihat
unsur perilaku manusia. Ibararatnya dari orientasi matematis ke
orientasi budaya. Hal ini menunjukkan mulia adanya
pertimbangan aspek budaya dalam manajemen risiko.
Kesadaran akan pentingnya budaya dalam pengelolaan risiko
karena ternyata budaya menentukan kesadaran akan risiko atau
bahaya.
Perhor
matan
Peran GCG
Tugas Komite
1. Komite Audit
Komite Audit bertugas mereview dan pemantauan :
a) Pelaksanaan tugas SKAI (Satuan Kerja Audit Intern)
b) Kesesuaian pelaksanaan audit laporan keuangan
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan standar yang
berlaku,
c) Pelaksanaan tindak lanjut atas hasil temuan dari SKAI,
KAP dan OJK.
Risiko Pasar
Risiko Operasional
Moral hazarD
Risiko likuiditas
Risiko likuiditas adalah jenis risiko lain yang melekat dalam bisnis
perbankan. Ini satu satunya risiko yang secara instan membuat
bank bangkrut. Risiko likuiditas adalah risiko bahwa bank tidak
akan dapat memenuhi kewajibannya jika deposan datang untuk
menarik uangnya. Risiko ini melekat pada sistem perbankan
modern karena hanya sebagian kecil dana nasabah yang
disimpan dalam kas. Istilahnya adalah system perbankan
dengan cadangan fraksional (fractional reserves). Oleh karena
itu, dalam sistem ini, hanya sebagian dari simpanan yang
diterima yang disimpan sebagai cadangan, sisanya digunakan
untuk membuat pinjaman. Oleh karena itu, jika semua deposan
lembaga datang untuk menarik uang mereka sekaligus, bank
tidak akan memiliki cukup uang. Situasi ini disebut bank run.
Risiko Pembayaran
Resiko Leverage
Risiko Hukum
Oleh karena itu, selalu ada risiko bahwa bank memilih strategi
yang salah. Akibat salah pilih ini, bank bisa merugi dan akhirnya
diakuisisi atau malah kolaps. Contohnya adalah HSBC yang
membuka bisnis microbanking di Indonesia. Kalau di negara
ASEAN lain sukses, tidak untuk di Indonesia. Strategi mereka
adalah menjadi pemberi pinjaman pilihan bagi orang-orang yang
memiliki nilai kredit kurang sempurna dan informasi keuangan
yang tidak akurat. Seluruh bisnis ini akhirnya ditutup.
Risiko Reputasi
Risiko Sistemik
Dengan melihat kondisi itu maka sangat jelas bahwa ada unsur
kesengajaan dari beberapa pihak untuk melakukan upaya
memudahkan agar Yudi Setiawan dapat memperoleh kredit
dengan mudah. Apabila memperhatikan apa yang terjadi dengan
68 MEMBANGUN BUDAYA SADAR RISIKO
Bank Jatim cabang HR Muhammad sudah jelas bahwa pimpinan
cabang sebagai bagaian komite kredit termasuk analis terlibat
dalam proses mempermudah Yudi Setiawan untuk memperoleh
pembiayaan dari bank. Keterlibatan mereka secara otomatis
membuat fungsi jabatan mereka yang dimaksudkan untuk
menjaga atau menjadi benteng kepentingan bank telah berbalik
menjadi bagian dari pencuri.
Risiko konsentrasi juga bisa berasal dilihat dari sisi lokasi. Lokasi
pemberian kredit perlu menjadi pertimbangan bank. Seperti
diketahui pada lokasi kegiatan ekonomi tertentu, yang potensi
rawan terjadinya bencana seperti gunung meletus, tsunami,
ataupun bencana yang lain, maka bank sebaiknya tidak terlalu
mengkonsentrasikan portofolionya pada lokasi-lokasi yang
memiliki potensi risiko tinggi. Praktik perbankan yang terjadi di
kota Padang, Sumatera Barat, dimana diramalkan akan
mengalami tsunami besar, saat ini perbankan mulai mengurangi
agunan bangunan dan tanah yang ada di tepi pantai kota
Padang. Wilayah geografis perlu menjadi perhatian karena
ekonomi sangat tergantung kepada kondisi atau karakteristik
wilayah, dimana kemampuan nasabah untuk memenuhi
kewajibannya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi suatu daerah
tertentu.
Para staff pada unit bisnis ini harus memiliki jaringan (network)
yang luas untuk mengidentifikasi para debitur yang bermasalah
yang ingin mengalihkan masalahnya kepada bank. Kemampuan
untuk mendeteksi ini penting karena pasar kredit dipenuhi oleh
unsur yang dikenal dengan istilah asymmetric information yaitu
adanya kecenderungan bank salah dalam melakukan
74 MEMBANGUN BUDAYA SADAR RISIKO
pengambilan keputusan. Harus dihindari yang namanya
kesalahan tipe 2, yaitu orang yang buruk diberi kredit yang pada
akhirnya kreditnya bermasalah. Ini terjadi ketika kemampuan
mendeteksi sumber masalah kurang dipahami. Walaupun
demikian staff perkeditan bank harus menyadari ada
kemungkinan kesalahan yang namanya kesalahan tipe 1.
Kesalahan tipe 1 yaitu orang yang baik di tolak didalam
pemberian kredit. Namun demikian yang perlu menjadi perhatian
utama adalah bahwa kesalahan tipe 2 lebih berbahaya daripada
kesalahan tipe 1. Kesalahan. tipe 1 hanya membuat kehilangan
kesempatan bisnis sementara kesalahan tipe 2 akan membuat
kesalahan kehilangan uang
REALITAS
Kategori Baik Buruk
KEPUTUSAN
Hal ini dapat dilihat dari basel 1 yang menekankan risiko kredit
sebagai risiko yang harus dilindungi dengan permodalan. Dalam
perkreditan, sebenarnya ada dua jenis risiko kredit ketika kita
berbicara tentang portofolio atau posisi yag dimiliki bank yang
dikenal dengan risiko gagal bayar dan risiko margin bunga.
Risiko gagal bayar merupakan risiko ketika nasabah gagal
memenuhi kewajiban yang sudah dijanjikan. Hal ini biasanya
merupakan recovery rate. Artinya kerugian bank adalah jumlah
kredit yang diberikan dikurangi jumlah yag dapat ditarik kembali
baik melalui penjualan agunan atau penyitaan aset atau
simpanan yang ada di bank.
Edukasi UMKM
Ada beberapa hal yang perlu ada pada pemilik atau manajer dari
UKM, yaitu: