Anda di halaman 1dari 14

Tujuan dan sasaran

Budaya dan pariwisata memiliki hubungan yang saling menguntungkan yang bisa
memperkuat daya tarik dan daya saing daerah dan negara. Budaya semakin menjadi
elemen penting dari produk pariwisata yang juga menciptakan kekhasan di pasar global
yang ramai. Pada saat yang sama waktu, pariwisata menyediakan sarana penting untuk
meningkatkan budaya dan menciptakan pendapatan yang dapat mendukung dan
memperkuat warisan budaya, budaya produksi, dan kreativitas. Menciptakan hubungan
yang kuat antara pariwisata dan budaya akan membantu destinasi menjadi lebih
menarik dan kompetitif sebagai lokasi untuk tinggal, mengunjungi, bekerja, dan
berinvestasi.

Daya tarik

Pariwisata telah berperan penting dalam pengembangan destinasi keliling dunia. Dalam
kebanyakan kasus, budaya adalah aset utama bagi pariwisata pengembangan serta
salah satu penerima manfaat utama dari perkembangan ini. Budaya adalah faktor
utama dalam daya tarik sebagian besar destinasi, tidak hanya dalam hal pariwisata,
tetapi juga dalam menarik penduduk dan investasi ke dalam.

Di bagian buku ini, hubungan yang berkembang antara pariwisata dan budaya, dan
cara mereka bersama-sama menjadi pendorong utama daya tarik dan daya saing
daerah, akan diperiksa.

Hubungan yang berkembang antara budaya dan pariwisata

Selama sebagian besar abad ke-20, pariwisata dan budaya dipandang sebagai saspek
destinasi yang terpisah. Sumber daya budaya dipandang sebagai bagian warisan
budaya tujuan, sebagian besar terkait dengan pendidikan populasi lokal dan fondasi
identitas budaya lokal atau nasional. Pariwisata, di sisi lain, sebagian besar dipandang
sebagai kegiatan yang berhubungan dengan waktu luang terpisah dari kehidupan
sehari-hari dan budaya penduduk setempat. Ini berangsur-angsur berubah menjelang
akhir abad ini, sebagai peran budaya aset dalam menarik wisatawan dan membedakan
kebencian satu sama lain menjadi lebih jelas. Secara khusus, sejak 1980-an dan
seterusnya "pariwisata budaya”menjadi sumber utama pembangunan ekonomi bagi
banyak destinasi.

Artikulasi yang berkembang antara budaya dan pariwisata dirangsang oleh sejumlah
faktor:

• Permintaan

- Meningkatnya minat terhadap budaya, khususnya sebagai sumber identitas dan


diferensiasi dalam menghadapi globalisasi.
- Meningkatnya tingkat modal budaya, dirangsang oleh kenaikan tingkat pendidikan.

Akibatnya, budaya semakin dijadikan sebagai aspek dari budaya produk pariwisata dan
strategi pencitraan tujuan, dan pariwisata telah diintegrasikan ke dalam strategi
pengembangan budaya sebagai sarana pendukung warisan budaya dan produksi
budaya. Sinergi antara pariwisata dan budaya dipandang sebagai salah satu alasan
paling penting untuk mendorong lebih banyak hubungan langsung antara kedua elemen
ini. Hubungan ini merata lebih signifikan, mengingat semakin pentingnya pariwisata dan
budaya untuk ekonomi di seluruh dunia. OECD memperkirakan bahwa internasional
pariwisata menyumbang sekitar 30% dari ekspor layanan global pada tahun 2006
(OECD 2008). Demikian pula, budaya dan kreativitas semakin meningkat diakui
sebagai pendorong ekonomi penting. Sebuah studi OECD tentang ekonomi pentingnya
budaya menunjukkan bahwa di beberapa ekonomi utama, nilai industri budaya adalah
antara 3% dan 6% dari total ekonomi

(Tabel 2.1).
PENGERTIAN MENGENAI PARIWISATA BUDAYA

(https://djannoveria.blogspot.com/2017/11/pengertian-mengenai-pariwisata-
budaya.html)

Mengenal istilah objek dan daya tarik wisata lebih dikenal dengan istilah ”tourist
attraction” (Yoeti, 1982). Ia menjelaskan ”tourist attraction” atau atraksi wisata sebagai
segala sesuatu yang menjadi daya tarik seseorang atau sekelompok orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu.

Dalam hal ini, kita dikenalkan istilah ”produk” industri pariwisata dan atraksi wisata.
Atraksi wisata itu merupakan bagian dari produk industri wisata, yang meliputi semua
bentuk dan jenis pelayanan yang diberikan pada wisatawan untuk dinikmati dan
dirasakannya sejak dari meninggalkan tempat (daerah) asal, menuju dan selama
berada di daerah tujuan wisata, serta sampai mereka kembali lagi ke tempat asalnya.
Pariwisata budaya merupakan jenis kegiatan pariwisata yang dikembangkan di suatu
daerah atau sub-daerah tujuan wisata yang mengandalkan kekayaan wisata berupa
objek dan daya tarik wisata budaya. Pariwisata budaya menggambarkan perjalanan
wisata berdasarkan keinginan menambah wawasan dan pengalaman hidup dengan
mengunjungi objek dan daya tarik wisata yang khas dan unik. Sementara itu wisatawan
lain mempunyai alasan untuk mengetahui dan mempelajari pola perilaku sosial warga
masyarakat, adat istiadat, kebiasaan, dan warisan seni budaya lainnya (Pendit, 1994
:41).

Kemudian, Soekadijo (1996 : 54) mengemukakan bahwa kebudayaan adalah semua


jenis kesenian, pola dan tata kehidupan masyarakat, adat-istiadat dan sebagainya.
Kesenian sebagai satu bentuk kegiatan sosial yang kehadirannya mencerminkan
ekspresi kolektif dari masyarakat pendukungnya. Ia sebagai sarana rekreasi dan
hiburan yang estetik serta berupa media komunikasi yang menyampaikan pesan-pesan
dengan nilai moral, filosofi, agama, pendidikan, ilmu pengetahuan yang menguatkan
ikatan solidaritas sosial.

Pada dasarnya, kesenian tradisional memiliki ciri khusus dan keunikan sebagaimana
digambarkan oleh masyarakat pendukungnya dan latar belakang dari timbulnya
kesenian tersebut yang umumnya mencerminkan harapan akan keharmonisan,
keseimbangan atau ekuilibrium sosial budaya. Contoh: Kebudayaan Keraton umumnya
berbentuk seni tari dan musik, seni batik, kriya, bentuk pakaian, logat bicara, pola
makan, hubungan sosial, dan hasil karya masyarakat; warisan yang masih hidup
maupun warisan peninggalan sejarah dan budaya, monumen, museum dan
sebagainya.

Warisan purbakala merupakan objek dan daya tarik wisata, sebagian warisan dan
peninggalan sejarah tergolong ke dalam kebudayaan warisan berupa hasil karya
manusia dari masyarakat tertentu di masa lalu yang disimpan di museum dan di ”situs
arkeologi” serta yang masih hidup, termasuk peninggalan sejarah. Contoh warisan
budaya dan peninggalan sejarah yang dibedakan menurut zamannya,

yaitu :

1. Zaman prasejarah, misalnya: museum dan situs manusia purba ”Sangiran”

2. Zaman pengaruh India, seperti; candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, Candi
Sukuh, Cetho

3. Zaman pengaruh Islam, seperti masjid Demak, Makam Sunan kalijaga, makam
Sunan Kudus

4. Zaman pengaruh Barat, misalnya; Benteng Pendem di Cilacap, Benteng Vadenberg


di Yogyakarta dan Benteng Vastenberg di Surakarta.

Sebagai daya tarik wisata, warisan peninggalan sejarah dan purbakala memiliki ciri
khas dan kekhususan dan menjadi faktor pembeda bagi lingkungan sosial budaya
masyarakatmasyarakat yang mewarisinya. Ciri khas tersebut sering disebut sebagai
keistimewaan bahkan merupakan keunikan. Oleh karena itu ciri khas dan keunikan
tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat lain. Kemudian, kepariwisataan hal
tersebut dijadikan objek dan daya tarik wisata. Secara umum, obyek dan daya tarik
wisata tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi wisatawan. Sebab manusia
(wisatawan) cenderung mempunyai dorongan dan motivasi untuk mengetahui sesuatu
yang berbeda, khas dan unik dari yang dimilikinya. Dalam kepariwisataan ditandai
adanya sifat dan kondisi objek dan daya tarik wisata, beberapa diantaranya adalah:

1. Objek dan daya tarik wisata memiliki keunggulan dan keunikan yang tidak bisa
ditemukan di lain tempat. Daya tarik itu sering sebagai tempat untuk menambah
pengetahuan, untuk mencari kesenangan dan sebagainya.

2. Di lokasi (objek wisata) itu, para wisatawan dapat bertemu dengan warga masyarakat
setempat yang mempunyai pola perilaku sosial budaya dengan karakteristik dan cara
hidup yang khas, dan berbeda dari masyarakat asal wisatawan.

3. Di lokasi atraksi (daya tarik) wisata tersebut wisatawan bisa mendapatkan


kenangkenangan berupa cinderamata sebagai bukti atas kunjungannya; bisa
merasakan makanan, bisa berpartisipasi langsung dalam proses kegiatan rutin
masyarakat setempat (Yoeti, 1982).

4. Di lokasi objek dan daya tarik wisata terjalin hubungan antara berbagai unsur atau
komponen kepariwisataan, misalnya sarana transportasi, akomodasi, jasa boga,
cinderamata, layanan panduan wisata dan sebagainya.

5. Ada komponen kepariwisataan, yaitu biro perjalanan wisata atau usaha perjalanan
wisata yang berfungsi mengaitkan berbagai unsur kepariwisataan dalam
mengembangkan kegiatan pariwisata (Kodhiyat, 1996).

Singkatnya, objek dan daya tarik wisata berupa warisan sejarah, purbakala dan seni di
daerah tujuan wisata ini memiliki keunikan dan kekhasan sosial budaya dan warisan
purbakala yang sering tidak ada duanya
FAKTOR-FAKTOR PENENTU DAYA TARIK WISATA BUDAYA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN
(Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Volume: 1 Nomor: 3 Bulan Maret Tahun 2016
Halaman: 536—546)

Di tengah kesibukan dan aktivitas masyarakat di dunia, berwisata adalah hal yang
sangat diperlukan oleh setiap orang. Banyak sekali objek wisata yang dipilih oleh
wisatawan. Ada yang suka dengan wisata alam, wisata budaya dan ada juga yang lebih
suka dengan wisata buatan. Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai
beragam objek wisata dikarenakan banyaknya budaya, adat istiadat, kepecayaan,
musim, suku, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, banyak wisatawan yang berkunjung
ke Indonesia.

Objek wisata dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang
berhubungan, yang dapat menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu
daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang belum dikembangkan merupakan sumber
daya yang potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai adanya
suatu perkebangan dari objek tersebut. Tanpa adanya daya tarik di suatu tempat maka
untuk kepariwisataan tersendiri sulit untuk dikembangkan.

Faktor budaya menjadi salah satu hal yang dapat menarik wisatawan. Faktor budaya
lahir dari warisan leluhur atau nenek moyang yang dikembangkan dan dikenalkan oleh
pewarisnya. Untuk memerkenalkan budaya sebagai salah satu aspek dalam menarik
minat wisatawan berkunjung maka harus ada strategi untuk menjaga kebudayaan yang
ada dari segi warisan budaya nya sendiri dan dari segi kompetitifnya. Hal ini selaras
dengan pendapat Richards dan Wilson dalam Li (2014) bahwa daya tarik wisata budaya
yang terlibat dalam lingkungan pasar yang sangat kompetitif karena dalam hal
pengadaanya untuk pasar pariwisata budaya semakin dibanjiri dengan daya tarik baru,
rute budaya dan pusat warisan dan di dalam hal permintaannya terdapat permintaan
yang cepat berubah dari pelanggan.

Dalam Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa


keadaan alam, flora, dan fauna, sebagai karunia Tuhan yang Maha esa, serta
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Kebebasan melakukan perjalanan
dan memanfaatkan waktu luang dalam wujud berwisata merupakan bagian dari hak
asasi manusia, kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional
yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung
jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang
hidup dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan
nasional.

PARIWISATA BERBASIS BUDAYA


(https://id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_berbasis_budaya)

Wisata berbasis budaya adalah salah satu jenis kegiatan pariwisata yang
menggunakan kebudayaan sebagai objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan dari minat-
minat khusus lain, seperti wisata alam, dan wisata petualangan.

Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan, yaitu:

 Bahasa (language)
 Masyarakat (traditions)
 Kerajinan tangan (handicraft)
 Makanan dan kebiasaan makan (foods and eating habits)
 Musik dan kesenian (art and music)
 Sejarah suatu tempat (history of the region)
 Cara Kerja dan Teknolgi (work and technology)
 Agama (religion) yang dinyatakan dalam cerita atau sesuatu yang dapat
disaksikan
 Bentuk dan karakteristik arsitektur di masing-masing daerah tujuan wisata
(architectural characteristic in the area)
 Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes)
 Sistem pendidikan (educational system)
 Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities)

Objek-objek tersebut tidak jarang dikemas khusus bagi penyajian untuk turis, dengan
maksud agar menjadi lebih menarik. Dalam hal inilah seringkali terdapat kesenjangan
selera antara kalangan seni dan kalangan industri pariwisata. Kompromi-kompromi
sering harus diambil. Kalangan seni mengatakan bahwa pengemasan khusus objek-
objek tersebut untuk turis akan menghilangkan keaslian dari suatu budaya, sedangkan
kalangan pariwisata mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah salah asalkan tidak
menghilangkan substansi atau inti dari suatu karya seni.

Kontroversi

Dalam perkembangannya pemanfaatan budaya untuk sektor pariwisata terdapat pro


dan kontra

Pariwisata Merusak Budaya

Kaum yang menentang pariwisata berbasis budaya berpendapat bahwa kedatangan


turis ke daerah tujuan wisata dapat merusak keaslian atau keutuhan hayati suatu
produk budaya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pariwisata telah merusak
atau, menghancurkan kebudayaan lokal. Pariwisata secara langsung ‘memaksa’
ekspresi kebudayaan lokal untuk dimodifikasi, agar sesuai dengan kebutuhan
pariwisata. Ekspresi budaya dikomodifikasi agar dapat ‘dijual’ kepada wisatawan.[4]
Contoh kasusnya adalah Sendra Tari Ramayana, tidak lagi disajikan secara utuh,
peranan skenario tidak berfungsi lagi. Selain itu, tari Kecak juga mengalami nasib
serupa. Pertunjukkan tari Kecak yang mudah disaksikan di Bali, kelihatan nilai
sakralnya sudah terpotong-potong karena harus disesuaikan dengan waktu wisatawan
yang ingin menyaksikannya

Pariwisata Memperkuat Budaya

Walaupun tidak sedikit pihak yang menentang perkembangan pariwisata berbasis


budaya ini, namun banyak juga Sosiolog dan Antropolog yang justru melihat bahwa
pariwisata (internasionalisasi) tidak merusak kebudayaan, melainkan justru
memperkuat, karena terjadinya proses yang disebut involusi kebudayaan (cultural
involution). Hal tersebut bisa dilihat dari kasus Bali. McKean (1978) mengatakan,

“ ... meskipun perubahan sosial ekonomi sedang terjadi di Bali, … semua itu
terjadi secara bergandengan tangan dengan usaha konservasi kebudayaan tradisional
… Kepariwisataan pada kenyataannya telah memperkuat proses konservasi, reformasi,
dan penciptaan kembali berbagai tradisi. ”

— McKean (1978)
Philip F. McKean (1973) bahkan menulis bahwa “the traditions of Bali will prosper in
direct proportion to the success of tourist industry” (dikutip dalam Wood, 1979). Ahli lain
berpendapat bahwa dampak kepariwisataan di Bali bersifat aditif, dan bukan substitutif.
Artinya, dampak tersebut tidak menyebabkan transformasi secara struktural, melainkan
terintegrasi dengan kehidupan tradisional masyarakat (Lansing, 1974).

Tidak Ada Budaya Asli

Terlepas dari pro kontra tersebut, sosiolog Selo Soemardjan mengungkapkan


pendapatnya. Menurutnya, kebudayaan akan terus berkembang, karena memang
dengan sengaja atau tidak, memang terus berkembang, karena adanya rangsangan,
seperti adanya perkembangan industri pariwisata. Proses saling memengaruhi adalah
gejala yang wajar dalam interaksi antar masyarakat. Melalui interaksi dengan berbagai
masyarakat lain, bangsa Indonesia ataupun kelompok-kelompok masyarakat yang
mendiami nusantara (sebelum Indonesia terbentuk) telah mengalami proses
dipengaruhi dan memengaruhi. Kemampuan berubah merupakan sifat yang penting
dalam kebudayaan manusia. Tanpa itu kebudayaan tidak mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan yang senantiasa berubah, atau dengan kata lain budaya adalah suatu
hal yang dinamis, yang terus berkembang seiring perputaran waktu, baik karena
dipengaruhi pariwisata ataupun dipengaruhi masyarakat pemilik kebudayaan itu sendiri.

Perkembangan

Pada waktunya nanti, diramalkan objek wisata yang diminati wisman (wisatawan
mancanegara)lebih banyak terpusat pada hasil kebudayaan suatu bangsa. Oleh karena
itu dalam industri pariwisata nanti, hasil kebudayaan bangsa merupakan “komoditi”
utama untuk menarik wisman berkunjung ke Indonesia. Di samping itu, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh PATA tahun 1961 di Amerika Utara, diperoleh suatu
kesimpulan bahwa lebih dari 50% wisman yang mengunjungi Asia dan daerah Pasifik,
motivasi perjalanan wisata mereka adalah untuk melihat dan menyaksikan adat-istiadat,
the way of life, peninggalan sejarah, bangunan-bangunan kuno yang tinggi nilainya.
Pendapat tersebut tidaklah salah. Menurut penelitian Citra Pariwisata Indonesia pada
tahun 2003, budaya merupakan elemen pariwisata yang paling menarik minat
wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Budaya mendapatkan skor 42,33
dari wisatawan mancanegara dalam kategori 'sangat menarik' dan berada di atas
elemen lainnya seperti keindahan alam dan peninggalan sejarah, dengan skor masing-
masing 39,42 dan 30,86. Hal tersebut membuktikan bahwa atraksi budaya merupakan
hal yang paling disukai para turis dari pariwisata di Indonesia.
Pariwisata Berbasis Budaya di Indonesia

Penerapan kegiatan pariwisata berbasis budaya di Indonesia telah ditunjukkan oleh


beberapa provinsi. Selain provinsi Bali, provinsi lain yang fokus dalam pelaksanaan
sektor ini adalah Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya kota Yogyakarta.[5] Sejak
tahun 2008, daerah ini telah mencanangkan diri sebagai kota pariwisata berbasis
budaya. Di Jogjakarta, pengembangan pariwisata disesuaikan dengan potensi yang
ada dan berpusat pada budaya Jawa yang selaras dengan sejarah dan budaya Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat. Banyak rencana aksi telah dicanangkan untuk mendukung
pelaksanaan program ini. Mulai dari pengembangan dan peningkatan kuantitas serta
kualitas fasilitas, memperbanyak event-event wisata, seni,dan budaya, sampai ke
optimalisasi pemasaran program. Hasilnya pun mulai terlihat, salah satunya adalah
keberadaan Taman Pintar Yogyakarta yang tidak hanya memiliki arena permainan,
tetapi juga mengajak pengunjung untuk mengenal sejarah dan budaya Jogjakarta.
PENGERTIAN PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN
(http://ucieleksa.blogspot.com/2014/05/pengaruh-pariwisata-terhadap-
kebudayaan.html)

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem komunikasi yang mengikat dan


memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut masyarakat. Dengan
demikian dapat didefinisikan kebudayaan sebagai “sistem aturan-aturan komunikasi
dan interaksi yang memungkinkan suatu masyarakat terjadi, terpelihara, dan
dilestarikan”. Kebudayaan itu memberikan arti kepada semua usaha dan gerak-gerik
manusia (Sababan, 1984: 49).

Dari sudut pandang Ilmu Antropologi, kebudayaan diartikan sebagai “keseluruhan dari
kelakukan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus
didapatkannya dengan cara belajar dan kesemuanya tersusun dalam kehidupan
bermasyarakat” (Koentjaraningrat Ed, 1985:77). Ada dua fungsi sistem budaya
Indonesia yang sangat penting, yaitu: sebagai pemberi identitas dan sebagai
komunikasi yang menyatukan dan mengintegrasikan masyarakat Indonesia yang
bersifat majemuk.

Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan Phenomena dari Zaman sekarang
yang didasarkan di atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian
yang sadar dan menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat
manusia sebagai hasil daripada perkembangan perniagaan, industri, perdagangan
serta penyempurnaan daripada alat-alat pengangkutan.

“pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu yang


diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk
berusaha (business) atau untuk mencari nafkah dsi tempat yang dikunjungi, tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi
atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1996:118).

Macam-macam wisata :

1. Wisata sejarah umumnya berupa kunjungan ke tempat-tempat yang dianggap


bersejarah. Contohnya tempat pembacaan naskah Proklamasi 1945 atau tempat
kelahiran seorang tokoh nasional.
2. Wisata arkeologi berkenaan dengan situs-situs arkeologi, museum, candi, dan
tempat-tempat yang memiliki peninggalan arkeologi. Misalnya situs Banten
Lama, situs Trowulan, Museum Nasional dan Candi Borobudur.
3. Wisata budaya adalah kunjungan ke suatu tempat untuk menikmati hasil budaya
atau kebudayaan suatu daerah. Definisi kebudayaan sendiri sangat luas, antara
lain mencakup kesenian.
4. Wisata agama berhubungan dengan upacara-upacara tradisional keagamaan
seperti peringatan 1 syura, sekaten, mauludan, galungan dan wisak.
5. Wisata ziarah adalah kunjungan ketempat-tempat ziarah, misalnya ke makam
para wali, wisata ziarah berkaitan dengan semua agama yang ada di Indonesia.
6. Wisata pendidikan/ilmiah berupa kegiatan mengunjungi tempat-tempat seperti
laboratorium penelitian, observatorium, planetarium, kebun raya, balai penelitian
tanaman dan peternakan, dan masih banyak lagi macam wisata.

Kebudayaan sebagai salah satu aspek dalam pariwisata dapat dijadikan sebagai suatu
potensi dalam pengembangan pariwisata itu. Hal ini disebabkan, dalam pengembangan
pariwisata pada suatu negara atau suatu daerah sangat terkait dengan ppotensi yang
dimiliki oleh suatu daerah atau suatu negara. Indonesia, misalnya denan bermodalkan
kekayaan kebudayaan nasional yang dilatari oleh keunikan berbagai kebudayaan
daerah bisa menggunakan kebudayaan sebagai salah satu daya tarik wisatawan.

Pengembangan kepariwisataan yang bertumpu pada kebudayaan lebih lanjut


diistilahkan dengan pariwisata buidaya. Dengan kata lain, pariwisata budaya adalah
satu jenis kepariwisataan yang dikembangkan bertumpu pada kebudayaan (Geriya,
1996: 45). Kebudayaan yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan Indonesia yang
dibangun dari berbagai kebudayaan daerah yang ada di Indonesia. Ini artinya, setiap
langkah yang dilakukan dalam usaha pengembangakn pariwisata di Indonesia selalu
bertumpu pada kebudayaan nasional Indonesia. Segala aspek yang berhubungan
dengan pariwisata, seperti promosi, atraksi, manajeen, makanan, cindera mata,
hendaknya selalu mendayagunakan potensi-potensi kebudayaan nasional Indonesia.
Demikian nantinya pariwisata Indonesia mempunyai ciri tersendiri yang dapat
dibedakan dari pariwisata negara lain yang bertumpu pada potensi yang lain.

Dengan demikian betapa eratnya hubungan antara pariwisata dan kebudayaan


nasional Indonesia. Pariwisata Indonesia dikembangkan berdasarkan potensi
kebudayaan nasional yang ada dan kebudayaan nasional akan berkembang seiring
dengan perkembangan pariwisata. Di samping itu, pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan dengan konsep pariwisata budaya akan dapat memperkokoh
kebudayaan nasional Indonesia.

Sifat kebudayaan

1. Kebudayaan bersifat universal, karena kebudayaan masyarakat antara satu


dengan yang lain memiliki atribut yang berbeda, sebagai akibat dari adat istiadat,
pengalaman hidup dan latar belakang masyarakat yang berbeda.
2. Kebudayaan bersifat stabil dan dinamis, serta setiap kebudayaan mengalami
perubahan-perubahan yang kotinu. Kebudayaan yang bersifat stabil dapat
diperhatikan melalui hubungan-hubungan antara unsur-unsur yang tetap stabil
dengan unsur-unsur yang berubah.
3. Kebudayaan mengisi serta menentukan jalannya kehidupan manusia, walaupun
jarang disadari oleh manusia itu sendiri. Tidak semua anggota masyarakat
menguasai seluruh unsur-unsur kebudayaan yang seharusnya berfungsi sebagai
pendukung.
4. Kebudayaan adalah milik bersama seluruh anggota masyarakat pendukungnya.
Tidak ada kebudayaan yang lahir tanpa masyarakat pendukungnya, dan tidak
ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Oleh akrena itu masyarakat
dan kebudayaan berada dalam satu sistem atau kesatuan.
5. Kebudayaan tumbuh dan berkembang melalui proses belajar (enkulturasi), tidak
seperti insting, naluri atau keterampilan dari jenis-jenis binatang yang diturunkan
dari satu generasi kepada generasi berikutnya secara biologis
6. Kebudayaan bersifat relatif, artinya hanya dapat dinilai berdasarkan ide atau
norma yang berlaku pada massyarakat sendiri.
7. Kebudayaan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya,
baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya. Daya adaptasi adalah daya
yang saling bergantung dan saling mempengaruhi antara kebudayaan manusia
dengan lingkungan sekitarnya (ekosistem).
8. Kebudayaan bersifat integratif artinya unsur kebudayaan yang satu berintegrasi
dengan unsur-unsur budaya lainnya, sehingga terjadi satu kesatuan bulat dan
berfungsi.
9. Kebudayaan diwujudkan dalam bentuk simbol atau lambang.
10. Kebudayaan diciptakan manusia sebagai pedoman untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

Pengaruh Budaya terhadap Pariwisata Budaya

Dampak Positif

Dampak positif pariwisata terhadap kebudayaan sejalan dengan pemikiran Sihite (2000:
76) yang menyebutkan secara garis besar dampak positif pariwisata terhadap
kebudayaan dapat dilihat pada hal-hal seperti berikut:

a. Merupakan perangsang dalam usaha pemeliharaan monumen-monumen budaya


yang dapat dinikmati oleh penduduk setempat dan wisatawan

b. Merupakan dorongan dalam usaha melestarikan dan menghidupkan kembali


beberapa pola budaya tradisional seperti kesenian, kerajinan tangan, tarian, musik,
upacara-upacara adat dan pakaian.
c. Memberikan dorongan untuk memperbaiki lingkungan hidupyang bersih dan
menarik.

d. Terjadinya tukar-menukar kebudayaan antara wisatawan dan masyarakat lokal.

e. Mendorong pendidikan di bidang kepariwisataan untuk menghasilkan sumber


daya manusia di bidang kepariwisataan yang handal.

f. Memperluas lapangan kerja

g. Bertambahnya kesempatan berusaha

h. Meningkatkan pendapatan

i. Terpeliharaanya kebudayaan setempat

j. Dikenalnya kebudayaan setempat oleh wisatawan

Dampak negatif

a. Terjadinya tekanan tambahan penduduk akibat pendatang baru dari luar daerha

b. Timbulnya komersialisasi

c. Berkembangnya pola hidup konsumtif

d. Terganggunya lingkungan

e. Semakin terbatasnya lahan pertanian

f. Pencernaan budaya dan

g. Terdesaknya masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai