Abstract
Pendahuluan
Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.(Bambang Sunaryo,2013). Menurut Undang Undang No. 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. (id.wikipedia.
org/wiki/Pariwisata )
Banyak negara, bergantung pada industri pariwisata sebagai sumber pajak dan
pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu
pengembangan industri pariwisata adalah salah satu strategi yang dipakai oleh
Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah
1
wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada
wisatawan ( id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata)
Wisata disisi lain merupakan fenomena sosial yang muncul pada masyarakat
modern. Wisata dibutuhkan tidak semata-mata untuk mencari kesegaran baru namun
digunakan untuk memperoleh ekses simbolik bagi yang melaksanakan. Disini dapat kita
tunjukkan berbagai bentuk konsumsi waktu senggang yang penekanannya adalah pada
konsumsi pengalaman dan kesenangan (seperti theme park, pusat-pusat wisata dan
rekreasi) serta hal-hal lain yang didalamnya merujuk pada budaya tinggi yang lebih
tradisional seperti museum dan galeri menarik kembali untuk melayani audien yang
lebih luas melalui penjualan seni kanonik, auratik serta berbagai gagasan edukatif
formatif dengan menekankan hal yang bersifat spektakuler, populer, menyenangkan dan
dapat diterima (Featherstone, 231).
Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada
tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah
komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun
2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih
atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbangkan
devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. (id.wikipedia.
borg/wiki/Pariwisata_di_Indonesia)
Indonesia memiliki potensi wisata yang beranekaragam mulai dari wisata alam,
wisata kuliner, wisata bahari dan lain sebagainya. Salah satu potensi wisata yang
berkembang saat ini adalah wisata ziarah atau wisata religi. Di Jawa makam para
penyiar agama telah lama menjadi obyek kunjungan. Wisata ziarah atau wisata religi
memiliki dampak ekonomi dan pengembangan keberagamaan yang tidak dapat
diabaikan.
Sidi Gazalba dalam (Toyib & Sugiyanto, 2002 : 4), religi adalah kepercayaan
pada dan hubungan manusia dengan Yang Kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib,
hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk serta system kultus dan sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu. Wisata Religi adalah salah satu jenis produk wisata yang
berkaitan erat dengan religi atau keagamaan bagi para penganutnya. Wisata religi
dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat
2
beragama, biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang
memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan
legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur
bangunannya (http://nuruzzaman2.multiply.com,). Wisata religi juga merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang percaya dengan adanya roh-roh nenek
moyang atau pendahulu-pendahulunya. Dalam membahas mengenai religi perlu
membicarakan keterkaitan antara keberagaman tradisi, kemajemukan dan perbedaan
budaya. Tradisi tertentu (mistik). Islam, lokal (yang mengalami hibridasi akan masuk ke
dalam wacana ritual dan religi). Jika di dalamnya terdapat sinkretisme, maka yang
terjadi adalah sebuah proses dinamik dan berulang, suatu faktor konstan dalam
reproduksi kebudayaan dan bukan hasil yang statis. Sinkretisme merupakan konsep
yang mengarah pada “isu akomodasi, kontes, indigonisasi dan wadah bagi proses
budaya dan dinamika”. Tegasnya religi adalah wajah kultural suatu bangsa yang unik.
Religi adalah dasar keyakinan, sehingga aspek kulturalnya sering mengapung di
atasnya. Hal ini merepresentasikan bahwa religi adalah fenomena budaya universal.
Religi adalah budaya yang bersifat khas, budaya dan religi memang sering berbeda
dalam praktek dan penerapan keyakinan. Namun demikian keduanya sering banyak tiitk
temu yang menarik untuk diperbincangkan
Happy Marpaung (2002 : 95), menyebutkan bahwa wisata keagamaan, etnis dan
nostalgia adalah jenis wisata yang erat kaitannya dengan wisatawan atau pengunjung
yang memiliki latar belakang budaya, agama, etnis dan sejarah yang sama atau hal-hal
yang pernah berhubungan dengan masa lalunya. Seseorang yang percaya bahwa di
sekelilingnya ada kekuatan yang disebut dengan spirit, makhluk ini akan menempati
sekeliling manusia, menjadi penjaga bangunan, pohon, benda dan sebagainya. Hal ini
akan menyebabkan tempat-tempat tertentu menjadi keramat (sacer), itulah sebabnya
manusia sering melakukan ritual atau tradisi untuk menegosiasi agar kekuatan halus tadi
tidak mengganggu hidupnya. Menurut Nyoman S. Pendit (2002 : 42), Wisata ziarah ini
banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu,
kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pual untuk tujuan memperoleh berkah
dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang Katholik misalnya melakukan
wisata ziarah ke istana Vatikan di Roma, orang Islam ke Tanah Suci Mekkah, agama
Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya.
3
Di Indonesia tradisi ziarah ke makam keramat oleh umat Islam merupakan
kelanjutan dari tradisi nenek moyang yang memiliki kebiasaan mengunjungi candi atau
tempat suci lainnya dengan maksud melakukan pemujaan roh nenek moyang. Dengan
masuknya agama Islam, maka kegiatan ziarah hanya meneruskan kebiasaan yang lama
(Morissan, 2002 : 26).
Kota Madiun adalah salah satu kota yang merupakan kota transit yang terletak
di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 169 km sebelah Barat Kota
Surabaya, atau 114 km sebelah Timur Kota Surakarta. Kota Madiun memiliki beberapa
daya tarik pariwisata diantaranya yaitu kesenian Dongkrek yang menjadi historis Kota
Madiun, wisata budaya Pencak Silat, taman wisata kebun binatang Umbul, wisata
sejarah atas pemberontakan Gerakan 30 September yang diabadikan berupa monumen
Kresek, wisata kuliner yang sudah terkenal diseluruh penjuru Indonesia yaitu Brem dan
Pecel, karena Kota Madiun sebagai kota industri maka Kota Madiun mempunyai wisata
industri yang terkenal yaitu wisata pabrik gula Redjo Agung, serta Industri Kereta Api
PT. INKA Madiun, dan Madiun juga memiliki Wisata Religi yaitu wisata religi Masjid
Kuno Kuncen, Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Masjid Agung dan
Masjid Taman.
4
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dikelola oleh Juru Kunci yang bernama Bapak
Munir. Tinggalan arkeologis yang dapat dilihat disini berupa bangunan makam, masjid
kuno kuncen, sendang tudhung kuncen, dan prasasti
yang ada dimakam. Makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno ramai dikunjungi pada malam
Jum’at Legi. Adapun ritual yang dilakukan adalah
tahlil, biasanya para peziarah juga membawa dupa
dan kembang dengan maksud sebagai pewangi
tempatnya dan lebih aman, bersih dan nyaman.
Dalam hal ini penulis berfokus akan membahas tentang wiasata ziarah Makam Ki
Ageng Panembahan Ronggo Jumeno di Kota Madiun, dikarenakan Makam tersebut
memiliki potensi yang perlu dikembangkan agar menjadi salah satu Obyek Wisata
Religi yang unggulan di Kota Madiun.
2. Perumusan Masalah
Tinjauan Pustaka
5
Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dijelaskan bahwa
kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Menurut Oka A. Yoeti
tahun 1987 dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata" menyebutkan : Pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan
dari suatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau
mencari nafkah di tempat yang dlkunjungi, tetapi semata - mata untuk menikmati
perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang
beraneka ragam.( Oka A Yoeti,1987:34)
Menurut Mcintosh dan Murphy dalam (Pitana, 2005), ada empat motovasi
melakukan wisata, yakni physsical motivation (motivasi yang bersifat fisik), cultural
motivation (motivasi budaya), social motivation (motivasi bersifat sosial, salah satunya
berziarah), dan fantasy motivation (motivasi karena fantasi). Berdasarkan hal tersebut
diatas, motivasi melakukan kunjungan ke makam Ki Ageng Panembahan Ronggo
Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen oleh wisatawan domestik merupakan motivasi
sosial.
Pengertian wisata minat khusus menurut Hall & Weiler adalah sebagai berikut
:Suatu bentuk perjalanan wisata dimana wisatawan mengunjungi suatu tempat, karena
memiliki minat atau tujuan khusus mengenai sesuatu jenis obyek atau kegiatan yang
dapat ditemui atau dilakukan di lokasi daerah tujuan wisata / tempat yang menarik dari
aspek lingkungan fisik, sosial dan budayanya. Wisata aktif, dimana wisatawan terlibat
secara aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan fisik (termasuk aspek fenomena
kebumian/geologi) atau lingkungan komunitas/sosial budaya yang dikunjunginya.(
Hall,Weiler,1982:132) Usaha daya tarik wisata minat khusus antara lain : Wisata
Olahraga, Wisata Kuliner, Wisata Religius, Agrowisata, Wisata Goa, Wisata Belanja,
Ekowisata, Wisata Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut diatas, obyek wisata religi di
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen termasuk
dalam usaha daya tarik wisata minat khusus.
6
Menurut Arkeolog prof. Dr Hasan Muarif Ambary (2010, dalam Evi
Rachmawati, bukunya Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia), dalam paket wisata ziarah setidaknya terdapat tiga komponen terkait, yakni
kegiatan perjalanan yang diorganisasikan oleh biro perjalanan, masyarakat pengguna
jasa wisata, dan objek wisata yang meliputi alam, sejarah, dan arkeologi.
Cara Penelitian
1) Penentuan Sample
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara : nonrandom
sampling purposive sample, yaitu peneliti menentukan sample tanpa diacak, tetapi
langsung tertuju kepada responden kunci yaitu tokoh masyarakat yang tinggal disekitar
wilayah makam dan masjid kuno Kuncen dan pegawai yang bekerja mengelola makam
dan masjid kuno. Hal tersebut dilakukan, guna mendapatkan data yang utuh dan asli,
tentang hal-hal yang berkaitan dengan wisata religi makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno dan Masjid Kuncen berupa bangunan makam dam masjid kuno itu
7
sendiri, sendhang tundhung sebagai tempat air yang keramat, peninggalan prasasti Ki
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno peninggalan. Tokoh masyarakat dan pegawai
tersebut sudah barang tentu memiliki pengetahuan yang signifikan baik yang
berdasarkan pengalaman cerita secara turun-temurun, maupun berdasarkan fakta yang
berkaitan dengan seluk beluk pembangunan makam Ki Ageng Panembahan Ronggo
Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen yang bersumber dari benda peninggalan dan bukti
tertulis (Nicolaus Got, 2011).
8
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber data antara lain
yaitu dari juru kunci makam, masyarakat, maupun para peziarah, baik mengenai sejarah
makam dan masjid, strategi pengelolaan pengembangan wisata religi, faktor-faktor yang
menunjang keberhasilan dan hambatan yang dihadapi dalam strategi, tujuan
pengembangan wisata religi di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan
Masjid Kuno Kuncen .
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah peneliti mencari dan mendapatkan data-data primer
melalui data-data dari prasasti-prasasti atau naskah-naskah kearsipan (baik dalam
bentuk barang cetakan maupun rekaman) data gambar atau foto atau blue print dan lain
sebagainya (Supardi, 2005: 138). Maksudnya bahwa metode dokumentasi digunakan
untuk memperoleh data tentang latar belakang serta dokumen-dokumen lain berupa
buku-buku, majalah dan koran dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian wisata
religi di Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen.
9
Mendut dan Pawon untuk mengikuti acara Waisak. Sementara pemahaman
pengembangan dan pelestarian secara khusus yaitu wisata religi atau wisata ziarah ke
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen yang ada di
Kota Madiun, Jawa Timur. b. Komparatif, yaitu metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan perbandingan, pemahaman pengembangan dan pelestarian wisata religi di
makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen sebagai
tempat suci untuk berdoa bagi Umat beragama Islam, dengan pengembangan dan
pelestarian wisata religi di makam Nabi Muhammad SAW di Madinah, Arab Saudi.
Selain itu juga melakukan perbandingan model dan bentuk Makam dan Masjid,
peninggalan, dan pengunjung yang ada di Makam dan Masjid Kuno Kuncen, Kota
Madiun, Jawa Timur dan Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah, Arab Saudi
(Nicolaus Got, 2010).
Pembahasan
1. Letak Geografi Kota Madiun
Secara geografis Kota Madiun terletak pada 111° BT - 112° BT dan 7° LS - 8°
LS dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
Madiun di sebelah utara, sebelah selatan dengan
Kecamatan Geger, sebelah timur dengan
Kecamatan Wungu, dan sebelah barat dengan
Kabupaten Magetan. Kota Madiun hampir
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten
Madiun, serta dengan Kabupaten Magetan di sebelah Barat. Kali Bengawan Madiun
mengalir di kota ini, merupakan salah satu anak sungai terbesar Bengawan Solo. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )
Wilayah Kota Madiun mempunyai luas 33,23 Km² terbagi menjadi 3 (tiga)
kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman, dan Kecamatan
Kartoharjo. Dengan luas masing-masing Kecamatan Manguharjo 12,54 Km²,
Kecamatan Taman 13,46 Km²,dan Kecamatan Kartoharjo 11,73 Km². Masing-masing
kecamatan tersebut terdiri atas 9 kelurahan sehingga semuanya terdapat 27 kelurahan di
Kota Madiun.
10
Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63 meter hingga 67 meter
dari permukaan air laut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air laut
terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter dari permukaan air
laut terletak di sebelah di selatan. Rentang temperatur udara antara 20 °C hingga 35 °C.
Rata-rata curah hujan Kota Madiun turun dari 210 mm pada tahun 2006 menjadi
162 mm pada tahun 2007. Rata-rata curah hujan tinggi terjadi pada bulan-bulan di awal
tahun dan akhir tahun, sedangkan rata-rata curah hujan rendah terjadi pada pertengahan
tahun. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )
11
Sebagai suatu kota swapraja, Madiun didirikan 20 Juni 1918, dengan dipimpin pertama
kali oleh asisten residen Madiun. Baru sejak 1927 dipimpin oleh seorang wali kota. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )
Kota Madiun dahulu merupakan pusat dari Karesidenan Madiun, yang meliputi
wilayah Magetan, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan. Meski berada di wilayah Jawa Timur,
secara budaya Madiun lebih dekat ke budaya Jawa Tengahan (Mataraman atau Solo-
Yogya), karena Madiun lama berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )
12
Menurut Juru Kunci, makam Ki
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno
merupakan petilasan. Petilasan adalah
istilah yang diambil dari bahasa Jawa (kata
dasar "tilas" atau bekas) yang menunjuk
pada suatu tempat yang pernah disinggahi
atau didiami oleh seseorang (yang penting).
Tempat yang layak disebut petilasan
Makam waliyuAllah Madiun, Pangeran Timur di
Kuncen, Madiun, Jawa Timur
biasanya adalah tempat tinggal, tempat
beristirahat (dalam pengembaraan) yang relatif lama, tempat pertapaan, tempat
terjadinya peristiwa penting, atau-terkait dengan legenda-tempat moksa.
(id.wikipedia.org/wiki/Petilasan). Jadi didalam makam tersebut tidak ada jasad dari Ki
ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Tetapi walaupun didalam makam tidak ada jasad
beliau para pengunjung pun tetap berziarah ke makam Ki Ageng Panembahan Ronggo
Djumeno. Panembahan Senopati memberi otonomi luas pada daerah ini, dan
mengangkat Juru kunci untuk memelihara dan menjaga makam. Itulah sebabnya daerah
ini disebut “Kuncen”.
13
dengan alasan beliau sudah lelah untuk berperang dengan kerajaan Mataram. Namun
ternyata Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno hilang dari pengumpatannya dan
tidak ada jejaknya, orang lain pun tidak tahu kemana perginya beliau. Meski Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno menghilang tidak ada jejak dan tubuhnya tidak
diketemukan, maka tetap saja dibuatkan makam untuk mengenang jasa Pangeran Timur
itu. Dan tidak adanya jasad KiAgeng Panembahan Ronggo Djumeno di dalam makam
tersebut maka dari itu makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno disebut dengan
“ petilasan “.
Desa Perdikan Kuncen terletak di arah barat laut Desa Demangan (bekas Ibukota
Wonosari atau pindahan Wonorejo), perlu diketahui, setelah Wonorejo hancur akibat
perang, pusat pemerintahan bupati bergeser ke timur yakni menempati kutho miring
(Demangan). Makam Kuncen hingga saat ini masih di hormati dan dikeramatkan
masyarakat Madiun, para bupati Madiun yang di makamkan disini pada umumnya
bergelar Mangkunegoro, yaitu : Mangkunegoro I (Raden Mas Bagus Petak atau
Pangeran Adipati Djuminah), Mangkunegoro II (Raden Mas keniten atau Pangeran
Adipati Martoloyo), Mangkunegoro III (Raden Kyai Irodikromo ) , Mangkunegoro IV.
Sesuai daftar silsilah Bupati Madiun, para pejabat dan bangsawan yang di makamkan
disini adalah keturunan dari Pangeran Timur. Selain itu juga ada makam Kyai Grubug,
beliau berasal dari Banten dan sebagai pengasuh keluarga Bupati Mangkunegoro I.
Status wilayah Wonorejo sebagai tanah makam dan juga masjid, maka dulu
Kyai yang merawat areal tersebut juga bertindak sebagai kepala desa, dan diberi
kebebasan menguasai daerah sekitar area makam dan masjid. Kyai Grubug merupakan
guru dalam ilmu agama Islam, dan Kyai Grubug inilah yang pertama kali berkuasa di
Desa Perdikan Kuncen ini yang juga mengelola masjid maupun makam Hingga kini ada
14 kyai yang memimpin Desa Perdikan Kuncen, yaitu : 1).Kyai Grubug, 2).Kyai Semin
I, 3).Kyai Semin II, 4).Kyai Semin III, 5).Kyai Semin IV, 6). Kyai Djodo, 7).Kyai
Muhammad Ngarib, 8).Kyai Kasan Basari, 9).Kyai Muhammad Mardo, 10).Kyai
Muhammad Mardi, 11).Kyai Darsono, 12).Kyai Sutopo, 13).Kyai Karsono, 14).Kyai
Kentjono.(laila135790.blogspot.com/2011/12/wisata-sejarah-masjid-kuno-kuncen-
dan.html)
14
Dahulu makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno masih berbentuk batu
bata yang diplester dengan semen dan tidak ada pendopo didepan makam. Namun pada
tahun 2003 makam ini direnovasi oleh Bupati Madiun yaitu Bapak Djuhaedi
Mahendra.SH.M.SI. ( sumber : Bapak Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid). Cerita
dari renovasi makam itu berawal dari bapak Djuhaedi Mahendra tengah mengalami
suatu masalah. Maka dari itu bapak Djuhaedi Mahendra ziarah ke makam Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno untuk meminta pertolongan kepada beliau. Dan bapak
Djuhaedi Mahendra berjanji apabila masalahnya selesai dia akan merenovasi makam Ki
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. ( sumber : Bapak Munir, Juru Kunci Makam
dan Masjid )
Selain Makam Kuncen, disini juga ada sendang tundhung (tempat pemandian) yang
dihormati dan keramat. Sejarah dari sendang ( tempat pemandian keramat ), dulu ada
seorang Empu dari DEMAK yang membuat pusaka. Kemudian Empu tersebut
beristirahat di bawah pohon yang dekat dengan lubang yang berisi air. Tiba – tiba ada
bangkai katak yang jatuh dilubang air tersebut, beberapa menit kemudian katak tersebut
hidup lagi. Saat itulah Empu mempercayai bahwa air itu mempunyai khasiat. Akhirnya
air itu menjadi air keramat dan sering digunakan untuk pengobatan masyarakat setempat
yang sedang sakit. Sendang tersebut juga dijadikan tempat ritual bagi para pengunjung
biasanya pada malam hari sendhang tundhung ramai dikunjungi oleh pengunjung. (
sumber : Bapak Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )
15
Kemudian sekitar tahun 1584-1585 sendang tundhung ini direnovasi oleh Bupati
Madiun Drs.B.Moesbandon. Namun pada saat renovasi terjadi kesalahan langkah.
Seharusnya air yang menjadi sumber sendang itu tidak ditutup dengan semen. Namun
pada saat direnovasi ada sumber air yang ditutup oleh semen, sehingga airnya tidak
keluar dari sumber keseluruhannya. Sampai sekarang Makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno dan sendhang tundhung banyak dikunjungi oleh pengunjung, baik
dari dalam kota maupun luar kota. Biasanya Makam Ki Ageng Panembahn Ronngo
Djumeno ramai pengunjung pada malam Jum’at Legi. Adapun ritual yang dilakukan
pada saat pengunjung datang ke makam yaitu tahlil, biasanya para peziarah juga
membawa dupa dan kembang dengan maksud sebagai pewangi disekitar makam dan
lebih aman, bersih dan nyaman. Biasanya para calon Walikota yang ingin menjadi
Walikota Madiun datang berziarah ke makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno
untuk meminta restu agar bisa menjabat sebagai Walikota Madiun. ( sumber : Bapak
Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )
16
timur. Kemudian sekitar tahun 1580 masjid itu dipindahkan lagi ke utara, sebelah timur
makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Masjid tersebut dipindah oleh
Mangkunegoro III ( Raden Kyai Irodikromo ) dikarenakan tidak pantas jika masjid
berada disamping makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno, sehingga masjid
dipindahkan kedepan makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Sehingga
sebelum memasuki area makam pengunjung melewati masjid terlebih dahulu. ( Sumber:
Bapak Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )
Sebenarnya masjid yang ada di Kelurahan Kuncen itu dulu belum ada nama
sama sekali, karena tidak adanya sumber tertulis mengenai nama masjid tersebut.
Selanjutnya dari tahun ke tahun nama masjid kuno yang terdapat di Kelurahan Kuncen
tersebut dahulu dikenal dengan nama Masjid Kuno Kuncen, karena keberadaan masjid
tersebut berdekatan dengan makam yang terdapat juru kunci kemudian dinamakan
kuncen dan juga disesuaikan dengan nama Kelurahan Kuncen karena keberadaan masjid
berada di Kelurahan Kuncen, maka dari itu masjid kuno ini dikenal dengan nama
Masjid Kuno Kuncen. Selanjutnya pada tahun 1970 warga Kuncen bersepakat merubah
nama masjid sebelumnya Masjid Kuno Kuncen diubah nama menjadi Masjid Nur
Hidayatullah, walaupun sudah dinamakan Masjid Nur Hidayatullah akan tetapi nama
yang masih dikenal oleh warga Madiun sampai sekarang adalah Masjid Kuno Kuncen.
17
Taman, atau dari Alun-alun Madiun menuju ke Masjid Taman.
(http://satriomediun.wordpress.com/)
TOILET
I
U
R PINTU MASUK
18
Memasuki area pemakaman, peziarah melewati masjid terlebih dahulu untuk
menuju ke pesarean. Kemudian peziarah dapat beristirahat di masjid atau langsung
menuju ke pemakaman. Kendaraan para peziarah dapat parkir di lokasi yang telah
disediakan. Sebelum melewati pintu gerbang makam para peziarah akan bertemu
dengan juru kunci makam di mana tugas juru kunci di sini memberikan penjelasan-
penjelasan baik secara lisan maupun sesuai dengan tulisan-tulisan yang tertera di
dinding bangunan makam. Peziarah yang memasuki pintu gerbang di sebelah kiri akan
melihat pemakaman untuk umum. Untuk pemakaman umum dan pemakaman KiAgeng
Panembahan Ronggo Djumeno dipisahkan dengan tembok yg menjulang tinggi.
Adapun pintu yang menghubungkannya antara makam Ki Ageng Ronggo Djumeno dan
makam umum.
19
Cagar Budaya Mojokerto dan Dinas Pariwisata Kota Madiun.
Bapak Munir adalah orang yang dipercaya dan ditugaskan untuk merawat dan
menjaga makam dan masjid. Bapak Munir adalah Juru Kunci dari makam Ki Ageng
Panembahan Ringgo Djumeno sejak tahun 1990. Namun pada saat itu bapak Munir
belum diamgkat sebagai pegawai negeri. Setelah ditetapkannya sebagai Cagar Budaya
Kuncen tahun 2010 barulah Bapak Munir diangkat sebagai pegawai negeri.
Menurut Bapak Munir untuk pengelolaan makam dan masjid ini masih kurang.
Karena dari pihak Dinas Cagar Budaya Mojokerto dan Dinas Pariwisata kota Madiun
sendiri jarang mengunjungi makam dan masjid untuk melihat bagaimana keadaan
makam dan masjid tersebut. Ternyata tidak hanya mereka saja yg kurang peduli,
20
masyarakat sekitar pun kurang peduli terhadap Makam dan Masjid ini. Sehingga untuk
pengembangan wisata religi di makam dan masjid ini masih kurang.
Meski begitu bapak Munir terus berusaha untuk merawat dan menjaga makam
dan masjid agar masih tetap terlihat keindahannnya dan kemyamanannya. Ini pun
bertujuan agar para pengunjung semakin banyak dan pengunjung yang datang nyaman
dengan keadaan lingkungan sekitar makam dan masjid. Bapak Munir juga melakukan
pembersihan pada nisan Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Bapak Munir
membersihkannya menggunakan sabun dan kain lap untuk membersihkan lumut yang
ada di nisan. Untuk membersihkannnya tidak ada patokan hari, biasanya kalau sudah
kotor dan banyak lumut segera dibersihkan. Ini adalah salah satu perawatan dari makam
tersebut agar tetap terjaga kebersihan dan keindahan makam. Para pengunjung pun
diharapkan bisa bekerjasama dalam hal kebersihan yaitu dengan cara membuang
sampah pada tempatnya dan tidak megotori area pemakaman.
Dari pihak Dinas pariwisata pun juga tidak ada promosi tentang wisata religi di
makam dan masjid Kuncen ini. Sehingga banyak masyarakat yang belum mengenal dan
tahu dimana tempat wisata religi yang ada di Kota Madiun. Walaupun tidak ada
promosi dari pihak Dinas, makam dan masjid ini banyak dikunjungi oleh wisatawan
baik dari dalam kota maupun luar kota. Kebanyakan wisatawan yang datang ke makam
dan masjid ini adalah wiatawan yang berasal dari Jawa Timur seperti : Jombang,
Mojokerto, Ponorogo, Ngawi, Tuban, dll. Biasanya wisatawan yang berkunjung ke
makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno melakukan ritual, biasanya wisatawan
juga membawa dupa agar apa yang di inginkan dari ritual itu cepat dikabulkan.
JUMLAH
NO TAHUN
PENGUNJUNG
1. 3 Januari - 29 Desember 2012 874 Orang
2. 3 Januari - 29 Desember 2013 2048 Orang
3. 2 Januari - 17 Februari 2014 302 Orang
21
Bagi pengunjung yang ingin berkunjung untuk berziarah / berwisata religi di
Makam dan masjid ini tidak dikenakan biaya untuk masuk. Namun disana disediakan
kotak amal, apabila pengunjung ingin bersedekah bisa memasukkan sedekahnya di
kotak amal tersebut. Kalau tidak pengunjung bisa memberi sedekah kepada juru
kuncinya secara langsung. Disana juga tidak ada peraturan-peraturan yang menyulitkan
pengunjung untuk masuk, cukup satu peraturannya yaitu menjaga kebersihan disekitar
makam dan masjid. Dan adapun peraturan bagi wanita yang sedang berhalangan atau
sedang menstruasi dilarang masuk kedalam Makam dan Masjid.
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan peziarah pada obyek wisata religi
dimakam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen ini
diperlukan 3 unsur yaitu unsur sumberdaya manusia, unsur sumberdaya alam, dan unsur
sumberdaya financial. Sumber daya manusia adalah sumber daya yang paling penting.
Sumberdaya manusia disini berperan dalam menjaga dan merawat makam dan masjid,
berperan dalam mengembangkan obyek wisata ini, berperan dalam menjaga keamanan
dan kenyamanan di kompleks makam dan masjid ini. Serta memberikan informasi
kepada masyarakat luar tentang bagaimana wisata religi yang bersejarah di makam dan
masjid ini.
Sementara itu sumberdaya alam yang tersedia yang sepantasnya dikelola secara
bijaksana sepanjang keperluan manusia dan tidak menggunakannya secara berlebihan
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada cagar budaya ini. Dalam
pemahaman lain bahwa manusia harus pandai memanfaatkan sumberdaya alam secara
optimal, sumberdaya alam yang dimaksudkan disini berupa air, pepohonan yang
rindang untuk dirawat dan diambil manfaatnya, namun bukan untuk dirusak.
22
Pengelolaan wisata religi di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan
Masjid Kuno Kuncen telah berjalan sebagaimana mestinya.
Kesimpulan
Di Indonesia banyak tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat
beragama tertentu, misalnya seperti candi Borobudur, Prambanan, Pura Besakih di Bali,
Sendang Sono di Jawa Tengah, Makam Wali Songo, Gunung Kawi, Makam Bung
Karno di Blitar dan sebagainya. Maka dari itu Indonesia mempunyai potensi wisata
religi yang sangat besar. Hal ini dikarenakan sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai
negara yang religius. Banyak bangunan atau tempat bersejarah yang memiliki arti
khusus bagi umat beragama. Selain itu, besarnya jumlah penduduk umat beragama di
Indonesia merupakan sebuah potensi bagi perkembangan wiasata religi di Indonesia.
Salah satu wisata religi di Indonesia khususnya di Jawa Timur yaitu wisata religi di
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen di Kota
Madiun, Jawa Timur.
23
Kuncen. Peran itu antara lain sebagai berikut peran dalam menjaga dan merawat
makam, peran dalam mengembangkan obyek wisata ini, peran dalam menjaga
keamanan dan kenyamanan di kompleks makam dan masjid ini dan lain sebagainya.
Sementara itu sumberdaya alam yang tersedia yang sepantasnya dikelola secara
bijaksana sepanjang keperluan manusia dan tidak menggunakannya secara berlebihan
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada cagar budaya ini. Dalam
pemahaman lain bahwa manusia harus pandai memanfaatkan sumberdaya alam secara
optimal, sumberdaya alam yang dimaksudkan disini berupa air, pepohonan yang
rindang untuk dirawat dan diambil manfaatnya, namun bukan untuk dirusak.
Selanjutnya sumberdaya finansial diperoleh dari para peziarah serta berasal dari Dinas
Cagar Budaya digunakan oleh juru kunci dan masyarakat sekitar makam untuk terus
menerus mengembangkan kompleks makam ini sebagai tempat untuk wisata religi atau
ziarah. Pengelolaan wisata religi di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno
dan Masjid Kuno Kuncen telah berjalan sebagaimana mestinya. Adapun Aktivitas-
aktivitas di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno melalui program tahlil,
dzikir, grebeg maulud Nabi Muhamad, SAW dengan acara kirab gunungan jaler dan
gunungan estri dengan dinaikan ke kereta kuda dari Masjid Kuncen menuju ke Masjid
Donopuro Taman, atau dari Alun-alun Madiun menuju ke Masjid Taman . Pengelolaan
wisata religi di kompleks makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid
Kuno Kunceen tidak dapat terlepas dari tiga unsur yaitu sumberdaya manusia,
sumberdaya alam maupun sumberdaya finansial, ketiga unsur tersebut sangat
diperlukan dalam pengembangan dan peningkatan jumlah kunjungan peziarah pada
obyek wisata religi di Makam dan Masjid ini.
Faktor-faktor pendukung berasal dari Juru Kunci yang berusaha mengelola
makam dan masjid ini menjadi lebih indah dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik
dari dalam kota maupun dari luar kota. Suasana alam yang sejuk serta keamanan dan
kenyamanan juga menjadi faktor pendukung. Faktor penghambatnya adalah masyarakat
sekitar kurang peduli dengan adanya makam dan masjid kuno yang bersejarah ini.
Sedangkan Dinas Cagar Budaya Mojokerto juga kurang dalam upaya pengelolaan dan
pengembangan makam dan masjid ini. Sedangkan 2 orang teman yang ditugaskan
untuk membatu Bapak Munir susah di ajak kerjasama dan susah diatur. Masih
kurangnya penyebaran informasi kepada pihak luar juga menjadi faktor penghambat.
24
DAFTAR PUSTAKA
A. Hari Karyono. ( 1997 ). Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia
Paramita
Bapak Munir, ( 2014 ). Juru Kunci Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno
id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata
id.wikipedia.org/wiki/Petilasan
id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia
laila135790.blogspot.com/2011/12/wisata-sejarah-masjid-kuno-kuncen-dan.html
http://satriomediun.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun
http://nuruzzaman2.multiply.com,
Rachmawaty, E. (n.d.). Kontekstualisasi Ziarah, menanti Kebangkitan Wisata
Ziarah:abril susiloadhy. Retrieved october 2010, from abril.susilodhy.net:
http://abril.susiloadhy.net/2007/02/21/menanti-kebangkitan-wisata-ziarah
25