Anda di halaman 1dari 25

Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno

dan Masdjid Kuno Kuncen Sebagai Wisata


Religi di Kota Madiun
Rahma Novianti
Jurusan Hospitality S1 Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo
(STIPRAM) Yogyakarta, Jl. Laksda Adisucipto Km. 5. Yogyakarta
55281 Indonesia, Telp. (0274) 485650, 7487497; Fax. (0274) 485214

Abstract

Especial target of this study is conducted in order to to know that religious


tourism began to develop in Indonesia. One is religious tourism in Grave Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno and Ancient Mosque Kuncen. With the preservation of
cultural heritage in the Grave Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno and Ancient
Mosque Kuncen or Nur Hidayatullah that exist in Kuncen village, Taman District ,
Madiun city to make this place as a religious tourism or pilgrimage. Preserving cultural
heritage is a testament to the love of history and cultural heritage values make
historical sights such as the religious nuances. Bedides graves and mosques, also found
sendang tundhung, and two inscriptions relics of Ki Ageng Panembahan Ronngo
Djumeno.

Keywords : tourism, religious, grave, mosque

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Wisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.(Bambang Sunaryo,2013). Menurut Undang Undang No. 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. (id.wikipedia.
org/wiki/Pariwisata )

Banyak negara, bergantung pada industri pariwisata sebagai sumber pajak dan
pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu
pengembangan industri pariwisata adalah salah satu strategi yang dipakai oleh
Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah

1
wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada
wisatawan ( id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata)

Wisata disisi lain merupakan fenomena sosial yang muncul pada masyarakat
modern. Wisata dibutuhkan tidak semata-mata untuk mencari kesegaran baru namun
digunakan untuk memperoleh ekses simbolik bagi yang melaksanakan. Disini dapat kita
tunjukkan berbagai bentuk konsumsi waktu senggang yang penekanannya adalah pada
konsumsi pengalaman dan kesenangan (seperti theme park, pusat-pusat wisata dan
rekreasi) serta hal-hal lain yang didalamnya merujuk pada budaya tinggi yang lebih
tradisional seperti museum dan galeri menarik kembali untuk melayani audien yang
lebih luas melalui penjualan seni kanonik, auratik serta berbagai gagasan edukatif
formatif dengan menekankan hal yang bersifat spektakuler, populer, menyenangkan dan
dapat diterima (Featherstone, 231).
Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada
tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah
komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berdasarkan data tahun
2010, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih
atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbangkan
devisa bagi negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. (id.wikipedia.
borg/wiki/Pariwisata_di_Indonesia)

Indonesia memiliki potensi wisata yang beranekaragam mulai dari wisata alam,
wisata kuliner, wisata bahari dan lain sebagainya. Salah satu potensi wisata yang
berkembang saat ini adalah wisata ziarah atau wisata religi. Di Jawa makam para
penyiar agama telah lama menjadi obyek kunjungan. Wisata ziarah atau wisata religi
memiliki dampak ekonomi dan pengembangan keberagamaan yang tidak dapat
diabaikan.
Sidi Gazalba dalam (Toyib & Sugiyanto, 2002 : 4), religi adalah kepercayaan
pada dan hubungan manusia dengan Yang Kudus, dihayati sebagai hakikat yang gaib,
hubungan yang menyatakan diri dalam bentuk serta system kultus dan sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu. Wisata Religi adalah salah satu jenis produk wisata yang
berkaitan erat dengan religi atau keagamaan bagi para penganutnya. Wisata religi
dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat

2
beragama, biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang
memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan
legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur
bangunannya (http://nuruzzaman2.multiply.com,). Wisata religi juga merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang percaya dengan adanya roh-roh nenek
moyang atau pendahulu-pendahulunya. Dalam membahas mengenai religi perlu
membicarakan keterkaitan antara keberagaman tradisi, kemajemukan dan perbedaan
budaya. Tradisi tertentu (mistik). Islam, lokal (yang mengalami hibridasi akan masuk ke
dalam wacana ritual dan religi). Jika di dalamnya terdapat sinkretisme, maka yang
terjadi adalah sebuah proses dinamik dan berulang, suatu faktor konstan dalam
reproduksi kebudayaan dan bukan hasil yang statis. Sinkretisme merupakan konsep
yang mengarah pada “isu akomodasi, kontes, indigonisasi dan wadah bagi proses
budaya dan dinamika”. Tegasnya religi adalah wajah kultural suatu bangsa yang unik.
Religi adalah dasar keyakinan, sehingga aspek kulturalnya sering mengapung di
atasnya. Hal ini merepresentasikan bahwa religi adalah fenomena budaya universal.
Religi adalah budaya yang bersifat khas, budaya dan religi memang sering berbeda
dalam praktek dan penerapan keyakinan. Namun demikian keduanya sering banyak tiitk
temu yang menarik untuk diperbincangkan

Happy Marpaung (2002 : 95), menyebutkan bahwa wisata keagamaan, etnis dan
nostalgia adalah jenis wisata yang erat kaitannya dengan wisatawan atau pengunjung
yang memiliki latar belakang budaya, agama, etnis dan sejarah yang sama atau hal-hal
yang pernah berhubungan dengan masa lalunya. Seseorang yang percaya bahwa di
sekelilingnya ada kekuatan yang disebut dengan spirit, makhluk ini akan menempati
sekeliling manusia, menjadi penjaga bangunan, pohon, benda dan sebagainya. Hal ini
akan menyebabkan tempat-tempat tertentu menjadi keramat (sacer), itulah sebabnya
manusia sering melakukan ritual atau tradisi untuk menegosiasi agar kekuatan halus tadi
tidak mengganggu hidupnya. Menurut Nyoman S. Pendit (2002 : 42), Wisata ziarah ini
banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu,
kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pual untuk tujuan memperoleh berkah
dan kekayaan melimpah. Dalam hubungan ini, orang Katholik misalnya melakukan
wisata ziarah ke istana Vatikan di Roma, orang Islam ke Tanah Suci Mekkah, agama
Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya.

3
Di Indonesia tradisi ziarah ke makam keramat oleh umat Islam merupakan
kelanjutan dari tradisi nenek moyang yang memiliki kebiasaan mengunjungi candi atau
tempat suci lainnya dengan maksud melakukan pemujaan roh nenek moyang. Dengan
masuknya agama Islam, maka kegiatan ziarah hanya meneruskan kebiasaan yang lama
(Morissan, 2002 : 26).

Di Indonesia banyak tempat-tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh


umat-umat beragama tertentu, misalnya seperti candi Borobudur, Prambanan, Pura
Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah, Makam Wali Songo, Gunung Kawi,
Makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya (Nyoman S. Pendit, 2002 : 42). Indonesia
mempunyai potensi wisata religi yang sangat besar. Hal ini dikarenakan sejak dahulu
Indonesia dikenal sebagai negara yang religius. Banyak bangunan atau tempat
bersejarah yang memiliki arti khusus bagi umat beragama. Selain itu, besarnya jumlah
penduduk umat beragama di Indonesia merupakan sebuah potensi bagi perkembangan
wiasata religi di Indonesia (http://nuruzzaman2.multiply.com, 11 Desember 2010).

Kota Madiun adalah salah satu kota yang merupakan kota transit yang terletak
di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 169 km sebelah Barat Kota
Surabaya, atau 114 km sebelah Timur Kota Surakarta. Kota Madiun memiliki beberapa
daya tarik pariwisata diantaranya yaitu kesenian Dongkrek yang menjadi historis Kota
Madiun, wisata budaya Pencak Silat, taman wisata kebun binatang Umbul, wisata
sejarah atas pemberontakan Gerakan 30 September yang diabadikan berupa monumen
Kresek, wisata kuliner yang sudah terkenal diseluruh penjuru Indonesia yaitu Brem dan
Pecel, karena Kota Madiun sebagai kota industri maka Kota Madiun mempunyai wisata
industri yang terkenal yaitu wisata pabrik gula Redjo Agung, serta Industri Kereta Api
PT. INKA Madiun, dan Madiun juga memiliki Wisata Religi yaitu wisata religi Masjid
Kuno Kuncen, Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Masjid Agung dan
Masjid Taman.

Wisata religi Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid


Kuno Kuncen adalah salah satu wisata yang mulai berkembang di Kota Madiun.
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen terletak di
arah barat laut Desa Demangan (bekas Ibukota Wonosari atau pindahan Wonorejo),
tepatnya di Jalan Majid Raya Kuncen, Kecamatan Taman Kota Madiun. Makam Ki

4
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dikelola oleh Juru Kunci yang bernama Bapak
Munir. Tinggalan arkeologis yang dapat dilihat disini berupa bangunan makam, masjid
kuno kuncen, sendang tudhung kuncen, dan prasasti
yang ada dimakam. Makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno ramai dikunjungi pada malam
Jum’at Legi. Adapun ritual yang dilakukan adalah
tahlil, biasanya para peziarah juga membawa dupa
dan kembang dengan maksud sebagai pewangi
tempatnya dan lebih aman, bersih dan nyaman.
Dalam hal ini penulis berfokus akan membahas tentang wiasata ziarah Makam Ki
Ageng Panembahan Ronggo Jumeno di Kota Madiun, dikarenakan Makam tersebut
memiliki potensi yang perlu dikembangkan agar menjadi salah satu Obyek Wisata
Religi yang unggulan di Kota Madiun.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan diatas untuk melihat bagaimana sejarah dan pengelolaan


wisata religi disana, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
Bagaimana sejarah dan pengelolaan wisata religi untuk pengembangan ziarah
dimakam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen di Kota
Madiun, sumberdaya yang diperlukan dalam pengelolaan, faktor-faktor pendukung dan
penghambat pengelolaan Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno?

Tinjauan Pustaka

Pengembangan wisata religi, merupakan salah satu usaha bisnis dibidang


pariwisata dengan menekankan kepada penjualan obyek kepada wisatawan. Dalam
membuat laporan penelitian tentang Wisata Religi di Makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen, selain menjalankan survey lapangan
ketempat penelitian secara langsung, peneliti juga didukung oleh data yang berasal dari
internet. Tidak hanya dari internet saja penulis juga didiukung oleh data dari buku-buku
yang membahas tentang wisata religi, yang diharapkan dapat mendukung penelitian ini
diantaranya pengertian wisata religi, tujuan pengembangan wisata religi dan manfaat
pengembangan wisata religi.

5
Menurut UU No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, dijelaskan bahwa
kepariwisataan merupakan keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha. Menurut Oka A. Yoeti
tahun 1987 dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata" menyebutkan : Pariwisata
adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan
dari suatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau
mencari nafkah di tempat yang dlkunjungi, tetapi semata - mata untuk menikmati
perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang
beraneka ragam.( Oka A Yoeti,1987:34)

Menurut Mcintosh dan Murphy dalam (Pitana, 2005), ada empat motovasi
melakukan wisata, yakni physsical motivation (motivasi yang bersifat fisik), cultural
motivation (motivasi budaya), social motivation (motivasi bersifat sosial, salah satunya
berziarah), dan fantasy motivation (motivasi karena fantasi). Berdasarkan hal tersebut
diatas, motivasi melakukan kunjungan ke makam Ki Ageng Panembahan Ronggo
Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen oleh wisatawan domestik merupakan motivasi
sosial.

Pengertian wisata minat khusus menurut Hall & Weiler adalah sebagai berikut
:Suatu bentuk perjalanan wisata dimana wisatawan mengunjungi suatu tempat, karena
memiliki minat atau tujuan khusus mengenai sesuatu jenis obyek atau kegiatan yang
dapat ditemui atau dilakukan di lokasi daerah tujuan wisata / tempat yang menarik dari
aspek lingkungan fisik, sosial dan budayanya. Wisata aktif, dimana wisatawan terlibat
secara aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan fisik (termasuk aspek fenomena
kebumian/geologi) atau lingkungan komunitas/sosial budaya yang dikunjunginya.(
Hall,Weiler,1982:132) Usaha daya tarik wisata minat khusus antara lain : Wisata
Olahraga, Wisata Kuliner, Wisata Religius, Agrowisata, Wisata Goa, Wisata Belanja,
Ekowisata, Wisata Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut diatas, obyek wisata religi di
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen termasuk
dalam usaha daya tarik wisata minat khusus.

6
Menurut Arkeolog prof. Dr Hasan Muarif Ambary (2010, dalam Evi
Rachmawati, bukunya Menemukan Peradaban, Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia), dalam paket wisata ziarah setidaknya terdapat tiga komponen terkait, yakni
kegiatan perjalanan yang diorganisasikan oleh biro perjalanan, masyarakat pengguna
jasa wisata, dan objek wisata yang meliputi alam, sejarah, dan arkeologi.

A. Hari Karyono dalam bukunya yang berjudul “Kepariwisataan”


mendefinisikan wisata ziarah (wisata pilgrim) adalah jenis wisata yang dikaitkan dengan
agama, kepercayaan atau adat istiadat dalam masyarakat. Wisata ziarah (wisata pilgrim)
dilakukan baik perseorangan maupun rombongan agar berkunjung ke tempat-tempat
suci, makam-makam orang suci atau orang-orang terkenal dan pimpinan yang
diagungkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan restu, berkah, kebahagiaan dan
ketentraman. ( A. Hari Karyono,1997: 19)

Di Indonesia tempat-tempat yang dapat dikategorikan ke dalam objek wisata


ziarah (objek wisata pilgrim) diantaranya makam, masjid, gereja, wihara, klenteng dan
lainnya. Masyarakat Jawa mempunyai tradisi berziarah ke makam para leluhur, yaitu
suatu kebiasaan mengunjungi makam, misalnya makam leluhur, makam Wali yang lain
maupun makam yang dikeramatkan untuk nyekar atau mengirim kembang dan
mendoakan orang yang telah dikubur kepada Tuhan. Hal ini merupakan keharusan yang
merupakan tradisi religi dari para pendahulu yang tidak pernah tergoyahkan oleh
berbagai paham baru yang berbeda sama sekali.

Cara Penelitian

1) Penentuan Sample
Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara : nonrandom
sampling purposive sample, yaitu peneliti menentukan sample tanpa diacak, tetapi
langsung tertuju kepada responden kunci yaitu tokoh masyarakat yang tinggal disekitar
wilayah makam dan masjid kuno Kuncen dan pegawai yang bekerja mengelola makam
dan masjid kuno. Hal tersebut dilakukan, guna mendapatkan data yang utuh dan asli,
tentang hal-hal yang berkaitan dengan wisata religi makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno dan Masjid Kuncen berupa bangunan makam dam masjid kuno itu

7
sendiri, sendhang tundhung sebagai tempat air yang keramat, peninggalan prasasti Ki
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno peninggalan. Tokoh masyarakat dan pegawai
tersebut sudah barang tentu memiliki pengetahuan yang signifikan baik yang
berdasarkan pengalaman cerita secara turun-temurun, maupun berdasarkan fakta yang
berkaitan dengan seluk beluk pembangunan makam Ki Ageng Panembahan Ronggo
Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen yang bersumber dari benda peninggalan dan bukti
tertulis (Nicolaus Got, 2011).

2) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah baik yang digunakan


berhubungan dengan studi kepustakaan maupun yang dihasilkan dari data empiris. Studi
kepustakaan penelitian dilakukan dengan mengadakan kajian-kajian terhadap buku-
buku pengembangan ziarah sebagai acuan dasar dalam membuat kerangka teoritis
sample diambil menurut kebutuhan. Purposive Sampling yaitu sample yang dipilih
dengan cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian (Sumarsono, 2004: 63).
a. Metode Observasi
Dalam menggunakan metode ini dilakukan dengan cara mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsure-unsur yang tampak dalam
suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian. “Unsur-unsur yang tampak itu
disebut data informasi yang harus diamati dan dicatat secara benar dan lengkap
(Nawawi, Martini 1992: 74).
Metode ini digunakan secara langsung tentang hasil dari strategi pengelolaan
wisata religi untuk pengembangan wisata religi di Makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen sekaligus untuk mengetahui hambatan dan
pendukung dalam pengelolaan ziarahnya.
b. Metode Interview / Wawancara
Metode interview adalah merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden) komunikasi tersebut
dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung (Adi, 2005: 72).

8
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi dari sumber data antara lain
yaitu dari juru kunci makam, masyarakat, maupun para peziarah, baik mengenai sejarah
makam dan masjid, strategi pengelolaan pengembangan wisata religi, faktor-faktor yang
menunjang keberhasilan dan hambatan yang dihadapi dalam strategi, tujuan
pengembangan wisata religi di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan
Masjid Kuno Kuncen .
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah peneliti mencari dan mendapatkan data-data primer
melalui data-data dari prasasti-prasasti atau naskah-naskah kearsipan (baik dalam
bentuk barang cetakan maupun rekaman) data gambar atau foto atau blue print dan lain
sebagainya (Supardi, 2005: 138). Maksudnya bahwa metode dokumentasi digunakan
untuk memperoleh data tentang latar belakang serta dokumen-dokumen lain berupa
buku-buku, majalah dan koran dan lain-lain yang berkaitan dengan penelitian wisata
religi di Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen.

3) Teknik Generalisasi Data


Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan beberapa metode,
maka peneliti menggeneralisasi data tersebut dengan cara berfikir induktif artinya
berangkat dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa konkret, kemudian dari
fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus kongkret itu ditarik generalisasi yang
mempunyai sifat umum.

4) Teknik Analisis Data


Cara analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Deduktif, yaitu
metode yang digunakan peneliti untuk melakukan analisis data yang dimulai dari
pemahaman pengembangan dan pelestarian secara umum dan secara khusus.
Pemahaman pengembangan dan pelestaraian secara umum yaitu wisata religi atau
wisata ziarah penganut agama Islam untuk melakukan perjalanan kunjungan Umroh dan
Haji ke Kota Mekah dan Madinah, Perjalanan ziarah penganut agama Katolik dari
Perancis berkunjung ke Vatican di Roma untuk mengikuti kebaktian perayaan Natal,
Perjalanan ziarah penganut agama Hindu di Bali berkunjung ke Pura Besakih untuk
mengadakan upacara keagamaan, Perjalanan ziarah penganut agama Budha ke Candi

9
Mendut dan Pawon untuk mengikuti acara Waisak. Sementara pemahaman
pengembangan dan pelestarian secara khusus yaitu wisata religi atau wisata ziarah ke
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen yang ada di
Kota Madiun, Jawa Timur. b. Komparatif, yaitu metode yang digunakan peneliti untuk
melakukan perbandingan, pemahaman pengembangan dan pelestarian wisata religi di
makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen sebagai
tempat suci untuk berdoa bagi Umat beragama Islam, dengan pengembangan dan
pelestarian wisata religi di makam Nabi Muhammad SAW di Madinah, Arab Saudi.
Selain itu juga melakukan perbandingan model dan bentuk Makam dan Masjid,
peninggalan, dan pengunjung yang ada di Makam dan Masjid Kuno Kuncen, Kota
Madiun, Jawa Timur dan Makam Nabi Muhammad SAW di Madinah, Arab Saudi
(Nicolaus Got, 2010).

Pembahasan
1. Letak Geografi Kota Madiun
Secara geografis Kota Madiun terletak pada 111° BT - 112° BT dan 7° LS - 8°
LS dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
Madiun di sebelah utara, sebelah selatan dengan
Kecamatan Geger, sebelah timur dengan
Kecamatan Wungu, dan sebelah barat dengan
Kabupaten Magetan. Kota Madiun hampir
berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten
Madiun, serta dengan Kabupaten Magetan di sebelah Barat. Kali Bengawan Madiun
mengalir di kota ini, merupakan salah satu anak sungai terbesar Bengawan Solo. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )

Wilayah Kota Madiun mempunyai luas 33,23 Km² terbagi menjadi 3 (tiga)
kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman, dan Kecamatan
Kartoharjo. Dengan luas masing-masing Kecamatan Manguharjo 12,54 Km²,
Kecamatan Taman 13,46 Km²,dan Kecamatan Kartoharjo 11,73 Km². Masing-masing
kecamatan tersebut terdiri atas 9 kelurahan sehingga semuanya terdapat 27 kelurahan di
Kota Madiun.

10
Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63 meter hingga 67 meter
dari permukaan air laut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air laut
terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter dari permukaan air
laut terletak di sebelah di selatan. Rentang temperatur udara antara 20 °C hingga 35 °C.
Rata-rata curah hujan Kota Madiun turun dari 210 mm pada tahun 2006 menjadi
162 mm pada tahun 2007. Rata-rata curah hujan tinggi terjadi pada bulan-bulan di awal
tahun dan akhir tahun, sedangkan rata-rata curah hujan rendah terjadi pada pertengahan
tahun. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )

2. Sejarah Kota Madiun

Madiun merupakan suatu wilayah yang dirintis oleh Ki Panembahan Ronggo


Djumeno atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal mula kata Madiun dapat diartikan
dari kata "medi" (hantu) dan "ayun-ayun" (berayunan), maksudnya adalah bahwa ketika
Ronggo Jumeno melakukan " Babat tanah Madiun " terjadi banyak hantu yang
berkeliaran. Penjelasan kedua karena nama keris yang dimiliki oleh Ronggo Jumeno
bernama keris Tundhung Medhiun. Pada mulanya bukan dinamakan Madiun, tetapi
Wonoasri. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun)

Sejak awal Madiun merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan


Mataram. Dalam perjalanan sejarah Mataram, Madiun memang sangat strategis
mengingat wilayahnya terletak di tengah-tengah perbatasan dengan Kerajaan Kadiri
(Daha). Oleh karena itu pada masa pemerintahan Mataram banyak pemberontak-
pemberontak kerajaan Mataram yang membangun basis kekuatan di Madiun. Seperti
munculnya tokoh Retno Dumilah.( http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )

Beberapa peninggalan Kadipaten Madiun salah satunya dapat dilihat di


Kelurahan Kuncen, dimana terdapat makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno,
Patih Wonosari selain makam para Bupati Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu
Masjid Nur Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling masjid, serta sendang (tempat
pemandian) keramat. Sejak masa Hindia-Belanda, Madiun adalah suatu gemeente yang
berpemerintahan sendiri (swapraja) karena komunitas Belanda yang bekerja di berbagai
perkebunan dan industri tidak ingin diperintah oleh Bupati (yang adalah orang Jawa).

11
Sebagai suatu kota swapraja, Madiun didirikan 20 Juni 1918, dengan dipimpin pertama
kali oleh asisten residen Madiun. Baru sejak 1927 dipimpin oleh seorang wali kota. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )

Kota Madiun dahulu merupakan pusat dari Karesidenan Madiun, yang meliputi
wilayah Magetan, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan. Meski berada di wilayah Jawa Timur,
secara budaya Madiun lebih dekat ke budaya Jawa Tengahan (Mataraman atau Solo-
Yogya), karena Madiun lama berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. (
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun )

3. Sejarah Berdirinya Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo


Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen

a. Sejarah Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno


Madiun merupakan salah satu kota santri di Jawa Timur yang merupakan pusat
penyebaran dan perkembangan Islam di tanah Jawa. Sejarah Madiun tidaklah lepas dari
tokoh Pangeran Timur yang lahir tahun 1568.
Pangeran Timur adalah Bupati Madiun yang pertama.
Beliau dimakamkan di pemakaman Kuncen, Madiun.
Makam Pangeran Timur Madiun banyak dikunjungi
peziarah. Bila dilihat dari keturunannya, Pangeran
Timur adalah anak dari raja Demak, Sultan
Trenggono. Ayah dari Pangeran Timur ini adalah raja ketiga Kesultanan Demak yang
memerintah tahun 1521-1546. Di bawah pemerintahannya, wilayah kekuasaan Demak
meluas sampai ke Jawa Timur.
Bupati pertama kota Madiun adalah Pangeran Timur dengan gelar Ronggo
Djumeno merupakan cucu dari Raden Patah. Raden Patah adalah pendiri kerajaan Islam
Demak di Demak, Jawa Tengah. Ayah Pangeran Timur yaitu Sultan Trenggana adalah
putra Raden Patah yang lahir dari permaisuri Ratu Asyikah. Ratu Ayikah yang
merupakan nenek dari Pangeran Timur adalah putri Sunan Ampel. Pangeran Timur
memiliki kakak yaitu Sunan Prawoto yang menjadi raja kerajaan Islam Demak
menggantikan Sultan Trenggono. Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara. Ratu
Mas Cempaka yang menjadi istri Sultan Hadiwijaya, Raja Pajang.

12
Menurut Juru Kunci, makam Ki
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno
merupakan petilasan. Petilasan adalah
istilah yang diambil dari bahasa Jawa (kata
dasar "tilas" atau bekas) yang menunjuk
pada suatu tempat yang pernah disinggahi
atau didiami oleh seseorang (yang penting).
Tempat yang layak disebut petilasan
Makam waliyuAllah Madiun, Pangeran Timur di
Kuncen, Madiun, Jawa Timur
biasanya adalah tempat tinggal, tempat
beristirahat (dalam pengembaraan) yang relatif lama, tempat pertapaan, tempat
terjadinya peristiwa penting, atau-terkait dengan legenda-tempat moksa.
(id.wikipedia.org/wiki/Petilasan). Jadi didalam makam tersebut tidak ada jasad dari Ki
ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Tetapi walaupun didalam makam tidak ada jasad
beliau para pengunjung pun tetap berziarah ke makam Ki Ageng Panembahan Ronggo
Djumeno. Panembahan Senopati memberi otonomi luas pada daerah ini, dan
mengangkat Juru kunci untuk memelihara dan menjaga makam. Itulah sebabnya daerah
ini disebut “Kuncen”.

Ketika berwisata religi Madiun, berziarah ke Pangeran Timur tak boleh


terlewatkan. Disamping Pangeran Timur adalah cicit dari Sunan Ampel, cucu dari
Raden Patah dan anak dari Sultan Trenggono beliau adalah bupati atas kabupaten
Purbaya yang sekarang menjadi Madiun. Pangeran Timur tidak hanya menjadi
pemimpin administratif, beliau juga giat menyiarkan agama Islam di Madiun. Pangeran
Timur juga diberi gelar panembahan Puroboyo, dimakamkan di Kuncen, Madiun pada
tahun 1586.

Pada masa penaklukan Mancanegara Timur oleh Panembahan senopati dari


Mataram, terjadi banyak korban dikedua belah pihak prajurit, Pusat peperangan terjadi
di sekitar sendang dekat istana Kabupaten di Wonosari (kuncen), korban-korban
tersebut dimakamkan di sekitar sendang. Menurut Juru Kunci makam yaitu Bapak
Munir, pada saat itu Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno tidak menjadi korban
akibat pembunuhan saat peperangan, beliau mengumpat dibelakang kantor kadipaten

13
dengan alasan beliau sudah lelah untuk berperang dengan kerajaan Mataram. Namun
ternyata Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno hilang dari pengumpatannya dan
tidak ada jejaknya, orang lain pun tidak tahu kemana perginya beliau. Meski Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno menghilang tidak ada jejak dan tubuhnya tidak
diketemukan, maka tetap saja dibuatkan makam untuk mengenang jasa Pangeran Timur
itu. Dan tidak adanya jasad KiAgeng Panembahan Ronggo Djumeno di dalam makam
tersebut maka dari itu makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno disebut dengan
“ petilasan “.

Desa Perdikan Kuncen terletak di arah barat laut Desa Demangan (bekas Ibukota
Wonosari atau pindahan Wonorejo), perlu diketahui, setelah Wonorejo hancur akibat
perang, pusat pemerintahan bupati bergeser ke timur yakni menempati kutho miring
(Demangan). Makam Kuncen hingga saat ini masih di hormati dan dikeramatkan
masyarakat Madiun, para bupati Madiun yang di makamkan disini pada umumnya
bergelar Mangkunegoro, yaitu : Mangkunegoro I (Raden Mas Bagus Petak atau
Pangeran Adipati Djuminah), Mangkunegoro II (Raden Mas keniten atau Pangeran
Adipati Martoloyo), Mangkunegoro III (Raden Kyai Irodikromo ) , Mangkunegoro IV.
Sesuai daftar silsilah Bupati Madiun, para pejabat dan bangsawan yang di makamkan
disini adalah keturunan dari Pangeran Timur. Selain itu juga ada makam Kyai Grubug,
beliau berasal dari Banten dan sebagai pengasuh keluarga Bupati Mangkunegoro I.

Status wilayah Wonorejo sebagai tanah makam dan juga masjid, maka dulu
Kyai yang merawat areal tersebut juga bertindak sebagai kepala desa, dan diberi
kebebasan menguasai daerah sekitar area makam dan masjid. Kyai Grubug merupakan
guru dalam ilmu agama Islam, dan Kyai Grubug inilah yang pertama kali berkuasa di
Desa Perdikan Kuncen ini yang juga mengelola masjid maupun makam Hingga kini ada
14 kyai yang memimpin Desa Perdikan Kuncen, yaitu : 1).Kyai Grubug, 2).Kyai Semin
I, 3).Kyai Semin II, 4).Kyai Semin III, 5).Kyai Semin IV, 6). Kyai Djodo, 7).Kyai
Muhammad Ngarib, 8).Kyai Kasan Basari, 9).Kyai Muhammad Mardo, 10).Kyai
Muhammad Mardi, 11).Kyai Darsono, 12).Kyai Sutopo, 13).Kyai Karsono, 14).Kyai
Kentjono.(laila135790.blogspot.com/2011/12/wisata-sejarah-masjid-kuno-kuncen-
dan.html)

14
Dahulu makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno masih berbentuk batu
bata yang diplester dengan semen dan tidak ada pendopo didepan makam. Namun pada
tahun 2003 makam ini direnovasi oleh Bupati Madiun yaitu Bapak Djuhaedi
Mahendra.SH.M.SI. ( sumber : Bapak Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid). Cerita
dari renovasi makam itu berawal dari bapak Djuhaedi Mahendra tengah mengalami
suatu masalah. Maka dari itu bapak Djuhaedi Mahendra ziarah ke makam Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno untuk meminta pertolongan kepada beliau. Dan bapak
Djuhaedi Mahendra berjanji apabila masalahnya selesai dia akan merenovasi makam Ki
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. ( sumber : Bapak Munir, Juru Kunci Makam
dan Masjid )

Kemudian akhirnya masalah yang dialami Bapak Djuhaidi Mahendra bisa


teratasi dan akhirnya pada periode kedua dia menepati
janjinya untuk merenovasi makam Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno. Makam tersebut dibuat
lebih tinggi kemudian nisan dari makam tersebut
batunya dipesan dari muntilan dan beratnya mencapai 1
ton. Kemudian didepan makam di beri pendopo kecil,
pendopo ini digunakan untuk tempat pengunjung pada
saat berziarah agar tidak kepanasan dan kehujanan. Dan
sebelum masuk makam juga dibangun pintu seperti pintu gapuro. ( sumber : Bapak
Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )

Selain Makam Kuncen, disini juga ada sendang tundhung (tempat pemandian) yang
dihormati dan keramat. Sejarah dari sendang ( tempat pemandian keramat ), dulu ada
seorang Empu dari DEMAK yang membuat pusaka. Kemudian Empu tersebut
beristirahat di bawah pohon yang dekat dengan lubang yang berisi air. Tiba – tiba ada
bangkai katak yang jatuh dilubang air tersebut, beberapa menit kemudian katak tersebut
hidup lagi. Saat itulah Empu mempercayai bahwa air itu mempunyai khasiat. Akhirnya
air itu menjadi air keramat dan sering digunakan untuk pengobatan masyarakat setempat
yang sedang sakit. Sendang tersebut juga dijadikan tempat ritual bagi para pengunjung
biasanya pada malam hari sendhang tundhung ramai dikunjungi oleh pengunjung. (
sumber : Bapak Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )

15
Kemudian sekitar tahun 1584-1585 sendang tundhung ini direnovasi oleh Bupati
Madiun Drs.B.Moesbandon. Namun pada saat renovasi terjadi kesalahan langkah.
Seharusnya air yang menjadi sumber sendang itu tidak ditutup dengan semen. Namun
pada saat direnovasi ada sumber air yang ditutup oleh semen, sehingga airnya tidak
keluar dari sumber keseluruhannya. Sampai sekarang Makam Ki Ageng Panembahan
Ronggo Djumeno dan sendhang tundhung banyak dikunjungi oleh pengunjung, baik
dari dalam kota maupun luar kota. Biasanya Makam Ki Ageng Panembahn Ronngo
Djumeno ramai pengunjung pada malam Jum’at Legi. Adapun ritual yang dilakukan
pada saat pengunjung datang ke makam yaitu tahlil, biasanya para peziarah juga
membawa dupa dan kembang dengan maksud sebagai pewangi disekitar makam dan
lebih aman, bersih dan nyaman. Biasanya para calon Walikota yang ingin menjadi
Walikota Madiun datang berziarah ke makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno
untuk meminta restu agar bisa menjabat sebagai Walikota Madiun. ( sumber : Bapak
Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )

4. Sejarah berdirinya Masjid Kuno Kuncen


Masjid Kuno Kuncen dibangun oleh Ki
Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan
Samin, orang yang paling dekat dengan beliau.
Masjid ini dibangun sebelum Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno meninggal.
Untuk tanggal dibangunnya masyarakat
setempat tidak mengetahui tepatnya. Karena
sudah lama sekali pembangunannya dan masyarakat sekitar tidak ada yang mengetahui
lebih jelasnya. ( sumber : Bapak Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )

Masjid Kuno Kuncen ini mengalami 2x


pemindahan lokasi. Pertama kali masjid itu
dibangun disebelah selatan kantor kadipaten
wonosar ( kuncen ). Kemudian setelah Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno meninggal masjid
itu dipindah lebih maju kedepan atau maju kearah

16
timur. Kemudian sekitar tahun 1580 masjid itu dipindahkan lagi ke utara, sebelah timur
makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Masjid tersebut dipindah oleh
Mangkunegoro III ( Raden Kyai Irodikromo ) dikarenakan tidak pantas jika masjid
berada disamping makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno, sehingga masjid
dipindahkan kedepan makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Sehingga
sebelum memasuki area makam pengunjung melewati masjid terlebih dahulu. ( Sumber:
Bapak Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid )

Sebenarnya masjid yang ada di Kelurahan Kuncen itu dulu belum ada nama
sama sekali, karena tidak adanya sumber tertulis mengenai nama masjid tersebut.
Selanjutnya dari tahun ke tahun nama masjid kuno yang terdapat di Kelurahan Kuncen
tersebut dahulu dikenal dengan nama Masjid Kuno Kuncen, karena keberadaan masjid
tersebut berdekatan dengan makam yang terdapat juru kunci kemudian dinamakan
kuncen dan juga disesuaikan dengan nama Kelurahan Kuncen karena keberadaan masjid
berada di Kelurahan Kuncen, maka dari itu masjid kuno ini dikenal dengan nama
Masjid Kuno Kuncen. Selanjutnya pada tahun 1970 warga Kuncen bersepakat merubah
nama masjid sebelumnya Masjid Kuno Kuncen diubah nama menjadi Masjid Nur
Hidayatullah, walaupun sudah dinamakan Masjid Nur Hidayatullah akan tetapi nama
yang masih dikenal oleh warga Madiun sampai sekarang adalah Masjid Kuno Kuncen.

Sampai sekarang Masjid Kuno Kuncen banyak dikunjungi oleh pengunjung,


baik dari dalam kota maupun luar kota. Biasanya
masjid Kuno Kuncen ramai pengunjung pada
malam Jum’at Legi dan pada saat malam ke 21
bulan puasa. Masjid Kuno Kuncen juga ramai
pada saat musim ujian sekolah, biasanya guru-
guru dan murid-murid datang untuk sholat dan
berdoa di masjid tersebut. ( sumber : Bapak
Munir, Juru Kunci Makam dan Masjid).
Sejak tahun 2006 mulai dilaksanakan kembali tradisi mataraman, yaitu grebeg
maulud Nabi Muhamad, SAW dengan acara kirab gunungan jaler dan gunungan estri
dengan dinaikan ke kereta kuda dari Masjid Kuncen menuju ke Masjid Donopuro

17
Taman, atau dari Alun-alun Madiun menuju ke Masjid Taman.
(http://satriomediun.wordpress.com/)

5. Alur perjalanan Wisata Ziarah Makan Ki Ageng Panembahan


Ronggo Djumeno

PINTU MASUK MAKAM


Kantor
Pelayanan&
Informasi

TOILET

I
U

R PINTU MASUK

18
Memasuki area pemakaman, peziarah melewati masjid terlebih dahulu untuk
menuju ke pesarean. Kemudian peziarah dapat beristirahat di masjid atau langsung
menuju ke pemakaman. Kendaraan para peziarah dapat parkir di lokasi yang telah
disediakan. Sebelum melewati pintu gerbang makam para peziarah akan bertemu
dengan juru kunci makam di mana tugas juru kunci di sini memberikan penjelasan-
penjelasan baik secara lisan maupun sesuai dengan tulisan-tulisan yang tertera di
dinding bangunan makam. Peziarah yang memasuki pintu gerbang di sebelah kiri akan
melihat pemakaman untuk umum. Untuk pemakaman umum dan pemakaman KiAgeng
Panembahan Ronggo Djumeno dipisahkan dengan tembok yg menjulang tinggi.
Adapun pintu yang menghubungkannya antara makam Ki Ageng Ronggo Djumeno dan
makam umum.

Sebelum memasuki bangunan utama makam Ki Ageng Panembahan Ronggo


Djumeno para peziarah diwajibkan melepas alas kaki. Kemudian bagi para wanita yang
sedang berhalangan tidak diizin kan masuk ke dalam bangunan utama makam Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno. Didalam bangunan utama makam Ki Ageng
Panembahan Ronggo Djumeno juga terdapat 1 makam yaitu makam Semin orang yang
paling dekat dengan Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Kemudian sebelah timur
terdapat makam bupati-bupati Madiun yang di makamkan disini pada umumnya
bergelar Mangkunegoro, yaitu : Mangkunegoro I (Raden Mas Bagus Petak atau
Pangeran Adipati Djuminah), Mangkunegoro II (Raden Mas keniten atau Pangeran
Adipati Martoloyo), Mangkunegoro III (Raden Kyai Irodikromo ) , Mangkunegoro IV

6. Pengelola dan Pengelolaan Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo


Jumeno

a. Pengelola Makam dan Masjid

Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo


Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen pada tanggal 29
Juni 2010 sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya
Kuncen di Kota Madiun. Sehingga makam dan
masjid kuncen ini dibawah perlindungan Dinas

19
Cagar Budaya Mojokerto dan Dinas Pariwisata Kota Madiun.

Bapak Munir adalah orang yang dipercaya dan ditugaskan untuk merawat dan
menjaga makam dan masjid. Bapak Munir adalah Juru Kunci dari makam Ki Ageng
Panembahan Ringgo Djumeno sejak tahun 1990. Namun pada saat itu bapak Munir
belum diamgkat sebagai pegawai negeri. Setelah ditetapkannya sebagai Cagar Budaya
Kuncen tahun 2010 barulah Bapak Munir diangkat sebagai pegawai negeri.

Bapak Munir juga dibantu oleh 2 orang temannya untuk membersihkan,


merawat dan menjaga makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid
Kuno Kuncen. Bapak Munir merupakan Juru Kunci yang ke 25 setelah juru kunci yang
lainnya.

b. Pengelolaan Makam dan Masjid Kuno Kuncen

Kini Makam Ki Ageng


Panembahan Ronggo Djumeno dan
Masjid Kuno Kuncen telah ditetapkan
sebagai Cagar Budaya Kuncen pada
tanggal 29 Juni 2010 oleh Walikota
Madiun dan Dinas Cagar Budaya
Mojokerto. Hal tersebut dikarena
terdapat benda-benda kuno yang
umurnya sudah diatas 50 tahun dan
harus dilindungi. Menurut Undang-Undang Dasar benda-benda yang bersejarah dan
usianya mencapai 50 tahun lebih harus dilindungi, tidak boleh dipindahkan dan tidak
boleh dijual.

Menurut Bapak Munir untuk pengelolaan makam dan masjid ini masih kurang.
Karena dari pihak Dinas Cagar Budaya Mojokerto dan Dinas Pariwisata kota Madiun
sendiri jarang mengunjungi makam dan masjid untuk melihat bagaimana keadaan
makam dan masjid tersebut. Ternyata tidak hanya mereka saja yg kurang peduli,

20
masyarakat sekitar pun kurang peduli terhadap Makam dan Masjid ini. Sehingga untuk
pengembangan wisata religi di makam dan masjid ini masih kurang.
Meski begitu bapak Munir terus berusaha untuk merawat dan menjaga makam
dan masjid agar masih tetap terlihat keindahannnya dan kemyamanannya. Ini pun
bertujuan agar para pengunjung semakin banyak dan pengunjung yang datang nyaman
dengan keadaan lingkungan sekitar makam dan masjid. Bapak Munir juga melakukan
pembersihan pada nisan Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno. Bapak Munir
membersihkannya menggunakan sabun dan kain lap untuk membersihkan lumut yang
ada di nisan. Untuk membersihkannnya tidak ada patokan hari, biasanya kalau sudah
kotor dan banyak lumut segera dibersihkan. Ini adalah salah satu perawatan dari makam
tersebut agar tetap terjaga kebersihan dan keindahan makam. Para pengunjung pun
diharapkan bisa bekerjasama dalam hal kebersihan yaitu dengan cara membuang
sampah pada tempatnya dan tidak megotori area pemakaman.

Dari pihak Dinas pariwisata pun juga tidak ada promosi tentang wisata religi di
makam dan masjid Kuncen ini. Sehingga banyak masyarakat yang belum mengenal dan
tahu dimana tempat wisata religi yang ada di Kota Madiun. Walaupun tidak ada
promosi dari pihak Dinas, makam dan masjid ini banyak dikunjungi oleh wisatawan
baik dari dalam kota maupun luar kota. Kebanyakan wisatawan yang datang ke makam
dan masjid ini adalah wiatawan yang berasal dari Jawa Timur seperti : Jombang,
Mojokerto, Ponorogo, Ngawi, Tuban, dll. Biasanya wisatawan yang berkunjung ke
makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno melakukan ritual, biasanya wisatawan
juga membawa dupa agar apa yang di inginkan dari ritual itu cepat dikabulkan.

Adapun data pengunjung wisatawan yang mengunjungi Makam Ki Ageng


Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen :

JUMLAH
NO TAHUN
PENGUNJUNG
1. 3 Januari - 29 Desember 2012 874 Orang
2. 3 Januari - 29 Desember 2013 2048 Orang
3. 2 Januari - 17 Februari 2014 302 Orang

21
Bagi pengunjung yang ingin berkunjung untuk berziarah / berwisata religi di
Makam dan masjid ini tidak dikenakan biaya untuk masuk. Namun disana disediakan
kotak amal, apabila pengunjung ingin bersedekah bisa memasukkan sedekahnya di
kotak amal tersebut. Kalau tidak pengunjung bisa memberi sedekah kepada juru
kuncinya secara langsung. Disana juga tidak ada peraturan-peraturan yang menyulitkan
pengunjung untuk masuk, cukup satu peraturannya yaitu menjaga kebersihan disekitar
makam dan masjid. Dan adapun peraturan bagi wanita yang sedang berhalangan atau
sedang menstruasi dilarang masuk kedalam Makam dan Masjid.
Untuk meningkatkan jumlah kunjungan peziarah pada obyek wisata religi
dimakam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen ini
diperlukan 3 unsur yaitu unsur sumberdaya manusia, unsur sumberdaya alam, dan unsur
sumberdaya financial. Sumber daya manusia adalah sumber daya yang paling penting.
Sumberdaya manusia disini berperan dalam menjaga dan merawat makam dan masjid,
berperan dalam mengembangkan obyek wisata ini, berperan dalam menjaga keamanan
dan kenyamanan di kompleks makam dan masjid ini. Serta memberikan informasi
kepada masyarakat luar tentang bagaimana wisata religi yang bersejarah di makam dan
masjid ini.

Sementara itu sumberdaya alam yang tersedia yang sepantasnya dikelola secara
bijaksana sepanjang keperluan manusia dan tidak menggunakannya secara berlebihan
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada cagar budaya ini. Dalam
pemahaman lain bahwa manusia harus pandai memanfaatkan sumberdaya alam secara
optimal, sumberdaya alam yang dimaksudkan disini berupa air, pepohonan yang
rindang untuk dirawat dan diambil manfaatnya, namun bukan untuk dirusak.

Selanjutnya sumberdaya finansial juga diperlukan dalam meningkatkan jumlah


kunjungan peziarah. Karena dengan adanya finansial maka membantu pengelola untuk
menambah fasilitas dan pengembangan kompleks ini sebagai tempat untuk wisata religi
dan wisata ziarah. Diperoleh dari para peziarah serta berasal dari Dinas Cagar Budaya
digunakan oleh juru kunci dan masyarakat sekitar makam untuk terus menerus
mengembangkan kompleks makam ini sebagai tempat untuk wisata religi atau ziarah.

22
Pengelolaan wisata religi di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan
Masjid Kuno Kuncen telah berjalan sebagaimana mestinya.

Kesimpulan

Di Indonesia banyak tempat suci atau keramat yang dikunjungi oleh umat
beragama tertentu, misalnya seperti candi Borobudur, Prambanan, Pura Besakih di Bali,
Sendang Sono di Jawa Tengah, Makam Wali Songo, Gunung Kawi, Makam Bung
Karno di Blitar dan sebagainya. Maka dari itu Indonesia mempunyai potensi wisata
religi yang sangat besar. Hal ini dikarenakan sejak dahulu Indonesia dikenal sebagai
negara yang religius. Banyak bangunan atau tempat bersejarah yang memiliki arti
khusus bagi umat beragama. Selain itu, besarnya jumlah penduduk umat beragama di
Indonesia merupakan sebuah potensi bagi perkembangan wiasata religi di Indonesia.
Salah satu wisata religi di Indonesia khususnya di Jawa Timur yaitu wisata religi di
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen di Kota
Madiun, Jawa Timur.

Wisata religi Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid


Kuno Kuncen adalah salah satu wisata yang mulai berkembang di Kota Madiun.
Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno Kuncen terletak di
arah barat laut Desa Demangan (bekas Ibukota Wonosari atau pindahan Wonorejo),
tepatnya di Jalan Majid Raya Kuncen, Kecamatan Taman Kota Madiun. Arkeologis
yang dapat dilihat disini berupa bangunan makam, bangunan masjid kuno kuncen,
sendang tudhung kuncen, dan prasasti yang ada dimakam.

Pengelolaan wisata religi di Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno


dan Masjid Kuno Kuncen langsung ditangani oleh Juru Kunci Makam, dimana Juru
Kunci ini dipercaya oleh Dinas Cagar Budaya Mojokerto sebagai pengurus Makam
yang merawat dan menjaga Makam. Dinas Cagar Budaya disini berperan sebagai
pengelola dan sekaligus pelindung. Namun dari pihak Dinas pun kurang memperhatikan
makam dam masjid tersebut. Sehingga fasilitas dan pengembangannya masih sangat
kurang.

Sumberdaya manusia sangat berperan dalam pengembangan dan pengelolaan


wisata religi di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid Kuno

23
Kuncen. Peran itu antara lain sebagai berikut peran dalam menjaga dan merawat
makam, peran dalam mengembangkan obyek wisata ini, peran dalam menjaga
keamanan dan kenyamanan di kompleks makam dan masjid ini dan lain sebagainya.
Sementara itu sumberdaya alam yang tersedia yang sepantasnya dikelola secara
bijaksana sepanjang keperluan manusia dan tidak menggunakannya secara berlebihan
yang pada akhirnya dapat menimbulkan kerusakan pada cagar budaya ini. Dalam
pemahaman lain bahwa manusia harus pandai memanfaatkan sumberdaya alam secara
optimal, sumberdaya alam yang dimaksudkan disini berupa air, pepohonan yang
rindang untuk dirawat dan diambil manfaatnya, namun bukan untuk dirusak.
Selanjutnya sumberdaya finansial diperoleh dari para peziarah serta berasal dari Dinas
Cagar Budaya digunakan oleh juru kunci dan masyarakat sekitar makam untuk terus
menerus mengembangkan kompleks makam ini sebagai tempat untuk wisata religi atau
ziarah. Pengelolaan wisata religi di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno
dan Masjid Kuno Kuncen telah berjalan sebagaimana mestinya. Adapun Aktivitas-
aktivitas di makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno melalui program tahlil,
dzikir, grebeg maulud Nabi Muhamad, SAW dengan acara kirab gunungan jaler dan
gunungan estri dengan dinaikan ke kereta kuda dari Masjid Kuncen menuju ke Masjid
Donopuro Taman, atau dari Alun-alun Madiun menuju ke Masjid Taman . Pengelolaan
wisata religi di kompleks makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno dan Masjid
Kuno Kunceen tidak dapat terlepas dari tiga unsur yaitu sumberdaya manusia,
sumberdaya alam maupun sumberdaya finansial, ketiga unsur tersebut sangat
diperlukan dalam pengembangan dan peningkatan jumlah kunjungan peziarah pada
obyek wisata religi di Makam dan Masjid ini.
Faktor-faktor pendukung berasal dari Juru Kunci yang berusaha mengelola
makam dan masjid ini menjadi lebih indah dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik
dari dalam kota maupun dari luar kota. Suasana alam yang sejuk serta keamanan dan
kenyamanan juga menjadi faktor pendukung. Faktor penghambatnya adalah masyarakat
sekitar kurang peduli dengan adanya makam dan masjid kuno yang bersejarah ini.
Sedangkan Dinas Cagar Budaya Mojokerto juga kurang dalam upaya pengelolaan dan
pengembangan makam dan masjid ini. Sedangkan 2 orang teman yang ditugaskan
untuk membatu Bapak Munir susah di ajak kerjasama dan susah diatur. Masih
kurangnya penyebaran informasi kepada pihak luar juga menjadi faktor penghambat.

24
DAFTAR PUSTAKA
A. Hari Karyono. ( 1997 ). Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia

Arsyad, Ashar. ( 2002 ). Pokok-pokok Manajemen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Featherstone, Mike. ( 2001 ). Costumer Culture and Posmodernism, Yogyakarta,


Pustaka pelajar

Nawawi, Martini. ( 1992 ). Instrumen Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta : Gajah


Mada Universitas Press

Nicolaus Got, (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kepel Press, Yogyakarta

Nyoman S. Pendit. ( 2002 ). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta : Pradnya

Paramita

Oka A Yoeti. (1987), Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa, Bandung

Pitana, I. G. (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi

Sumarsono. Sony. ( 2004 ). Metode Riset Sumberdaya Manusia, Yogyakarta: Graha


Ilmu
Supardi. ( 2005 ). Metodologi Penelitian dan Bisnis. Yogyakarta : UII Press

Bapak Munir, ( 2014 ). Juru Kunci Makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Djumeno

id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata

id.wikipedia.org/wiki/Petilasan

id.wikipedia.org/wiki/Pariwisata_di_Indonesia
laila135790.blogspot.com/2011/12/wisata-sejarah-masjid-kuno-kuncen-dan.html

http://satriomediun.wordpress.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun

http://nuruzzaman2.multiply.com,
Rachmawaty, E. (n.d.). Kontekstualisasi Ziarah, menanti Kebangkitan Wisata
Ziarah:abril susiloadhy. Retrieved october 2010, from abril.susilodhy.net:
http://abril.susiloadhy.net/2007/02/21/menanti-kebangkitan-wisata-ziarah

25

Anda mungkin juga menyukai