Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Istana Niat Lima Laras

Oleh : Nurul Azura


Editor : Drs, Supardi, M. Ag.

Menurut R. Mohammad Ali, sejarah merupakan keseluruhan perubahan dan kejadian-


kejadian yang benar-benar telah terjadi atau ilmu yang menyelidiki perubahan-perubahan
yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Ibnu Khaldun sejarawan muslim dalam AL Muqaddimah menjelaskan bahwa sejarah dari sisi
luar adalah rekaman perputaran masa dan pergantian kekuasaan yang terjadi pada masa
lampau. Sedangkan sejarah dari sisi dalam adalah suatu studi dan penalaran kritis dan usaha
cermat untuk mencari kebenaran.
Sejarah dapat diartikan suatu penjelasan yang cerdas tentang sebab dan asal-usul segala
sesuatu atau suatu pengetahuan mendasar tentang bagaimana dan megapa peristiwa-peristiwa
itu terjadi.
Istana niat Lima Laras adalah sebuah peninggalan sejarah yang pernah berjaya di Batu Bara
sudah tidak asing lagi bagi para masyarakat yang tinggal di Kabupaten Batu Bara, istana ini
sudah menjadi sebuah peninggalan bahwa dahulu pernah ada kejayaan yang dibangun oleh
datuk. Tidak hanya masyarakat kabupaten ini saja yang mengenal sejarah istana ini tetapi
dengan adanya artikel ini akan menjadi penghantar bahwa adanya sebuah peninggalan yang
menarik untuk dikenal yaitu istana niat Lima Laras.

Istana Niat Lima Laras adalah salah satu istana Kerajaan Melayu Pesisir yang
berlokasikan di dusun 1 Desa Lima Laras, berusia di atas 100 Tahun , Kecamatan Tanjung
Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara Indonesia. Disinilah tepatnya
keberadaan Istana Niat Lima Laras yang sudah menjadi sebuah peninggalan.
Istana Niat Lima Laras dibangun pada Tahun 1907 dan selesai 1912 yang di gunakan sebagai
pusat kekuasaan politik, sosial serta ekonomi oleh Datuk Muhammad Yuda. Datuk ini
merupakan seorang raja generasi ke dua belas yaitu putra tertua dari raja Datuk Haji.

Djafar Gelar Raja Sri Indra atau raja kerajaan Lima Laras yang ke Sebelas.
Datuk Muhammad Yuda dikenal dengan sebutan Datuk Mad Yuda. Datuk ini seorang raja
yang bergelar Datuk Seri Diraja. Terdapat perbedaan pendapat tetang literatur kapan tepatnya
kelahiran datuk Mad Yuda.

Didalam buku adat Resam Melayu Batu Bara dijelaskan bahwa datuk Mad Yuda diangkat
menjadi raja pada tahun 1885 pada usia 50 Tahun dan wafat pada Tahun 1991 dengan usia 84
Tahun.
 

Sedangkan menurut Datuk Azminsyah Datuk Mad Yuda diangkat menjadi raja pada tahun
1883 dan memerintah hingga 1919. Pembangunan istana ini dengan biaya 150.000 golden
dan di kerjakan oleh tenaga ahli dari cina, saat
melaksanakan pembangunan dipimpin langsung oleh Datuk Muhammad.
Bentuk Istana Niat Lima Laras perpaduan antara Melayu, Cina dan Eropa. Nuansa Melayu
terlihat pada warna identitas Melayu kuning. Istana Niat Lima Laras merupakan salah satu
peninggalan sejarah seharusnya menjadi cagar budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan agar
para masyarakat yang ada dikawasan Batu Bara maupun masyarakat diluar Batu Bara
mengenali dan mengetahui bangunan bersejarah tersebut.

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten yang berada di provinsi Sumatera
Utara. Merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan dan beribukota di lima
puluh. Penduduknya kini didominasi oleh suku melayu dan jawa yang merupakan keturunan
kuli kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke -19.

Bangunan Istana niat lima laras memiliki 6 anjungan yang maisng-masing menghadap
ke arah empat mata angin, memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela.
Lantai bawah dan balai ruangan beroname China dan terbuat dari beton yang dipergunakan
sebagai tempat bermusyawarah. Pada lantai 2 dan 3 bagunan diperuntukkan sebagai tempat
tinggal keluarga kerajaan dan hanya terbuat dari kayu. Terdapat beberapa kamar dengan di
lantai 2 dan 3 yang dihubungkan oleh tangga yang melingkar di tengah-tengah ruangan
Istana, sayangnya pada
saat sekarang keunikan yang terdapat pada tangga melingkar yang mempersatukan lantai
bawah menuju lantai atas sudah tidak layak. Pada saat sekarang masih bisa dirasakan jika
berkunjung ke Istana Niat Lima Laras dan melihat kejayaan yang pernah ada di daerah Batu
Bara.

Pemberian nama pada Istana Niat Lima Laras memiliki makna tersendiri yang
terkandung pada pembangunan istana, Nama istana sendiri diberikan oleh datuk Muhamad
yuda. Istana ini dibuat berdasarkan niat Datuk Muhammad Yuda untuk mendirikan sebuah
Istana pada pemerintahannya sehingga diberi nama Istana Niat. Kerajaan Lima Laras sebelum
memiliki istana pemerintahan kerajaannya tunduk pada kesultanan Siak di Riau.

Awal mula Datuk Muhammad Yuda mendirikan istana ini disebabkan oleh larangan
berdagang yang diterapkan oleh pemerintahan Hindia Belanda terhadap para pedagang yang
ditentang oleh Datuk Muhammad Yuda yang bertahta pada tahun 1883 sampai 1919.
Larangan berdagang tanpa alasan yang jelas oleh pemerintah Hindia Belanda. Hindia Belanda
membuat sebuah aturan yang nantinya tidak akan dilanggar oleh Datuk, bila ada yang
melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta isinya akan ditarik paksa oleh
pemerintahan Hindia Belanda.
 

Dengan adanya kebijakan dari Hindia Belanda Datuk Muhammad Yuda sering
berhadapan dengan pemerintahan Hindia Belanda, Datuk sering berdagang hasil bumi (kopra,
damar, dan rotan) ke malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Diketahui bahwa Datuk
Mad Yuda memiliki tujuh kapal tongkang dagangan yang menunjukkan bahwa perniagaan
sang raja termasuk dagangan yang besar pada masanya sebagai seorang pedagang yang
merangkap sebagai raja
Dizaman Datuk Mad Yuda pemerintahan kerajaan Lima Laras berhasil menjalin
hubungan dengan pemerintahan di semenanjung tanah Melayu, walaupun dilakukan dengan
rahasia tetapi pihak belanda dengan rahasia atas bantuan tali barutnya dapat mengetahui
hubungan yang dijalin dengan sembunyi-sembunyi tersebut. hal ini menyebabkan Belanda
menjadi bertindak dengan lebih keras dalam bertindak dikarenakan Belanda tidak
menginginkan mempunyai saingan dalam hal perniagaan di Asia Tenggara.

Belanda dengan kuasa monopolinya mengeluarkan maklumat atau aturan yang melarang raja-
raja Batu Bara mengadakan perniagaan dengan negeri-negeri luar. Sanksi yang berat akan
diberikan kepada raja yang berani melanggar aturan jika berdagang ke negeri-negeri luar.

Sanksi tersebut bisa berupa penangkapan raja dan barang perniagaannya dan bisa berupa
denda yang sangat besar. Akibat dari kebijakan tersebut datuk pun berniat/ nazar untuk
membangun istana apabila dapat berhasil dengan selamat dalam berdagang. Dan ternyata
Datuk Muhammad Yuda dapat berlabuh di pelabuhan Tanjung Tiram dan juga memiliki
keuntungan yang besar dari hasil perdagangan hasil bumi. Kemudian Istana Niat Lima Laras
terbangun dengan nama Istana Niat Lima Laras yaitu keberhasilan dari Datuk Muhammad
yuda dalam melakukan perdagangn hasil bumi.

Dalam kehidupannya Datuk Mad Yuda dikenal sebagai raja yang dermawan dan
bijaksana. Pada masa pemerintahan datuk Mad Yuda kerajaan Lima Laras menunjukkan
eksistensinya sebagai kerajaan islam yang memiliki nilai peradaban tinggi. Ekssistensi
peradaban ini diwujudkan datuk Mad Yuda dengan membangun Istana Niat Lima Laras dan
mesjid serta infrastruktur seperti jalan yang membuat kehidupan masyarakat menjadi lebih
maju pada masanya.

Pemerintahan Datuk Mad Yuda berada di bawah pengawasan belanda berhasil


meluaskan wilayahnya dan meguasai beberapa daerah yaitu, Tanjung Tiram, kampung bagan
dalam, kampung bagan batak, kampung sungai seimbilang, kampung batu satu, kampug
poyot, kampug kuala sungai, dan kampung durian.

 
Beliau juga membangun jalan raya dari Lima Laras ke Tanjung Tiram.
Pada tahun 1919 Datuk Mad Yuda mangkat dengan magkatnya Datuk Mad Yuda,kalangan
sejarawan pun menganggap kerajaan ini sudah berakhir. Tapi eksistensi kerajaan Lima Laras
sebagai kerajaan yang bernafaskan islam membuat peradaban Islam menjadi semakin
menarik untuk diteliti.

Sejarah Awal terbentuknya wilayah Batu Bara.


.
Wilayah Batubara mulai di huni penduduk pada tahun 1720 M. Ada Lima suku yang
mendiami wilayah itu, yakni Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, dan Bogak.
Kelima suku tersebut di pimpin seorang datuk yang memiliki wilayah teritorial tertentu.
.
Konon nama Batu Bara berasal dari nama sebuah lokasi yang dulunya terdapat sebuah batu
yang dapat mengeluarkan cahaya sendiri yang membara sekaligus dijadikan nama daerah dan
tanda (Kubah Batu Bara).
.
Batu Bara masih menjadi bagian dari Kerajaan Siak dan Johor. Makanya setia Datuk kepala
Suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak. Untuk mewakili kepentingan
kerajaan Siak dan mengepalai para datuk di seluruh Batu Bara, diangkat seorang bendahara
secara turun menurun.
.
Di bawah bendahara dibentuk dewan yang anggotanya dipilih oleh para datuk Kepala Suku.
Anggota dewan itu adalah seorang Syahbandar (suku Tanah Datar). Juru tulis dipilih dari
suku Lima Puluh. Mata-mata dipilih dari suku Lima Laras dan penghulu Batangan di pilih
tetap dari suku Pesisir. Data kerajaan Haru menyebutkan bahwa Batu Bara salah satu daerah
yang wajib menyetor upeti kepada kerajaan ini.
.
Istana Lima Laras”Karena daerahnya bernama Istana Lima Laras. Yang namanya dulu adalah
Istana Niat Lima Laras oleh Datuk Muhammad Yuda”, ucap Bapak Azminsyah juru kunci
Istana Lima Laras. Bangunan berbentuk rumah panggung ini dibuat dengan mengadopsi
desain Eropa, Cina dan Melayu. Istana yang berukuran 40 x 35 M2 dan terletak di atas tanah
seluas 102 x 98 M2. Istana Lima Laras yang berada di Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung
Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara merupakan nazar atau niat dari Datuk
Matyoeda Sri diraja atau orang sering memanggilnya dengan nama Datuk Muhammad Yuda
putra tertua raja sebelumnya, Datuk H Djafar gelar Raja Sri Indra. Batas -batas wilayah dari
Istana Lima Laras adalah Silau Laut, sungai Asahan dan atas tanah jawa atau Simalungun.
.
Berawal dari larangan berdagang untuk para raja oleh Pemerintah Hindia Belanda yang
ditentang oleh Datuk Matyoeda. Datuk Matyoeda sendiri adalah, Raja Kerajaan Lima Laras
XII. Tidak ada alasan khusus mengenai hal ini. Namun bila ditinjau lebih jauh lagi, dapat
disebabkan karena tindakan Monopoli oleh VOC yang pada saat itu melalangbuana di
perairan Sumatera Timur dan Malaka. Bila ada yang melanggar kebijakan tersebut maka
armada beserta isinya ditarik paksa oleh pihak Belanda setelah tiba di Asahan atau tetap
berada di Malaka. Datuk Matyoeda sering berdagang ke Malasyia (Malaka), Singapura dan
Thailand. Dagangannya berupa Koprah, damar, dan rotan. Datuk Matyoeda sendiri sering
dihadapkan persoalan mengenai kebijakan Pemerintah Hindia Belanda tersebut. Sehingga
timbul niat Datuk Matyoeda untuk membangun sebuah Istana apabila setibanya sampai
dengan selamat. Sebelumnya pusat pemerintahan kerajaan Lima Laras yang tunduk pada
Kesultanan Siak di Riau dan diperkirakan sudah ada sejak abad XVI, sering berpindah-
pindah karena belum punya istana permanen. Dan ternyata Datuk Matyoeda dapat berlabuh
dengan selamat dan juga memiliki untung besar setelah berdagang tersebut.
.
Dia kemudian membangun istana itu dengan biaya 150.000 gulden dan memimpin langsung
pembangunan istana dengan mendatangkan 80 orang tenaga ahli dari Cina dan Pulau Penang,
Malaysia serta sejumlah tukang dari sekitar lokasi pembangunan istana. Matyoeda bersama
keluarga dan unsur pemerintahannya mendiami istana sejak 1883, walaupun pada saat itu
istana masih belum rampung. Waktu wafatnya pada 7 Juni 1919, sekaligus penanda
berakhirnya masa kejayaan kerajaan Lima Laras. Aktifitas di Istana ini berakhir sekitar tahun
1923 yaitu akhir dari pemerintahan Datuk Muda AbdulRoni (Raja ke-XII). Tahun 1942
tentara Jepang masuk Asahan dan menguasai istana.Masa Agresi Militer II, istana Lima Laras
kembali ke tangan Republik dan ditempati Angkatan Laut Republik Indonesia di bawah
pimpinan Mayor Dahrif Nasution.
.
Istana Lima Laras memiliki empat anjungan yang masing-masing menghadap ke empat arah
mata angin. Dan Dua buah meriam berada di depan bangunannya. Lantai bawah dan balai
ruangnya terbuat dari Beton sementara lantai dua, tempat keluarga istana tinggal, hanya
berlantaikan kayu. Terdapat beberapa kamar di lantai dua dan tiga yang dihubungkan oleh
tangga yang melingkar di tengah-tengah Istana.
.
Istana lima laras tidak dapat dibandingkan dengan istana maimun (Medan) yang megah dan
penuh dengan barang-barang antik yang mahal. Alangkah sayangnya Istana lima laras sendiri
kondisinya sangat tidak terawat. Bangunan bercat kayu warna hijau yang dominan ini sudah
diambang kehancuran. Kayu-kayu bangunan sudah lapuk, beberapa anak tangga sudah hilang
dan semak-semak setinggi orang dewasa menghiasi pekarangan. ditambah beberapa jendela
pecah terlihat pada ruangan lantai tiga. Sebagian besar perlengkapan istana sudah hancur atau
raib.
.
Datuk Muhammad Azminsyah, 62, salah seorang cucu Datuk Matyoeda, beruntung masih
menyimpan beberapa barang pusaka perlengkapan istana. Seperti tempayan besar dengan
ukiran naga, sejumlah barang pecah-belah, dua buah pedang dan sebuah tombak. Barang itu
disimpan di rumahnya yang berjarak sekitar 100 meter dari istana. Istana Lima Laras
sekarang ini memang tengah dalam tahap perbaikan. Lantai satu dan dua bagian belakang
istana sudah diperbaiki dan dicat.
.
Apabila melihat sekeliling Istana Lima Laras ini, maka didapatkan makam Datuk Matyoeda
dan beberapa makam-makam para keturunan dan sanak keluarganya di sisi samping kanan
Istana. Juga didapatkan beberapa makam di depan Istana di samping Masjid yang tak jauh
dari Istana Lima Laras. Dua buah meriam yang berukuran besar berbaring kokoh tergeletak di
depan Istana.

.
Bandar Perdagangan Pagurawan
.
Manusia yang selalu berinteraksi satu dengan yang lain sejak dahulu sampai sekarang
mengetahui tentang adanya hubungan kerjasama. Hubungan kerjasama yang dilakukan ini
ada yang bersifat lokal maupun kerjasama dengan daerah lain. Salah satu bentuk hubungan
kerjasama yang sering terjadi diantara manusia adalah hubungan dagang. Kemudian
perdagangan berkembang, hubungan perdagangan yang terjadi belakangan tidak hanya di
dalam satu wilayah saja, namun sudah ke luar daerah dan mencakup pedagang asing. Hal ini
didorong oleh kebutuhan hidup manusia yang meningkat terhadap suatu barang. Di masa lalu
setiap transaksi dagang yang terjadi pasti berkaitan dengan kapal, pedagang, barang dagangan
dan bandar (pelabuhan).
.
Sejarah Bandar Perdagangan Pagurawan tidak terlepas dari Kerajaan Pesisir. Karena
Kerajaan Pesisir berada di daerah Batubara. Kemudian Kerajaan Pesisir merupakan salah satu
kerajaan bercorak Melayu yang pernah tumbuh dan berkembang di Sumatera Timur.
Kerajaan Pesisir ini termasuk wilayah hukum daerah Batu Bara, dimana Kerajaan Pesisir di
pimpin oleh Datuk Panglima Muda seperti yang dinyatakan oleh Tahir (2008 : 196) Kerajaan
Pesisir berdiri pada tahun 1723 yang dipimpin oleh Datuk Panglima Muda. Datuk Panglima
Muda mempunyai tiga (3) orang putera yaitu anak pertama bernama Datuk Muda Jalil, anak
kedua bernama Datuk Muhammad Idris dan anak ketiga bernama Datuk Muda Husin. Datuk
Panglima Muda sering berlayar dengan membawa barang dagangannya sampai kedaerah
Timur dan Barat. Sebelum Datuk Panglima Muda mangkat, maka Datuk Panglima Muda
mengajari anaknya yang bernama Datuk Muda Jalil untuk berlayar dan berdagang. Tujuannya
adalah untuk menggantikan Datuk Panglima Muda ketika ia sudah mangkat. Maka sebelum
Datuk Panglima Muda mangkat maka Datuk Panglima Muda melantik puteranya Datuk
Muda Jalil sebagai penggantinya dan Datuk Muda Husin untuk membantu abangnya,
sedangkan Datuk Muhammad Idris yang bergelar Datuk Pemuncak keluar dari Kerajaan
Pesisir mencari tapak baru untuk dijadikan perkampungan.
.
Di awali di kawasan pematang (tanah tinggi), Datuk Muhammad Idris berlabuh untuk melihat
keadaan alamnya yang memiliki keistimewaan yakni jarak antara laut dengan sungai yang
memiliki jarak yang dekat. Oleh karena itu Oleh Datuk Muhammad Idris membuka kuala
sungai menjadi sebuah kampung yang disebut dengan Pagurawan.
.
Nama Pagurawan berawal dari pergurowan dari para raja Pagurawan dan raja Siantar. Yang
diperjelas lagi oleh Ok Jera’in ( Kamis, 17 Juni 2010) bahwa Nama Pagurawan di buat karena
orang-orang yang di Pagurawan suka bergurau (bercanda), maka dibuatlah nama kampung ini
menjadi Pagurawan (Pergurauan) sekitar abad 19.
.
Adapula beberapa kampung untuk persinggahan bagi para Jiran, antara lain Nenas Siam,
Kampung Bogak, Kampung Durian, Limau Kipas, Megung. Setelah dibuka menjadi sebuah
kampung, Banyak para nelayan yang agak sukar pulang ke daratan yang di sebabkan karena
angin kencang dan faktor lainnya. Karena di kampung tersebut agak sukar menyimpan
cadangan makanan, yang diakibatkan menanggung kebutuhan dari para nelayan yang tidak
bisa pulang, begitu juga dengan pendatang-pendatang dari Simalungun. hal ini merupakan
kebijakan dari Datuk Muhammad Idris mengarahkan semua rakyatnya untuk membuka
sawah ladang, menanam padi serta bercocok tanam termasuk juga tanaman-tanaman keras
seperti kelapa, rumbiah, nipah, lada dan segala jenis buah-buahan. Dan akhirnya berita ini
tersebar kemana-mana dan membuat kampung tersebut ramai hingga menjadi sebuah bandar
perdagangan, menjalin hubungan sosial, ekonomi dan politik.
.
Adapula faktor-faktor di mana Pagurawan menjadi pusat Perdagangan yaitu, letak Kuala
Pagurawan, dimana Sebelah Barat dengan Kabupaten Sergei, Sebelah Timur dengan Desa
Nanas Siam, Sebelah Utara dengan Selat Sumatera, Sebelah Selatan Kelurahan Pangkalan
Dodek Baru.
.
Setelah pembukaan kampung Pagurawan oleh Datuk Muhammad Idris, pagurawan tumbuh
dengan pesat banyak Kerajaan-kerajaan tetangga yang bekerja sama dengan Kerajaan
Pagurawan. Pagurawan memiliki keadaan alam yang cukup baik, muara kualanya lebar dan
alur kualanya cukup memperoleh tongkang dan perahu-perahu besar senang untuk keluar
masuk.
.
Kini, Pagurawan masih dapat dilihat keeksisannya dalam bidang Bandar perdagangan,
terutama dalam hal pasar hewani laut. Banyak terlihat kapal-kapal yang masih menepi di tepi-
tepi jermal pelabuhannya. Hasil tangkapan laut itu dikumpulkan kepada agen-agen hasil
tangkapan laut tersebut. Dan kemudian (restoran-restoran, rumah makan), atau juga
mengirimkannya kepada pasar-pasar tradisional di sekitar wilayah Pagurawan, Batubara, atau
daerah yang lebih jauh lagi seperti kota Siantar, Kota Tebing Tinggi, bahkan Medan
Belajar Sejarah Dari Istana Niat Lima
Laras
BerlianSeligIstana Niat Lima Laras  berusia di atas 100 tahun yang merupakan sebuah
situs  peninggalan sejarah masyarakat melayu pesisir, Istana Niat Lima Laras ini berada di
Dusun I, Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi
Sumatera Utara. Untuk menuju ke Istana ini sekitar 136 km dari Kota Medan.

Istana Niat Lima Laras dibangun pada tahun tahun 1907 dan selesai 1912 yang di gunakan
sebagai pusat kekuasaan politik, sosial serta ekonomi oleh Datuk Muhammad Yuda. Beliau
merupakan seorang Raja generasi kesebelas yang memerintah Kerajaan Lima Laras pada
tahun 1883 hingga 1919.

Pembangunan Istana ini dengan biaya 150.000 Golden dan di kerjakan oleh  tenaga ahli dari
Cina, saat melaksanakan pembangunan dipimpin langsung oleh Datuk Muhammad. Istana
Niat Lima Laras memeliki luas 102 x 98 meter dengan denah persegi panjang seperti pola
penyusun sebuah kubus atau balok. Bangunan ini berlantai empat dengan  luas 40 x 35
meter.Menghadap ke timur yang di tandai dengan pintu masuk utama berada di sisi timur
bangunan. Istana Lima Laras mempunyai 4 anjungan yaitu barat, timur, utara dan selatan
yang berarsitektur Melayu, terutama pada model atap dan kisi-kisinya.

Dengan ornamen cina yang khas, pada Lantai pertama terbuat dari beton dan yang
dipergunakan untuk ruangan musyawarah.
Pada lantai II dan lantai  III terdapat  beberapa kamar dengan ukuran 6 x 5 meter. Secara
keseluruhan istana ini memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela. Untuk menuju ke lantai II
dan Lantai III mempunyai tangga berputar memiliki 27 anak tangga dari dalam menuju
keatas. Di depan Istana ini terdapat bangunan kecil tempat dua meriam berada yakni Meriam
Puntung yang ditemukan warga sekitar di tepi pantai Bogak yang berumur lebih dari 100
tahun lamanya.

Jika kamu hendak berkunjung ke istana  ini, kamu dapat melihat keindahan dan kekohan
banganunan yang masih utuh tanda kemegahan Istana Niat lima Laras pada masa lampau,
namun saat ini  banyak kayu atau dinding yang mulai lapuk atau keropos akibat dimakan
usia.
Berawal dari larangan berdagang yang diterapkan oleh Pemerintahan Hindia Belanda
terhadap para raja yang ditentang oleh Datuk Matyoeda. Datuk Matyoeda sendiri adalah Raja
Kerajaan Lima Laras XII, yang bertahta pada tahun 1883 - 1919. Larangan Berdagang tanpa
alasan yang jelas oleh pemerintah Hindia Belanda disinyalir akibat dari imbas monopoli
perdagangan hasil bumi. Bila ada yang melanggar kebijakan tersebut maka armada beserta
isinya akan ditarik paksa oleh pemerintah Hindia Belanda. Datuk Matyoeda sering berdagang
hasil bumi (Kopra, Damar, dan Rotan) ke Malaka, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Datuk
Matyoeda sering berhadapan dengan pemerintah Hindia Belanda akibat dari kebijakan
tersebut, sehingga timbul niat/nazar Datuk Matyoeda untuk membangun sebuah Istana
apabila dapat berhasil dengan selamat. Dan ternyata Datuk Matyoeda dapat berlabuh di
pelabuhan Tanjung Tiram dan juga memiliki untung besar dari berdagang hasil bumi.

Berkas:Istana Niat Lima Laras Kab. Batubara.png


Istana Niat Lima Laras sebelum dilakukan pemugaran.

Kemudian istana dapat dibangun dengan biaya sebesar 150.000 Gulden, dengan
mendatangkan 80 orang tenaga ahli dari negeri China dan Pulau Penang Malaysia, dan
sejumlah tukang yang berasal dari sekitar pembangunan istana. Datuk Matyoeda bersama
keluarga beserta unsur pemerintahannya mendiami lokasi istana sejak tahun 1883 (awal
perencanaan pembangunan istana) hingga berdirinya istana pada tahun 1912. Waktu
wafatnya Datuk Matyoeda pada 7 Juni 1919, sekaligus penanda berakhirnya kejayaan
Kerajaan Lima Laras. Aktivitas di istana berakhir pada tahun 1923, yaitu akhir dari
pemerintahan Datuk Muda Abdul Roni (Raja Kerajaan Lima Laras XIII). Pada tahun 1942
tentara Jepang masuk ke Asahan dan menguasai istana. Pada masa Agresi Militer II, Istana
Niat Lima Laras kembali ke Republik Indonesia dan ditempati oleh Angkatan Laut RI di
bawah pimpinan Mayor Dahrif Nasution.

Anda mungkin juga menyukai