Anda di halaman 1dari 17

ISTANA KESULTANAN KUTAI KARTANEGARA ING MARTADIPURA TEMPO DULU

SOELTAN MOHD. SOELAIMAN Al ADIL KHALIFATOEL MU’MININ FIL BILADE


KAKEK DARI AJI MOHD. NORDIN GELAR AJI RADEN ARIO DJOJOBOJO ALIAS AJI
RADEN ARIO JOYOBOYO
SOELTAN MOHD. SOELAIMAN Al ADIL KHALIFATOEL MU’MININ FIL BILADE
AJI MOHD. NORDIN GELAR AJI RADEN ARIO DJOJOBOJO ALIAS AJI RADEN ARIO JOYOBOYO BIN AJI
PANGERAN KESOEMA NINGRAT BIN SOELTAN MOHD. SOELAIMAN Al ADIL KHALIFATOEL
MU’MININ FIL BILADE
AJI MOHD. NORDIN GELAR AJI RADEN ARIO DJOJOBOJO ALIAS AJI RADEN ARIO JOYOBOYO BIN AJI
PANGERAN KESOEMA NINGRAT BIN SOELTAN MOHD. SOELAIMAN Al ADIL KHALIFATOEL
MU’MININ FIL BILADE BERSAMA DENGAN SULTAN AM.PARIKESIT
LANDASAN HISTORIS 1

1. Bahwa sesuai dengan isi Surat Keterangan dari Sultan Kutai Karta Negara Adji Muhammad
Parkesit Nomor 12/4-1922 yang menerangkan tentang tanah Rantau Loa Haur adalah kepunyaan
Adji Indra gelar Adji Pangeran Pandji yang telah diserahkan kepada anak keponakannya dan atau
sebagai menantunya laki-laki bernama Adji Raden Ario Djojobojo bin Adji Pangeran Kesoema
Ningrat bin Soeltan Mohd. Soelaiman.
2. Bahwa selanjunya dalam Surat Keterangan tersebut dinyatakan terhitung mulai pada saat surat
keterangan tersebut dibuat, maka sebidang tanah perwatasan Rantau Loa Haur adalah menjadi
hak milik Adji Raden Ario Djojobojo bin Adj Pangeran Kesoema Ningrat bin Soeltan Mohd.
Soelaiman, karena dengan adanya pemberian hibbah tersebut tiada siapapun yang dapat
mengganggu atas perwatasan rantau loa haur tersebut.
3. Bahwa jelas diketahui pada saat Surat Keterangan Sultan A.M. Parikesit (memerintah dari tahun
1915 sampai dengan tahun 1960) tersebut dibuat, Kerajaan Kutai masih eksis memerintah
diwilayah Kutai, oleh karena itu peraturan-peraturan yang masih berlaku saat itu adalah
mengikat.
4. Bahwa menyinggung tentang peraturan yang berlaku saat itu diwilayah Kerajaan Kutai, ada
baiknya diuraikan disini awal mula diketahui peraturan yang berlaku yaitu semasa pemerintahan
Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa yang memerintah kurang lebih tahun 1635 yang merupakan
titik tolak bagi pertumbuhan Kerajaan Kutai Kertanegara ing Martapura selanjutnya. Sebab baru
pada masa pemerintahan raja itulah dikenal pemakaian Undang-Undang Dasar yang bernama
Panji Selaten* yang terdiri dari 39 pasal, serta sebuah kitab peraturan yang bernama Undang -
Undang Beraja Niti yang memuat 164 pasal peraturan.
5. Bahwa terkait dengan topik permasalahan dalam tulisan ini, kami mengutip pasal 26 Undang
Undang Dasar Panji Selaten yang berbunyi sebagai berikut :
Raja tempat memutus. Raja menurut mupakat. Raja tiang mupakat. Lidah raja ialah
adat. Adat ialah mupakat.
LANDASAN HISTORIS 2

• Bahwa dari bunyi pasal tersebut diatas dapat disimpukan segala sesuatu yang telah diputuskan oleh raja
tidak dapat diganggu gugat, karena raja adalah adat. Dari ketentuan tersebut jelaslah suatu titah dari raja
akan menjadi adat yang mengikat bukan saja bagi lingkungan kerajaan namun mencakup juga bagi
lingkungan masyarakat yang bermukim diwilayah Kerajaan Kutai.
• Bahwa isi Surat Keterangan Nomor 12/4-1922 yang menyatakan dengan adanya hibbah dari Adji Indra
gelar Adji Pangeran Pandji kepada keponakannya dan atau menantunya Adji Raden Ario Djojobojo, tiada
siapapun yang dapat menggangu gugat atas tanah perwatasan Rantau Loa Haur, karena pada pasal 26
Undang Undang Dasar Panji Selaten telah menentukan apa yang telah diputuskan oleh raja adalah
merupakan adat yang tidak dapat diganggu gugat.
• Bahwa bukan berarti raja dapat sewenang-wenang memutus segala sesuatu tanpa didukung kebenaran
atas apa yang diputus, karena dalam pasal 16 Undang Undang Dasar Panji Selaten mengatur pengecualian
terhadap keberadaan pasal 26 Undang Undang Dasar Panji Selaten tersebut, dimana kalau majelis orang-
orang besar dan orang-orang arief bijaksana telah mupakat dengan raja bahwa sesuatu putusan raja itu
perlu dirubah, maka Sabda Pendita Ratu dapat saja mengalami perubahan.
• Untuk jelasnya disini dikutip selengkapnya bunyi pasal 16 Undang Undang Dasar Panji Selaten sebagai
berikut :
* Memberikan kata putusan yang disebut "Sabda Pandita Ratu, yang tidak boleh diubahnya jika tidak serta
mupakat dengan orang-orang besanya serta orang-orang yang arif bijaksana. Tanggal adat karena mupakat.
Adat dirajakan dengan mupakat. Melalas adat didalam balai, di dalam balai mengadakan adat. Adat
diadatkan dengan sabda pandita ratu. Raja bersila pada usul dengan perksanya, bersandar kepada Syarak.
Berpayung kepada adat, berdiri pada mata keris*
LANDASAN HISTORIS 3

6. Bahwa data yang kita peroleh berupa rekap hibah', dimana rekap hibah tersebut dibuat pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad Sulaiman, yang antara lain rekap dalam bahasa
Belanda tersebut dinyatakan Pengeran Panji telah menerima hibah tanah mencakup.
Naam Lok Hacer. Vanaf Tandjong Poeta, gelegen aan de monding der rivier Poeta en
voorts deze rivier volgende tot aan haar oorsprong. Voorts van de monding der Loeah
Lay de Mahakam volgende tot aan de Tinggaloeng Ajam; aan de landzijde begrensd
door denberg Belipan; ten slotte van de monding der Bakoengan rivier de Mahakam
volgende tot aan de Perigi rivier.
7. Bahwa dari isi rekap tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, dimana kesimpulan ini
dihubungkan dengan Surat Keterangan yang dibuat Sultan AM. Parikesit No.12/4-1922,
bagian tanah yang tersebut dalam rekap tersebut diatas adalah merupakan bagian yang
diberi hibah oleh Adji Pangeran Pandji kepada keponakan dan atau anak menantunya
sebagaimana tertuang dalam Surat Keterangan Sultan AM. Parikesit No.12/4-1922.
8. Bahwa sesuai dengan bunyi pasal 16 Undang Undang Dasar Panji Selaten tersebut diatas,
tidak pernah ditemukan perubahan putusan atas hibah yang diterima Pangeran Panji maupun
selanjutnya dihibahkan lagi kepada Adji Raden Ario Djojobojo, bahkan sebaliknya oleh
saudara Sultan A.M. Parikesit maupun keturunan beliau yang sekarang telah dinobatkan
sebagai Sultan Kutai turut membenarkan kepemilikan tanah Rantau Loa Haur adalah
kepunyataan Adji Raden Ario Djojobojo.
LANDASAN HISTORIS 4

1. Surat keterangan dari Sultan A.M. Parikesit No. 12/4/-1922 tertanggal 24 Maret 1922
2. Rekap Hibah Sultan Kerajaan Kutai Kartanegara
3. Rendschrijven No. 1677/3-ZB tertanggal 16 September 1931
4. Surat keterangan A.M.Parikesit tertanggal 12 Juli 1980
5. Surat pernyataan A.P. Kertanegara tertanggal 17 Mei 1982
6. Surat keterangan Adji Pangeran Hario Koesoemo Poeger dan Adji Pangeran Adipati Prabu Anoem Soerya
tertanggal 4 Mei 1990
7. Surat pernyataan Adji Pangeran Adipati Prabu Anoem Soerya Adi Ningrat tertanggal 9 September 1999
8. Surat keterangan H.Adji Raden Burhanuddin yang dibenarkan oleh Sultan Kutai Kartanegara H. Adji
Muhammad Salehuddin II tertanggal 28 Agustus 2001
9. Surat pernyataan M.Jabir Margasari dan Adji Raden Burhanuddin tertanggal 12 Oktober 2000
10. Kutipan keterangan saksi dibawah sumpah atas nama M Jabir Margasari dalam Perkara Perdata
No.32/Pdt.G/1999/PN.Tgr
11. Kutipan keterangan saksi dibawah sumpah atas nama H.Adji Raden Burhanuddin dalam Perkara Perdata
No.32/Pdt.G/1999/PN.Tgr
12. Surat penyerahan Aji Raden Ario Djobojo tertanggal 14 November 1949
13. Surat pernyataan Adji Raden Tirti Widjojo tertanggal 27 September 1984
14. Tentang Penetapan Pengadilan Agama Tenggarong No.46/1980 tanggal 27 Mei 1980
15. Apanages ” Uitgegeven in het Landschap Koetei
LANDASAN HISTORIS 4

16. Stamboom Rislat Salasilah Keturunan Aji Mohd. Nurdin Gelar Aji Raden Ario Djojobojo alias Aji Raden Ario
Joyoboyo.
17. Berita acara tertanggal 27 Oktober 1957 No. 0251/PBKA-KKKN/1957 tentang penyerahan Berkas otentik
milik kesultanan kerajaan Koetai Kartanegara oleh Presiden Soekarno
18. Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kutai tentang Penetapan Hak Kepemilikan Tanah Adat Keluarga
Besar Grand Sultant
19. Keputusan Pengadilan Negeri Tenggarong Nomor W.13.DC.HT.10-76-A/1997 tertanggal 7 Juni 1997
tentang Penetapan Hak Kepemilikan Tanah Adat Keluarga Besar Kesultanan Kutai.
20. Surat Keterangan dari Pengadilan Negeri Tenggarong Nomor W18-U4/25/HK.01.2/III/2010 tertanggal 04
Maret 2010 tentang kebenaran Keputusan Pengadilan Negeri Tenggarong Nomor W.13.DC.HT.10-76-
A/1997 tertanggal 7 Juni 1997 tentang Penetapan Hak Kepemilikan Tanah Adat Keluarga Besar Kesultanan
Kutai.
21. Peta lokasi lahan tanah ahli waris Aji Raden Ario Djojobojo Alias Aji Raden Ario Joyoboyo.
22. Sebaran Titik Koordinat lahan tanah ahli waris Aji Raden Ario Djojobojo Alias Aji Raden Ario Joyoboyo luas
± 135.000 Hektar
23. Berita Acara Nomor 7/PPPHP/2008/PA Tgr tentang Pembagian Harta Peninggalan dihadapan Pengadilan
Agama diluar sengketa.
24. Legalisasi Surat Kuasa di notaris Bahtiar SH, Nomor 666 A/I/2012/ 2 (dua) rangkap
25. Salinan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengakuan
dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di Provinsi Kalimantan Timur
26. Penegasan Status Kepemilikan atas tanah perwatasan Grant Sultan oleh Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia, Jakarta 8 Juli 2011, Nomor 2316/25.2-600/VII/2011
27. Nota Dinas dari Asisten Pemerintahan Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur tertanggal 20 Mei 2015
Nomor 543.5/34/ Pem.Um. C /V/2015.
LANDSCHAP KOETEI
Pangeran Pandji Hibah Ke Aji Raden Ario Joyoboyo
Silsilah Ayahanda Aji Raden Ario Joyoboyo (Aji Pangeran Koesema Ningrat)
LAHAN WARIS KERABAT ADAT AJI RADEN ARIO JOYOBOYO SELUAS ±135.000 HEKTAR
berdampingan dengan
LAHAN WARIS KERABAT ADAT AJI PANGERAN SOSRO NEGORO SELUAS ±105.000 HEKTAR

Berada di Provinsi
Kalimantan Timur

Meliputi

Sebagian Kecil
wilayah Kota
Samarinda,

Sebagian kecil
Kabupaten Panajam
Paser Utara, dan

Sebagian Kecil
Kabupaten Kutai
Kartanegara

Anda mungkin juga menyukai