Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pariwisata merupakan sektor utama bagi DIY. Banyaknya objek, dan daya tarik wisata di
DIY telah menyerap kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun
wisatawan Nusantara. Yogyakarta yang kaya akan wisata keindahan alam dan wisata
sejarah. Hal ini menjadikan kota Jogja sebagai tujuan wiasata terbesar di Indonesia
setelah Bali. Banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi di kota ini seperti wisata alam,
wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan dan wisata malam.

Secara geografis, DIY juga diuntungkan oleh jarak antara lokasi objek wisata yang
teijangkau, dan mudah ditempuh. Sektor pariwisata sangat signifikan menjadi motor
kegiatan perekonomian DIY yang secara umum bertumpu pada tiga sektor andalan yaitu:
jasa-jasa; perdagangan, hotel, dan restoran; serta pertanian. Dalam hal ini pariwisata
memberi efek pengganda (multiplier effect) yang nyata bagi sektor perdagangan
disebabkan meningkatnya kunjungan wisatawan. Selain itu, penyerapan tenaga keija, dan
sumbangan terhadap perekonomian daerah sangat signifikan.

Pada tanggal 21 Desember 2019 Siswa-siswi kelas VIII (Mts N 1 Pringsewu)


mengadakan kegiatan study tour ke Yogjakarta.

Study Tour adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah dan
memperluas pengetahuan siswa. Setelah karya wisata, siswa diwajibkan untuk membuat
Laporan. Laporan adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan ini
merupakan tugas bagi semua Siswa kelas VIII.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Membuat peserta didik untuk terlatih dalam pembuatan laporan dengan baik dan
benar.
2. Melaporkan hal - hal yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan.
3. Mengetahui sejarah dan budaya di objek wisata yang dikunjungi.
4. Melaporkan dan mendeskripsikan tempat - tempat wisata yang telah dikunjungi.
5. Menanamkan rasa cinta tanah air dengan dibuktikan oleh kesadaran memiliki

1
semangat belajar yang tinggi
6. Memperkaya pengalaman para peserta didik mengenai objek-objek tertentu dengan
cara meliat,mendengar,merabah dan merasakan sendiri bagaimana rupa atau objek
dalam keadaan aslinya
7. Mendidik dan melatih para peserta didik membuat karya tulis itu sebagai laporan
observasi
8. Sebagai lembaga pendidikan formal,sekolah ingin mencetak kelulusan yang memiliki
wawasan Nasional dan Internasional.

C. METODE PENULISAN
Metode adalah suatu cara penulis untuk mengamati wisata, kemudian mencatat hal-hal
yang penting. Adapun cara yang digunakan untuk memperoleh data dan menyusun karya
tulis ini sebagi berikut:
1. Metode observasi (metode pengamatan secara langsung) merupakan meode dimana
penulis mengamati obyek-obyek wisata tersebut secara langsung.
2. Metode study Pustaka yaitu metode penelitian dimana penulis mencarai sumber yang
berhubungan dengan objek yang ditulis atau mencari sumber data dari internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. CANDI BOROBUDUR

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Candi ini terletak kurang lebih 100 km di sebelah barat daya
Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar
tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah
candi atau kuil Buddha terbesar di dunia, sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar
di dunia.

Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga
pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya
terdapat 504 arca Buddha Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan
terbanyak di dunia.Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai
bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di
dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna
dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat
manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai
ajaran Buddha. Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi

3
dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke
undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga
tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan
Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui
serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief
indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring


melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya
pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814
oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal
Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya
penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975
hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs
bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat
Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur
untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek
wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

1. Nama Borobudur
Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut candi; istilah candi
juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala
yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan
petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). Asal mula nama Borobudur tidak jelas,
meskipun memang nama asli dari kebanyakan candi di Indonesia tidak diketahui.
Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau Jawa" karya Sir
Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan
tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis.
Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan
suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Nagarakretagama,
yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.

4
Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles
dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa
Bore (Boro); kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat
candi itu berdiri. Raffles juga menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan
dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti "purba"– maka bermakna, "Boro
purba". Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah
bhudhara yang berarti gunung.

2. Lingkungan sekitar
Terletak sekitar 40 kilometer (25 mi) barat laut dari Kota Yogyakarta, Borobudur
terletak di atas bukit pada dataran yang dikeliling dua pasang gunung kembar;
Gunung Sundoro-Sumbing di sebelah barat laut dan Merbabu-Merapi di sebelah timur
laut, di sebelah utaranya terdapat bukit Tidar, lebih dekat di sebelah selatan terdapat
jajaran perbukitan Menoreh, serta candi ini terletak dekat pertemuan dua sungai yaitu
Sungai Progo dan Sungai Elo di sebelah timur. Menurut legenda Jawa, daerah yang
dikenal sebagai dataran Kedu adalah tempat yang dianggap suci dalam kepercayaan
Jawa dan disanjung sebagai 'Taman pulau Jawa' karena keindahan alam dan
kesuburan tanahnya.

3. Tiga candi serangkai


Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha dan Hindu di kawasan ini. Pada
masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi Buddha lainnya
yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis
lurus. Awalnya diduga hanya suatu kebetulan, akan tetapi berdasarkan dongeng
penduduk setempat, dulu terdapat jalan berlapis batu yang dipagari pagar langkan di
kedua sisinya yang menghubungkan ketiga candi ini. Tidak ditemukan bukti fisik
adanya jalan raya beralas batu dan berpagar dan mungkin ini hanya dongeng belaka,
akan tetapi para pakar menduga memang ada kesatuan perlambang dari ketiga candi
ini. Ketiga candi ini (Borobudur-Pawon-Mendut) memiliki kemiripan langgam
arsitektur dan ragam hiasnya dan memang berasal dari periode yang sama yang
memperkuat dugaan adanya keterkaitan ritual antar ketiga candi ini. Keterkaitan suci
pasti ada, akan tetapi bagaimanakah proses ritual keagamaan ziarah dilakukan, belum
diketahui secara pasti.

5
Selain candi Mendut dan Pawon, di sekitar Borobudur juga ditemukan beberapa
peninggalan purbakala lainnya, di antaranya berbagai temuan tembikar seperti periuk
dan kendi yang menunjukkan bahwa di sekitar Borobudur dulu terdapat beberapa
wilayah hunian. Temuan-temuan purbakala di sekitar Borobudur kini disimpan di
Museum Karmawibhangga Borobudur, yang terletak di sebelah utara candi
bersebelahan dengan Museum Samudra Raksa. Tidak seberapa jauh di sebelah utara
Candi Pawon ditemukan reruntuhan bekas candi Hindu yang disebut Candi Banon.
Pada candi ini ditemukan beberapa arca dewa-dewa utama Hindu dalam keadaan
cukup baik yaitu Shiwa, Wishnu, Brahma, serta Ganesha. Akan tetapi batu asli Candi
Banon amat sedikit ditemukan sehingga tidak mungkin dilakukan rekonstruksi. Pada
saat penemuannya arca-arca Banon diangkut ke Batavia (kini Jakarta) dan kini
disimpan di Museum Nasional Indonesia.

4. Danau purba

Borobudur di tengah kehijauan alam dataran Kedu. Diduga dulu kawasan di sekeliling
Borobudur adalah danau purba.

Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di
atas bukit dengan ketinggian 265 m (869 ft) dari permukaan laut dan 15 m (49 ft) di
atas dasar danau purba yang telah mengering.Keberadaan danau purba ini menjadi
bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad ke-20; dan
menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah
danau. Pada 1931, seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J.
Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran Kedu dulunya adalah sebuah danau,
dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas
permukaan danau. Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala
(teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan dalam semua
ikonografi seni keagamaan Buddha. seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai

6
laksana (lambang regalia), menjadi alas duduk singgasana Buddha atau sebagai lapik
stupa. Bentuk arsitektur Borobudur sendiri menyerupai bunga teratai, dan postur
Budha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam
naskah keagamaan Buddha mahzab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian
menyebar ke Asia Timur). Tiga pelataran melingkar di puncak Borobudur juga diduga
melambangkan kelopak bunga teratai. Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang terdengar
luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog. pada daratan
di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan
bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini adalah daratan
kering, bukan dasar danau purba.

Sementara itu pakar geologi justru mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan


menunjukkan bukti adanya endapan sedimen lumpur di dekat situs ini. Sebuah
penelitian stratigrafi, sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan tahun
2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar Borobudur,[ yang
memperkuat gagasan Nieuwenkamp. Ketinggian permukaan danau purba ini naik-
turun berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan bukti menunjukkan bahwa dasar bukit
dekat Borobudur pernah kembali terendam air dan menjadi tepian danau sekitar abad
ke-13 dan ke-14. Aliran sungai dan aktivitas vulkanik diduga memiliki andil turut
mengubah bentang alam dan topografi lingkungan sekitar Borobudur termasuk danau
nya. Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi yang
terletak cukup dekat dengan Borobudur dan telah aktif sejak masa Pleistosen.

5. Sejarah Pembangunan
Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan siapakah yang membangun
Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu pembangunannya diperkirakan berdasarkan
perbandingan antara jenis aksara yang tertulis di kaki tertutup Karmawibhangga
dengan jenis aksara yang lazim digunakan pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9.
Diperkirakan Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai
dengan kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di
Jawa Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan
Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 - 100 tahun lebih dan benar-benar
dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.

7
Terdapat kesimpangsiuran fakta mengenai apakah raja yang berkuasa di Jawa kala itu
beragama Hindu atau Buddha. Wangsa Sailendra diketahui sebagai penganut agama
Buddha aliran Mahayana yang taat, akan tetapi melalui temuan prasasti Sojomerto
menunjukkan bahwa mereka mungkin awalnya beragama Hindu Siwa. Pada kurun
waktu itulah dibangun berbagai candi Hindu dan Buddha di Dataran Kedu.
Berdasarkan Prasasti Canggal, pada tahun 732 M, raja beragama Siwa Sanjaya
memerintahkan pembangunan bangunan suci Shiwalingga yang dibangun di
perbukitan Gunung Wukir, letaknya hanya 10 km (6,2 mi) sebelah timur dari
Borobudur. Candi Buddha Borobudur dibangun pada kurun waktu yang hampir
bersamaan dengan candi-candi di Dataran Prambanan, meskipun demikian Borobudur
diperkirakan sudah rampung sekitar 825 M, dua puluh lima tahun lebih awal sebelum
dimulainya pembangunan candi Siwa Prambanan sekitar tahun 850 M.

Pembangunan candi-candi Buddha — termasuk Borobudur — saat itu dimungkinkan


karena pewaris Sanjaya, Rakai Panangkaran memberikan izin kepada umat Buddha
untuk membangun candi. Bahkan untuk menunjukkan penghormatannya,
Panangkaran menganugerahkan desa Kalasan kepada sangha (komunitas Buddha),
untuk pemeliharaan dan pembiayaan Candi Kalasan yang dibangun untuk
memuliakan Bodhisattwadewi Tara, sebagaimana disebutkan dalam Prasasti Kalasan
berangka tahun 778 Masehi. Petunjuk ini dipahami oleh para arkeolog, bahwa pada
masyarakat Jawa kuno, agama tidak pernah menjadi masalah yang dapat menuai
konflik, dengan dicontohkan raja penganut agama Hindu bisa saja menyokong dan
mendanai pembangunan candi Buddha, demikian pula sebaliknya. Akan tetapi diduga
terdapat persaingan antara dua wangsa kerajaan pada masa itu — wangsa Syailendra
yang menganut Buddha dan wangsa Sanjaya yang memuja Siwa — yang kemudian
wangsa Sanjaya memenangi pertempuran pada tahun 856 di perbukitan Ratu Boko.

Ketidakjelasan juga timbul mengenai candi Lara Jonggrang di Prambanan, candi


megah yang dipercaya dibangun oleh sang pemenang Rakai Pikatan sebagai jawaban
wangsa Sanjaya untuk menyaingi kemegahan Borobudur milik wangsa Syailendra,
akan tetapi banyak pihak percaya bahwa terdapat suasana toleransi dan kebersamaan
yang penuh kedamaian antara kedua wangsa ini yaitu pihak Sailendra juga terlibat
dalam pembangunan Candi Siwa di Prambanan.

8
6. Tahapan pembangunan Borobudur
Para ahli arkeologi menduga bahwa rancangan awal Borobudur adalah stupa tunggal
yang sangat besar memahkotai puncaknya. Diduga massa stupa raksasa yang luar
biasa besar dan berat ini membahayakan tubuh dan kaki candi sehingga arsitek
perancang Borobudur memutuskan untuk membongkar stupa raksasa ini dan diganti
menjadi tiga barisan stupa kecil dan satu stupa induk seperti sekarang. Berikut adalah
perkiraan tahapan pembangunan Borobudur:
a. Tahap pertama: Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti
(diperkirakan kurun 750 dan 850 M). Borobudur dibangun di atas bukit alami,
bagian atas bukit diratakan dan pelataran datar diperluas. Sesungguhnya
Borobudur tidak seluruhnya terbuat dari batu andesit, bagian bukit tanah
dipadatkan dan ditutup struktur batu sehingga menyerupai cangkang yang
membungkus bukit tanah. Sisa bagian bukit ditutup struktur batu lapis demi lapis.
Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai
piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang
dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida
berundak.
b. Tahap kedua: Penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak
melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal yang sangat besar.
c. Tahap ketiga: Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan
stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa
yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini
dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi
diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus
menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur
semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur
teras bujur sangkar. Akan tetapi stupa besar ini terlalu berat sehingga mendorong
struktur bangunan condong bergeser keluar. Patut diingat bahwa inti Borobudur
hanyalah bukit tanah sehingga tekanan pada bagian atas akan disebarkan ke sisi
luar bagian bawahnya sehingga Borobudur terancam longsor dan runtuh. Karena
itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan
menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil
berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi
tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki

9
asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang
mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus
menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu
d. Tahap keempat: Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan
pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta
pelebaran ujung kaki.

B. MONJALI (MUSEUM MONUMEN JOGJA KEMBALI)

Monumen Yogya Kembali yang berada di jalan ring-road utara kota Yogyakarta

Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan


kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota
ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.

Rana di pintu masuk museum

Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi
dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan
sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara

10
tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di
lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika,
berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang
kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan
oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum
nomor 2).

1. Sejarah

Relief dari tulisan tangan Bung Karno yang ada di dinding luar museum

Salah satu diorama (miniatur/replika) di dalam museum ini yang menggambarkan


suasana Gedung Agung (istana Kepresidenan RI di Yogyakarta) pada saat itu
(yang duduk dari kanan: M. Hatta, Soekarno, Jendral Soedirman, TB Simatupang,
Soeharto).

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara
tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk
mendirikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku

11
walikotamadya Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih
dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya
tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal
29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari
kekuasaan pemerintahan Belanda.

Pembangunan monumen ini dilakukan dengan memperhitungkan beberapa faktor


penting. Titik pusat bangunan ini merupakan sebuah titik yang secara imajiner
menghubungkan beberapa titik penting di Yogyakarta yaitu Kraton Jogja, Tugu
Yogyakarta, Gunung Merapi, Parang Tritis dan juga Panggung Krapyak. Titik ini
sendiri disebut sebagai Sumbu Besar Kehidupan dan penanda dari titik imajiner
ini sendiri berada pada lantai 3 bangunan monumen ini.

C. CANDI PRAMBANAN

Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar
di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk
Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai
dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha
nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah
Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa
Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih
diutamakan.

Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan,
Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya

12
Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan
terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu
masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo,
Prambanan, Klaten.

Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di
Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini
berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan
candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di
tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi
termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan
dari seluruh dunia.

Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh
Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada
masa kerajaan Medang Mataram.

1. Etimologi
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga
merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para
Brahman yang bermakna "Brahman Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi
tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan, yang kerap disamakan dengan
konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap Para Brahman
mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para
brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal
dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul
tugas, merujuk kepada para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan
menjalankan keselarasan jagat.

Nama asli kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sansekerta; Siwagrha
(Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang
bertarikh 778 Saka (856 Masehi). Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini
dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa

13
Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling
dimuliakan dalam kompleks candi ini.

J. Gronemen (1887) berpendapat bahwa nama Prambanan berasal dari kata ramban:
"mengumpulkan dedaunan (untuk keperluan rumah tangga atau obat-obatan), [pra-
ramban-an] masih menjadi tempat, lazimnya di hutan, di mana dedaunan itu diramu.
Penjelasan seperti ini mengenai nama puning-puning reruntuhan itu, yang niscaya
pada satu kesempatan ditemukan di hutan seperti itu, juga termuat dalam kamus yang
disusun Roorda; [sebuah penjelasan] yang begitu sederhana dan alamiah sehingga kita
tidak perlu mencari penjelasan yang lain." (Groneman 1887:1427 dalam Jordaan,
1996)".

2. Sejarah Pembangunan
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa
kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan sebagai
tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari
Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung
Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini
terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa
Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan
dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat
dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih
mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang
beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap
Siwa.

Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan
secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja
Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M,
bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan
ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti:
'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau
'Alam Siwa'). Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha
tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk
memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai
14
Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi
Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi
sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan
membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-
selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli
kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan
deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping).

Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam
candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai
arca pedharmaan anumerta dia.

Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang
Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan
membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan
candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat
digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya,
sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul
dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan
melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau
keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di
Dataran Kewu.

3. Kompleks candi

Model arsitektur rekonstruksi kompleks candi Prambanan, aslinya terdapat 240 candi
berdiri di kompleks ini.

15
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata angin,
akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama
candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:

a. 3 Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma


b. 3 Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa
c. 2 Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi
Wahana di sisi utara dan selatan
d. 4 Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu masuk
halaman dalam atau zona inti
e. 4 Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
f. 224 Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi
dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68

Maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.

Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini
hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi
perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2
yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks
candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona
tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona
tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.

Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur


sangkar yan terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini
dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang
masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat
Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding
candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum
diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana
dan murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini
terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.

16
D. YOGYA BAY
Jogja Bay Waterpark: wisata air terbesar di Indonesia

Jogja Bay Waterpark merupakan wisata air terbesar di Indonesia. Tempat ini
menyediakan 19 wahana permainan untuk segala usia, mulai dari anak-anak hingga
lansia.
Di atas lahan seluas 11 hektar, masyarakat kini bisa menghabiskan waktu bersama orang-
orang tersayang di wahana air terbaru di Indonesia. Jogja Bay Waterpark merupakan satu-
satunya taman wisata air di Indonesia yang mengusung tema bajak laut dan memadukan
unsur Pulau Jawa dan Eropa.

Wahana permainan di Jogja Bay Waterpark


Jogja Bay Waterpark mampu menyajikan berbagai wahana yang seru dan mampu
memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung. Selain itu, wahana air ini juga
mampu menjaga keamanan dan kenyamanan bagi keluarga. Di tempat ini, para
pengunjung dipuaskan dengan 19 wahana permainan yang sangat menarik dan sudah
teruji keamanannya, sehingga tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.

Kesembilan belas wahana permainan itu adalah Memo Racer, Bekti Adventure, Volcano
Coaster, Timo-timo Rider, Jolie Raft River, Brando Boomeranggo, Ziggy Giant Barrel,
Mimi Family, Hip Playground, South Beach, Donte Wild River, Kula Playpool, Harbour
Theater, Grand Hall, dan lain sebagainya. Salah satu wahana permainan yang dapat
memacu adrenalin dan dapat dinikmati bersama keluarga adalah Bekti Adventure.

17
Seluncuran yang berbentuk seperti ular raksasa ini bisa dinikmati dengan
menggunakan rafting tube untuk 4 orang.

Jogja Bay Waterpark merupakan wahana wisata air terbaru di Jogjakarta, jadi lebih baik
anda mengunjungi tempat ini di weekdays karena akan sangat ramai di weekends sehingga
anda perlu mengantri cukup lama untuk memainkan beberapa wahana permainan.

Selain menyediakan wahana air yang menarik, Jogja Bay Waterpark juga terletak di
kawasan yang cukup strategis dan bisa dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum
maupun kendaraan pribadi. Untuk menjangkau tempat ini, anda hanya memerlukan 10-15
menit dari bandara International Adi Sucipto dan 40-45 menit dari jalan Malioboro.
Selain itu, Jogja Bay Waterpark terletak disamping stadion internasional Maguwoharjo.
Sempatkan diri anda untuk mengunjungi wahana permainan air terbesar di Indonesia ini
untuk menghabiskan waktu liburan bersama orang-orang tersayang.

E. TAMAN PINTAR
Taman Pintar Yogyakarta (bahasa Jawa: Hanacaraka) adalah wahana wisata yang
terdapat di pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Panembahan Senopati No. 1-3,
Yogyakarta, di kawasan Benteng Vredeburg. Taman ini memadukan tempat wisata
rekreasi maupun edukasi dalam satu lokasi. Taman Pintar memiliki arena bermain
sekaligus sarana edukasi yang terbagi dalam beberapa zona. Akses langsung kepada pusat
buku eks Shopping Centre juga menambah nilai lebih Taman Pintar. Tempat rekreasi ini
sangat baik untuk anak-anak pada masa perkembangan.

Beberapa tahun ini Taman Pintar menjadi alternatif tempat berwisata bagi masyarakat
Yogyakarta maupun luar kota.

Taman ini, khususnya pada wahana pendidikan anak usia dini dilengkapi dengan
teknologi interaktif digital serta pemetaan video yang akan memacu imajinasi anak serta
ketertarikan mereka terhadap teknologi. Pada saat ini ada 35 zona dan 3.500 alat peraga
permainan yang edukatif.

18
1. Sejarah
Sejak terjadinya ledakan perkembangan sains sekitar tahun 90-an, terutama Teknologi
Informasi, pada gilirannya telah menghantarkan peradaban manusia menuju era tanpa
batas. Perkembangan sains ini adalah sesuatu yang patut disyukuri dan tentunya
menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi perbaikan kualitas hidup manusia.

Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu, dan wujud kepedulian


terhadap pendidikan, maka Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas sebuah ide untuk
Pembangunan "Taman Pintar". Disebut "Taman Pintar", karena di kawasan ini
nantinya para siswa, mulai pra sekolah sampai sekolah menengah bisa dengan leluasa
memperdalam pemahaman soal materi-materi pelajaran yang telah diterima di sekolah
dan sekaligus berekreasi. Dengan Target Pembangunan Taman Pintar adalah
memperkenalkan science kepada siswa mulai dari dini, harapan lebih luas kreatifitas
anak didik terus diasah, sehingga bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran
eksploitasi pasar teknologi belaka, tetapi juga berusaha untuk dapat menciptakan
teknologi sendiri.

Bangunan Taman Pintar ini dibangun di eks kawasan Shopping Center, dengan
pertimbangan tetap adanya keterkaitan yang erat antara Taman Pintar dengan fungsi
dan kegiatan bangunan yang ada di sekitarnya, seperti Taman Budaya, Benteng
Vredeburg, Societiet Militer dan Gedung Agung. Relokasi area mulai dilakukan pada
tahun 2004, dilanjutkan dengan tahapan

 Pembangunan Tahap I adalah Playground dan Gedung PAUD Barat serta PAUD
Timur, yang diresmikan dalam Soft Opening I tanggal 20 Mei 2006 oleh
Mendiknas, Bambang Soedibyo.
 Pembangunan Tahap II adalah Gedung Oval lantai I dan II serta Gedung Kotak
lantai I, yang diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh
Mendiknas, Bambang Soedibyo, bersama Menristek, Kusmayanto Kadiman, serta
dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X.
 Pembangunan Tahap III adalah Gedung Kotak lantai II dan III, Tapak Presiden
dan Gedung Memorabilia.

19
Dengan selesainya tahapan pembangunan, Grand Opening Taman Pintar dilaksanakan
pada tanggal 16 Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono.

2. Makna Logo

Logo Taman Pintar

Kembang api adalah simbolisasi dari intelegensi dan imajinasi. Dalam bahasa Jawa,
kembang api menggambarkan MLETHIK = PINTAR = PADHANG MAK BYAAR =
PINTAR. Kembang api merupakan sesuatu yang menyenangkan, menghibur, sesuai
dengan visi Taman Pintar sebagai wahana ekspresi, apresiasi dan kreasi sains dalam
suasana yang menyenangkan.

Gambar logo yang muncul ke luar mengandung makna Outward Looking, selalu
melihat ke luar untuk terus belajar mengikuti dinamika perubahan di luar dirinya.
Gambar logo tampak seperti matahari mengandung makna menyinari sepanjang masa.
Jari jemari kembang api melambangkan keselarasan antara INTELEGENSI dan
SOCIAL LIFE, diharapkan pengguna Taman Pintar mempunyai IQ, SQ, dan EQ.

Efek perspektif adalah simbolisasi "sesuatu yang tinggi", CITA-CITA, pengharapan


bahwa Taman Pintar akan membantu generasi muda Indonesia, khususnya
Yogyakarta dalam meraih cita-citanya. Miring ke kanan sebagai visualisasi
pergerakan ke arah yang lebih baik. Warna gabungan HIJAU-BIRU melambangkan
PERTUMBUHAN TAK TERBATAS.

20
3. Zona
a. Playground
Sebagai ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman Pintar.
Menyediakan berbagai peralatan peraga yang menyenangkan bagi anak dan
keluarga. Dapat diakses secara cuma-cuma/gratis
b. Gedung PAUD Barat dan Gedung PAUD Timur
Menampilkan peralatan peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya
anak usia Pra-TK sampai dengan TK.
c. Gedung Oval – Kotak
Menampilkan berbagai peralatan peraga berbasis edukasi sains yang dikemas
menyenangkan dan dapat diperagakan. Dapat diakses oleh semua lapisan
pengunjung.
d. Gedung Memorabilia
Menampilkan peralatan peraga tentang pengetahuan sejarah Indonesia, seperti
sejarah Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta, Tokoh-tokoh Pendidikan, dan
Tokoh-tokoh Presiden RI hingga saat ini
e. Planetarium
Menampilkan peralatan peraga berbentuk pertunjukan film pengetahuan tentang
antariksa dan tata surya

F. MALIOBORO

Jalan Malioboro (bahasa Jawa: Hanacaraka, Dalan Malioboro) adalah nama salah satu
kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu
Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri

21
dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan
poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.

Pada tanggal 20 Desember 2013, pukul 10.30 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X nama
dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi
menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo
Mulyo.

Terdapat beberapa objek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu
Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg, dan
Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.

Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan
kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan
gudeg Jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering
mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art,
pantomim, dan lain-lain di sepanjang jalan ini.

Saat ini, Jalan Malioboro tampak lebih lebar karena tempat parkir yang ada di pinggir
jalan sudah dipindahkan ke kawasan parkir Abu Bakar Ali. Karena Kedepanya Malioboro
Akan Menjadi Semi Pedestrian
1. Sejarah
Jalan itu selama bertahun-tahun dua arah, namun pada tahun 1980an menjadi satu
jalan saja, dari jalur kereta api (di mana ia memulai) ke selatan - ke pasar Beringharjo,
di mana ia berakhir. Hotel terbesar, tertua di Belanda, Hotel Garuda, terletak di ujung
utara jalan, di sisi timur yang berdekatan dengan jalur kereta api. Ini memiliki bekas
kompleks Perdana Menteri Belanda, kepatihan, di sisi timur.

Selama bertahun-tahun pada tahun 1980an dan kemudian, sebuah iklan rokok
ditempatkan di bangunan pertama di sebelah selatan jalur kereta api - atau secara
efektif bangunan terakhir di Malioboro, yang mengiklankan rokok Marlboro, tidak
diragukan lagi menarik bagi penduduk setempat dan orang asing yang akan melihat
kata-kata dengan Nama jalan dengan produk asing sedang diiklankan.

22
Tidak sampai ke tembok atau halaman Keraton Yogyakarta, karena Malioboro
berhenti bersebelahan dengan pasar Beringharjo yang sangat besar (di sisi timur juga).
Dari titik ini nama jalan berubah menjadi Jalan Ahmad Yani (Jalan Ahmad Yani) dan
memiliki bekas kediaman Gubernur di sisi barat, dan Benteng Vredeburg Belanda tua
di sisi timur.

G. PANTAI PARANG TRITIS

Parangtritis adalah desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta,


Indonesia.

Objek Wisata Di desa yang terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah selatan kota
Yogyakarta ini terdapat pantai di tepi Samudra Hindia.

Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek
pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah. Parangtritis mempunyai
keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak
yang besar juga adanya gunung-gunung pasir di sekitar pantai, yang biasa disebut gumuk.
Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak Pemkab Bantul dengan cukup baik, mulai dari
fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan souvenir khas Parangtritis.
Di Parangtritis ada juga ATV, kereta kuda & kuda yang dapat disewa untuk menyusuri
pantai dari timur ke barat. Selain itu Parangtritis juga merupakan tempat untuk olahraga
udara/aeromodeling.

23
Parangwedang
Selain itu terdapat pemandian yang disebut Parangwedang. Konon air di pemandian ini
dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit di antaranya penyakit kulit karena air
dari pemandian tersebut mengandung belerang. Air panas dari Parangwedang juga
dialirkan ke Pantai Parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan juga mengairi kolam
kecil bermain anak-anak.

Parangkusumo
Lokasi lain adalah Pantai Parangkusumo. Di pantai tersebut terdapat Cepuri yang konon
merupakan tempat pertemuan antara raja Yogyakarta dengan Nyi Roro Kidul. Pada hari-
hari tertentu (biasa bulan Sura) di sini dilakukan persembahan sesajian (labuhan) bagi
Ratu Laut Selatan atau dalam bahasa Jawa.

Folklor
Penduduk setempat percaya bahwa seseorang dilarang menggunakan pakaian berwarna
hijau muda jika berada di pantai ini. Pantai Parangtritis dan Parangkusumo menjadi
tempat kunjungan utama wisatawan terutama pada malam tahun baru Jawa (1
Muharram/Suro).

H. TAMAN MINI INDONESIA INDAH (TMII)

Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata
bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur. Area seluas kurang lebih 150 hektare atau
1,5 kilometer persegi ini terletak pada koordinat 6°18′6.8″LS,106°53′47.2″BT. Taman ini
merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek

24
kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang
ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka
busana, tarian, dan tradisi daerah. Di samping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah
danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung,
berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai
sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu
kota.

Sejarah
Danau yang menggambarkan kepulauan Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah
Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan
segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan
sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana
no. 8 Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970. Ide pebuatan miniatur Indonesia ini bangkit
setelah Ibu Negara mendengarkan dan menghayati isi pidato Presiden Soeharto tentang
keseimbangan pembangunan umum DPR GR Tahun 1971. Selain itu, beliau juga sering
menyertai Presiden mengunjungi negara-negara sahabat dan melihat obyek-obyek wisata
di luar negeri. Sehingga bangkit gagasan untuk membangun taman rekreasi yang
menggambarkan keindahan dan keberagaman Indonesia. Melalui taman rekreasi ini,
diharapkan dapat membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh
bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur
"Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita.

TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai
aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern
diperagakan di areal seluas 150 hektare. Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini
sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah
yang tidak rata ini untuk menciptakan bentang alam dan lansekap yang kaya,
menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia.

Logo dan maskot


TMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman
Mini Indonesia Indah". Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang
dinamakan NITRA (Anjani Putra). Maskot "Taman Mini Indonesia Indah" ini diresmikan

25
penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada
tahun 1991.

Bagian-bagian TMII
Di Indonesia, hampir setiap suku bangsa memiliki bentuk dan corak bangunan yang
berbeda, bahkan tidak jarang satu suku bangsa memiliki lebih dari satu jenis bangunan
tradisional. Bangunan atau arsitektur tradisional yang mereka buat selalu dilatarbetakangi
oleh kondisi lingkungan dan kebudayaan yang dimiliki. Di TMII, gambaran tersebut
diwujudkan melalui Anjungan Daerah, yang mewakili suku-suku bangsa yang berada di
33 Provinsi Indonesia. Anjungan provinsi ini dibangun di sekitar danau dengan miniatur
Kepulauan Indonesia, secara tematik dibagi atas enam zona; Jawa, Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tiap anjungan menampilkan
bangunan khas setempat. Anjungan ini juga menampilkan baju dan pakaian adat, busana
pernikahan, baju tari, serta artefak etnografi seperti senjata khas dan perabot sehari-hari,
model bangunan, dan kerajinan tangan.

Semuanya ini dimaksudkan untuk memberi informasi lengkap mengenai cara hidup
tradisional berbagai suku bangsa di Indonesia. Setiap anjungan provinsi juga dilengkapi
panggung, amfiteater atau auditorium untuk menampilkan berbagai tarian tradisional,
pertunjukan musik daerah, dan berbagai upacara adat yang biasanya digelar pada hari
Minggu. beberapa anjungan juga dilengkapi kafetaria atau warung kecil yang menyajikan
berbagai Masakan Indonesia khas provinsi tersebut, serta dilengkapi toko cenderamata
yang menjual berbagai kerajinan tangan, kaus, dan berbagai cenderamata.

Sejak tahun 1975 hingga tahun 2000 rancangan asli TMII terdiri atas anjungan rumah
adat dari 27 provinsi di Indonesia, termasuk Timor Timur. Akan tetapi setelah Timor
Leste merdeka dan memisahkan diri dari Indonesia pada tahun 2002, status anjungan
Timor Timur berubah menjadi Museum Timor Timur. Selain itu karena kini Indonesia
terdiri atas 34 provinsi, anjungan-anjungan provinsi baru seperti Bangka Belitung,
Banten, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Gorontalo, Kepulauan Riau, dan Papua Barat
telah dibangun di sudut Timur Laut TMII, walaupun ukuran dan luas anjungan provinsi
baru ini jauh lebih kecil dari anjungan provinsi yang telah dibangun sebelumnya.

26
Bangunan keagamaan
Bangunan keagamaan diwakili oleh beberapa rumah ibadah agama resmi yang diakui di
Indonesia, hal ini untuk menggambarkan toleransi dan keselarasan hubungan antar agama
di Indonesia. Bangunan-bangunan keagamaan antara lain:
 Masjid Pangeran Diponegoro
 Gereja Katolik Santa Catharina
 Gereja Protestan Haleluya
 Pura Penataran Agung Kertabhumi
 Wihara Arya Dwipa Arama
 Sasana Adirasa Pangeran Samber Nyawa
 Kuil Konghucu Kong Miao

Sarana rekreasi
 Istana Anak-anak Indonesia
 Keong Mas
 Istana Anak-anak Indonesia
 Kereta gantung
 Perahu Angsa Arsipel Indonesia
 Taman Among Putro
 Taman Ria Atmaja
 Desa Wisata
 Kolam renang Snow Bay
 Museum Iptek TMII

Taman
Di TMII terdapat sepuluh macam taman yang menunjukkan keindahan flora dan fauna
Indonesia:
 Kubah Taman Burung.
 Taman Anggrek
 Taman Apotek Hidup
 Taman Kaktus dan Taman Melati
 Taman Bunga Keong Emas
 Akuarium Ikan Air Tawar

27
 Taman Bekisar
 Taman Burung
 Taman Ria Atmaja Park, panggung pagelaran musik
 Taman Budaya Tionghoa Indonesia

Museum
Museum yang ada diperuntukkan untuk memamerkan sejarah, budaya, flora dan fauna,
serta teknologi di Indonesia. Terdapat 16 museum di TMII:
 Museum Indonesia
 Museum Purna Bhakti Pertiwi
 Museum Keprajuritan Indonesia
 Museum Perangko Indonesia
 Museum Pusaka
 Museum Transportasi
 Museum Listrik dan Energi Baru
 Museum Telekomunikasi
 Museum Penerangan
 Museum Olahraga
 Museum Asmat
 Museum Komodo dan Taman Reptil
 Museum Serangga dan Taman Kupu-Kupu
 Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
 Museum Minyak dan Gas Bumi
 Museum Timor Timur (bekas Anjungan Timor Timur)

Teater atau bioskop


Teater IMAX Keong Emas yaitu teater dengan layar berukuran raksasa, jauh lebih besar
daripada layar bioskop ukuran normal. Di Teater IMAX Keong Mas diputar berbagai
film mulai dari film bertemakan lingkungan dan kebudayaan nusantara sampai film-
film box office yang resolusinya diubah menjadi khusus untuk teater IMAX. Film
IMAX yang diputar antara lain Indonesia Indah II, Force of Nature, T-Rex, Blue Planet,
Arabia, Journey to Mecca, dan lain-lain.

28
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan mempelajari data-data yang kami peroleh dari peninjauan dan penelitian objek
wisata, serta buku-buku panduan yang ada. Kami akan memberikan kesimpulan. Serta
mempunyai manfaat dalam pembangunan bangsa indonesia ini. Masing-masing objek
yang kami kunjungi mempunyai ciri khas masing-masing. Sehingga tiap-tiap objek
mempunyai manfaat dan daya guna yang lebih luas.

Demikian penulisan hasil Laporan Study Tour yang dilaksanakan di Yogyakarta dan
daerah sekitarnya, sehingga penulis mengetahui beberapa obyek wisata yang seluruhnya
dapat penulis tulis dalam bentuk laporan yang sederhana ini.

Dan akhirnya penulis mengucapkan Hamdan wa syukron lillahi robbil alamin yang telah
mencurahkan rahmat dan mendampingi penulis sejak mulai observasi hingga penyusunan
laporan.

B. SARAN
1. Siswa diharapkan tidak hanya memanfaatkan Study Tour sebagai sarana rekreasi
namun juga sebagai sarana belajar untuk menambah wawasan.
2. Siswa diharapkan tertib dan disiplin agar perjalanan Study Tour berjalan lancar.
3. Siswa diharapkan dapat menjaga sikap selama Study Tour, serta memperhatikan
semua perintah atau peraturan dari biro tour, guru pembimbing dan tour guide demi
keamanan pribadi.
4. Siswa diharapkan ikut menjaga kebersihan dan kelestarian objek-objek wisata yang
dikunjungi
5. Siswa dianjurkan tidak bepergian seorang diri di objek-objek wisata maupun pada
waktu bebas untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
6. Untuk guru dan panitia penyelenggara di harapkan tahun-tahun mendatang tujuan
wisata yang belum pernah dikunjungi tahun-tahun lampau.
7. Untuk adik kelas sebaiknya jika ada Study Tour diharapkan agar dapat mengikuti
kegiatan Study Tour tersebut karena selain menyenangkan juga menambah
pengalaman dan wawasan bersama teman-teman dan guru.

29
Laporan Ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis akan selalu menerima kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Akhirnya dengan terselesaikannya laporan ini dapat dijadikan bahwa acuan dan
pertimbangan bagi bapak dan ibu guru dan para pembaca sekalian. Juga kepada semua
pihak yang telah membantu dalam kegiatan ini, penulis mengucapkan terima kasih.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Borobudur
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Monumen_Yogya_Kembali
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Pintar_Yogyakarta
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_Malioboro
https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Mini_Indonesia_Indah
https://bonvoyagejogja.com/jogja-bay-waterpark-wisata-air-terbesar-di-indonesia/

31

Anda mungkin juga menyukai