Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Latif Sahubawa, M.Si
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI
ii
3.3.1. Pengumpulan Data ............................................................................................. 15
5.1. Kesimpulan............................................................................................................... 30
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 34
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Pahatan Arjuna dan Bhuta Cakil di salah satu dinding Tebing Breksi ............... 10
Gambar 10. Jeep yang digunakan dalam wisata Amazing race Tebing Breksi .................... 13
Gambar 11. Fasilitas ruang ibadah di obyek wisata Tebing Breksi ..................................... 14
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4. Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Tiket Masuk Tebing Breksi Tahun 2018 ....... 26
Tabel 5. Jumlah Kendaraan dan Pendapatan Tiket Parkir Tebing Breksi Tahun 2018 .......... 26
Tabel 7. Cadangan karbon dan daya serap berbagai tipe tutupan vegetasi ........................... 27
v
BAB I
PENDAHULUAN
Sektor pariwisata nasional kini menjadi primadona baru bagi pembangunan nasional.
Perkembangan dan kontribusi yang diberikan sektor pariwisata melalui penerimaan devisa,
pendapatan daerah, pengembangan wilayah, maupun dalam penyerapan investasi dan tenaga
kerja serta pengembangan usaha yang tersebar di berbagai pelosok wilayah di Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Melalui multiplier effect-nya, pariwisata dapat
dan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Sumbangan
devisa maupun penyerapan tenaga kerja dalam sektor ini amat signifikan bagi devisa negara.
Pariwisata mampu masuk dalam lima besar penyumbang devisa negara. Sumbangan devisa
dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari US$12,2 miliar, 2016 menjadi US$13,6
miliar dan 2017 naik lagi menjadi US$15 miliar. Tahun 2018 ditargetkan meraup devisa US$17
miliar dan US$20 miliar di 2020.
Yogyakarta merupakan salah satu destinasi andalan pariwisata Indonesia. Di kota ini
terdapat banyak pilihan destinasi wisata dari wisata alam, wisata budaya, wisata sejarah wisata
petualangan, wisata pendidikan, wisata spiritual hingga wisata kuliner. Pada beberapa tahun
terakhir bermunculan tempat-tempat wisata baru menambah banyaknya destinasi wisata di
Yogyakarta. Angka produk domestik regional bruto (PDRB) pariwisata DIY menujukkan
angka peningkatan setiap tahun, pada 2017 di angka 10,75% dan pada 2025 diharapkan di
angka 14,68%. Visi Pembangunan Pariwisata DIY 2012-2025 adalah Terwujudnya Yogyakarta
sebagai Destinasi Wisata Berkelas Dunia, Berdaya Saing,Berwawasan Budaya, Berkelanjutan,
Mampu Mendorong Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Visi tersebut
kemudian dituangkan dalam misi pengembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
yaitu perlunya mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan inovatif. Misi tersebut menjadi
gambaran arah pembangunan jangka panjang DIY. Saat ini bermunculan destinasi-destinasi
wisata kreatif yang memanfaatkan keberadaan keindahan alam di DIY. Banyak bermunculan
wisata-wisata yang memberikan spot-spot untuk berswafoto.Salah satu destinasi baru di
Yogyakarta yang mulai beroperasi pada tahun 2015 adalah Tebing Breksi.
Tebing Breksi merupakan tempat bekas galian tambang batu Tebing Breksi masuk dalam
daftar situs warisan geologi, artinya tebing bekas lahan tambang ini merupakan situs atau area
geologi yang memiliki nilai-nilai penting di bidang keilmuan, pendidikan, budaya, dan nilai
estetika.Pengembangan kawasan Tebing Breksi sebagai kawasan wisata menawarkan sisi
keindahan, keunikan, kreatifitas, dan pengelolaan kawasan yang dikembangkan dan didesain
1
sedemikian rupa secara bersama sama oleh masyarakat yang sinergis melalui pokdarwis,
pemerintah desa, Dinas Pariwisata DIY, Pemerintah Kabupaten Sleman dan tentu saja
banyaknya komunitas yang mencintai Tebing Breksi , seperti komunitas yang tergabung dalam
Forkom Lintas Komunitas Peduli Wisata DIY. Pada bulan Mei 2015 Tebing Breksi diresmikan
sebagai objek wisata oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X. Saat mulai dibuka
untuk kawasan wisata hingga kini tahun 2019 terjadi peningkatan signifikan kunjungan
wisatawan di Tebing Breksi. Pada awal dibukanya kawasan wisata ini tidak ada retribusi masuk
kawasan wisata Breksi.Namun saat ini telah ada biaya retribusi masuk yang dikelola oleh
Badan Usaha Milik Desa.
Peningkatan wisatawan yang semakin banyak dari waktu ke waktu akan memberikan
dampak positif dan dampak negatif, maka pengelolaan dan pemanfaatan kawasan wisata
Tebing Breksi sebaiknya beroirentasi pada keberlangsungan dan keberlanjutan kawasan agar
tetap terjaga. Nilai ekonomi diartikan sebagai karakteristik (kualitas) dari sesuatu (barang dan
jasa) yang menyebabkan/membuat sesuatu tersebut dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang
lain (Duerr, 1993).Valuasi ekonomi sumberdaya alam / lingkungkan merupakan serangkaian
upaya/proses untuk mengkuantifikasi dan memberi nilai moneter (satuan uang) atas barang
dan jasa SDA dan lingkungan, sehingga nilai barang dan jasa SDA dan lingkungan tersebut
dapat diketahui baik yang bersifat manfaat maupun korbanan (biaya). Tebing Breksi sebagai
destinasi wisata baru dengan kunjungan wisatawan yang banyak perlu dihitung valuasi
ekonomi nya untuk dapat digunakan sebagai pertimbangan pengelolaan lebih lanjut.
1.2. Tujuan/Sasaran
1.3. Sasaran
Tersedianya data atau informasi tentang nilai ekonomi total dari kawasan wisata
Tebing Breksi, dengan pendekatan biaya perjalanan untuk mengetahui “nilai guna langsung
(direct value), nilai guna tidak langsung (indirect value), serta nilai non guna lainnya atau
preservation (non use value).
Kajian ini dilakukan di kawasan wisata Tebing Breksi , Dusun Groyokan, Kelurahan
Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
2
1.5. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Analisis nilai guna langsung sumberdaya alam dan lingkungan kawasan wisata
Tebing Breksi
b. Nilai guna tidak langsung fungsi ekosistem kawasan wisata Tebing Breksi
c. Nilai guna lainnya
3
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
Tebing Breksi berlokasi di bagian timur dari Kabupaten Sleman tepatnya di atas gunung
Sari, Dusun Groyokan, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman
yang dapat dicapai dengan waktu tempuh satu jam dari pusat kota Yogyakarta
menggunakan kendaraan bermotor. Luas area bekas tambang tersebut adalah 5.600 m2,
dengan ketinggian 310 meter dari permukaan laut. Peta Lokasi Tebing Breksi ditampilkan
pada Gambar 1.
Tebing breksi terletak pada daerah yang memiliki relief berbukit-berbukit tersayat
tajam (Van Zuidam, 1985) dengan persen lereng 25% hingga 55 % dan beda tinggi 200 m
hingga 500 m. Menurut Surono, dkk (1992) dalam Peta Geologi Regional Lembar
Surakarta Giritontro menyatakan bahwa Tebing Breksi terletak pada Formasi Semilir
(Tms) yang terdiri dari tuf, breksi batuapung dasitan, batupasir tufan dan serpih hasil
aktifitas Gunung Api Purba Ngalnggran. Dalam laporan penelitian berjudul Geoheritage
Yogya, Geowarisan Babad Bumi Mataram. Menyingkap Riwayat Geologi, Babad Tanah
4
Jawi (2014) yang disusun oleh Tim Geoheritage Teknik Geologi UPNVY dijelaskan masa
kejayaan Gunung Api Purba berlangsung selama Oligosen Miosen Tengah sekitar 16-36
juta tahun lalu.
Secara fisiografi Gunung Api Purba Nglanggeran terletak di Zona Pegunungan Selatan
Jawa Tengah- Jawa Timur (Van Bemmelen 1949) atau tepatnya di Sub Zona Pegunungan
Baturagung (Baturagung Range) dengan ketinggian 700 meter dari permukaan laut dan
kemiringan lerengnya curam-terjal (>45%). Gunung Nglanggeran berdasarkan sejarah
geologinya merupakan gunung api purba yang berumur tersier ( Oligo- Miosen) atau 0,6
– 70 juta tahun yang lalu. Material batuan penyusun Gunung Nglanggeran merupakan
endapan vulkanik tua berjenis andesit (Old Andesite Formation). Jenis batuan yang
ditemukan di Gunung Nglanggeran antara lain breksiandesit, tuf dan lava bantal.
Singkapan batuan vulkanik klastik yang ditemukan di Gunung Nglanggeran
kenampakannya sangat ideal dan oleh karena itulah maka, satuan batuan yang ditemukan
di Gunung tersebut menjadi lokasi tipe (type location) dan diberi nama Formasi Geologi
Nglanggeran. Beberapa bukti lapangan yang menunjukkan bahwa dahulu pernah ada
aktivitas vulkanis adalah banyaknya batuan sedimen vulkank klastik seperti batuan breksi
andesit, tuff dan adanya aliranlava andesit di Gunung Nglanggeran. Bentuk kawah Gunung
Api Purba Nglanggeran dapat ditemukan di puncak Gunung Nglanggeran.
(www.gunungapipurba.com)
Wisata alam tebing breksi memiliki dua litologi utama berupa perlapisan tuf halus dan
tuf kasar. Tuf yang terbentuk pada daerah ini menunjukkan bahwa Tebing Breksi terletak
jauh dari sumber erupsi dan masuk kedalam Zona Medial. Ketebalan tuf kasar yang lebih
tebal dibandingkan dengan tuf halus menunjukan bahwa daerah ini berada pada zona
medial terdekat dengan erupsi.
Batuan pada Tebing Breksi ini memiliki struktur perlapisan dengan kondisi batuan
masif yang menunjukkan bahwa batuan di sini telah mengalami litifikasi dengan tekanan
sangat tinggi. Sifatnya yang masih terlihat butirannya menunjukkan bahwa tekanan
tersebut berasal dari burial yang menandakan bahwa batuan telah tertimbun di bawah
permukaan bumi dan kemunculannya dimungkinkan karena adanya pengaruh gaya
endogen berupa tektonik pada daerah ini yang kemudian terpengaruh oleh gaya eksogen
berupa pengikisan baik dari alam maupun manusia. Kenampakan batuan yang memiliki
warna hitam di beberapa bagian menunjukan terjadinya reaksi kimia antara air meteorik
yang melewati tumbuhan diatas tebing yang kemudian air tersebut turun melewati batuan
sehingga mampu merubah warna asli dari batuan.
5
2.1.3. Kondisi Sosial Budaya
Gambar 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman tahun 2013-2017
(Sumber: BPS Sleman)
Sebagian besar masyarakat Sambirejo bekerja sebagai petani. Namun, terdapat pula
lahan penggalian yang menjadi mata pencaharian sebagaian masyarakat. Pada tahun 2017,
di Kecamatan Prambanan terdapat 50 lokasi penggalian dan 22-nya terdapat di Kelurahan
Sambirejo berupa penambangan dan penggalian bahan galian batu putih (BPS Sleman,
2018). Gambar 3 menunjukkan fluktuasi jumlah lokasi penggalian di Kecamatan
Prambanan serta lokasi pertambangan dan penggalian batu putih di Kelurahan Sambirejo.
Tidak diketahui lokasi pasti dari setiap pertambangan dan penggalian tersebut.
6
Gambar 3. Jumlah Lokasi Penambangan dan Penggalian
di Kecamatan Prambanan dan Kelurahan Sambirejo Tahun 2014-2017
(Sumber: BPS Sleman)
Gambar 4. Jumlah tenaga Kerja Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kecamatan Prambanan Tahun 2013-2017
(Sumber: BPS Sleman)
7
2.2. Kawasan Wisata Tebing Breksi
2.2.1. Sejarah
Obyek Wisata Tebing Breksi dikelola oleh sekumpulan pemuda dan masyarakat yang
disebut LowoIjo. Kelahiran pengelola wisata ini, tentu saja sebagai sebuah respon
masyarakat Sambirejo, akan pengembangan kegiatan kepariwisataan di Tebing Breksi
yang membutuhkan pengelolaan dan kebersamaan di dalamnya. Kelompok ini di lahir
pada pertengahan tahun 2015, yang pada awal pembentukannya terdiri dari 20-an orang,
terdiri dari unsur pemuda dan masyarakat Sambirejo. Sampai dengan pertengahan tahun
8
2017 ini, keanggotaan pengelola obyek wisataTebing Breksi ini telah mencapai lebih dari
80 orang.
Pengelolaan Taman Breksi dipayungi oleh Peraturan Desa Sambirejo, yang dalam hal
ini masuk dalam usaha pengelolaan yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Desa (BUM
Desa) Sambirejo, Prambanan, Sleman. para wisatawan. Pengelola Tebing Breksi
memberikan tarif masuk untuk wisatawan
pengelolaan dana dari masyarakat tersebut dikelola dan dilaporkan secara berkala oleh
pengelola kepada BUMDesa sebagai salah satu unit usahanya.
Tebing Breksi memiliki jam operasional dari jam 07.00 hingga 24.00. Pengelola
berencana untuk memperpanjang jam operasional hingga dapt beroperasi selama 24/7.
Menurut salah atu pengelola, jumlah kunjungan wisatawan ke Tebing Breksi pada hari
biasa (Senin-Jumat) bisa mencapa 2.000-5.000 orang, sementara pada akhir minggu bisa
mencapai 10.000 orang. Hasil pendapatan kemudian dibagi tiga untuk BUMDesa, untuk
pembangunan dan pengelolaan obyek wisata, serta untuk honor tenaga masyarakat yang
mengelola obyek wisata.
Obyek Wisata Tebing Breksi memberikan daya tarik unik. Selain sebagai area bekas
tambang yang menyisakan tebing yang kemudian diperindah dengan ukiran, Tebing
Breksi juga memberikan pemandangan ke kawasan bandara, perkotaan, sampai
pegunungan. Untuk menambah daya tarik wisata Tebing Breksi, disiapkan lah beberapa
wahana pada obyek wisata tersebut, seperti:
1). Pahatan pada dinding Tebing Breksi
Pahatan-pahatan pada dinding tebing di bagian timur yang semakin menambah
keelokan bukit yang semakin hari semakin mencuat namanya ini bahkan menjadi
nominator dalam Anugerah Pesona Indonesia kategori Tujuan Wisata Baru Terpopuler.
Salah satu pahatan yang dibuat oleh pemahat lokal menggambarkan sekuel perang
kembang, yaitu peperangan antara Ksatria Arjuna dan Buta Cakil. Makna filosofis dari
pahatan tersebut adalah perbuatan berupa keburukan atau kerusakan akan dapat dikalahkan
oleh budi baik dan sikap ksatria. Pahatan naga dan kura kuramenyusul kemudian, hal ini
merupakan respon kontekstual icon yang berada pada bagian Candi Ijo (800 meter sebelah
timur Tebing Breksi). Di lokasi Candi Ijo terdapat patung naga dan kura kura,sebuah
pengharapan bahwa pengembangan tebing breksi dalam konteks jejaring wisata juga
merupakan bagian dari pengembangan kompleks candi-candi Siwa di sekitarnya. Rencana
selanjutnya adalah membuat pahatan akan di lakukan di sisi utara tebing, dengan
9
mengambil tema cerita rakyat atau legenda Prabu Boko dan Bandung Bandawasa. Legenda
tersebut erat kaitannyadengan kompleks candi Prambanan, Ratu Boko dan candi candi di
dalam kawasan itu. Beberapa pahatan yang ada di dinding Tebing Breksi
terdokumentasikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Pahatan Arjuna dan Bhuta Cakil di salah satu dinding Tebing Breksi
10
Gambar 6. Amphiteater Tlatar Seneng Tebing Breksi
11
4). Balkondes Sambirejo
Balkondes (Balai Ekonomi Desa) Sambirejo merupakan wahana yang baru saja
diresmikan oleh Menteri BUMN pada tanggal 27 April 2019. Balkondes dengan
menghadirkan fasilitas homestay yang memungkinkan wisatawan dapat menginap dan
menikmati lingkungan asri perdesaan dengan suasana di atas bukit. Balkondes tersebut
menyediakan beberapa fasilitas lain di antaranya Rumah Joglo, Amphitheatre sebagai
panggung kesenian dan pentas budaya, Pergola Joglo Gallery sebagai ruang pertemuan
dan galeri, Joglo Limasan sebagai lokasi workshop dan ruang pajang para pelaku UMKM,
Green Garden, Watu Tapak Camphill, serta Restoran. Memiliki luas wilayah 2.500 m2,
kini Desa Sambirejo memiliki Balkondes yang ditunjang dengan berbagai layanan berbasis
teknologi digital, seperti sistem pembayaran digital dengan e-money untuk sistem parkir,
pujasera, sewa mobil jeep, serta pembayaran penginapan maupun meeting room. Namun
sayangnya, Balkondes Sambirejo belum dipublikasi dan dimanfaatkan secara maksimal
berhubung masih sangat baru diresmikan dan membutuhkan persiapan lebih matang.
Fasilitas yang diberikan di Balkondes Sambirejo tertera pada baliho yang dipasang di
kawasan Tebing Breksi dan terdokumentasikan pada Gambar 8. Pemandangan yang dapat
dinikmati dari Watu Tapak Camphill didokumentasikan seperti pada Gambar 9.
12
Gambar 9. Pemandangan dari Watu tapak Camphill
Gambar 10. Jeep yang digunakan dalam wisata Amazing race Tebing Breksi
13
2.2.4. Fasilitas
Pengelola Tebing Breksi telah melengkapi fasilitas obyek wisata dengan ruang ibadah
(masjid), seperti pada Gambar, dan toilet di beberapa titik di obyek wisata. Fasilitas
tersebut juga telah dipelihara dengan baik. Toilet tidak menarik bayaran tambahan bagi
pengunjung yang ingin memanfaatkan fasilitas. Selain itu, akses untuk pengunjung
keterbatasan atau pengunjung penyintas disabilitas telah difasilitasi juga. Menurut
rencana, pengelola akan segera menambahkan Taman Bermain Anak.
`
Gambar 11. Fasilitas ruang ibadah di obyek wisata Tebing Breksi
14
BAB III
METODOLOGI
Kawasan wisata Tebing Breksi menempati area seluas 5600 meter persegi yang bertempat
pada Gn. Sari, Sambirejo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Waktu penelitian 28
April 2019.
Ruang lingkup studi dibatasi kepada manfaat memberikan kontribusi secara langsung
meliputi, meliputi kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi, sarana edukasi, dan ekonomi.
Pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data
primer dilakukan melalui metode survey dan wawancara dalam bentuk onsite dengan
menggunakan kuisioner. Kuisioner yang disusun berjumlah 10 dan berisi informasi
tentang domisili pengunjung, jumlah rombongan, kendaraan yang digunakan, penghasilan,
pengeluaran, hingga pendapat tentang objek wisata yang dikunjungi. Selain itu, metode
survey dan wawancara langsung dalam penelitian ini juga digunakan untuk mengukur
kesediaan membayar (willingness to pay) responden pada suatu upaya konservasi dan
kesediaan untuk menerima (willingness to accept) ganti rugi jika kondisi lingkungan tidak
seperti yang diinginkan, dengan mengekplorasi preferensi dari responden. Sedangkan
untuk data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka. Penelitian ini
menggunakan pendekatan langsung dengan nilai pasar, biaya pengganti (surrogate market)
melalui metode biaya perjalanan (travel cost method)
Setelah seluruh kuesioner diisi oleh responden, dilakukan validasi data untuk melihat
bahwa kuesioner telah terisi dengan baik serta adanya konsistensi data. Data yang
diperoleh dari kuesioner kemudian dilakukan analisis statistik dengan menggunakan
program Ms. Exel. Seluruh data kemudian disajikan dalam tabel baik dengan single
tabulation maupun cross tabulation bagi butir-butir pertanyaan yang dianggap memiliki
15
korelasi satu sama lain. Untuk menghitung nilai ekonomi kawasan rekreasi yaitu dengan
menggunakan Nilai Total Ekonomi (TEV) yang digunakan perhitungan sebagai berikut :
Total Nilai Ekonomi = Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai
Preservasi
Keterangan:
Nilai guna langsung = Biaya Prerjalanan + Pendapatan Tiket Masuk
Nilai preservasi = kesediaan membayar untuk kelestarian tebing breksi
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengunjungan atau wisatawan pada suatu objek wisata merupakan unsur terpenting
dalam kepariwisataan. Salah satu tujuan dibuatnya suatu objek wisata adalah untuk menarik
minat wisatawan agar berkunjung ke objek wisata tersebut. Untuk itu dalam menciptakan suatu
penyajian objek wisata yang sesuai dengan minat dan harapan wisatawan diperlukan
pengenalah terhadap potensi dan kondisi objek wisata kepada wisatawan. Hal ini dilakukan
karena wisatawan merupakan unsur yang secara langsung berinteraksi dengan objek wisata,
sehingga segala tingkah laku, motivasi, serta pendapat wisatawan mengenai objek wisata
sangat mempengaruhi terhadap perkembangan objek wisata tersebut.
Identifikasi karakteristik pengunjung objek wisata Tebing Breksi dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara dengan
bantuan kuesioner terhadap pengunjung yang sedang berada di kawasan objek wisata Tebing
Breksi. Pada kuesioner tersebut terdapat beberapa parameter yang dapat dijadikan guna
mengidentifikasi karakteristik pengunjung, seperti misalanya asal, jarak tempuh, jenjang umur,
transportasi yang digunakan, biaya yang dikeluarkan, dan pendapat pengunjung menganai
kawasan objek wisata Tebing Breksi.
Pada penelitian ini pemilihan pengunjung yang dijadikan sebagai responden dilakukan
secara accidental. Cara tersebut adalah dengan mewawancarai wisatawan yang pada saat itu
sedang berada di lokasi objek wisata Tebing Breksi. Jumlah responden yang diwawancara
adalah 10 orang, dengan jenjang umur yang berbeda-beda. Jumlah dan persebaran responden
ini didasarkan pada kondisi keramaian objek wisata dan kesediaan responden untuk
diwawancara. Hasil wawancara yang dilakukan berdasarkan parameter-parameter yang telah
ditentukan adalah sebagai berikut ini.
17
Kelompok Umur Responden
6
Jumlah Responden
5
0
SMP SMA UMUM
Kelompok Umur
18
Jenis Kelamin Responden
Jumlah Responden
6
5
4
3
2
1
0
Laki-laki Perempuan
Jenis Kelamin
9
8
Jumlah Responden
7
6
5
4
3
2
1
0
< 5 Km 6-10 Km 10-15 Km 15-20 Km 20-25 Km > 25 Km
Jarak Tempuh
19
dan jarak >25 km adalah sebesar 90%. Jarak tersebut menunjukkan bahwa asal wilayah
pengunjung tidak hanya berasal dari sekitar lokasi Tebing Breksi saja, akan tetapi dari
banyak pula pengunjung yang berasal dari wilayah yang terletak jauh dari kawasan objek
wisata Tebing Breksi. Daerah asal pengunjung disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
d) Berdasarkan Tujuan
Hasil wawancara dengan pengunjung yang berkunjung di kawasan objek wisata
Tebing Breksi diketahui bahwa sebagian besar pengunjung memiliki tujuan untuk
berwisata atau berlibur baik dengan keluarga maupun dengan rekanan, beberapa
diantaranya ada yang bersepeda. Kondisi ini dibuktikan dengan hasil wawancara dimana
pengunjung yang memiliki tujuan untuk berwisata di kawasan Tebing Breksi sebesar 90
% dari total responden yang diwawancari. Hasil karakteristik pengunjung berdasarkan
tujuannya disajikan dalam Gambar 15.
9
8
Jumlah Responden
7
6
5
4
3
2
1
0
Berlibur Sepedaan
Jarak Tempuh
20
e) Berdasarkan Jumlah Kunjungan
Jumlah kunjungan ke kawasan objek wisata merupakan hal yang penting untuk
ditanyakan kepada pengunjung. Hal tersebut dapat digunakan untuk mengetahui tentang
bagaimana daya tarik objek wisata menurut padangan pengunjung. Apabila hasil
wawancara menunjukkan banyak pengunjung yang melakukan kunjungan ke kawasan
objek wisata sebanyak lebih dari satu kali, hal tersebut menunjukkan bahwa objek wisata
tersebut menarik untuk dikunjungi. Berdasarkan hasil wawancara diketahui ada beberapa
wisatawan yang telah mengunjungi kawasan objek wisata lebih dari satu kali, bahkan ada
yang telah mengunjungi kawasan objek wisata lebih dari empat kali. Adanya kunjungan
wisatawan yang lebih dari satu kali ini menunjukkan bahwa objek wisata memiliki potensi
yang menarik untuk dikunjungi kembali. Kondisi ini dapat dijadikan kesempatan yang
baik bagi pengelola objek wisata maupun masyarakat yang terlibat langsung dalam
kegiatan pariwisata untuk semakin meningkatkan potensi dan kualitas objek wisata agar
semakin diminati oleh banyak wisatawan dan dapat meningkatkan pemasukan pendapatan
bagi mereka. Hasil wawancara mengenai karakteristik pengunjung berdasarkan jumlah
kunjungan yang dilakukan ke kawasan objek wisata Tebing Breksi disajikan dalam
Gambar 16.
5
Jumlah Responden
0
1 2 >5
Jumlah Kunjungan
21
f) Berdasarkan Jenis Kunjungan
Jenis kunjungan wisatawan menunjukkan pola perjalanan yang dipilih oleh
wisatawan. Pada penelitian ini pola perjalanan wisatawan dibagi atas bersama
rekan/teman, bersama keluarga, dan rombongan. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan diketahui bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke kawasan objek
wisata Tebing Breksi melakukan perjalanan wisata secara rombongan. Rombongan ini
terdiri atas kelompok teman sepermainan, kelompok rukun tetangga (RT), kelompok
teman sekolah dan lain sebagainya. Rombongan yang paling banyak berasal dari
rombongan sekolah. Selain rombongan wisatawan juga banyak yang melakukan
perjalanan wisata bersama keluarga. Hasil tinjauan ini dapat digunakan sebagai salah satu
acuan dalam meningkatkan potensi wisata yang ada di ketiga objek wisata tersebut, yaitu
dengan menambah fasilitas serta sarana dan prasarana yang ada di sekitar kawasan objek
wisata seperti tempat bersantai, tempat bermain anak, tempat beristirahat, fasilitas untuk
lansia, dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan oleh wisatawan terutama untuk wisatawan
yang berwisata secara rombongan. Gambar 17 menyajikan hasil karakteristik responden
berdasarkan jenis kunjungan yang dilakukan.
5
Jumlah Responden
4
3
2
1
0
Keluarga Rekan Rombongan
Jenis Kunjungan
22
mengenai karakteristik pengunjung berdasarkan transportasi yang digunakan disajikan
dalam Gambar 18.
4
Jumlah Responden
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Sepeda Mobil Bis Kendaraan
Instansi
Jenis Transportasi
23
dan media sosial dan dari teman, saudara, dan keluarga yang sebelumnya telah berkunjung
ke objek wisata tersebut. Hanya sebagian kecil wisatawan yang memperoleh informasi
mengenai objek wisata dari media cetak. Selain melalui teman/keluarga, banyak pula dari
responden yang memperoleh informasi mengenai objek wisata dari agen wisata. Hal
tersebut karena sebagian besar pengunjung berasal dari rombongan sekolah seperti study
tour. Hasil karakteristik responden berdasarkan sarana informasi yang diperoleh disajikan
dalam Gambar 4.19.
4
3.5
Jumlah Responden
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Media Sosial & Media Cetak Teman/Keluarga Agen Wisata
Internet
Jenis Media Informasi
Pada analisis metode biaya perjalanan (travel cost method), teknik pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara di lapangan untuk mengetahui kesediaan membayar (willingness
to pay). Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan langsung nilai pasar yaitu biaya
perjalanan (travel cost method).
24
4.2.1. Analisis Rerata Biaya Perjalanan
Data primer dari rata-rata pengeluaran biaya perjalanan terdiri dari biaya transportasi, biaya
konsumsi dan biaya lain-lain. Berikut ini Tabel 2 mengenai data rata-rata pengeluaran biaya
perjalanan responden.
Data rerata biaya perjalanan pada tabel di atas diketahui Rp 490.000 dan dihitung berdasarkan
hasil pengumpulan data di lapangan (tahun 2019). Sedangkan untuk mengetahui rerata biaya
perjalanan pada tahun sebelumnya, yakni tahun 2018 digunakan asumsi inflasi sebesar 10 %
per tahun dari data rerata biaya perjalanan saat ini. Berikut ini Tabel 3. Rata-rata biaya
perjalanan pengunjung tahun terakhir dengan menggunakan asumsi inflasi sebesar 10 % per
tahun (discount faktor) yang sering digunakan dalam valuasi ekonomi.
Tahun Rata-rata Biaya Perjalanan Inflasi Discount Faktor (10%) Past Value
2019 Rp 490.000 - -
2018 Rp 490.000 Rp 49.000,00 Rp 441.000,00
(sumber: Analisis Data Primer, 2019)
25
4.2.2. Analisis Pendapatan Wisata Tebing Breksi
Analisis pendapatan diambil data dilakukan dengan pengumpulan data sekunder dari Dinas
Pariwisata DIY dengan biaya tiket masuk Rp 5.000 (2/3 karcis masuk + 1/3 biaya
pemeliharaan) dan biaya tiket parkir Rp 2.000 untuk motor, Rp 5.000 untuk mobil, dan Rp
25.000 untuk bis. Data sekunder tersebut digunakan untuk menghitung nilai guna langsung
kunjungan selama 1 tahun. Berikut ini Tabel 4 mengenai data jumlah pengunjung dan
pendapatan tiket masuk dan Tabel 5 mengenai pendapatan tiket parkir tahun 2018.
Tabel 4. Jumlah Pengunjung dan Pendapatan Tiket Masuk Tebing Breksi Tahun 2018
Tabel 5. Jumlah Kendaraan dan Pendapatan Tiket Parkir Tebing Breksi Tahun 2018
Jumlah Total
Jenis Harga Karcis Total Pendapatan
No Tahun Kendaraan Pendapatan
Kendaraan Parkir perhari pertahun
perhari perhari
Motor 200 Rp 2.000 Rp 400.000 Rp 146.000.000
1 2018 Mobil 100 Rp 5.000 Rp 500.000 Rp 182.500.000
Bis 78 Rp 25.000 Rp 1.950.000 Rp 711.750.000
Total Rp 2.850.000 Rp 1.040.250.000
(sumber: Analisis Data Primer, 2019)
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, maka Tebing Breksi selama tahun 2018 memperoleh
pendapatan tiket masuk sebesar Rp 6.098.407.000 dan pendapatan tiket parkir sebesar Rp
1.040.250.000.
Pada bagian sebelumnya sudah dikaji mengenai rata-rata biaya perjalanan yang dikeluarkan
responden, baik dari segi biaya transportasi, akomodasi, dan konsumsi yang sudah dihitung
berdasarkan asumsi inflasi untuk tahun sebelumnya. Rerata biaya perjalanan yang sudah
dihitung digunakan untuk menghitung biaya perjalanan total dan selanjutnya dijumlahkan
dengan pendapatan dari tiket masuk dan karcis parkir sehingga didapat nilai guna langsung dari
Tebing Breksi. Tabel berikut menyajikan data rata-rata nilai guna langsung tahun 2018 yang
didapat dari biaya perjalanan dengan pendapatan tiket masuk dan tiket parkir.
26
Tabel 6. Nilai Guna LangsungTebing Breksi Tahun 2018
Jumlah
Rata-rata
Tahun Jenis Pengeluaran Kunjungan per Nilai Guna Langsung
Biaya
tahun
Karcis Masuk Rp 3.500 1742402 Rp 6.098.407.000
2018 Karcis Parkir - - Rp 1.040.250.000
Transportasi + Konsumsi Rp 441.000 1742402 Rp 768.399.282.000
Total Rp 775.537.939.000
(sumber: Dinas Pariwisata DIY,2018; Analisis Data Primer, 2019)
Nilai guna langsung wisata Tebing Breksi yang digunakan untuk perhitungan nilai ekonomi
total adalah nilai guna pada tahun 2018 sebesar Rp 775.537.939.000.
Tebing Breksi memiliki seluas 3 Ha lahan yang ditanami pohon oleh lintas komunitas, yang
berfungsi sebagai resapan CO2 dan resapan air. Penghitungan nilai total luasan pohon pada area
ini digunakan untuk menghitung nilai guna tidak langsung pada area ini, yaitu mengenai nilai
ekonomi serapan CO2 dan nilai ekonomi resapan air.
a) Nilai Ekonomi Resapan CO2
Berdasarkan hasil penelitian Prasetyo (2002 dalam Velayati, 2012) terdapat perbedaan
kemampuan dalam penyerapan karbon antara kawasan hutan, padang rumput, semak
belukar dan lahan pertanian. Berikut Tabel 7 Mengenai daya serap karbon dari berbagai
tipe kawasan vegetasi.
Tabel 7. Cadangan karbon dan daya serap berbagai tipe tutupan vegetasi
Mengacu pada perhitungan pada tabel di atas maka didapatkan nilai serapan gas CO2 di
kawasan Tebing Breksi yang disajikan pada Tabel 8 sebagai berikut.
27
Tabel 8. Total daya serap karbon di Tebing Breksi
Berdasarkan tabel diatas, untuk menghitung nilai ekonomi dari daya serap karbon di
kawasan Tebing Breksi, digunakan acuan harga karbon internasional yaitu US$
12/ton/ha/tahun dengan nilai tukar Rp 14.440,75 per US$ (kurs 15 Mei 2019), maka
didapatkan:
Nilai ekonomi serapan karbon = 1.707,21 x Rp 14.440,75 /US$ x US$ 12
= Rp 295.840.714 per tahun
Harga Bahan
Daya Serap Air
Tipe Penutupan Luas (Ha) Baku Air Per Nilai Ekonomi
(m3/Ha/Tahun)
Tahun
Pohon/Hutan 3 569,07 Rp 78.000 Rp 133.162.380
(sumber: Analisis Data Primer, 2019)
Dari hasil perhitungan nilai ekonomi penyerapan karbon dan resapan air pada kawasan objek
wisata Tebing Breksi, maka didapatkan hasil nilai guna tidak langsung sebagai berikut.
28
Tabel 10. Nilai Guna Tidak Langsung Tebing Breksi
Perhitungan biaya preservasi atau biaya pemeliharaan pada valuasi ekonomi bertujuan untuk
menghitung berapa biaya yang dapat dikeluarkan agar kawasan ini terjaga kelestariannya.
Pengumpulan data dilakukan dengan membagi 1/3 bagian tiket yang telah dibayarkan sebagai
biaya kesediaan pemeliharaan yaitu sebesar Rp 1.500. Tabel berikut menyajikan data nilai total
preservasi objek wisata Tebing Breksi.
Berdasarkan perhitungan Nilai Guna Langsung, Nilai Guna Tidak Langsung, dan Preservasi,
maka didapatkan total Nilai Ekonomi objek wisata Tebing Breksi adalah sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa Nilai Ekonomi objek wisata Tebing Breksi adalah
Rp 778.580.545.094
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data primer dan sekunder kawasan wisata Tebing Breksi, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik Pengunjung
a. Berdasarkan kelompok umur
Prosentase tertinggi usia di atas 18 tahun (umum), diikuti kelompok usia SMA dan
SMP.
b. Berdasarkan jenis kelamin
Prosentase lebih tinggi laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan
c. Berdasarkan jarak tempuh
Prosentase terbesar jarak tempuh lebih dari 25 km dan terkecil dibawah 5 km
d. Berdasarkan tujuan
Prosentase terbesar berlibur diikuti dengan berolahraga (bersepeda)
e. Berdasarkan jumlah kunjungan
Prosentase terbesar baru berkunjung untuk yang pertama kalinya.
f. Berdasarkan jenis kunjungan
Prosentase terbesar bersama rombongan , diikuti keluarga kemudian teman
g. Berdasarkan informasi
Informasi terbesar dierolehdari internet/media sosia, teman, dan agen perjalanan
h. Berdasarkan lama berkunjung
Prosentase tertinggi dibawah 1 jam, diikuti1-3 jam
30
5.2. Saran
1. Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dari anak-anak dan lansia maka perlu dibuat
fasilitas untuk anak-anak berupa taman bermain dan tempat berteduh untuk lansia.
2. Perlu ditambahkan fasilitas untuk keamanan bagi para pengunjung yang berswafoto pada
tebing-tebing yang cukup tinggi.
31
DAFTAR PUSTAKA
http://upnyk.ac.id/web/detail_berita/776/breksi,-bekas-lahan-tambang-yang-jadi-destinasi-
seksi
https://mediaindonesia.com/read/detail/232451-balkondes-sambirejo-wujud-telkom-grup-
bangun-ekonomi-desa
http://bappeda.jogjaprov.go.id/jogja_masa_depan/detail/Pengembangan-Wisata
http://www.kemenpar.go.id/post/kajian-dampak-sektor-pariwisata-terhadap-perekonomian-
indonesia
https://www.suaramerdeka.com/travel/baca/137950/empat-tahun-pemerintahan-jokowi-jk-
pariwisata-indonesia-peringkat-sembilan-di-dunia
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2018. Kecamatan Prambanan dalam Angka 2018.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2017. Kecamatan Prambanan dalam Angka 2017.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2016. Kecamatan Prambanan dalam Angka 2016.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2015. Kecamatan Prambanan dalam Angka 2015.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2014. Kecamatan Prambanan dalam Angka 2014.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2018. Kabupaten Sleman dalam Angka 2018.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2017. Kabupaten Sleman dalam Angka 2017.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2016. Kabupaten Sleman dalam Angka 2016.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2015. Kabupaten Sleman dalam Angka 2015.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
https://slemankab.bps.go.id/statictable/2017/11/09/121/penempatan-pencari-kerja-menurut-
sektor-lapangan-usaha-dan-jenis-kelamin-di-kabupaten-sleman-2016.html
https://slemankab.bps.go.id/statictable/2017/11/09/122/jumlah-penduduk-yang-bekerja-
menurut-sektor-dan-jenis-kelamin-per-kecamatan-di-kabupaten-sleman-2016.html
https://slemankab.bps.go.id/statictable/2017/01/03/63/penempatan-pencari-kerja-menurut-
sektor-lapangan-usaha-dan-jenis-kelamin-di-kabupaten-sleman-2015.html
https://slemankab.bps.go.id/statictable/2017/11/08/82/luas-wilayah-banyaknya-penduduk-
dan-kepadatan-penduduk-per-km2-menurut-kecamatan-di-kabupaten-sleman-
2016.html
http://tebingbreksi.net/2018/10/12/informasi-dan-sejarah-obyek-wisata-tebing-breksi/
32
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2014. Kabupaten Sleman dalam Angka 2014.
Sleman: BPS Kabupaten Sleman
Dinas Pariwisata D.I.Y, 2018. Statistik Kepariwisataan DIY 2015. Yogyakarta BPS DIY
Gustami dan Waluyo, Heru. 2002. Valuasi Ekonomi Biodiversity Kars: Studi Kasus Valuasi
Ekonomi Kawasan Kars Maros, Sulawesi Selatan. Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol
IX 2 Juli 2002 Hal. 69-78. Yogyakarta : Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM.
33
LAMPIRAN
Nama
Hasil Kuesioner
Responden
Irfan
Amin
34
Eka
Nugraha
35
Marfuah
Adi
36
Tatik
Wahadi
37
Akbar
Ichsan
38
LAMPIRAN 2. Foto Kegiatan Wawancara
Wawancara mengenai
pengelolaan Tebing
Breksi bersama
pengelola Lowo Ijo
Wawancara dengan
Pengunjung Tebing
Breksi
Wawancara dengan
Pengunjung Tebing
Breksi
39
Wawancara dengan
Pengunjung Tebing
Breksi
Wawancara dengan
Pengunjung Tebing
Breksi
40
LAMPIRAN 3. Foto Kegiatan Fasilitas dan Sarana
Amphitheatre : Tlatar
Seneng
Parkiran Bus
Penyewaan Jeep
41
Kebun Lintas
Komunitas
Musholla
Pusat Kuliner
42