BAB I
PENDAHULUAN
Bali merupakan pulau seribu Pura atau Pulau Seribu Candi, karena pura
atau candi ditemukan di semua tempat, di pintu gerbang desa, di depan
kantor-kantor pemerintah, bahkan di depan rumah penduduk. Bali juga
mempunyai beragam budaya, tradisi dan adat istiadat yang khas. Di beberapa
tempat di Bali terdapat beberapa tempat persembahyangan / Pura. Pura
tersebut digunakan sebagai tempat persembahayangan oleh penduduk di Bali
yang mayoritas beragama Hindu. Penduduk melakukan ritual tersebut secara
rutin.
Selain sebagai pusat spiritual bagi umat Hindu, pura Tanah Lot
memiliki keistimewaan jika dibandingkan dengan pura-pura lainnya yang ada
di Bali. Pura Tanah Lot sudah sejak lama terkenal karena keindahan
pantainya. Selain itu, Pura Tanah Lot juga memiliki keistimewaan lain,
seperti adanya ular suci. Mengingat keistimewaan-keistimewaan tersebut,
maka penulis mengangkat topic Tanah Lot sebagai objek tulisan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa permasalahan yang
diungkapkan.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang disamapaikan di
atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai.
D. Manfaat Penulisan
Secara praktis, makalah ini dapat bermanfaat bagi beberapa pihak.
1. Bagi Pelajar, makalah ini dapat dijadikan acuan untuk mengenal lebih
dekat mengenai objek wisata Pura Tanah Lot.
2. Bagi pemerhati Pariwisata, makalah ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk
menentukan tolok ukur wisata Pura Tanah Lot.
3. Bagi Masyarakat, makalah ini bisa dijadikan bahan referensi sebelum
mengunjungi Pura Tanah Lot.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keistimewaan
Keistimewaan adalah kewenangan khusus untuk menyelenggarakan
kehidupan beragama, adat, pendidikan, dan peran ulama dalam penetapan
kebijakan daerah. ( pasal 1 angka 8 UU Nomor 44 tahun 1999 tentang
penyelenggaraan .
B. Tanah Lot
Tanah Lot sudah dikenal sebagai obyek wisata dari tahun 1970-an.
Cuma pada saat itu infrastruktur penunjang yang sangat minim dan hanya
dikunjungi oleh wisatawan lokal pada hari-hari libur lokal seperti hari liburan
sekolah, hari raya Galungan, Kuningan atau pada saat upacara di Pura Tanah
Lot. Seiring berkembangnya sektor kepariwisataan Bali, dengan
mengandalkan suasana Sunsetnya yang menawan Tanah Lot mengalami
peningkatan pengunjung baik dari domestik maupun mancanegara.
Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada
dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan
batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang
mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil
menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun
Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot,
Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai
meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben
menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia
menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan
kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke
tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya
menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara
ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor
pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3
kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa
Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.
BAB III
GAMBARAN UMUM
Tanah Lot dalam bahasa Bali berarti “Tanah di tengah lautan”, kalau kita
cermati posisi Pura Tanah Lot memang menjorok ke tengah laut. Pura ini berdiri
di atas bongkahan batu karang, dimana alam telah membentuknya sedemikian
rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang sangat indah dan unik.
Menurut legenda masyarakat Bali, Tanah Lot berasal dari segumpal
tanah yang dibawa oleh Putra Patih Gajahmada yang terjatuh di tepi pantai.
Diceritakan bahwa Patih Gajahmada dari Kerajaan Majapahit
memerintahkan putranya untuk mengembara. Sang Patih memberinya bekal
sebuah tempayan yang berisi tanah. Sang Patih berpesan agar putranya
menaburkan tanah dalam tempayan tersebut sesampainya ia di sebuah
daratan, niscaya tempat tersebut akan menjadi kekuasaannya. Akan tetapi,
sebelum sampai ke daratan tempayan tersebut terjatuh dan tanahnya tumpah
di tepi pantai. Tanah itulah yang kemudian menjadi Tanah Lot yang artinya
tanah di tengah laut.
Selain itu, ada pula cerita versi lain yang berkembang di masyarakat.
Pada masa kerajaan majapahit di jawa timur, tersebutlah seorang bhagawan
yang bernama Dang Hyang Dwi Jendra. Beliau di hormati atas pengabdian
yang sangat tinggi terhadap raja dan rakyat melalui ajaran-ajaran spiritual,
peningkatan kemakmuran dan menanggulangi masalah-masalah kehidupan.
Beliau dikenal dalam menyebarkan ajaran agama hindu dengan nama
“dharma yatra”. Di lombok beliau disebut “tuan semeru” atau guru dari
semeru, nama sebuah gunung di jawa timur.
Pada waktu beliau datang ke bali untuk menjalankan misinya pada abad
ke 15, yang berkuasa pada saat itu adalah raja dalem waturenggong yang
menyambut beliau dengan sangat hormat. Beliau mengajarkan dan
menyebarkan ajaran dharma sampai ke pelosok-pelosok pulau bali dan
banyak membangun tempat-tempat suci untuk membangun dan meningkatkan
kesadaran spiritual dan memperdalam ajaran-ajaran agama hindu.
Disebutkan pada saat beliau menjalankan “dharma yatra” di rambut
siwi, beliau melihat sinar suci dari arah tenggara dan mengikutinya sampai
pada sumbernya yang ternyata adalah sebuah sumber mata air. Tidak jauh
dari sumber mata air tersebut, beliau menemukan sebuah tempat yang sangat
indah yang disebut “gili beo” ( gili artinya batu karang, beo artinya burung)
jadi itu adalah sebuah batukarang besar berbentuk burung beo. Di tempat
inilah beliau membangun tempat untuk bermeditasi dan melakukan pemujaan
kepada dewa penguasa laut.
Beliau mulai menyebarkan ajarannya kepada penduduk setempat, yaitu
yang berada di desa beraban dimana desa tersebut di kepalai oleh seorang
pemimpin suci yang disebut “bendesa beraban sakti”.
Pada saat itu penduduk desa beraban menganut monotheisme. Dalam
waktu singkat, ajaran dang hyang nirartha yaitu tentang agama hindu telah
membuat para penduduk mulai meninggalkan ajaran monotheisme tersebut.
Begitu pula sebagian kecil pengikut bendesa beraban mulai
meninggalkannya, dan dia menyalahkan dang hyang nirartha atas hal
tersebut. Kemudian dia mengumpulkan para pengikutnya yang masih setia
dan memimpin mereka untuk mengusir dang hyang nirartha dari tempat
tersebut. Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki oleh dang hyang nirartha,
beliau melindungi diri dari serangan bendesa beraban dengan memindahkan
batukarang besar tersebut tempat beliau bermeditasi ke tengah lautan dan
menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batukarang sebagai
pelindung dan penjaga tempat tersebut. Kemudian beliau memberi nama “
tengah lod ” yang berarti tanah di tengah lautan.
Akhirnya bendesa beraban mengakui kesaktian dan kekuatan spritual
dari dang hyang nirartha, dan dia mulai mempelajari ajaran-ajaran yang di
ajarkan oleh orang suci tersebut, hingga menjadi pengikut setia dan ikut
menyebarkan ajaran itu kepada para penduduknya untuk bergabung
mengikuti kepercayaan tersebut. Sebelum pergi, beliau memberikan sebilah
keris suci dan sakti yang dikenal dengan nama “ ki baru gajah ” kepada
bendesa beraba. Saat ini keris tersebut distanakan di puri kediri yang sangat
dikeramatkan oleh segenap masyarakat dan diupacarai setiap hari raya
kuningan dengan berjalan kaki 11 km pulang pergi menuju pura luhur
pakendungan yang berlokasi 300 meter dari pura luhur tanah lot. Upacara
piodalan di pura tanah lot setiap 210 hari sekali yakni pada hari “ buda wage
langkir ” sesuai penanggalan kalender Bali.
Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah
kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, yang
pembangunannya erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di
Pulau Bali. Objek ini bisa ditempuh sekitar 45 menit dari kawasan Kuta. Di
sini ada dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas
bongkahan batu, apabila air pasang pura ini akan kelihatan dikelilingi air laut
dan satunya lagi, tepatnya di sebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah
pura yang terletak menjorok ke laut dan di atas tebing.
Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan yang
digunakan untuk tempat pemujaan dewa - dewa penjaga laut.
Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari
terbenam (sunset), biasanya para tamu akan datang pada sore hari untuk
melihat melihat keindahan matahari tenggelam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah
kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, yang
pembangunannya erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di
Pulau Bali. Objek ini bisa ditempuh sekitar 45 menit dari kawasan Kuta.
Tanah Lot dalam bahasa Bali berarti “Tanah di tengah lautan”, kalau kita
cermati posisi Pura Tanah Lot memang menjorok ke tengah laut. Pura ini berdiri
di atas bongkahan batu karang, dimana alam telah membentuknya sedemikian
rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang sangat indah dan unik.
ml.scribd.com/doc/62241802/Makalah-Tanah-Lot
en.wordpress.com/tag/definisi-keistimewaan
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_Lot/
http://cyntiagracesella.blogspot.com/2010/03/wisata-bali-tanah-lot.html
http://bali.yogyes.com/id/places/496/