Anda di halaman 1dari 34

C.

Laporan Wisata

1. Nama Lokasi Wisata

 Tanah Lot
 Pantai Kuta
 Barong dan Keris Dance
 Bajra Sandi
 Pantai Pandawa
 Sangeh
 Pusat Oleh-oleh Cening Bagus
 Joger
 Bedugul

2. Sejarah Lokasi Wisata

 Tanah Lot

Pura Tanah Lot (aksara Bali: ᬧᬸᬭᬢᬦᬄᬮᭀᬢ᭄) adalah salah satu Pura (Tempat Ibadah Umat Hindu)
yang sangat disucikan di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di atas batu besar. Satu
terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura
Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat
pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat
matahari terbenam.

Sejarah Pura Tanah Lot Bali Indonesia berdasarkan legenda, dikisahkan pada abad ke -15, Bhagawan
Dang Hyang Nirartha atau dikenal dengan nama Dang Hyang Dwijendra melakukan misi penyebaran
agama Hindu dari pulau Jawa ke pulau Bali.

Pada saat itu yang berkuasa di pulau Bali adalah Raja Dalem Waturenggong. Beliau sangat menyambut
baik dengan kedatangan dari Dang Hyang Nirartha dalam menjalankan misinya, sehingga penyebaran
agama Hindu berhasil sampai ke pelosok – pelosok desa yang ada di pulau Bali.

Dalam sejarah Tanah Lot, dikisahkan Dang Hyang Nirartha, melihat sinar suci dari arah laut selatan Bali,
maka Dang Hyang Nirartha mencari lokasi dari sinar tersebut dan tibalah beliau di sebuah pantai di desa
yang bernama desa Beraban Tabanan.

Pada saat itu desa Beraban dipimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, yang sangat menentang ajaran dari
Dang Hyang Nirartha dalam menyebarkan agama Hindu. Bendesa Beraban Sakti, menganut aliran
monotheisme.
Dang Hyang Nirartha melakukan meditasi di atas batu karang yang menyerupai bentuk burung beo yang
pada awalnya berada di daratan.

Dengan berbagai cara Bendesa Beraban ingin mengusir keberadaan Dang Hyang Nirartha dari tempat
meditasinya.

Menurut sejarah Tanah Lot berdasarkan legenda Dang Hyang Nirartha memindahkan batu karang
(tempat bermeditasinya) ke tengah pantai dengan kekuatan spiritual. Batu karang tersebut diberi nama
Tanah Lot yang artinya batukarang yang berada di tengah lautan.

Semenjak peristiwa itu Bendesa Beraban Sakti mengakui kesaktian yang dimiliki Dang Hyang Nirartha
dengan menjadi pengikutnya untuk memeluk agama Hindu bersama dengan seluruh penduduk
setempat.Dikisahkan di sejarah Tanah Lot, sebelum meninggalkan desa Beraban, Dang Hyang Nirartha
memberikan sebuah keris kepada bendesa Beraban. Keris tersebut memiliki kekuatan untuk
menghilangkan segala penyakit yang menyerang tanaman. Keris tersebut disimpan di Puri Kediri dan
dibuatkan upacara keagamaan di Pura Tanah Lot setiap enam bulan sekali. Semenjak hal ini rutin
dilakukan oleh penduduk desa Beraban, kesejahteraan penduduk sangat meningkat pesat dengan hasil
panen pertanian yang melimpah dan mereka hidup dengan saling menghormati.

Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa, yaitu
Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan
membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu, penguasa Tanah Lot yang bernama
Bendesa Beraben merasa iri kepadanya karena para pengikutnya mulai pergi untuk mengikuti
Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben kemudian menyuruh Danghyang Nirartha meninggalkan Tanah
Lot. Danghyang Nirartha menyanggupi, tetapi sebelumnya ia dengan kekuatannya memindahkan
Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura di sana. Ia juga
mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara
ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam
berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhirnya disebutkan bahwa
Bendesa Beraben menjadi pengikut Danghyang Nirartha.

Pura Tanah lot selama ini terganggu oleh abrasi dan pengikisan akibat ombak dan angin. Oleh sebab itu,
pemerintah Bali melalui Proyek Pengamanan Daerah Pantai Bali melakukan memasang tetrapod sebagai
pemecah gelombang dan memperkuat tebing di sekeliling pura berupa karang buatan. Daerah di sekitar
Tanah Lot juga ditata mengingat peran Tanah lot sebagai salah satu tujuan wisata di bali.

Odalan di Pura Tanah Lot

Renovasi pertama dilakukan sejak tahun 1987 sebagai proyek perlindungan tahap I. Pada tahap ini,
pemecah gelombang (tetrapod) seberat dua ton diletakkan di depan Pura Tanah Lot. Selain itu, bantaran
beton serta dinding buatan juga dibangun sebagai pelindung hantaman gelombang. Namun, peletakan
tetrapod mengganggu keindahan dan keasrian alam di sekitarnya sehingga diadakan studi kelayakan
dengan melibatkan tokoh agama dan masyarakat setempat pada tahun 1989. Desain bangunan
pemecah gelombang di bawah permukaan air dan pembuatan karang buatan dibuat pada tahun 1992
dan diperbaharui lagi pada tahun 1998. Perlindungan pura mulai dilaksanakan sekitar bulan Juni 2000
dan selesai pada Februari 2003 melalui dana bantuan pinjaman Japan Bank for International
Cooperation (JBIC) sebesar Rp95 miliar. Keseluruhan pekerjaan meliputi bangunan Wantilan,
Pewaregan, Paebatan, Candi Bentar, penataan areal parkir, serta penataan jalan dan taman di kawasan
tanah lot.

 Pantai Kuta

Pantai Kuta adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak di kecamatan Kuta, sebelah selatan Kota
Denpasar, Bali, Indonesia. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah
menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. Pantai Kuta sering pula disebut
sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai lawan dari pantai Sanur. Selain itu, Lapangan
Udara I Gusti Ngurah Rai terletak tidak jauh dari Kuta.

Sebelum menjadi objek wisata, Kuta merupakan sebuah pelabuhan dagang tempat produk lokal
diperdagangkan kepada pembeli dari luar Bali. Pada abad ke-19, Mads Lange, seorang pedagang
Denmark, datang ke Bali dan mendirikan basis perdagangan di Kuta. Ia ahli bernegosiasi sehingga dirinya
terkenal di antara raja-raja Bali dan Belanda.

Selanjutnya, Hugh Mahbett menerbitkan sebuah buku berjudul “Praise to Kuta” yang berisi ajakan
kepada masyarakat setempat untuk menyiapkan fasilitas akomodasi wisata. Tujuannya untuk
mengantisipasi ledakan wisatawan yang berkunjung ke Bali. Buku itu kemudian menginspirasi banyak
orang untuk membangun fasilitas wisata seperti penginapan, restoran dan tempat hiburan.

Menurut A.A. Gde Putra Agung dkk dalam Sejarah Kota Denpasar 1945-1967, Pantai Kuta merupakan
pelabuhan Kerajaan Badung. Pelabuhan Kuta menjadi ramai karena adanya kegiatan dagang antara
Mataram dan Batavia yang melalui pelabuhan ini. Barang-barang yang diperdagangkan di Pelabuhan
Kuta antara lain beras, minyak kelapa, kopra, hingga budak. “Mereka yang dijadikan budak adalah
orang-orang yang tidak sanggup membayar pajak atau orang-orang hukuman. Perdagangan budak
adalah monopoli raja Badung, akan tetapi sering pula dilaksanakan secara gelap/selundupan oleh
pedagang-pedagang Bugis,” tulis A.A. Gde Putra Agung dkk dalam Sejarah Kota Denpasar 1945-1967.
Setelah perdagangan budak dilarang, para penguasa mulai memperdagangkan ternak dan hasil bumi.
Saat itulah datang John Mads Lange, pedagang berkebangsaan Denmark, yang mengatur sistem
perdagangan antarpulau yang berpusat di Kuta. Berkat usaha Lange, yang membuka kantor dagang,
Kuta menjadi pelabuhan sekaligus pusat perdagangan yang sibuk.

“Setelah Belanda menguasai Kerajaan Buleleng pada tahun 1849, peran Kuta sebagai pelabuhan mulai
mundur karena Belanda mengembangkan Pelabuhan Pabean Buleleng,” tulis A.A. Gde Putra Agung dkk.
Berkat Lange pula, sejumlah pejabat dan ilmuwan berkunjung ke Kuta. “Meskipun Lange hampir tidak
berkecimpung dalam bisnis pariwisata seperti yang kita ketahui, tamunya memulai proses
mempublikasikan Bali yang pada waktunya akan membalik reputasinya sebagai tempat yang berbahaya
dan biadab,” ujar Robert Pringle dalam A Short History of Bali: Indonesia’s Hindu Realm.
Pada awal abad ke-20, pemerintah kolonial mulai mengembangkan Bali sebagai objek wisata. Brosur-
brosur wisata mempromosikan Bali sebagai tujuan wisata. Pada 1923 kapal penumpang Belanda mulai
melayani Singaraja, dan pada 1928 wisma pemerintah di Denpasar ditingkatkan dan dibuka kembali
sebagai Hotel Bali.

Namun Kuta masih belum mendapat banyak perhatian sampai kedatangan perempuan Inggris-Amerika
bernama Vannine Walker alias K’tut Tantri, yang kelak turut dalam Revolusi Indonesia. Dia menceritakan
kenangannya tentang Kuta pada 1930-an dalam bukunya Revolusi di Nusa Damai. “Pantai di situ indah
sekali, tanpa ada sebuah rumah pun. Bahkan gubuk saja tidak ada! Yang ada hanya beberapa pura, serta
perahu nelayan yang banyak sekali jumlahnya. Kalau aku membangun rumah di situ, alangkah
nyamannya!” tulis K’tut Tantri.

Pada 1936, pasangan seniman dari Amerika Serikat Louise Garret dan Robert Koke diantar K’tut Tantri
berkeliling naik sepeda dan menyadari betapa indah Pantai Kuta. Mereka lalu membangun beberapa
bungalow untuk wisatawan yang mulai bosan dengan Denpasar. Kisah ini adalah awal mula dari Kuta
Beach Hotel, hotel pertama di Pantai Kuta.Namun, Ktut Tantri kemudian keluar dari bisnis hotel bersama
ini dan membangun hotel sendiri bernama Suara Segara. Dua hotel awal di Pantai Kuta ini bersaing
hingga meletus Perang Dunia II dan keduanya turut hancur selama perang. Menurut K’tut Tantri, Jepang
sempat menggunakan lapangan udara di dekat Kuta sebagai pangkalan operasi pengeboman.

Hingga 1960-an, Pantai Kuta masih terbilang sepi oleh wisatawan. Sampai kemudian pantai ini menjadi
tujuan para backpacker yang menganggap Sanur dan Denpasar terlalu mahal. Sejak itu, Pantai Kuta
dengan matahari terbenamnya mulai naik daun. Penduduk setempat mulai menyewakan kamar dan
membuka warung dengan makanan yang sesuai dengan selera wisatawan.

 Barong dan Keris Dance

Tari Barong Bali dipercaya sebagai metamorphosis dan berasal dari Tari Barong Ponorogo atau Reog
yang dibawa oleh Raja Airlangga saat mengungsi dan menyelamatkan diri ke Pulau Bali. Selain kesenian
tari, pelarian tersebut juga membawa pengaruh budaya lain, seperti sastra, aksara jawa, serta
keagamaan. Di Bali, Barong Ponorogo berubah bentuk serta menyesuaikan dengan certa masyarakat
Bali. Kemudian tarian ini digunakan untuk kegiatan spiritual keagamaan.Bukti pengaruh Tari Barong Bali
berasal dari Ponorogo terlihat pada bentuk barong yang tampil tanpa mahkota merak atau kucingan.
Selain itu pada topeng rangda juga mendapat pengaruh dari topeng bujang ganong.

Ada pula sekelompok makhluk yang mendalami ilmu kesaktian. Kelompok tersebut disebut warok muda
dan warok tua dengan kesakitan yang begitu hebat dan masih terjaga di Ponorogo. Bentuk barong di Bali
pun beraneka macam, seperti kepala babi, anjing, gajah dan burung yang mewakili filosofi tersendiri.

Nama barong diambil dari bahasa Sansekerta “bahruang” yang berarti binatang dengan kekuatan gaib
dan menjadi pelindung kebaikan.

Ada kepercayaan bahwa tarian ini sebenarnya berasal dari tarian Reog atau Barong Ponorogo.
Saat Raja Airlangga mengungsi untuk menyelamatkan diri ke daerah Pulau Bali, sang raja juga membawa
beberapa pengaruh seperti agama, sastra, aksara Jawa dan juga tarian ini.

Setelah dibawa oleh Raja Airlangga, tari Reog Ponorogo tersebut kemudian menyesuaikan dan juga
diadaptasi sesuai dengan cerita yang berkembang di masyarakat Bali.

Tarian ini selanjutnya digunakan untuk ditampilkan sebagai kegiatan atau ritual spiritual dan
keagamaan.

Teori mengenai asal mula tari Barong Bali yang diadaptasi dari tari Reog Ponorogo ini bukan tanpa
alasan, karena Anda dapat melihat kesamaan dari kedua seni tari tersebut.

Di mana Barong yang ditampilkan tidak menggunakan mahkota merak atau pun kucingan.

Topeng Rangda yang digunakan pada tarian Barong memiliki kemiripan dengan topeng bujang ganong
yang digunakan pada tarian Reog Ponorogo.

Bentuk Barong yang terdapat di Bali hadir dalam berbagai macam, di mana terdapat kepala anjing,
kepala babi, kepala burung dan juga kepala gajah dengan filosofinya.

Tari barong dan keris tergolong tari balih-balihan, bukan tari yang disakralkan atau dilakukan dalam
upacara adat tertentu. Kendati demikian, hal-hal magis dan gaib tetap dipergunakan guna mendukung
pertunjukkan tari ini.

Tari barong keris mengemas cerita dalam lima babak. Yang menarik dan ditunggu-tunggu tentu saja
bagian penutupnya, yakni atraksi mendebarkan dari para penari yang menunjukkan kekebalan tubuh
terhadap tusukan keris.

Tari ini ditampilkan secara reguler di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

TARI BARONG DAN KERIS

Tarian barong menggambarkan pertarungan antara ”Kebajikan” melawan kebatilan” Barong adalah
makhluk mithologi melukiskan ”Kebajikan” : dan Rangda adalah yang maha dasyat mengambarkan
”kebatilan”.

GENDING PEMBUKAAN

Barong dan kera sedang berada di dalam hutan yang lebat, kemudian datang tiga orang bertopeng yang
mengambarkan sedang membuat keributan dan merusak ketenangan hutan. Mereka bertemu dengan
kera dan akhirnya berkelahi, dimana kera dapat memotong hidung salah seorang dari mereka.

BABAK PERTAMA
Dua orang penari muncul dan mereka adalah penggikut-penggikut dari Rangda yang sedang mencari
penggikut-penggikut Dewi Kunti yang sedang dalam perjalanan untuk menemui patihnya.

BABAK KEDUA

Penggikut-penggikut Dewi Kunti tiba. Salah seorang pengikut Rangda berubah menjadi setan (Semacam
Rangda) dan memasukkan roh jahat kepada penggikut Dewi Kunti yang menyebabkan mereka menjadi
murka. Keduanya menemui patih dan bersama-sama menghadap Dewi Kunti.

BABAK KETIGA

Muncullah Dewi Kunti dengan anaknya Sahadewa dan Dewi Kunti telah berjanji kepada Rangda untuk
menyerahkan Sahadewa sebagai korban. Sebenarnya Dewi Kunti tidak sampai hati mengorbankan
anaknya Sahadewa kepada Rangda. Tetapi setan semacam Rangda memasukan roh jahat kepadanya
yang menyebabkan Dewi Kunti bisa menjadi marah dan berniat mengorbankan anaknya serta
memerintahkan kepada patihnya untuk membuang Sahadewa kedalam hutan dan Patih inipun tak luput
dari kemasukkan roh jahat oleh setan kedalam hutan. Dan patih inipun tak luput dari kemasukkan roh
jahat oleh setan kedalam dan menggikatkan dimuka istana Sang Rangda.

BABAK KEEMPAT

Turunlah Dewa Siwa dan memberikan keabadian kepada Sahadewa dan keabadian kepada Sahadewa
dan keabadian ini tidak diketahui oleh Rangda, kemudian datanglah Rangda untuk mengoyak-koyak dan
membunuh Sahadewa tetapi tidak dapat dibunuhnya karena kekebalan yang dianugrahkan oleh Dewa
Siwa. Rangda menyerah kepada Sahadewa dan memohon untuk diselamatkan agar dengan demikian dia
bisa masuk sorga, permintaan ini dipenuhi oleh Sahadewa dan Rangda mendapat Sorga.

BABAK KELIMA

Kalika adalah seorang penggikut Rangda menghadap Sahadewa. Penolakan ini menimbulkan perkelahian
dan Kalika merubah rupa menjadi “ Babi Hutan” dan didalam pertarungan antara Sahadewa melawan “
Babi Hutan “ Sahadewa mendapat kemenangan kemudian Kalika ( Babi Hutan ) ini merubah menjadi “
Burung” tetapi tetap dikalahkan. Dan akhirnya Kalika ( Burung ) berubah rupa lagi menjadi Rangda. Oleh
karena saktinya Rangda ini maka Sahadewa tidak dapat membunuhnya dan akhirnya Sahadewa berubah
berupa menjadi Barong. Karena sama saktinya maka pertarungan antara Barong melawan Rangda ini
tidak ada yang menang dan dengan demikian pertarungan dan perkelahian ini berlangsung terus abadi
“Kebajikan” melawan “Kebatilan” kemudian munculah pengikut-pengikut Barong masing-masing dengan
kerisnya yang hendak menolong Barong dalam pertarungan melawan Rangda. Mereka ini semuanya pun
tidak berhasil melumpuhkan kesaktian Sang Rangda.

 Bajra Sandi
Monumen Bajra Sandhi atau disebut juga Monumen Perjuangan Rakyat Bali adalah monumen
perjuangan rakyat Bali yang terletak di Renon, Kota Denpasar, Bali. Monumen ini menempati areal yang
sangat luas, ada beberapa lapangan bola di sekelilingnya.

Monumen Bajra Sandhi merupakan Monumen Perjuangan Rakyat Bali untuk memberi hormat pada para
pahlawan serta merupakan lambang pesemaian pelestarian jiwa perjuangan rakyat Bali dari generasi ke
generasi dan dari zaman ke zaman serta lambang semangat untuk mempertahankan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari 17 anak tangga yang ada di pintu utama, 8 buah
tiang agung di dalam gedung monumen, dan monumen yang menjulang setinggi 45 meter. Lokasi
monumen ini terletak di depan Kantor Gubernur Kepala Daerah Provinsi Bali yang juga di depan Gedung
DPRD Provinsi Bali Niti Mandala Renon persisnya di Lapangan Puputan Renon.

Monumen ini dikenal dengan nama "Bajra Sandhi" karena bentuknya menyerupai bajra atau genta yang
digunakan oleh para Pendeta Hindu dalam mengucapkan Weda (mantra) pada saat upacara keagamaan.
Monumen ini dibangun pada tahun 1987, diresmikan oleh Presiden Megawati Sukarno Putri pada
tanggal 14 Juni 2003. Tujuan pembangunan monumen ini adalah untuk mengabadikan jiwa dan
semangat perjuangan rakyat Bali, sekaligus menggali, memelihara, mengembangkan serta melestarikan
budaya Bali untuk diwariskan kepada generasi penerus sebagai modal melangkah maju menapak dunia
yang semakin sarat dengan tantangan dan hambatan.

Sejarah Museum Bajra Sandhi memiliki arsitektur khas tradisional Bali. Pembangunannya sarat akan
makna filosofi agama Hindu. Kata Bajra sendiri memiliki arti genta. Pendeta Hindu sering menggunakan
genta ketika mengucapkan mantra dalam upacara keagamaan. Selain itu elemen-elemen Hindu yang
ada di dalam monumen adalah:

1. Guci Amertha, disimbolkan dengan kumbha (semacam periuk) yang dapat dilihat di bagian atas
monumen Ekor Naga Basuki, terwujud dekat Swamba dan kepalanya pada Kori Agung
2. Badan Bedawang Akupa yang diwujudkan pada landasan monumen, kepalanya pada Kori Agung
3. Gunung Mendara Giri yang diwujudkan dengan monumen menjulang tinggi
4. Kolam yang mengelilingi monumen, diibaratkan sebagai Ksirarnawa (lautan susu).

Tidak hanya memiliki nilai filosofi Hindu, monumen Bajra Sandhi juga sarat akan simbol kemerdekaan.
Anak tangga yang berada di pintu utama monumen berjumlah 17. Tiang agung yang berada di bagian
dalam monumen jumlahnya 8 yang memiliki ketinggian 45 meter. Angka-angka tersebut adalah tanggal
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Memasuki areal bangunan objek wisata Monumen Bajra Sandhi Denpasar pada lantai dasar anda bisa
menikmati sejumlah photo-photo sejarah yang berisi tentang perjuangan rakyat dalam mengusir
penjajahan, terdapat juga photo dari masa-masa Bali tempo dulu. Pada lantai ini juga ada kolam ikan
yang membuat tempatnya lebih kelihatan asri dan menarik.

Di lantai dua bangunan Monumen Bajra Sandhi terdapat 33 diaroma yang menceritakan kehidupan
masyarakat Bali dari jaman prasejarah, kerajaan, penjajahan dan peperangan sampai kemerdekaan dan
pasca kemerdekaan. Adegan dalam miniatur tersebut dijelaskan dalam bahasa Bali, Indonesia dan
Inggris. Di bagian lantai monumen, sekarang ini dijadikan sebagai tempat rekreasi foto 3 dimensi yang
dikenal dengan museum I Am Bali.

Setelah puas menikmati dan memahami diaroma tersebut termasuk sejarah dan kegigihan rakyat Bali
melawan kolonialisme, selanjutnya anda bisa menuju tangga melingkar yang mengantar anda ke
pertengahan puncak gedung. Dari bagian bangunan Monumen Bajra Sandhi inilah wisatawan bisa
menikmati keindahan kota Denpasar, terutama di dekat lapangan Niti Mandala Renon.

Monumen di kota Denpasar ini, bisa menjadi tempat wisata sejarah tentang perjuangan rakyat mengusir
penjajah, yang bisa menambah pengalaman liburan anda di pulau Dewata. Selain sebagai tempat wisata
sejarah, kawasan ini dilengkapi juga dengan berbagai jenis permainan untuk anak-anak, lapangan luas
sebagai tempat rekreasi, termasuk juga rekreasi ke museum 3D yang sekarang ini cukup populer.

Pembangunan Monumen Bajra Sandhi digagas oleh Prof Ida Bagus Matra yang juga sebagai pendiri dari
Taman Budaya Bali, dengan arsitektur Ir. Ida Bagus Gede Yadnya, mulai dibangun pada tahun 1987 dan
diresmikan pada tanggal 14 Juni 2003 oleh Presiden Megawati.

Di depan Monumen Bajra Sandhi Denpasar ini juga pada setiap tahunnya digelar parade pembukaan
Pesta Kesenian Bali. Sedangkan Pesta Kesenian tersebut dibuka sebulan penuh, mulai pertengahan Juni
saat mulai liburan sekolah.

 Pantai Pandawa

Terletak di desa kutuh, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, terletak sekitar 3 km dari kawasan
wisata Nusa Dua dan Pura Uluwatu. Awalnya, Pantai Pandawa dikenal sebagai Pantai Rahasia, karena
tersembunyi di balik deretan bukit berbatu yang hanya ditumbuhi semak-semak.

Pembukaan Pantai Pandawa ini dimulai pada tahun 2010 dengan membuka tebing kapur untuk memberi
akses jalan menuju pantai ini. Pantai ini sebelumnya disebut Pantai Melasti ini diambil dari nama cerita
epos Maha Barata. Pandawa yang beranggotakan Yudhistira, Bima, Arjuna, dan si kembar Nakula dan
Sadewa terkurung dalam Goa Gala-Gala. Mereka menyelamatkan diri dengan membuat terowongan.
Setelah berhasil menyelamatkan diri, mereka mengubah hutan belantara yang angker menjadi kerajaan
Amertha. Pada tanggal 27 Desember 2012 Pantai Melasti resmi dirubah menjadi Pantai Pandawa. Sejak
saat itu Pantai ini menjadi salah satu destinasi wisata yang menambah daftar panjang pantai yang ada di
Pulau Bali.

Sebelum diresmikan namanya sebagai Pantai Pandawa, pantai ini dikenal dengan nama Pantai Rahasia
atau Secret Beach.

Karena dulunya pantai ini berada di balik tebing kapur yang sangat besar dan pada tahun 2010 tebing
tersebut dibelah untuk akses jalan bagi wisatawan.
Pada tahun 2012, secara seremonial melalui acara Pandawa Beach Festival, pantai ini diresmikan
namanya sebagai Pantai Pandawa. Nama Pantai Pandawa diambil dari kisah Mahabharata. Di mana para
Pandawa dikurung dalam Goa Gala-Gala kemudian membebaskan diri dan bertemu dengan seekor tikus.

Tikus tersebut yang mencarikan para Pandawa jalan keluar dengan membuat sebuah terowongan.

Cerita tersebut sama persis dengan perjalanan Nyoman Kesit yang mempunyai ide mengembangkan
Pantai Pandawa yang berada di balik tebing kapur menjadi destinasi wisata. Bagaikan cerita seekor tikus
yang membuat sebuah terowongan untuk jalan keluar para Pandawa.

Terowongan itu adalah jalan yang membelah tebing kapur untuk membuat akses jalan menuju pantai.

Kemudian ide tersebut sampai ke pemerintah pusat dan dinas pariwisata setempat, yang langsung
mengerahkan kontraktor untuk segera membelah tebing guna membuka akses jalan menuju pantai.

Mengutip laman Dinas Pariwisata Provinsi Bali, begitu memasuki kawasan Pantai Pandawa, pengunjung
akan disuguhi panorama tebing yang menjulang tinggi dan mengapit jalan sepanjang 1,5 km. Di samping
itu, liukan ombak, pasir putih, dan Samudera Hindia siap menemani perjalalanan dan memanjakan mata
para pelancong.

Mendekati area pantai, wisatawan akan disapa beberapa gua yang dihiasai ornamen patung batu putih
yang terinspirasi dari Panca Pandawa (lima bersaudara legenda Mahabharata).

Selain menikmati panorama alam sekitar dan berfoto ria, pengunjung bisa melakukan kegiatan rekreasi
lainnya, seperti paralayang. Untuk menjajal aktivitas ini, pengunjung mesti berkunjung ke Bukit Timbis
yang terletak tidak jauh dari Pantai Pandawa. Walau demikian, keindahan Pantai Pandawa yang lebih
luas dapat dirasakan lewat aktivitas yang satu ini.

Menuju Pantai Pandawa

Untuk berkunjung ke pantai berjuluk "the secret beach" ini bisa dilakukan lewat Bandara Internasional
Ngurah Rai dengan jarak tempuh sekitar 18 km atau kurang lebih 1 jam. Sedangkan, jaraknya dari pusat
kota Denpasar sekitar 27 km melalui jalur tol Bali Mandara.Memasuki area Pantai Pandawa, pengunjung
akan disambut gerbang dengan empat akses masuk yang dapat dilewati kendaraan. Seluruhnya
menyerupai gerbang jalan tol, hanya saja terbuat dari batu kapur putih. Di salah satu gerbang masuk ini,
pengunjung akan membayar biaya tiket masuk dan parkir kendaraan.

Aktivitas di Pantai Pandawa

Pantai eksotis yanng sarat akan unsur budaya ini menyuguhi para pengunjung dengan beragam aktivtias
yang bisa dijajal. Dengan harga tiket masuk Rp 8.000 untuk wisatawan domestik (dewasa), Rp 4.000
untuk anak-anak, dan Rp 15.000 untuk wisatawan mancanegara (wisman), pengunjung bisa berenang di
bawah ombak yang relatif tenang, jernih, dan pasir putih yang bersih.
Pengunjung juga bisa berjemur dan bersantai di tepian Pantai Pandawa atau berkeliling pantai
menggunakan kano.

Selain itu, terdapat budidaya rumput laut yang dilakukan oleh warga setempat. Wisatawan bisa melihat
langsung proses mengikat, menanam, sampai menjemur rumput laut yang dilakukan oleh para petani.

Bukan cuma itu, wisatawan yang berkunjung juga bisa menyewa jasa pijat tradisional yang banyak
ditawarkan penduduk lokal dengan harga yang bervariasi, mulai dari Rp 40.000 (pijat refleksi kaki - 30
menit) hingga Rp 130.000 (Pandawa massage - 90 menit). Namun, harga dapat berubah sewaktu-waktu.

Puas menjajal berbagai aktivitas pantai, jangan lupa untuk mampir di toko oleh-oleh yang berjejer di
sekitar kawasan Pantai Pandawa. Dengan harga yang relatif terjangkau, wisatawan bisa berbelanja,
mulai dari pakaian, kain, camilan, sampai kerajinan-kerajinan unik khas Bali.

Fasilitas Pantai Pandawa

Seperti kebanyakan destinasi wisata Bali lainnya, Pantai Pandawa sudah dilengkapi dengan fasilitas
wisata yang tersedia untuk para pengunjung, mulai dari toilet, ruang ganti, hingga kamar mandi.

Selain itu, terdapat pula area free wifi, warung makan, toko kerajinan, hotel, vila, dan sejumlah mini
market.

 Sangeh

Desa Sangeh merupakan desa/kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Abiansemal, Kabupaten
Badung, Provinsi Bali, Indonesia. Desa Sangeh memiliki kawasan objek wisata hutan pala yang dihuni
ratusan ekor kera. Objek wisata tersebut sangat dikenal oleh wisatawan domestik maupun
mancanegara. Selain pemimpin secara kedinasan Desa Adat Sangeh juga dipimpin oleh Bendesa yang
saat ini dijabat oleh Ida Bagus Dipayana. Batas wilayah Desa Adat Sangeh yaitu sebelah utara berbatasan
dengan Desa Adat Carangsari Kecamatan Petang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Adat
Blahkiuh, sebelah barat berbatasan dengan Desa Adat Cau Kabupaten Tabanan, dan sebelah timur
berbatasan dengan Desa Adat Selat.

Sangeh yang terletak sekitar 21 kilometer sebelah utara kota Denpasar, tepatnya Terkenal dengan hutan
yang berpenghuni ratusan monyet yang cukup jinak.

Dalam hutan ini terdapat beberapa pura seperti Pura Melanting, Pura Tirta, Pura anyar dan yang
terbesar adalah Pura Bukit Sari. Berdasar catatan sejarah, Pura Bukit Sari terkait erat dengan Kerajaan
Mengwi, dan dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti, yang merupakan anak
angkat dari Raja Mengwi Cokorda Sakti Blambangan.

Anak Agung Anglurah Made Karang Asem Sakti melakukan tapa Rare, yaitu bertapa seperti bayi/anak-
anak, dan mendapat ilham untuk membuat Pelinggih atau Pura di hutan Pala Sangeh, yang saat ini
dikenal sebagai Pura Bukit Sari yang berada di tengah Hutan Pala.
Nama Sangeh diyakini masyarakat sekitar terkait erat dengan Hutan Pala, yang berasal dari dua kata
“Sang” yang berarti orang dan “Ngeh” yang berarti melihat, atau orang yang melihat. Konon kayu-kayu
Pala dalam perjalanan dari Gunung Agung di Bali Timur menuju perjalanan ke Bali Barat, tapi karena ada
orang yang melihat, pohon-pohon tersebut berhenti di tempat yang sekarang dikenal sebagai
Sangeh.Selain terkenal dengan 600 ekor kera abu ekor panjang (Macaca fascicularis) yang jinak, Sangeh
juga dikenal karena adanya kawasan hutan homogen seluas 10 hektar berisikan hutan Pala
(Dipterocarpus trinervis) yang berumur ratusan tahun, serta adanya Pura Bukit Sari peninggalan
Kerajaan Mengwi pada abad ke 17serta adanya Pohon Lanang Wadon.Masyarakat sekitar menganggap
kera-kera di Sangeh sebagai jelmaan Prajurit Putri yang dianggap sebagai kera suci, sehingga keberadaan
mereka tak boleh diganggu karena mereka dianggap membawa berkah bagi masyarakat Sangeh. Seperti
layaknya kehidupan manusia Bali, mereka mempunyai 3 kelompok atau Banjar, masing-masing Banjar
Timur, Banjar Tengah dan Banjar Barat dimana setiap banjar memiliki pemimpin kelompok.

Dalam kehidupan kelompok para kera juga mengenal persaingan antara pejantan untuk
memperebutkan menjadi Raja dan masing-masing kelompok akan memperebutkan wilayah kekuasaan
di Bnjar Tengah yang memiliki sumber makanan terbanyak.

Siapapun boleh berkunjung ke tempat ini, kecuali bagi wanita yang sedang haid atau orang yang sedang
ditinggal mati keluarganya. Hal tersebut untuk menjaga kesakralan pura yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat Sangeh.

 Pusat Oleh-oleh Cening Bagus

Cening BagusCening Bagus berdiri pada tanggal 27 April 2009, berdiri di tanah milik desa yang berada di
Jln. Raya Batu bulan 100X, Sukowati, Gianyar, Bali. Cening Bagus berdiri atas gagasan untuk mambantu
pengrajin kecil di Gianyar bali. Perusahaan ini berdiri dari nol/usaha kecil, setiap dua bulan sekali Cening
Bagus melakukan evaluasi untuk pengembangan selanjutnya. Dalam pendirian Cening Bagus terdapat
visi dan misi cening bagus, visi dari Cening Bagus adalah “Membantu pengrajin kecil (home industri)
menuju kesejahteraan”, sedangkan misi dari cening bagus adalah “Pariwisata Bali makin lama makin
berkembang seiring dengan himbauan pemerintah Bali khususnya bidang pariwisata untuk ikutan
dildalam memajukan pariwisata di Bali”, yang membuat Cening Bagus dapat dkembangkan seperti saat
ini.Cening Bagus sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa dan penjualan produk oleh-
oleh khas Bali. Cening Bagus juga mempunyai peranan penting dalam kebangkitan perkembangan wisata
di Bali, khususnya paska ledakan bom (dikenal dengan Bom Bali I dan II) dimana Cening Bagus menjual
pelayanan jasa/memandu kepada wisatawan dalam menjalajahi pariwisata di Bali. Selain itu Cening
Bagus juga berperan penting dalam pengembangan industri, khususnya industri-industri kerajinan
perumahan, dimana Cening Bagus merekomendasikan para wisatawan yang menggunakan jasanya
untuk berkunjung kegalerinya yang berisi berbagai produk khas Bali dan luar Bali. Cening Bagus juga
bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya memajukan pariwisata di bali. Di Cening Bagus pula,
kami rombongan dari Smansa Mewah melakukan makan siang dan sholat dzuhur. Setelah selesai, kami
pun segera kembali ke bus masing-masing kemudian melanjutkan perjalanankembali.
Bali sebagai tujuan liburan dan wisata dunia, menawarkan banyak hal untuk dinikmati, pulau kecil ini
begitu cantik dengan pesona keindahan alam bawah lautnya, pantai, danau, sawah berundak dan juga
air terjun, termasuk juga berbagai budaya dan tradisi yang dimilikinya.

Selain menawarkan banyak objek wisata alam menarik dengan berbagai macam budaya serta tradisinya
yang unik, pulau Dewata Bali juga menawarkan sejumlah tempat wisata Belanja, baik itu belanja di pasar
modern dan juga pasar tradisional. Bagi wisatawan yang sedang liburan keperluan untuk belanja oleh-
oleh khas Bali adalah menjadi agenda wajib dalam perjalanan tour dan salah satu tempat atau pusat
oleh-oleh khas Bali adalah Cening Bagus.

Tempat belanja oleh-oleh khas Bali ini lokasinya sendiri sangat strategis di jalan raya utama Batubulan,
Sukawati di kabupaten Gianyar, berdekatan dan berada searah perjalanan ke kawasan pariwisata Ubud.

Jika anda mendengar nama Sukawati, tentunya tidak asing lagi dengan pasar seni Sukawati termasuk
juga pasar Seni Guwang yang terletak di Sukawati, selain dua tempat tersebut yang menjadi tujuan
wisata belanja di Sukawati Gianyar, sekarang hadir juga juga pasar oleh-oleh modern yang bernama
Cening Bagus.

Toko Cening Bagus ini adalah salah satu pusat belanja oleh-oleh khas Bali koleksi barang lengkap dan
lebih murah, pasar modern yang menyediakan berbagai koleksi barang-barang kerajinan tradisional khas
Bali menjadi tujuan alternatif belanja yang memberikan kenyamanan dan kemudahan.

Pusat oleh-oleh Bali di toko Cening Bagus di Gianyar ini sangat lengkap, berbagai barang yang biasanya
anda bisa temukan di pasar-pasar seni ini, maka anda bisa temukan dengan mudah di tempat ini juga.

Semua barang tertata dengan bagus dan dikelompokkan sehingga anda yang ingin mencari barang-
barang tertentu bisa menemukannya dengan mudah, atau jika anda masih belum menemukannya, staf
yang ramah akan siap membantu anda. Belanja di pasar modern seperti swalayan yang ditawarkan di
pusat oleh-oleh Bali Cening Bagus ini, tentunya memberikan banyak kemudahan, anda tidak perlu
khawatir kehujanan ataupun kepanasan, tidak perlu lagi tawar- menawar seperti jika anda berbelanja di
pasar-pasar seni ataupun pasar tradisional lainnya.

Semua harga sudah harga pas tidak bisa ditawar lagi, anda bisa membandingkan harga yang anda
dapatkan di toko Cening Bagus ini dengan harga di pasar seni, harga yang masuk akal dan lebih murah.
Seperti halnya toko oleh-oleh lainnya, pusat oleh-oleh khas Bali Cening Bagus di Batubulan Gianyar ini
menawarkan berbagai jenis kerajinan lokal bahan kerajinan anyaman, pernak-pernik, cangkir, kerajinan
patung, ukiran, lukisan, kain tenun, pakaian, selimut, camilan dan berbagai jenis lainnya yang bercirikan
tentang Bali.

Bangunan toko dari Cening Bagus ini terdiri dari dua lantai, koleksi lengkap dan barang-barang tertata
rapi, yakin membuat anda nyaman dan apa yang anda perlukan dengan keperluan oleh-oleh di Bali bisa
terpenuhi.
Pusat oleh-oleh khas Bali Cening Bagus ini lokasinya memang sangat strategis di jalan raya utama
Batubulan, banyak objek wisata dan tempat rekreasi yang lokasinya berdekatan dan searah perjalanan
dengan pusat oleh-oleh di Gianyar ini

Jika anda menyusun itinerary tour ke arah Sukawati, Bali Bird park, Bali Zoo, air terjun Tegenungan,
Ubud, Kintamani, termasuk juga tour ke Celuk dan pusat pementasan tari Barong ke Batubulan, anda
bisa mengatur tour dengan mudah dan berkunjung ke Cening Bagus lebih efisien waktu, karena
lokasinya berdekatan.

Sarana dan fasilitas yang disediakan di pusat oleh-oleh Cening Bagus cukup lengkap, seperti sarana
parkir yang luas, termasuk juga untuk parkir bus pariwisata berbadan besar, kamar mandi dan toilet.

Sejumlah anjungan tunai mandiri (ATM), gazebo tempat supir, pemandu wisata ataupun tour guide
menunggu wisatawan yang sedang belanja, termasuk sejumlah warung makanan dan minuman.

Di sejumlah kawasan pariwisata Bali, memang terdapat banyak tempat wisata belanja oleh-oleh
modern, seperti toko Krisna, Keranjang Bali, Erlangga, Kampung Nusantara dan Agung Bali, hadirnya
Cening Bagus ini akan memberikan alternatif lain, melengkapi kebutuhan liburan anda.

 Joger

Joseph Theodorus Wuliandi (lahir 5 September 1951) adalah pendiri dan pemilik pabrik Joger. Pada
sekitar tahun 1970an, ia yang sedang menempuh kuliah di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat,
berkenalan dengan Gerhard Seeger. Keduanya menjadi kawan akrab yang sangat baik seperti saudara
mungkin. Saking baiknya, saat Mr Joger menikah dengan istrinya Ibu Ery Kusdarijati, Mr Gerhard Seeger
rela memberikan hadiah uang sebesar USD 20.000.

Uang yang banyak itu, jika di rupiahkan, akhirnya dipakai untuk modal usaha. Awalnya sih tak terpikirkan
nama apa, tapi karena mengingat kebaikan sang sahabat, jadilah Pak Joseph menggunakan nama
Gerhard dalam bisnisnya. Pak Joseph berinisiatif menggabungkan namanya dan Mr. Gerhard menjadi
satu. Jadilah nama Joger tersebut, jika dilihat saksama merupakan gabungan Joseph dan Gerhard.
Bermula dari satu toko souvenir kecil di Jalan Sulawesi, Denpasar, di depan Pasar Badung, nama Joger
resmi dilahirkan tanggal 19 Januari 1981.

Nama Joger ini melekat terus, hingga akhirnya pada tanggal 7 Juli 1987, Joger membuka satu toko
souvenir besar di Jalan Raya Kuta, Bali, yang semakin ramai, hingga kini. Tadinya yang hanya berencana
membuka satu toko besar akhirnya memilih membuka satu lagi. Alasanya karena membludaknya
pengunjung yang mengejutkan si pemilik sendiri. Mereka sampai memenuhi jalan di depan toko,
membuat kemacetan, dan tempat parkir kecil itu selalu penuh oleh berbagai kendaraan bermotor.
Dulu (sebelum 1981) kata atau gabungan dari lima hurup J+O+G+E+R memang belum pernah ada atau
setidak-tidaknya belum pernah kita lihat maupun dengar dipakai dimanapun, kapanpun maupun oleh
siapapun juga, tapi pada akhir tahun 1980, ketika kami merencanakan untuk memilih sebuah nama bagi
toko kecil kami yang waktu itu akan kami buka di jl.Sulawesi 37, Denpasar (tepat didepan Pasar Badung
– Pasar Tradisional terbesar di Bali), oleh pihak kantor perdagangan, kami diminta dan bahkan
diwajibkan untuk memilih sebuah nama bagi toko kami, agar toko kami bisa dibedakan dengan toko-
toko orang lain yang tentu saja juga atau bahkan sudah punya nama, seperti Toko Sinar Mas, Toko
Merdeka, Toko Jaya Abadi, Toko Murah, Toko Sederhana dan lain- lainnya, tapi kami atau saya (Joseph
Theodorus Wulianadi) yang terlahir pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1951 (diatas sebuah tempat tidur)
dikota Denpasar (ibu kota Bali) yang tampaknya memang sudah terbiasa untuk bersikap “lain daripada
yang lainya” (suka nyeleneh) waktu itu seperti biasa atau secara alami, subyektif, otonom (merdeka) dan
wajar menolak untuk menamai toko kami dengan nama yang umum atau apalagi yang berbau ” public
domain”. Dan seperti yang juga saya lakukan, waktu itupun saya (untuk beberapa hari) memutar
otak(berpikir/berdebat dengan diri saya sendiri), merenung dan bermeditasi untuk mengotak- atik
beberapa huruf maupun kata untuk diolah menjadi sebuah nama yang minimal harus benar-benar
uniek. Dan waktu itu bukanlah hanya sekadar kebetulan kalau kami/ saya memilih lima huruf berbunyi
JOGER untuk menamakan toko kami yang akan kami buka waktu itu sedang kami urus izin dagangnya.
Karena gabungan lima huruf berbunyi JOGER itu memang sengaja kami buat bukan hanya karena benar-
benar lain daripada yang lain, melainkan juga karena nama/ istilah/ bunyi JOGER itu adalah juga
merupakan sebuah itikat/ niat/ hasrat/ tujuan/ maksud yang murni muncul dan keluar dari lubuk hati
kami yang terdalam untuk mengenang dan/ atau menghargai kebaikan Mr.Gerhard Seeger mantan
teman sekolah saya dulu (di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat, tahun 1970-an) yang telah
menghibahkan dana segar sebesar US $ 20.000 sebagai hadiah pernikahan kami(saya dan istri saya
tercinta Ery Kusdarijati) dimana nama JOGER (huruf E-nya dibaca seperti ” E” dalam menyebut “ENAK”
atau “EKONOMI” ) itu adalah merupakan penggabungan antara dua huruf nama depan saya JOseph
Theodorus Wulianadi dengan tiga huruf nama depan teman kami Mr. GERhard Seeger, dimana
disamping memang benar-benar berbunyi baru ( murni hasiinovasi kami/ bukan karya orang lain/bukan
public domain), berbeda dan uniek, ternyata nama JOGER ini memang juga mudah diingat, enak di
dengar, berbau jantan dan kami juga memang benar-benar suka pada nama dan bunyi JOGER tersebut.
Lalu mulai tanggal 19 Januari 1981 (hari lahir JOGER ), nama JOGER itu pun secara praktis, de facto dan
benar-benar terbuka (di forum publicum) kami pakai untuk menamakan toko kami yang pertama
tersebut, karena waktu itu di samping mencantumkannya dalam izin dagang kami,nama JOGER juga
sudah langsung kami cantumkan pada papan nama toko kami.yang waktu ini (ma’af!) masih perlu dan
masih boleh berbunyi & berbau kebarat-baratan,yaitu “ART & BATIK SHOP JOGER” yang yang kami
pajang di bagian depan atas toko kami.Dan sejak itu pulalah sebenarnya nama JOGER murni merupakan
hasil rekayasa atau ciptaan saya/kami tersebut mulai kami pakai, jaga, pelihara serta
tumbuhkembangkan nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, ekonomi maupun spiritualnya dalam kiprah kami
sebagai “pengusaha yang seniman” atau “seniman yang pengusaha” justru dengan senantiasa bersikap
BAJU2RA6BER alias bersikap BAik, JUjur, RAmah, RAjin, BERtanggung jawab, BERani, BERinisiatif,
BERsyukur dan sehingga kami pun bisa benar-benar BERmanfaat bukan hanya bagi diri atau toko kami
secara sempit saja,melainkan juga bermanfaat bagi para stakeholder (sesama) maupun bagi lingkungan
SEJARAH SINGKAT TENTANG NAMA JOGER

Dulu (sebelum 1981) kata atau gabungan dari lima hurup J+O+G+E+R memang belum pernah ada atau
setidak-tidaknya belum pernah kita lihat maupun dengar dipakai dimanapun, kapanpun maupun oleh
siapapun juga, tapi pada akhir tahun 1980, ketika kami merencanakan untuk memilih sebuah nama bagi
toko kecil kami yang waktu itu akan kami buka di jl.Sulawesi 37, Denpasar (tepat didepan Pasar Badung
– Pasar Tradisional terbesar di Bali), oleh pihak kantor perdagangan, kami diminta dan bahkan
diwajibkan untuk memilih sebuah nama bagi toko kami, agar toko kami bisa dibedakan dengan toko-
toko orang lain yang tentu saja juga atau bahkan sudah punya nama, seperti Toko Sinar Mas, Toko
Merdeka, Toko Jaya Abadi, Toko Murah, Toko Sederhana dan lain- lainnya, tapi kami atau saya (Joseph
Theodorus Wulianadi) yang terlahir pada tanggal 9 bulan 9 tahun 1951 (diatas sebuah tempat tidur)
dikota Denpasar (ibu kota Bali) yang tampaknya memang sudah terbiasa untuk bersikap “lain daripada
yang lainya” (suka nyeleneh) waktu itu seperti biasa atau secara alami, subyektif, otonom (merdeka) dan
wajar menolak untuk menamai toko kami dengan nama yang umum atau apalagi yang berbau ” public
domain”. Dan seperti yang juga saya lakukan, waktu itupun saya (untuk beberapa hari) memutar
otak(berpikir/berdebat dengan diri saya sendiri), merenung dan bermeditasi untuk mengotak- atik
beberapa huruf maupun kata untuk diolah menjadi sebuah nama yang minimal harus benar-benar
uniek. Dan waktu itu bukanlah hanya sekadar kebetulan kalau kami/ saya memilih lima huruf berbunyi
JOGER untuk menamakan toko kami yang akan kami buka waktu itu sedang kami urus izin dagangnya.
Karena gabungan lima huruf berbunyi JOGER itu memang sengaja kami buat bukan hanya karena benar-
benar lain daripada yang lain, melainkan juga karena nama/ istilah/ bunyi JOGER itu adalah juga
merupakan sebuah itikat/ niat/ hasrat/ tujuan/ maksud yang murni muncul dan keluar dari lubuk hati
kami yang terdalam untuk mengenang dan/ atau menghargai kebaikan Mr.Gerhard Seeger mantan
teman sekolah saya dulu (di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman Barat, tahun 1970-an) yang telah
menghibahkan dana segar sebesar US $ 20.000 sebagai hadiah pernikahan kami(saya dan istri saya
tercinta Ery Kusdarijati) dimana nama JOGER (huruf E-nya dibaca seperti ” E” dalam menyebut “ENAK”
atau “EKONOMI” ) itu adalah merupakan penggabungan antara dua huruf nama depan saya JOseph
Theodorus Wulianadi dengan tiga huruf nama depan teman kami Mr. GERhard Seeger, dimana
disamping memang benar-benar berbunyi baru ( murni hasiinovasi kami/ bukan karya orang lain/bukan
public domain), berbeda dan uniek, ternyata nama JOGER ini memang juga mudah diingat, enak di
dengar, berbau jantan dan kami juga memang benar-benar suka pada nama dan bunyi JOGER tersebut.
Lalu mulai tanggal 19 Januari 1981 (hari lahir JOGER ), nama JOGER itu pun secara praktis, de facto dan
benar-benar terbuka (di forum publicum) kami pakai untuk menamakan toko kami yang pertama
tersebut, karena waktu itu di samping mencantumkannya dalam izin dagang kami,nama JOGER juga
sudah langsung kami cantumkan pada papan nama toko kami.yang waktu ini (ma’af!) masih perlu dan
masih boleh berbunyi & berbau kebarat-baratan,yaitu “ART & BATIK SHOP JOGER” yang yang kami
pajang di bagian depan atas toko kami.Dan sejak itu pulalah sebenarnya nama JOGER murni merupakan
hasil rekayasa atau ciptaan saya/kami tersebut mulai kami pakai, jaga, pelihara serta
tumbuhkembangkan nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, ekonomi maupun spiritualnya dalam kiprah kami
sebagai “pengusaha yang seniman” atau “seniman yang pengusaha” justru dengan senantiasa bersikap
BAJU2RA6BER alias bersikap BAik, JUjur, RAmah, RAjin, BERtanggung jawab, BERani, BERinisiatif,
BERsyukur dan sehingga kami pun bisa benar-benar BERmanfaat bukan hanya bagi diri atau toko kami
secara sempit saja,melainkan juga bermanfaat bagi para stakeholder (sesama) maupun bagi lingkungan
hidup yang konon sama-sama kita cintai serta dambakan kelestariannya secara wajar (adil & beradap)
dan berkesinambungan. Demikianlah, dulu sebelum 19 Januari1981sama sekali belum pernah ada pihak
lain yang melihat, mendengar, memakai, tertarik, perduli, menjaga, memelihara serta
menumbuhkembangkan nama JOGER sampai boleh dan bisa menjadi sebuah nama besar dan harum
yang bahkan sering kali dianggap identik dengan T Shirt-T Shirt atau kaus-kaus (kaos-kaos) maupun
souvenir-souvenir dengan disain kata-kata uniek/khas Mr. Joger yang walau pun sebenarnya sudah
punya kemampuan, peluang maupun permintaan pasar yang sangat besar untuk membuka cabang atau
mengembangkan sayap ke mana-mana, tapi karena merasa dan sadar bahwa kami bukanlah pohon yang
harus bercabang-cabang dan juga bukan burung yang harus mengembangkan sayap ke sana ke mari,
maka sejak tanggal 7 Juli 1987 (777), di samping memutuskan untuk punya hanya satu toko yang
terletak di Jl. Raya Kuta (sejak dulu memang tanpa nomer), Kuta,Bali ini saja, kami juga secara tegas
membatasi pembelian kaus-kaus (T-Shirts) JOGER, dan juga secara tegas melarang penjualan semua
produk bermerek dagang, bercap JOGER dan bertanda tangan JOGER untuk di perjual belikan sebagai
komoditi biasa di luar satu-satunya gerai kami yang sejak 1990 sudah kami sebut sebagai Pabrik Kaya-
Kata JOGER, (Jl, Raya Kuta, Kuta, Bali).

 Bedugul

Bedugul merupakan daerah wisata dengan danau dan gunung di Bali, Indonesia, yang terletak di bagian
tengah pulau dekat Danau Bratan antara Denpasar dan Singaraja. Daerah ini termasuk desa Bedugul itu
sendiri, Candikuning, Pancasari, Pacung dan Wanagiri.

Bedugul terletak di Kabupaten Tabanan, 48 kilometer (30 mil) utara kota Denpasar atau 20 kilometer (12
mil) selatan Singaraja. Di daerah ini ada tiga danau kawah, yaitu Danau Bratan, Danau Buyan, dan Danau
Tamblingan.

Ada beberapa cerita yang menyebutkan sejarah asal-usul nama tempat wisata ini sehingga disebut
Bedugul. Cerita pertama adalah, Bedugul diambil dari dua kata “Bedug” karena keberadaan kelompok
komunitas Muslim di sekitar Bedugul dan “Kul” dari Kul-kul yang merupakan alat komunikasi tradisional
untuk orang Bali yang fungsinya hampir sama. sebagai kentongan. Penggabungan dua kata ini kemudian
menjadikan nama daerah ini disebut Bedugul. Kisah sejarah lainnya adalah asal usul nama Bedugul, yaitu
pada zaman kuno ada seorang raja yang sedang mandi di Danau Beratan dan secara tidak sengaja
terlihat oleh penduduk setempat, sementara mereka mengatakan bedogol sang Raja terlihat. Itulah
beberapa versi penamaan tempat wisata Bedugul.

Daya Tarik Danau Bedugul

Tempat wisata utama di Bedugul adalah Pura Ulun Danu Bratan dan Bali Botanic Garden. Bali Botanic
Garden dibuka pada tahun 1959. Kebun raya ini memiliki luas 157,5 hektar ([convert: unknown unit]),
merupakan salah satu kebun raya terbesar di Indonesia.
Danau Yang Terletak Sekitar Danau Bedugul

Danau Bratan merupakan danau yang terletak di Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan, Bali. Danau paling timur di antara dua danau lainnya, yaitu Danau Tamblingan dan
Danau Buyan, yang merupakan gugusan danau kembar di kaldera besar, Danau Bratan cukup istimewa.

Berada di jalur jalan provinsi yang menghubungkan Denpasar-Singaraja dan lokasinya yang dekat dengan
Kebun Raya Eka Karya menjadikan tempat ini salah satu tempat wisata utama di Pulau Bali. Selain
mudah diakses, Danau Bratan juga menyediakan beragam pesona dan akomodasi yang memadai. Di
tengah danau ada sebuah kuil yaitu Pura Ulun Danu, yang merupakan tempat pemujaan bagi Sang
Hyang Dewi Danu sebagai pemberi kesuburan.

Sejarah Pura Ulun Danu Beratan

Seperti tertulis di atas, bahwa di Danau Beratan ada sebuah kuil bernama Pura Ulun Danu. Di halaman
depan candi, tepat di sisi kiri Ulun Danu Beratan, ada sarkofagi dan papan batu, yang diperiksa dari
zaman megalitik, sekitar 500 tahun SM. Dalam pengusiran Babad Mengwi, ia menjelaskan bahwa I Gusti
Agung Putu, yang merupakan pendiri kerajaan Mengwi, mendirikan sebuah kuil di tepi Danau Beratan,
sebelum ia mendirikan Pura Taman Ayun. Di Lontar Babad Mengwi tidak disebutkan secara pasti kapan
ia mendirikan Pura Ulun Danu Beratan, tetapi yang ditemukan dalam pengusiran Babad Mengwi adalah
pendirian Pura Taman Ayun, yang upacaranya diadakan di Anggara Kliwon Medangsia di Saka Sad Bhuta
Yaksa Dewa yaitu Saka pada 1556 atau 1634 M.

Berdasarkan uraian dalam pengusiran tersebut, dilihat bahwa Pura Ulun Danu Beratan didirikan sebelum
tahun Saka 1556, oleh I Gusti Agung Putu. Sejak berdirinya candi, kerajaan Mengwi telah menjadi
terkenal, dan I Gusti Agung Putu menerima gelar bangsanya “I Gusti Agung Sakti”. Sampai sekarang,
Pura Ulun Danu telah menjadi tempat wisata di Bedugul yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal
dan asing.

Fungsi Candi Pura Ulun Danu Beratan Di Bedugul

Berdasarkan uraian dalam pengusiran tersebut, dilihat bahwa Pura Ulun Danu Beratan didirikan sebelum
tahun Saka 1556, oleh I Gusti Agung Putu. Sejak berdirinya candi, kerajaan Mengwi telah menjadi
terkenal, dan I Gusti Agung Putu menerima gelar bangsanya “I Gusti Agung Sakti”. Sampai sekarang,
Pura Ulun Danu telah menjadi tempat wisata di Bedugul yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal
dan asing.

Candi ini sebenarnya digunakan untuk menawarkan upacara untuk dewi Dewi Danu, dewi air, danau dan
sungai. Danau Bratan adalah salah satu danau penting dalam hal irigasi.

Kompleks ini dibangun pada 1633 yang tersebar di beberapa pulau. Meru, dengan sebelas atap yang
didedikasikan untuk Siwa dan istrinya Parvati. Sang Buddha juga memiliki tempat di kuil dewa Hindu.

Danau Bratan dikenal sebagai danau “gunung suci”, daerah ini sangat subur, terletak di ketinggian 1.200
meter, dan memiliki iklim yang sangat dingin.
3. Adat Istiadat dan Ritual Lokasi Wisata

1. Pemakaman Desa Trunyan

Tengkorak manusia di Desa TrunyanPada umumnya orang meninggal di Bali, terutama bagi umat Hindu
selain dikubur bisa dibakar atau dikremasi langsung, namun demikian suatu tradisi unik dengan budaya
yang berbeda bisa anda temukan di Desa Trunyan Kintamani, kabupaten Bangli, yang juga merupakan
salah satu desa Bali Aga.

Pada saat orang meninggal, maka tubuh atau jasad orang tersebut hanya diletakkan di bawah pohon
Menyan, jasad tersebut diletakkan di atas tanah tanpa dikubur, hanya dipagari oleh bambu (ancak saji)
agar tidak dicari oleh binatang atau hewan liar.Anehnya tidak sedikitpun dari jasad tersebut berbau
busuk, sampai akhirnya tinggal tersisa tulang belulang saja, dan tulang belulang itu nantinya diletakkan
pada sebuah tempat di kawasan tersebut, pemakaman di Trunyan ini melengkapi daftar budaya dan
tradisi unik bumi Nusantara – Indonesia.

Karena keunikan tersebut pemakaman desa tradisional Trunyan menjadi destinasi wisata yang menjadi
tujuan tour wisatawan ketika liburan di pulau Dewata.

2. Tradisi Mekare-Kare

Tradisi Mekare-kare di TengananMekare-kare ini dikenal juga dengan perang pandan, tradisi unik di
pulau Bali hanya dilakukan di desa tradisional Tenganan, Karangasem yang dikenal juga sebagai desa Bali
Aga.
Perang dilakukan berhadap-hadapan satu lawan satu dengan masing-masing memegang segepok
pandan berduri sebagai senjata. Desa Tenganan juga merupakan salah satu desa Bali Aga, yang
mengklaim sebagai penduduk Bali Asli.Mekare-kare atau perang Pandan digelar saat Ngusaba kapat
(Sasih Sambah) atau sekitar bulan Juni. Budaya dan tradisi unik tersebut digelar di halaman Bale Agung
dilangsungkan selama 2 hari dan dimulai jam 2 sore.

Ritual atau prosesi tersebut bertujuan untuk menghormati Dewa Perang atau Dewa Indra yang
merupakan dewa Tertinggi bagi umat Hindu di Tenganan. Desa ini menjadi salah satu destinasi wisata
dan tujuan tour populer di pulau Bali.

3. Tradisi Omed-Omedan

Tradisi Omed omedan di BaliBudaya dan tradisi unik ini digelar di tengah kota Denpasar, tepatnya di
Banjar Kaja, Desa Sesetan, Denpasar Selatan. Digelar setahun sekali, bertepatan saat hari Ngembak Geni
atau sehari setelah hari Raya Nyepi, tradisi unik dimulai sekitar pukul 14.00 selama 2 jam.

Prosesi ini hanya diikuti oleh kalangan muda-mudi atau yang belum menikah dengan umur minimal 13
tahun, omed-omedan berarti tarik menarik antar pemuda dan pemudi warga banjar dan terkadang
dibarengi dengan adegan ciuman diantara keduanya.

Tradisi ini digelar sebagai wujud kegembiraan setelah pelaksanaan Hari Raya Nyepi, ini sebuah warisan
budaya leluhur di pulau Bali, memiliki nilai sakral dan dipercaya akan mengalami hal buruk jika tradisi ini
tidak dilangsungkan.

Tradisi ini menjadi salah satu atraksi wisata yang bisa dinikmati wisatawan saat liburan di pulau Dewata
Bali pada hari Ngembak Geni, jika pada saat hari tersebut anda mengagendakan tour, maka usahakan
sebelum sore hari suda tiba di hotel, karena jalan-jalan banyak yang ditutup dan dialihkan.

4. Tradisi Mekotek

Tradisi Mekotek di MungguProsesi atau ritual Mekotek ini hanya bisa anda temukan di desa Munggu,
Kecamatan Mengwi, Badung. Dikenal juga dengan Gerebeg Mekotek, tradisi unik di pulau Bali ini digelar
setiap 6 bulan (210 hari) sekali, tepatnya saat perayaan Hari Raya Kuningan (10 hari setelah Galungan).

Prosesi ini digelar dengan tujuan tolak Bala untuk melindungi dari serangan penyakit dan juga memohon
keselamatan.
Pada mulanya tradisi Mekotek, menggunakan tongkat besi, untuk menghindari agar peserta tidak ada
yang terluka, maka digunakanlah kayu Pulet sepanjang 2-3.5 meter yang kulitnya sudah dikupas
sehingga terlihat halus.

Tongkat-tongkat tersebut dipadukan menjadi satu formasi sebuah kerucut, suara “tek,tek” kayu
berbenturan tersebut sehingga dikenal dengan Mekotek. Budaya dan tradisi unik di Badung Bali ini
masih terjaga lestari sampai sekarang ini.

5. Gebug Ende Seraya

Gebug Ende SerayaAtraksi ini dikenal juga dengan perang rotan, yang mana dua orang laki-laki
berhadap-hadapan dan saling serang dengan sebatang rotan sepanjang 1.5-2 meter kemudian tangan
satunya memegang tameng untuk menangkis serangan lawan.

Diantara keduanya dibatasi dengan batang rotan (garis tengah) agar tidak masuk ke wilayah lawan.
Perang rotan ini tidak hanya perlu ketangkasan saja tetapi juga keberanian, karena setiap peserta bisa
saja kena pukulan rotan lawan.

Tradisi unik di desa Seraya, Karangasem – Bali Timur ini menjadi sebuah budaya yang diwariskan sampai
sekarang, tujuan utama dari prosesi Gebug Ende ini adalah ritual tradisional untuk memohon hujan, dan
ini dilakukan pada musim kemarau yaitu di bulan Oktober – Nopember setiap tahunnya.

Kondisi geografis dari desa Seraya yang berada di wilayah perbukitan memang rentan dengan masalah
air, itulah sebabnya ritual memohon hujan ini dilangsungkan di desa ini. Seraya juga memiliki sejumlah
destinasi wisata yang bisa dikunjungi saat tour di pulau Bali.

6. Tradisi Mesbes Bangke

Tradisi Mesbes Bangke di Tampak Siring GianyarSebuah budaya dan tradisi yang benar-benar ekstrim
dan unik di pulau Bali. Tradisi ini berlangsung di Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar. Tradisi ini
memang sangat unik, tradisi Mesbes Bangke atau mencabik-cabik mayat terlihat mengerikan dan
menyeramkan.

Apalagi bagi mereka yang baru pertama kali ataupun mengenal tradisi tersebut. Yang mana jasad atau
mayat seseorang yang akan dikremasi (ngaben), akan dicabik-cabik oleh warga banjar Buruan sebelum
menuju tempat pembakaran mayat, mayat tersebut akan ditunggu oleh warga di luar pekarangan
rumah.Tradisi hanya ini berlaku untuk mereka yang ngaben sendiri (pribadi) tidak berlaku untuk ngaben
massal. Budaya dan tradisi unik di Gianyar ini masih berlangsung sampai sekarang ini.
7. Tradisi Makepung

Tradisi MakepungMakepung sendiri berarti berkejar-kejaran, menggunakan sepasang hewan kerbau,


dan di pulau Dewata Bali hanya bisa anda temukan di kabupaten Jembrana, sehingga dengan tradisi
Makepung ini, kabupaten Jembrana dikenal juga dengan “Bumi Makepung”.

Adu kecepatan dengan kerbau dikendalikan oleh seorang joki atau sais, berlomba mengejar kerbau yang
berpacu di depannya, pemenangnya ditentukan oleh kerbau yang mampu mempersempit atau
memperlonggar jarak pacuan antara dua pasang kerbau yang berkejar-kejaran, tidak ditentukan siapa
yang lebih dulu ke garis finish.

Ini menjadi tradisi tahunan yang diikuti oleh kelompok tani di Jembrana. Kerbau pacuan dipilih dan
diperlakukan khusus bak seorang atlet, bahkan sebelum perlombaan dimulai pemilik tidak lupa
melakukan ritual. Digelar setiap Minggu di antara bulan Juli sampai November setiap tahunnya.

Atraksi wisata ini bisa mengisi itinerary tour anda, saat anda liburan pada waktu yang tepat ke kawasan
pariwisata Bali Barat di kabupaten Jembrana.

8. Tradisi Megibung Di Karangasem

Tradisi megibung di Karangasem BaliTradisi makan bersama saat ada hajatan upacara adat menjadi
budaya masyarakat Karangasem di Bali Timur, seperti saat ada acara pernikahan, otonan, 3 bulanan
ataupun upacara adat lainnya, masih bertahan sampai sekarang ini di Kabupaten Karangasem.

Walaupun beberapa warga sekarang ini terkadang menyiapkan makan prasmanan (makan jalan) saat
ada hajatan, tetapi tradisi megibung ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja.Bahkan pada waktu Bupati
Karangasem I Wayan Geredeg pernah menggelar megibung massal di objek wisata Taman Ujung
Karangasem dan memecahkan rekor Muri.

Megibung atau makan bersama oleh sekelompok orang yang terdiri dari 5-6 orang dinamakan “sele”
duduk mengitari “gibungan” yaitu segepok nasi di atas dulang atau nampan.

Gibungan disajikan lengkap dengan sayur dan lauk pauk yang dinamakan “karangan” dan kemudian
mereka makan bersama menikmati menikmati gibungan dan karangan.

9. Tradisi Mesuryak
Tradisi Mesuryak di BonganSebuah tradisi unik di pulau Bali yang merupakan warisan budaya leluhur ini
hanya bisa ditemukan di desa Bongan, Kabupaten Tabanan.Budaya dan Tradisi di Tabanan ini digelar
bertujuan untuk penghormatan terhadap para leluhur dengan secara suka cita, bersorak beramai-ramai
dengan memberikan perbekalan seperti beras dan uang.

Tradisi bersorak beramai-ramai ini kemudian dibarengi dengan melempar uang ke udara dan
diperebutkan oleh warga dinamakan tradisi Mesuryak. Tradisi ini digelar setiap 6 bulan sekali yaitu pada
Hari Raya Kuningan.

Rangkaian prosesi ini berkaitan dengan perayaan Hari Raya Galungan dan Kuningan, setelah leluhur
hadir di tengah keluarga mulai dari hari Raya Galungan, kemudian pada saat Kuningan diantar kembali
ke Nirwana dengan berbagai sesajen dan perbekalan.

10. Upacara Melasti

Upacara Melasti di BaliMelasti dilakukan setiap tahun sekali dalam rangkaian Hari Raya Nyepi di Bali,
namun demikian upacara Melasti juga dilakukan pada hari-hari tertentu saat piodalan pada sebuah pura
sesuai dengan hari yang ditentukan.

Melasti dikenal dengan mekiis atau melis menuju tempat-tempat sumber air seperti laut, danau ataupun
mata air. Namun Melasti atau melis di pulau Bali secara serempak digelar setiap setahun sekali yaitu 3-4
hari sebelum hari raya Nyepi sekitar bulan Maret.Saat Melasti semua pretima, senjata nawa sanga,
umbul-umbul dan kober di arak ke sumber air seperti ke laut untuk disucikan dan menghanyutkan
segala malaning bumi ataupun kotoran, dimaksudkan juga menghanyutkan segala penderitaan manusia
melalui air kehidupan.

Kemudian dilanjutkan prosesi menyucikan diri dengan angamet (mengambil) tirta amertha, untuk
mendapatkan sari-sari kehidupan. Budaya dan tradisi ini menjadi warisan budaya leluhur Bali yang
terjaga dengan baik sampai saat ini.

11. Pawai Ogoh-Ogoh

Pawai ogoh-ogoh di BaliTradisi mengarak ogoh-ogoh di Bali ini digelar tepat sehari sebelum hari Raya
Nyepi, sekitar jam 6-6.30 sore ogoh-ogoh mulai diarak keliling desa ataupun kota, hampir sebagian besar
warga Hindu di pulau Bali ini menggelar pawai ogoh-ogoh, ini mereka lakukan karena berhubungan
dengan ritual keagamaan.Ogoh-ogoh adalah sebuah boneka raksasa yang merupakan simbol dari Bhuta
Kala, dibuat dengan wujud menyeramkan atau simbol sebuah kejahatan, yang paling dominan berwujud
raksasa menyeramkan, binatang atau bahkan wujud seorang penjahat.

Prosesi pawai ogoh-ogoh tersebut masih dalam rangkaian pelaksanaan Hari Raya Nyepi, setelah
sebelumnya diadakan Tawur Kesanga memberikan upah kepada Bhuta Kala, kemudian petang harinya
diusir dan diarak keliling dalam bentuk pawai.

Ini dilakukan agar tidak mengganggu kehidupan manusia lagi, terutama esok harinya saat melaksanakan
hari raya Nyepi. Jika anda ada acara tour pada saat tersebut, diusahakan jangan sampai sore, karena
jalan banyak yang tutup.

12. Hari Raya Nyepi

Suasana Nyepi di BaliSiapa pula yang tidak kenal dengan perayaan Hari Raya Nyepi di pulau Bali, hari
raya ini digelar sekali dalam setahun sebagai penyambutan tahun baru Isaka yang jatuhnya pada bulan
mati (Tilem) sasih Kesanga.Sebuah penyambutan tahun baru yang berbeda, yaitu dengan kesunyian,
ketenangan, lengang dan sepi, itulah sebabnya semua warga pada saat hari raya Nyepi tersebut tidak
boleh bepergian, menghidupkan api, membuat kegaduhan ataupun bersenang-senang.

Termasuk fasilitas umum juga tutup kecuali rumah sakit. Tujuan dari perayaan ini untuk bisa introspeksi
diri atau mulat sarira dan merenung dalam suasana hening bisa berkonsentrasi lebih maksimal, seharian
tinggal di rumah dan bersembahyang melakukan brata dan meditasi.

Agar nantinya bisa memulai kehidupan yang lebih baik pada bulan berikutnya pada sasih Kedasa, semua
kedas, bersih dan suci untuk memulai lagi kehidupan baru. Budaya dan tradisi ini menjadi salah satu hal
unik bagi mereka yang liburan ke Bali.

13. Upacara Ngaben Di Bali

Upacara Ngaben di BaliMayoritas warga Hindu di pulau Bali melakukan upacara Ngaben saat orang
meninggal, walaupun ada beberapa tidak melaksanakan upacara Ngaben seperti pada penduduk Bali
Aga contohnya desa Tenganan dan Trunyan.Saat upacara Ngaben, jasad atau tubuh orang meninggal
bisa dikubur terlebih dahulu ataupun dikremasi langsung. Upacara Ngaben digelar adalah wujud bakti
manusia dan kewajiban suci kepada leluhurnya atau orang yang telah meninggal.
Tujuan upacara Ngaben mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta dari tubuh kasar manusia ke asalnya
dan badan halus (atma) yang telah meninggalkan lebih cepat mendapat penyucian dan kembali kesisi-
Nya.

Tata cara pelaksanaan Ngaben pun tidak selalu sama sesuai dengan situasi, kondisi dan tempat Ngaben
tersebut berlangsung, namun yang terpenting esensi atau tujuannya sama.

Karena Hindu tidak di Bali saja tetapi menyebar di kepulauan Indonesia memiliki budaya dan tata cara
berbeda. Budaya dan tradisi unik ini menjadi salah satu atraksi wisata bagi wisatawan yang sedang
liburan di Bali.

14. Sapi Gerumbungan Di Buleleng

Sapi Gerumbungan di BulelengBudaya dan Tradisi unik di kawasan Bali Utara ini memperlombakan
sepasang sapi yang pada lehernya dipasangi sebuah genta besar yang dinamakan “Gerumbungan”
kemudian sapi dihiasi berbagai aksesoris agar terlihat gagah dan indah.Pada kedua leher kedua sapi itu
saling dikaitkan dengan sebatang kayu melintang bernama “uga” kemudian di tengahnya sebuah kayu
melintang sepanjang 3 meter untuk seorang sais atau joki mengendalikan sapi tersebut.Yang dipilih
adalah sapi jantan saja itupun yang berbadan kekar. Kriteria pemilihan pemenang dan penilaian bukan
berdasarkan ada kecepatan, penilaian berdasarkan keserasian gerak seperti gerak kaki yang seragam,
ekor sapi yang melengkung ke atas dan kepala sapi yang mendongak ke atas.

Sebagai budaya warisan leluhur agar tetap lestari, maka sapi Gerumbungan digelar setiap HUT kab.
Buleleng di Bulan Agustus. Atraksi wisata di pulau Bali bisa menjadi hiburan wisata menarik.

15. Tradisi Ngerebong

Tradisi Upacara Ngerebong di KesimanKata Ngerebong berasal dari kata “ngereh” dan “baung” sehingga
menjadi ngerebong, penggabungan dua kata tersebut berarti juga akasa pertiwi atau atas bawah, ada
juga yang mengartikan Ngerebong tersebut berkumpul, diyakini saat tersebutlah Dewa sedang
berkumpul dan melakukan ritual yang tepat.

Pada saat prosesi Ngerebong warga desa Kesiman, Denpasar berkumpul di Pura Pengrebongan, Desa
Kesiman Denpasar, mengarak Barong dan Rangda sebagai simbol atau petapakan Ida Bhatara
mengelilingi wantilan sebanyak tiga kali diiringi juga oleh gamelan baleganjur.
Saat berkeliling tersebut banyak warga yang kerauhan atau trans, warga tersebut ada yang mengeram,
berteriak, menari dan ada juga menangis, mereka juga melakukan adegan berbahaya meminta keris
untuk ditancapkan di tubuh, leher ataupun kepala, tetapi anehnya tidak satupun yang terluka, mereka
yang kerauhan tersebut semuanya kebal tidak terlukai.

Tradisi unik di pulau Bali ini digelar 6 bulan sekali yaitu pada hari Minggu, Pon wuku Medangsia atau 8
hari setelah Hari Raya Kuningan. Budaya dan tradisi warisan leluhur ini memang sangat unik, bisa
menjadi atraksi wisata yang diminati bagi mereka yang sedang liburan di Bali.

16. Tradisi Ngusaba Bukakak Di Sangsit

Tradisi Ngusaba Bukakak di SangsitSebuah budaya dan tradisi unik di pulau Bali yang hanya digelar di
Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kab. Buleleng di Bali Utara, yaitu bertepatan pada hari Purnama sasih
Kedasa, sekitar 2 minggu setelah hari Raya Nyepi di bulan April.Karena pertimbangan biaya tradisi
ngusaba Bukakak digelar dua tahun sekali. Prosesi ini digelar untuk mengucapkan rasa terima kasih umat
kepada dewi Kesuburan atas segala hasil pertanian yang melimpah dan kesuburan tanah.

Desa Sangsit memang memiliki wilayah pertanian yang cukup luas dan juga tanahnya yang gembur dan
subur. Bukakak berasal dari kata “Bu” atau Lembu yang melambangkan dewa Siwa dan “Kakak” atau
gagak perlambang dewa Wisnu.

Bukakak juga berkaitan dengan babi guling yang hanya dimatangkan bagian dadanya saja. Ngusaba ini
diawali dengan upacara Melasti, kemudian membuat 3 buah dangsil pada acara puncak mengusung
bukakak mengelilingi areal persawahan.

17. Perang Ketupat Di Kapal

Perang Ketupat di Kapal BaliDi pulau Bali tradisi Perang Ketupat hanya bisa anda temukan di desa Kapal,
Kec. Mengwi, Kab. Badung. Budaya dan Tradisi unik di Bali ini digelar dalam rangkaian upacara Aci Rah
Pengangon setiap satu tahun sekali yaitu pada hari Purnama (bulan penuh) sasih Kapat atau sekitar
bulan September – Oktober.

Namanya juga perang ketupat, warga menggunakan ketupat untuk berperang, mereka terbagi menjadi
dua kelompok kemudian saling lempar dan saling serang antar kelompok.Perang Ketupat ini hanya
melibatkan kaum laki-laki saja mereka menggunakan pakaian adat Bali, tapi tanpa baju, begitu ada aba-
aba untuk mulai perang, mereka juga mulai saling serang dan lempar di areal pura, kemudian merembet
ke luar pura sampai di jalan raya agar lebih leluasa.

Tidak ada aturan tertentu, mereka bebas menyerang kubu lawan. Namun akhirnya damai tanpa
permusuhan. Sebuah budaya dan tradisi yang juga erat dengan pesan sosial.

18. Tradisi Ngerebeg Di Tegalalang

Tradisi Ngerebeg di Tegalalang, Gianyar.jpgTidak hanya terkenal dengan keindahan objek wisata sawah
berundak atau terasering yang menjadi destinasi wisata dan tujuan tour wajib di pulau Bali, Tegalalang
di Kabupaten Gianyar juga memiliki budaya dan tradisi unik bernama Ngerebeg.

Tradisi ini melibatkan anak laki-laki saja, bahkan mulai yang balita sampai dengan dewasa yang
tergabung dalam sekehe Truna (organisasi pemuda) di desa tersebut. Yang menarik adalah setiap
peserta dirias dengan wajah seram dan menakutkan dengan warna-warna yang dipilih sendiri oleh
peserta.

Adapun riasan seram tersebut untuk mewakili wujud wong samar (makhluk halus) yang sering
mengganggu anak-anak. Digelarnya budaya dan tradisi Ngerebeg ini bertujuan untuk memberikan
tempat bagi wong samar tersebut.

Dan sekaligus memberikan persembahan, agar bisa hidup berdampingan dengan manusia dan tidak
saling mengganggu. Tradisi inipun digelar secara rutin oleh 7 banjar di desa Pekraman Tegalalang, dalam
rangkaian pujawali yang digelar pada Pura Duur Bingin.

19. Tradisi Mebuug-Buugan Di Kedonganan

Tradisi Mebuug-buugan KedongananSebuah tradisi unik di pulau Bali yang digelar setiap setahun sekali
tepatnya setiap hari Ngembak Geni (sehari setelah perayaan Nyepi), tradisi ini sebenarnya adalah
warisan budaya leluhur, tetapi sempat lama vakum.
Namun beberapa tahun terakhir tradisi Mebuug-buugan kembali digelar, lokasinya sendiri adalah di
kawasan rawa-rawa hutan Mangrove desa Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali.

Pada saat tradisi ini berlangsung, peserta akan melumuri tubuh mereka dengan lumpur, apalagi
memang tempatnya di daerah rawa-rawa berlumpur di desa tersebut, setelah semuanya puas mandi
lumpur, mereka pergi ke pantai Kedonganan untuk membersihkan diri.

Tujuan tradisi ini digelar memiliki makna simbolik sebagai bentuk membersihkan diri atau badan dari
pengaruh negatif yang nantinya setelah dilumuri lumpur akan dibersihkan lagi di pantai.

20. Tradisi Nyakan Diwang

Tradisi Nyakan Diwang di BulelengTradisi ini digelar di desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng. Nyakan Diwang berarti masak di luar rumah, sehingga saat tradisi ini berlangsung maka warga
desa Banjar akan masak di luar rumah mereka atau di pinggir jalan.

Sebuah tradisi unik yang sudah digelar turun temurun dan masih bertahan sampai sekarang. Tradisi
Nyakan Diwang di Buleleng ini digelar Dini hari saat perayaan Hari Raya Nyepi, biasanya Nyepi baru buka
pukul 06.00 wita, tetapi di desa Banjar buka lebih awal pada pukul 03.00 wita dini hari.

Sehingga jalan raya di kawasan ini masih lengang tidak ada lalu lalang kendaraan yang melintas, dan saat
itulah warga mulai keluar rumah dan memasak dengan alat tradisional.

Tujuan digelar tradisi ini untuk menyucikan lingkungan rumah dan dapur serta tradisi ini merupakan
wujud dari peningkatan budaya menyama braya atau menjalin hubungan persaudaraan antar sesama,
dan juga sebagai ungkapan syukur setelah catur Brata Penyepian.

21. Tradisi Megoak-Goakan Di Buleleng

Tradisi Megoak-goakan di desa Panji BulelengSejarah awal berdirinya Buleleng tentu tidak lepas dengan
Ki Barak Panji Sakti yang pernah memerintah Kerajaan Buleleng, tradisi unik megoak-goakan ini sendiri
masih berlangsung dan bertahan sampai saat ini di desa Panji Buleleng.
Tradisi ini digelar untuk menghormati jasa-jasa dari raja Ki Barak Panji yang terkenal sebagai pemimpin
yang terkenal baik hati dan memiliki jiwa kepemimpinan tinggi.

Permainan tradisional tersebut muncul, karena raja terinspirasi oleh seekor goak (gagak) yang sedang
mengincar mangsanya, dan gagak tersebut membuat taktik agar bisa menangkap mangsanya.

Hal tersebutlah membuat raja mempraktekkan cara gagak tersebut dengan mengajak prajuritnya
melakukan sebuah permainan tradisional yang dinamakan megoak-goakan. Tradisi unik di pulau Bali ini
bisa menjadi atraksi wisata dan tujuan tour di kawasan Bali Utara.

22. Tradisi Siat Sampian Di Bedulu

Tradisi Siat Sampian di BeduluBudaya serta tradisi unik ini digelar di Pura Samuan Tiga Bedulu, yang
mana pura tersebut sebagai tonggak sejarah dan tempat pertemuan untuk menyatukan sekte yang ada
di pulau Bali, sehingga muncullah istilah Pura Kahyangan tiga di setiap desa Pekraman.

Siat berarti perang sedangkan sampian berarti rangkaian janur sebagai sarana persembahyangan,
sehingga tradisi dalam tradisi ini perang ini menggunakan sarana sampian baik dilakukan oleh warga
laki-laki maupun perempuan, melalui proses pawintenan.

Siat Sampian ini digelar dalam rangkaian pujawali di Pura Samuan Tiga, yang mana dilakukan oleh
pengayah (peserta) laki-laki yang disebut sebagai Jro Parekan dan pengayah perempuan disebut Jro
Permas.

Prosesi ini digelar selain bertujuan penghormatan bersatunya sekte di pulau Bali juga sampian yang
digunakan sebagai simbol dari senjata cakra Dewa Wisnu, yang berarti untuk perlawanan dharma
(kebajikan) atas adharma (kejahatan), budaya lokal ini masih bisa anda temukan sampai saat ini.

23. Tradisi Mepantigan

Tradisi Mepantigan Batubulan di BaliTradisi ini adalah sebuah aksi bela diri tradisional, Mepantigan
berarti membanting, yang mana dalam tradisi ini diperlukan kelihaian untuk bisa membanting lawan.
Permainan bela diri tradisional ini bisa dilakukan dimana saja, yang penting arealnya berlumpur,
sehingga lawan yang dibanting tidak berbahaya, tetapi akan penuh balutan lumpur. Peserta bertanding
satu lawan satu dengan cara membanting lawan, kemudian bergulat dan mengunci lawan.

Tidak hanya sekedar keberanian, memang diperlukan teknik agar bisa membanting lawan di lumpur,
sehingga terlihat layaknya gulat lumpur, mereka bergumul dan saling banting di lumpur.

Tradisi atau permainan tradisional Mepantigan ini pernah trend dan dijadikan atraksi budaya yang sering
digelar, salah satunya di sebuah hotel di Ubud, namun sekarang atraksi tersebut tidak ada lagi.

Namun demikian sekarang Mepantigan masih bisa anda temukan di Pondok Mepantigan Bali, lokasinya
di Banjar Tubuh, Batubulan, Gianyar.

24. Tradisi Mepeed Di Sukawati

Tradisi Mepeed di Sukawati BaliDesa Sukawati tidak hanya terkenal sebagai destinasi wisata belanja
dengan pasar seni yang menyediakan keperluan oleh-oleh wisatawan yang liburan ke pulau Bali, tetapi
Sukawati juga memiliki tradisi Mepeed yang merupakan sebuah budaya dan kearifan lokal yang masih
dipertahankan sampai saat ini dan menjadi atraksi yang menarik juga untuk disaksikan.

Mepeed adalah berbaris beriringan sampai ratusan meter dengan pakaian khas adat Bali, biasanya
mereka adalah kaum ibu yang mengusung banten gebogan yaitu rangkaian buah, jajanan, janur sebagai
sarana upacara keagamaan yang disusun bertingkat.

Tetapi Mepeed di Sukawati diikuti oleh semua kalangan, laki-laki ataupun perempuan dari anak-anak
sampai lansia, dengan pakaian adat Payas Agung dengan pakem Sukawati, Mepeed ini sebuah warisan
budaya yang masih dipertahankan sampai sekarang. Tradisi ini adalah atraksi wisata yang ada di pulau
Bali dan menjadi hiburan menarik bagi wisatawan.

25. Tradisi Mbed-Mbedan


Tradisi Mbed-mbedanTradisi unik di pulau Bali ini digelar setiap tahun sekali, tepatnya saat Hari Raya
Ngembak Geni (sehari setelah Nyepi) di desa adat Semate, Kelurahan Abian Base, Kecamatan, Mengwi,
Kabupaten Badung.

Pernah vakum beberapa tahun, tapi karena dirasa penting maka tradisi Mbed-mbedan ini dibangkitkan
lagi, tujuan dari tradisi ini digelar adalah untuk menghormati jasa seorang suci yang berjasa di desa
Semate ini.

Beliau adalah Rsi Mpu Bantas, yang mana dalam perjalanan sucinya bertemu sebuah hutan yang
dipenuhi pohon kayu putih, dan secara tidak sengaja bertemu keturunan Mpu Gni Jaya dan
memerintahkan untuk membuat pelinggih di hutan tersebut karena angker.

Setelah pelinggih tersebut selesai terjadi tarik ulur penamaan pura tersebut, dari sinilah (tarik-ulur) cikal
bakal Mbed-mbedan tersebut.

26. Tradisi Dewa Mesraman Di Klungkung

Dewa Mesraman di Paksebali KlungkungTradisi unik di pulau Bali ini awalnya memang berasal dari desa
Panti Timrah Karangasem, karena sejumlah penduduknya menetap di Paksebali, Klungkung mereka
masih membawa budaya dan tradisi daerah asalnya.

Tradisi Dewa Mesraman tersebutpun wajib digelar setiap Saniscara Kliwon wuku Kuningan atau
bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, tradisi unik tersebut juga merupakan rangkaian ritual di dari
Pujawali atau piodalan di Pura Panti Timbrah.

Pura tersebut terletak di Banjar Timbrah, desa adat Paksebali, Kec. Dawan, Klungkung. Dewa Mesraman,
dari filosofi kata Mesraman berasal dari “mesra” yang berarti bersenang-senang secara lahir batin.

Dalam tradisi tersebut Jempana yang merupakan stana dari Ida Bhatara diusung dan diarak, saling
berkejaran dan tabrak, seolah terjadi perang jempana, luapan kegembiraan terlihat diantara pengayah.
Sebuah tradisi dan warisan budaya leluhur yang terjaga lestari sampai saat ini.
27. Nikah Massal Di Pengotan

Tradisi Nikah Massal di PengotanTradisi ini memang cukup unik, walaupun dalam tradisi ini hanya ritual
atau upacaranya saja yang dilakukan bersamaan atau berbarengan, tentu hal tersebut menjadi salah
satu budaya ataupun tradisi yang berbeda dibandingkan upacara pernikahan di pulau Bali.

Hal yang berbeda dan ini akan menjadi pemandangan unik bagi mereka yang menyaksikannya. Budaya
dan tradisi Nganten (Nikah) Massal ini bisa ditemukan di desa Pengotan – Bangli, desa ini juga
merupakan salah satu Desa Bali Aga (desa Bali Kuno) yang tentunya memiliki warisan budaya yang unik.

Seperti Tradisi Nikah Massal yang digelar dua kali dalam setahun yaitu setiap sasih Kapat (Agustus –
September) dan Kedasa (Maret – April). Upacara tersebut tidak hanya berlaku bagi laki-laki saja tetapi
juga bagi kaum perempuan yang menikah ke luar desa Pengotan.

Pernikahan tradisional Bali di desa Pengotan, menjadi sebuah budaya dan tradisi unik yang hanya bisa
anda temukan di Bangli.

28. Tradisi Perang Air Di Gianyar

Tradisi Perang Air atau Siat Yeh di GianyarTradisi ini dikenal juga dengan nama Siat Yeh, digelar setiap
setahun sekali tepatnya saat tahun baru Masehi dimulai yaitu tanggal 1 Januari di desa Suwat Gianyar.

Ini merupakan sebuah budaya dan tradisi unik dan berbeda terutama lagi saat hari perayaannya, sangat
jarang sekali ritual di pulau Bali menggunakan kalender Masehi sebagai patokannya.

Tujuan dari digelarnya Tradisi Perang Air di Gianyar ini adalah sebagai bentuk pembersihan diri dari hal-
hal negatif yang sudah terjadi pada tahun sebelumnya agar di tahun yang baru ini diharapkan tidak
menimpa warga kembali.
Menurut warga Suwat di awal tahun yang baru wajib bagi mereka untuk melakukan pembersihan pada
alam sekitar dan diri sendiri agar pengaruh negatif yang ada di lingkungan sekitar ataupun di dalam diri
kita sendiri dapat segera dimusnahkan.

29. Tradisi Ngedeblag Kemenuh

Riasan wajah peserta Tradisi NgedeblagTradisi unik di pulau Bali berikutnya adalah Ngedeblag di
Kemenuh Gianyar, dari namanya terasa cukup asing bagi warga luar desa Kemenuh, Gianyar.

Ngedeblag adalah prosesi rutin yang digelar setiap 6 bulan sekali (kalender Bali) tepatnya pada hari
Kajeng Kliwon, pada saat peralihan sasih Kelima (bulan 5) ke sasih Kanem (bulan 6) dalam kalender Bali
atau sekitar bulan September – Desember kalender masehi.

Para pengayah (peserta) laki-laki arus menggunakan kamben (kain) yang dilapisi dengan saput tanpa
menggunakan baju, mereka juga dibuat menjadi seseram mungkin, dengan cat air warna warni, dan satu
oles pamor yang pada kening.

Tujuan digelarnya tradisi Ngedeblag untuk membersihkan bhuana agung (alam semesta) dan bhuana alit
(diri manusia) agar desa Kemenuh terhindar dari segala bencana.

30. Tradisi Megebeg-Gebegan

Caru godel dalam tradisi Megebeg-gebeganTradisi unik ini berhubungan dengan ritual keagamaan Hindu
yang digelar sekali dalam setahun di catus pata agung (perempatan) Desa Pekraman Dharma Jati, Tukad
Mungga, Buleleng.

Yang mana pada saat tradisi tersebut digelar para Sekee Teruna (pemuda desa) akan memperebutkan
kepala godel (kepala anak sapi) yang merupakan sarana utama saat menggelar upacara persembahan
(sesajian) saat ritual mecaru yang bertepatan saat hari Pengerupukan (sehari sebelum Hari Raya Nyepi).

Anak sapi tersebut dikuliti menyisakan kulit kali dan kepala godel sebagai sarana upacara yang dikenal
sebagai “bayang-bayang” dan sebagai simbolis bhuta kala yang akan diperebutkan oleh pemuda desa.
Pulau Bali memang memiliki banyak budaya dan tradisi unik, bahkan tidak semua orang tahu.
31. Tradisi Siat Yeh Jimbaran

Tradisi Siat Yeh di JimbaranSebuah budaya dan tradisi unik di desa Jimbaran ini menjadi kegiatan ritual
rutin yang digelar setiap sekali dalam setahun, yaitu pada hari raya Ngembak Geni (sehari setelah
Nyepi), pesertanya pemuda-pemudi banjar Teba.

Tradisi Siat Yeh (perang air) ini dikatakan juga sebagai penglukatan Agung, di awali dengan mendak tirta
(air suci) di dua tempat sumber air berbeda yaitu di sebelah Timur (pantai Suwung/rawah) dan pesisir
Sebelah Barat (pantai Segara).

Dua sumber mata air tersebut nantinya akan dijadikan komponen utama dalam Tradisi Siat Yeh ini.
Maraknya pembangunan pariwisata kedua sumber air tersebut yang dulunya bersatu, kini tidak lagi,
sehingga sekarang dilakukan secara simbolis dalam bentuk ritual.

Demikian macam-macam warisan budaya leluhur berupa tradisi unik yang merupakan warisan Bali kuno
dari jaman tempo dulu dan kebiasaan atau hal-hal tradisional yang masih terjaga dan berkembang
lestari di pulau Bali saat ini, dan menjadi aset dari budaya bumi Nusantara – Indonesia.

Selain itu masih ada sejumlah tradisi unik lainnya yang akan terus update informasinya. Beberapa
diantaranya menjadi suguhan dan atraksi unik bagi wisatawan, sehingga tradisi yang masih mengusung
kebiasaan-kebiasaan masa lalu ini, menambah daya tarik pulau Bali ini sebagai tujuan wisata.

Selain paket tour lengkap dan sewa mobil di pulau Bali, kami sediakan berbagai atraksi wisata mulai dari
snorkeling dan diving di Amed, Odyssey Submarine Bali di Antiga, beragam wisata bahari watersport
Tanjung Benoa, seharian cruise dengan Bali Hai Cruise, Bounty atau Quicksilver cruise, sampai wisata
mendaki Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai