Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KARYA WISATA

PULAU BALI

DISUSUN OLEH :
1. RAFFLES BRAHMAN I [22]
2. DAMAI SETYA G [09]
3. MUHAMAD FERDI [18]
4. FERNANDA BRIAN [14]

SMP NEGERI 13 MADIUN


2019
BAB II
PEMBAHASAN

TANJUNG BENOA

Letak Geografis Objek


Tanjung Benoa Bali, sebuah tempat wisata air di Bali seperti Jetsky, Banana Boat,
Parasailing, Scuba Diving, Snorkeling, Canoeing, Flying Fish, dan Pulau Penyu. Tentu ini
sangat menarik bagi anda yang suka wisata Watersports di Bali.
Secara geografis, Tanjung Benoa terletak di ujung selatan – timur (tenggara) pulau
Bali berdekatan dengan Nusa Dua, masuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Tanjung Benoa, Kabupaten Badung. Lokasinya yang berada di ujung sempit membuatnya
disebut tanjung. Namun justru inilah yang menyebabkannya cukup unik.
Tanjung Benoa dapat diakses 11 km dari Bandara Ngurah Rai dan 14 km dari Pantai
Kuta dengan menggunakan Bus Pariwisata atau kendaraan pribadi. Karena sampai  saat ini
belum ada transportasi umum yang menuju tempat wisata ini.

Daya Tarik dan Keindahan Alam


Dengan keindahan pantai dengan pasir putih dan lembutnya, bentangan pantainya
yang lebar, membuat Tanjung Benoa dikenal sebagai tempat wisata air atau dalam bahasa
kerennya disebut Watersports. Kecuali surfing, di Tanjung Benoa banyak dijumpai olah
raga air seperti Jetsky, Banana Boat, Parasailing, Scuba Diving, Snorkeling, Canoeing,
Flying Fish dan masih banyak lagi.
Selain itu terdapat Pulau Penyu yang berjarak sekitar 20-30 menit dengan perahu.
Pulau Penyu ini adalah lokasi penangkaran berbagai spesies penyu yang sudah mulai
langka. Untuk mencapai pulau ini, dapat menggunakan perahu yang beralaskan kaca (glass
bottom) sambil menikmati pemandangan bawah laut dengan biaya sewa perahu
Rp.35.000,- per orang.
Pulau Penyu airnya dangkal, sehingga perahu tidak bisa merapat langsung ke lokasi
dan pengunjung harus turun menyusuri pantai berair setinggi mata kaki hingga selutut
orang dewasa. Para wisatawan yang datang akan dipandu oleh warga lokal untuk melihat
berbagai jenis penyu di lokasi penangkaran. Penyu-penyu dibiarkan berkembang biak
secara alami dan di sini anda bebas untuk berfoto dengan para penyu, baik penyu kecil
maupun besar.
Di lokasi penangkaran ini hanya terdapat induk-induk penyu, karena setelah telur
pecah dan anak-anak penyu yang sudah membesar mereka dilepas ke laut bebas. Hewan
lain juga ada di lokasi ini, seperti elang laut, rangkong, kelelawar, dan ular yang sudah
jinak. Anda dapat berfoto juga dengan hewan-hewan ini.

Dampak Adanya Objek Wisata


Dengan memperhatikan sederetan dari pendekatan teoritis tentang dampak dari
kegiatan pariwisata, khususnya yang didasari atas tinjauan perencanaan dan beberapa
disiplin lainnya, dimana pembahasan dampak yang meliputi dampak fisik, ekonomi dan
sosial budaya maka perlu dilihat implementasi dari teori tersebut di suatu daerah tujuan
wisata yang ada di Bali yaitu di daerah Pantai Tanjung Benoa Bali yang menjadi
barometer pariwisata Indonesia tidak pernah luput dari dinamika sebagai bagian yang
harus dihadapi sebagai kenyataan. munculnya mekanisme pengendalian perkembangan
pariwisata yang lebih rapi dan terencana.
Pantai Tanjung Benoa sebagai salah satu obyek pariwisata di Bali tak luput dari
perhatian banyak pihak terutama yang berniat untuk mengembangkan pariwisata dengan
melihat potensi yang dimiliki Pantai Tanjung Benoa. Dengan adanya pembangunan
dengan investasi yang sangat besar, maka hal ini nampak sangat positif, karena masyarakat
setempat menjadi lebih mudah dalam melakukan kegiatan kepariwisataan atau kegiatan
ekonomi.
Disamping dari sisi transportasi, dampak fisik dari pengembangan Pantai Tanjung
Benoa adalah juga memberikan peluang kepada penduduk untuk memperluas prasarana
pariwisata, areal lahan pariwisata pembangunan sarana keagamaan, dan mendukung
pelestarian benda cagar budaya seperti dengan adanya penyu-penyu yang ditangkar di
Pulau Penyu dekat Pantai Tanjung Benoa yang digunakan untuk keperluan wisata dan
menjaga kelestarian hewan-hewan yang dilindungi disana.
Dari sisi ekonomi dapat dilihat beberapa contoh positif dari dampak pengembangan
pariwisata di Pantai Tanjung Benoa diantaranya; kehidupan masyarakat setempat menjadi
semakin maju karena kegiatan pariwisata dan akses transportasi semakin modern dan
semakin lancar.
Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pariwisata dapat memberikan nilai
ekonomi yang sangat besar kepada masyarakat setempat. Dengan semakin meningkatnya
jumlah kunjungan wisata ke Bali, maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh
oleh masyarakat desa dan pasti semakin besar pula keuntungan ekonomi yang di raih oleh
masyarakat desa tersebut.
Secara negatif, dengan kondisi seperti sekarang maka beberapa dari masyarakat
merasa terangkat secara ekonomi, maka trend kehidupan glamour juga mengikuti. Sebagai
contoh, banyak bisa dilihat anggota masyarakat yang menggunakan aksesoris yang secara
sisial budaya tidak mencerminkan keaslian dari masyarakat setempat.
TANAH LOT BALI

Sejarah Tanah Lot Bali Indonesia berdasarkan legenda, dikisahkan pada abad ke -
15, Bhagawan Dang Hyang Nirartha atau dikenal dengan nama Dang Hyang Dwijendra
melakukan misi penyebaran agama Hindu dari pulau Jawa ke pulau Bali.
Pada saat itu yang berkuasa di pulau Bali adalah Raja Dalem Waturenggong.
Beliau sangat menyambut baik dengan kedatangan dari Dang Hyang Nirartha dalam
menjalankan misinya, sehingga penyebaran agama Hindu berhasil sampai ke pelosok –
pelosok desa yang ada di pulau Bali.

Desa Beraban Tabanan


Dalam sejarah Tanah Lot, dikisahkan Dang Hyang Nirartha, melihat sinar suci dari
arah laut selatan Bali. Maka Dang Hyang Nirartha mencari lokasi dari sinar tersebut.
Tibalah beliau di sebuah pantai di desa yang bernama desa Beraban Tabanan.
Pada saat itu desa Beraban dipimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, yang sangat
menentang ajaran dari Dang Hyang Nirartha dalam menyebarkan agama Hindu. Bendesa
Beraban Sakti, menganut aliran monotheisme.
Dang Hyang Nirartha melakukan meditasi diatas batu karang yang menyerupai
bentuk burung beo yang pada awalnya berada di daratan. Dengan berbagai cara Bendesa
Beraban ingin mengusir keberadaan Dang Hyang Nirartha dari tempat meditasinya.
Menurut sejarah Tanah Lot berdasarkan legenda Dang Hyang Nirartha
memindahkan batu karang (tempat bermeditasinya) ke tengah pantai dengan kekuatan
spiritual. Batu karang tersebut diberi nama Tanah Lot yang artinya batukarang yang berada
di tengah lautan.
Semenjak peristiwa tersebut, Bendesa Beraban Sakti mengakui kesaktian yang
dimiliki Dang Hyang Nirartha. Selain itu, Bendesa Beraban Sakti juga menjadi pengikut
Dang Hyang Nirartha untuk memeluk agama Hindu, bersama dengan seluruh penduduk
setempat.
Dikisahkan di sejarah Tanah Lot, sebelum meninggalkan desa Beraban, Dang
Hyang Nirartha memberikan sebuah keris kepada bendesa Beraban. Keris tersebut
memiliki kekuatan untuk menghilangkan segala penyakit yang menyerang tanaman.
Keris tersebut disimpan di Puri Kediri dan dibuatkan upacara keagamaan di Pura
Tanah Lot setiap enam bulan sekali. Semenjak hal ini rutin dilakukan oleh penduduk desa
Beraban, kesejahteraan penduduk sangat meningkat pesat, dengan hasil panen pertanian
yang melimpah dan mereka hidup dengan saling menghormati.
GARUDA WISNU KENCANA (GWK)

Belum lama, media sosial digegerkan dengan beredarnya video pemasangan kepala
patung Wisnu di area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK). Patung kepala
Wisnu seberat 4 ton tersebut dipindahkan menggunakan crane. Cuaca yang bersahabat dan
kecepatan angin yang normal membuat proses pemasangan patung kepala Wisnu berjalan
lancar.
Patung Garuda Wisnu Kencana yang tampak dari angkasa. Foto dari IG @Hidwii
Tinggi patung GWK ini konon melebihi tinggi Patung Liberty. Jika tinggi kebanggan
warga Paman Sam hanya mencapai 92 meter plus konstruksi hingga mencapai 96 meter,
maka tinggi Patung GWK mencapai 121 meter dari atas tanah.
Bila dhitung semua maka totalnya bisa mencapai 126 meter. Dari sisi bobot pun,
patung GWK juga melebihi Patung Liberty. Dimana Patung GWK total beratnya mencapai
4 ribu ton yang terdiri dari 754 modul.
Selain itu, luas areal publik juga jauh melebih Patung Liberty yakni 8 kali lipat dari
Liberty. Dari sisi proses pengerjaan, GWK menjadi patung tersulit saat dilakukan proses
pemasangan karena menggunakan struktur baja dan tembaga.
Butuh waktu 28 tahun untuk bisa membangun patung GWK
Momen pemasangan patung Kepala Wisnu ini begitu dinantikan. Betapa tidak,
seniman patung Nyoman Nuarta merancang Patung Garuda Wisnu Kencana sekitar 28
tahun lalu. Dari usianya masih terbilang  muda, hingga kini telah beranjak tua. Sekarang,
Nuarta berusia 66 tahun.
Ide awal pembuatan patung GWK tersebut berasal dari permintaan Dirjen
Pariwisata saat itu, Joop Ave. Saat itu, Joop Ave meminta Nuarta untuk membangun
patung setinggi 5 meter untuk ditempatkan di bandara Ngurah Rai. Namun, Nuarta
berpendapat, patung setinggi lima meter terlalu nanggung. Menurut Nuarta, Bali sebagai
ikon pariwisata nasional dan penyumbang devisa besar negara seharusnya memiliki ikon
seni yang besar sehingga bisa membanggakan Indonesia di mata dunia.
Selain itu, Nuarta pun kerap merasa miris ketika tempat peribadatan menjadi
tontonan turis. Maka, Nuarta berinisiatif untuk membangun suatu ikon yang mengandung
nilai spiritual masyarakat Hindhu yang dikhususkan untuk pariwisata tanpa mengganggu
ritual peribadatan.
Untuk mewujudkan rencana itu, Nuarta merogoh kocek hasil penjualan sejumlah
karyanya guna membeli lahan tandus bekas lokasi penambangan kapur liar seluas puluhan
hektare di Desa Ungasan. Lahan itu berada pada ketinggian 276 meter di atas permukaan
laut.
Nuarta merancang patung GWK sejak tahun 1989. Dua puluh delapan tahun
merancang dan membangun Patung GWK merupakan waktu yang sangat lama. Banyaknya
kendala membuat Nuarta harus terus bersabar untuk mewujudkan impiannya membangun
GWK.
Beredar kabar salah satu penyebab tersendatnya pembangunan patung GWK ini
terkait dengan nilai spiritualitas masyarakat setempat. Menurut masyarakat Hindu, Dewa
Wisnu seharusnya menghadap ke utara. Namun, patung Garuda Wisnu Kencana malah
menghadap ke arah sebaliknya, yaitu arah selatan yang merupakan arah dari Dewa
Brahma.
Selain itu, kurangnya pendanaan menjadi faktor utama lamanya proses
pembangunan patung GWK. Restu membangun GWK telah dikantongi Nuarta dari
Presiden Soeharto pada tahun 1993. Lalu, pada tahun 1997, Nuarta meletakan batu
pertama sebagai penanda awal dibangunnya patung GWK.
Namun sayang, krisis moneter dan pergolakan yang terjadi pada 1998 membuat impiannya
membangun patung GWK harus terhenti. Bertahun-tahun, mega proyek tersebut harus
mangkrak.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk tetap membangun patung GWK. Pada tahun
2000, Nuarta membawa potongan patung yang belum jadi di acara Expo GWK. Namun,
tak membuahkan hasil juga.
Dia bahkan sempat menawarkan untuk menghibangkan asetnya seluas 80 hektare
tersebut kepada negara senilai Rp1,2 triliun. Dia menghadap Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono untuk memrosesnya. Sangat disayangkan, pergantian presiden harus
menghentikan langkahnya untuk menempuh jalur hibah ini.
Barulah pada tahun 2013, Nuarta menjual 82% aset GWK kepada PT. Alam Sutera
dengan harga yang murah. Bukan berarti dia merugi, tapi dari situlah Nuarta justru bisa
meneruskan impiannya membangun patung GWK. PT. Alam Sutera memang membeli
murah, tapi juga membantu pendanaan pembangunan. Dikutip dari kumparan.com, PT
Alam Sutera menggelontorkan dana sebesar Rp450 miliar.
Nyoman Nuarta menargetkan Patung GWK akan rampung di akhir Agustus 2018
ini bertepatan dengan penyelenggaraan International Monetary Fund (IMF) World Bank
Annual Meeting 2018. Jika berjalan sesuai dengan rencana, delegasi berbagai negara
peserta International Monetary Fund (IMF) World Bank Annual Meeting 2018 akan
mengunjungi GWK.
PANTAI PANDAWA

Pantai Pandawa baru diperkenalkan kurang lebih 5 tahun yang lalu. Pantai
Pandawa berkembang sangat pesat dan banyak di kunjungi oleh wisatawan. Pantai
Pandawa menjadi destinasi wisata yang favorit,yang sering dikunjungi oleh wisatawan
asing maupun domestik. Dari cerita atau sejarah kenapa disebut pantai pandawa? Yang
pertama, dahulu pantai pandawa bernama pantai melasti atau pantai kukuh karena pantai
ini berada di daerah kutub.Kehidupan masyarakat dulu pada umumnya yaitu sebagai
nelayan dan petani rumput laut.
Dalam perkembangannya datanglah seorang wisatawan dari Australia,ia adalah
seorang peselancar, dan ia berjalan di atas bukit dan ia melihat sebuah pantai di bawah
bukit dengan ketinggian bukit 100m, dengan pasir putih dan ombak yang sangat tinggi.
Karena ia mempunyai hobi berselancar, ia mencoba dahsyatnya ombak yang ada di pantai
Melasti itu.Mulai dari itulah banyak wisatawan yang datang ke pantai melasti untuk
berselancar. Wisatawan yang datang ke pantai pandawa ini tidak ada kontribusinya
terhadap masyarakat sekitar, datanglah seseorang yang bernama Nyoman Kesit
mempunyai ide yang cemelang ingin mengembangkan keindahan pantai Melasti tersebut.
Pantai Melasti terletak dibawah bukit sehingga akses jalan menuju ke pantai
Melasti sulit. Sehingga Nyoman Kesit meminta bantuan kepada warga sekitar serta kepala
desa setempat.langkah selanjutnya kepala desa melaporkan kepada Pemerintah Pusat untuk
membuka jalan menuju ke Pantai Melasti agar dapat dijangkau dengan mudah. Setelah
Pemerintah Pusat meninjau dan melihat potensi alam pantai Melasti yang begitu
indah, pemerintah pusat dan dinas pariwisata setempat langsung mengerahkan kontraktor
untuk segera membelah tebing untuk membuka akses jalan menuju pantai Melasti. Setelah
dibukannya akses menuju pantai tersebut, yang dulunya bernama pantai Melasti kemudian
diperkenalkan dengan diadakannya festival Pandawa beach, tepatny atanggal 27 Desember
2012.
Dari sinilah kemudian pantai Melasti diperkenalkan sebagai pantai Pandawa.
Dinamakan pantai Pandawa karena diambil dari kasus cerita Mahabharata, dimana para
Pandawa dikurung dalam Goa Gala-Gala oleh Kurawa, para Pandawa membebaskan diri
dari goa tersebut dan dia bertemu seekor tikus, tikus inilah yang mencarikan jalan keluar
sehingga bisa membuat teowongan, kemudian tembus dan bisa keluar dari goa tersebut.
Ujung dari loronggan tersebut adalah sebuah hutan Belantara yang angker. Disinilah
pandawa menemukan kerajaan yang bernama Amarta dan rajanya bernama Yudhistira.
Dari berdirinya kerajaan tersebut maka rakyatnya sejahtera. Dari cerita Mahabharata ini
sama persis dengan perjalanan desa Kutuh yaitu seorang Nyoman Mesir yang mempunyai
ide mengembangkan pantai Pandawa menjadi wisata, bagaikan cerita seekor tikus dalam
membuat terowongan, yang dimaksud terowongan itu adalah membelah bukit untuk
membuat akses jalan, jalan itu tembus sampai pantai Pandawa. Setelah sampai di pantai
Pandawa, barulah masyarakat mengelola pantai tersebut sehingga sampai seperti sekarang
ini, pendapatan yang didapatkan dari pengelolaan pantai Pandawa ini tentunya bisa
mensejahterakan desa Kutuh. Pantai Pandawa memiliki keindahan dan daya tarik
tersendiri dengan bentangan pasir putih dan gelombang yang sangat tinggi, di bagian
tebing terdapat patung Pandawa. Mulai dari ibunya Dewi Kunti, anaknya Yudhistira,
Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Tentunya dengan dibukanya pantai Pandawa ini
menjadi dinasti wisata sehingga kehidupan masyarakat menajadi sejahtera.Yang dulunya
berprofesi sebagai petani dan nelayan sekarang berubah menjadi pedagang dan ikut serta
dalam kepariwisataan sehingga perekonomian desa Kutuh terangkat dan maju.
Pantai Pandawa ini memiliki kultur tanah batu putih. Tanah ini tidak bisa dipakai
untuk menanam palawija kecuali di waktu-waktu tertentu seperti pada waktu musim hujan,
barulah bisa menanam jagung. Kehidupan masyarakat desa Kutuh dulunya kebanyakan
peternak sapi, tetapi sekarang dengan berkembangnya pantai Pandawa ini tentunya
mengurangi beban masyarakat dengan pendapatan yang dikelola oleh desa adat, dari hasil
inilah bisa mensejahterakan desa Kutuh.
Dalam perkembangannya dinasti wisata pantai Pandawa dinas pariwisata
mengembangkan dengan menambah daya tarik wisatawan terhadap pantai pandawa seperti
saat ini masih dalam penataan untuk menambah keasrian pantai pandawa. Saat ini baru
selesai dibangun pintu masuk yang memiliki ciri khas Bali, disamping itu juga penataan -
penataan yang lain masih dalam tahap pengerjaan. Tujuan dari penataan tersebut untuk
memberikan kepuasan kepada wisatawan yang dating ke Pantai Pandawa. Selain
penambahan penataan keasrian Pantai Pandawa juga ditambahkannya sebuah penghijauan
untuk menambah keindahan Pantai Pandawa. Fasilitas - fasilitas lain yang masih dalam
tahap pembangunan yaitu perhotelan, restoran, dan vila di kawasan Pantai Pandawa guna
memenuhi kebutuhan para wisatawan yang berkunjung. Wahana air yang ada di Pantai
Pandawa seperti kano, prahu karet serta surfing. Selain itu disini setiap hari tepatnya pukul
18.30 dipentaskan tari kecak sebagai jamuan serta pelestarian dari tari tersebut.
TARI BARONG

Tari Barong Bali merupakan satu menurut begitu banyak bentuk seni yang terdapat
pada Bali. Tarian Barong yaitu sebuah tari tradisional yang biasa ditandai beserta adanya
topeng fauna berkaki empat yang besar dan kostumnya dikenakan oleh satu hingga dua
orang. Tarian ini merupakan peninggalan kebudayaan pra-Hindu serta bercerita tentang hal
paling klise, yaitu kontradiksi diantara kebaikan dan kejahatan.
Meskipun umumnya Barong digambarkan menjadi seekor macan atau singa,
banyak jua jenis-jenis Barong lainnya seperti Barong Keket, Babi, dan Landung. Keket
sendiri merupakan lembu yg oleh masyarakat Bali dikenal sebagai Raja Hutan dengan
nama Banaspati Raja. Ingin memahami bagaimana sejarah selengkapnya tentang Tari
Barong Bali ini ? Berikut kumpulan Sejarah akan menyajikannya secara ringkas serta jelas
buat anda.

Sejarah Tari Barong Bali


istilah “barong” dipercaya muncul menurut istilah bahrwang yg secara bebas dapat
diartikan menjadi beruang. Beruang ini dianggap menjadi sebuah kekuatan mistis, fauna
mitos yg mempunyai kekuatan mistik tinggi sebagai akibatnya dipuja menjadi pelindung.
Beberapa asal menyampaikan bahwa sejarah tari Barong Bali adalah saduran menurut
cerita masyarakat Tiongkok adalah Barongsai, sementara beberapa orang lainnya
menganggap ada perbedaan yang sangat jelas antara Barongsai serta Barong di mana
menurut mereka tarian Barong memiliki nilai cerita yang baik serta tidak jarang diselingi
sang humor yg segar sehingga dapat menjaga penonton agar nir bosan. Tarian Barong ini
menceritakan mengenai kisah yg paling tak jarang diceritakan dalam cerita masyarakat
manapun adalah tentang pertempuran diantara pihak baik melawan pihak jahat.
Sepanjang sejarah tari Barong Bali, pihak yg baik selalu digambarkan dengan
sosok Barong, makhluk buas berkaki empat yang di dalamnya dikendalikan sang dua
orang penari. Pihak jahat jua selalu digambarkan beserta sama, merupakan Rangda, sebuah
sosok seperti perempuan menakutkan yang memiliki dua butir taring akbar pada mulutnya.
Terdapat pandangan yang berbeda mengenai sejarah tari Barong Bali ini, dimana
keliru satu pandangan menyatakan bahwa tari Barong adalah sebuah seni yg sudah sejak
lama ada pada Indonesia, sebuah kesenian bawaan berdasarkan rakyat Austronesia.
Pandangan ini juga memberitakan bahwa kisah yg dimainkan pada tari Barong merupakan
kisah mengenai Bhatara Pancering Jagat dan istrinya yg bernama Ratu Ayu Pingit Dalem
Dasar. Pandangan lainnya mengenai Barong timbul menurut itihasa Bali di mana tari
Barong muncul dari cerita suci serta tidak dongeng. Dianggap kisah tentang Barong dan
Rangda ini berkaitan beserta cerita saat Siwa sedang mencari Dewi Uma.
Kali pertama pada sejarahnya tari Barong Bali dijadikan pertunjukkan adalah
dalam abad ke-19 di mana dalam ketika itu Raja Kelungkung yang memiliki nama atau
julukan Ida I Dewi Agung Sakti meminta diadakannya pertunjukkan yang bentuknya
adalah wayang orang dengan total penari kurang lebih 36 orang dimana sebagian menurut
penari tersebut harus berperan menjadi pasukan berdasarkan seekor raja simpanse dan
sebagian lagi berperan sebagai pasukan rahwana. Para penari ini lalu diharuskan
mengenakan topeng serta busana yang terbuat menurut serat yg bernama braksok. Saking
populernya, pertunjukkan tersebut lalu diberi nama Barong Kadingkling atau Barong
Blasblasan yang apabila berkunjung ke suatu desa, diyakini pohon kelapa yang terdapat
pada desa tadi sebagai amat sangat fertile.

Jenis-Jenis Barong serta Rangda pada Tari Barong Bali


dalam pengaplikasian serta perkembangan tari Barong Bali, ada beberapa jenis
topeng yg dikenakan sang penari terutama. Yang paling sering dipentaskan merupakan
Barong Ket, sebuah tarian yg wujudnya nampak contohnya perpaduan antara singa,
macan, dan sapi. Badan dari Barong ini mempunyai hiasan ukir yg terbuat menurut kulit
serta ditempeli cermin sebagai akibatnya nampak berkilau. Bulu-bulu yang ada di badan
Barong Keket ini juga terbuat menurut perasok, serat berdasarkan daun yang mirip dengan
pandan, ijuk, bahkan tidak jarang terbuat menurut bulu milik burung gagak.
Barong berwujud fauna kedua, dalam sejarahnya dikenal dengan nama Barong
Bangkal yg terkadang dianggap juga Barong Celeng. Sinkron namanya, Barong ini
memiliki bentuk yg menyerupai seekor bangkal atau bangkung, seekor babi akbar yg
umurnya telah tua. Barong jenis ini biasa dipentaskan pada hari-hari keramat dengan cara
dibawa berkeliling desa.
Jenis Barong hewan yang terakhir merupakan Barong Macan yang sinkron
namanya, berwujud macan. Keliru satu jenis Barong yg populer baik sang kalangan
masyarakat Bali maupun warga luar Bali. Biasa dipentaskan beserta cara diarak
mengelilingi desa serta dilengkapi macam-macam alat-alat drama misalnya gamelan dan
lainnya.
Jenis barong yang berbeda yaitu Barong Landung yang tidak lagi berbentuk fauna
dan lebih mirip contohnya Ondel-ondel Jakarta. Cerita yang mencakup Barong Landung
merupakan Barong ini adalah penggambaran berdasarkan Raja Kerajaan Bali yg bernama
Jaya Pangus dimana dia mempersunting seseorang putri Tiongkok bernama Kang Cing
Wei. Cerita dalam pementasan Barong Landung berpusat pada bagaimana pernikahan
diantara kedua manusia tersebut tidak direstui oleh para ilahi lantaran Jaya Pangus
dievaluasi sudah melanggar tata cara serta saat nir mampu memiliki keturunan beliau
pulang menemui Dewi Danu serta dijadikan properti milik Dewi tersebut sehingga terjadi
konfrontasi antara istrinya beserta oleh Dewi.
Selain Barong, pihak tidak sama dalam kisah Barong adalah Rangda yg
digambarkan sebagai ratu menurut para leak yg ada. Rangda digambarkan sering menculik
dan memangsa anak-anak mini serta memimpin sepasukan penyihir dursila untuk
membasmi Barong. Layaknya Barong, ada beberapa jenis Rangda yg terdapat dan yg
terutama merupakan Rangda Nyinga yang berbentuk contohnya singa dan mulutnya
sedikit menonjol buat mendeskripsikan bahwa Rangda tadi mempunyai sifat buas
contohnya singa. Jenis ke-2 yaitu Rangda Nyeleme yg wajahnya mirip dengan manusia
demi mengindikasikan bahwa Rangda tadi berwibawa. Jenis Rangda terakhir ialah Rangda
super besar yg adalah gambaran Rangda pada biasanya. Jenis-jenis Rangda ini menambah
variasi pada penceritaan sejarah tari Barong Bali.
DANAU BEDUGUL

Sejarah Pura Ulun Danu di Danau Beratan Bedugul


Asal nama Bedugul dari kata “bedug” dan “kul-kul”, dua kata tersebut merupakan
dua buah alat yang menghasilkan bunyi-bunyian. Bedug merupakan alat musik khas umat
muslim dan diletakkan juga di masjid-masjid, sedangkan Kul-kul adalah kentongan yang
digunakan sebagai tanda untuk komunikasi masyarakat Bali. Dan di kawasan ini ada
sebuah masjid berdiri di pinggir jalan, perpaduan dua kata dari dua budaya berbeda ini,
merupakan akuluturasi budaya yang sudah terjaga baik di Bali. Ada versi lain juga yang
muncul asal dari kata Bedugul tersebut muncul ketika ada seorang raja mandi di danau
Beratan, kemudian dilihat oleh warga sekitar dan mengatakan “bedogol raja kelihatan”
sehingga kata bedogol tersebut sekarang menjadi Bedugul.
Pura Ulun Danu di Danau Beratan Bedugul tersebut dari uraian sejarah kerajaan
Bali tempo dulu, seperti dikutip dalam lontar Babad Mengwi, bahwa di kawasan ini
terdapat dua peninggalan sejarah yaitu sarkopagus dan juga papan batu yang berasal dari
jaman Megalitikum, sehingga terbilang sudah cukup kuno dan tua, berasal dari tahun 500
SM. Jadi tempat ini sudah digunakan sebagai tempat melakukan ritual sejak jaman
megalitikum. Kedua artefak tersebut sekarang diletakkan di dalam pura. Jadi Pura Ulun
Danu adalah salah satu pura kuno di pulau Bali. Kalau sejarah keberadaan pura Ulun Danu
dikaitkan dengan nama Bedugul rentang waktunya sangat jauh, perbandingannya jaman
Megalitikum dengan masuknya Islam ke Bali kalau dikaitkan dengan kata “bedug” pada
nama Bedugul.
Menyimak sejarah dari pura Ulun Danu tersebut, sekilas tersirat dalam lontar
Babad Mengwi yang menguraikan, Saat raja Mengwi yaitu I Gusti Agung Putu mengalami
kekalahan dalam perang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng. Dalam kekalahannya I
Gusti Agung melakukan tapa semadi di puncak Gunung Mangu untuk memohon
pencerahan dan kesaktian, setelah berkat tersebut didapatkan beliau bangkit dan
mendirikan istana Belayu (bela ayu) dan kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu
Tumpeng, dan berhasil dengan kemenangan, setelah kemenangan tersebut raja mendirikan
pura di tepi danau Beratan dan sekarang bernama pura Ulun Danu.
Raja Mengwi yaitu I Gusti Agung Putu yang merupakan pendiri kerajaan Mengwi
yang juga memiliki kaitan erat dengan Pura Taman Ayun di Mengwi juga mendirikan pura
di pinggir danau Beratan. Raja mendirikan Pura Ulun Danu Beratan sebelum mendirikan
pura Taman Ayun, tidak ada angka tahun yang jelas kapan berdirinya pura tersebut.
Namun dalam Lontar Babad Mengwi tersebut disebutkan bahwa pura Taman Ayun
dipelaspas pada Anggara Kliwon Medangsia tahun Saka Sad Bhuta Yaksa Dewaya tahun
1634 Masehi atau Isaka 1556.
Berdasarkan tahun berdirinya pura Taman Ayun di Mengwi, maka dipastikan pura
Ulun Danu di danau Beratan Bedugul tersebut didirikan sebelum tahun 1634 Masehi,
sedangkan artefak yang ada di pura tersebut diperkirakan sudah ada 500 tahun sebelum
masehi. Semenjak berdirinya pura tersebut kerajaan Mengwi menjadi termahsyur dan raja
diberi gelar ” I Gusti Agung Sakti” oleh rakyatnya. Pura Ulun Danu Beratan ini diempon
atau dipelihara oleh 4 desa satakan atau “gebug satak”, yang terdiri dari; Satakan Baturiti
yang terdiri dari 6 bendesa adat, satakan Candi Kuning terdiri 5 bendesa adat, satakan
Antapan mewilayahi 4 bendesa adat dan satakan Bangah terdiri dari 3 bendesa adat.
Kawasan Pura Ulun Danu di danau Beratan Bedugul tersebut memiliki 5 buah
komplek pura dan satu stupa Budha, ini menandakan saat berdirinya pura Ulun Danu
tersbut sudah terjadi akulturasi budaya Hindu dengan Budha yang merupakan keselarasan
dan harmoni antar umat beragama. Lima komplek pura tersebut diantaranya adalah; pura
Penataran Agung menjadi tempat pemujaan Tri Purusha Siwa yaitu Dewa Siwa, Sadha
Siwa dan Parama Siwa, Pura Dalem Purwa sebagai stana Bhatari Durga dan Dewa Ludra,
Pura Taman Beji sebagai tujuan upacara melasti dan memohon Tirta amertha, Pura Lingga
Petak yang terletak di tengah danau sebagai sumber utama air dan kesuburan sebagai stana
Dewi Sri dan Pura Prajapati sebagai stana Dewi durga.
Pujawali atau Odalan di Pura Ulun Danu Beratan
Upacara keagamaan terbesar dilakukan saat odalan atau pujawali yang bertepatan
pada hari Selasa (anggara) Kliwon wuku Julungwangi setiap 6 bula sekali (210 sekali)
dalam kalender Bali.
Namun demikian pada hari-hari tertentu seperti purnama, tilem dan hari raya besar
Hindu lainnya, banyak warga Hindu yang datang melakukan acara persembahyangan
bersama, termasuk juga menjadi tujuan upacara Melasti dan Ngegara Gunung dalam
rangkaian Ngaben.
Pura Ulun Danu Beratan di Bedugul ini juga menjadi salah satu objek wisata paling
populer di Bali, terletak di Desa Candi Kuning, Kec. Baturuti, Kabupaten Tabanan. Selain
sebagai wisata sejarah, bisa menikmati wisata alam dan juga wisata air danau.

Anda mungkin juga menyukai