sembilan Pura Khayangan Jagat yang mengelilingi Pulau Bali, Pura ini adalah tempat yang
digunakan oleh umat Hindu di Bali maupun Indonesia untuk memuja Tuhan Yang Maha Esa
dalam manifestasi nya sebagai “Tri Murti” (Brahma, Wisnu & Siwa) dalam pengharapannya
untuk kesuburan Tanah, Kemakmuran dan kesejahteraan manusia termasuk juga demi lestarinya
alam semesta.
Secara Historis Pura Ulun Danu Beratan dibangun oleh “I Gusti Agung Putu” Raja Puri Mengwi
pertama pada Tahun Saka 1556 (Tahun Masehi 1634 masehi), dan diempon oleh Empat Satakan
dari Desa Adat di sekitar Pura yang terdiri dari:
Asal nama Bedugul dari kata “bedug” dan “kul-kul”, dua kata tersebut merupakan dua buah alat
yang menghasilkan bunyi-bunyian. Bedug merupakan alat musik khas umat muslim dan
diletakkan juga di masjid-masjid, sedangkan Kul-kul adalah kentongan yang digunakan sebagai
tanda untuk komunikasi masyarakat Bali.
Dan di kawasan ini ada sebuah masjid berdiri di pinggir jalan, perpaduan dua kata dari dua
budaya berbeda ini, merupakan akuluturasi budaya yang sudah terjaga baik di Bali. Ada versi
lain juga yang muncul asal dari kata Bedugul tersebut muncul ketika ada seorang raja mandi di
danau Beratan, kemudian dilihat oleh warga sekitar dan mengatakan “bedogol raja kelihatan”
sehingga kata bedogol tersebut sekarang m Pura Ulun Danu di Danau Beratan Bedugul tersebut
dari uraian sejarah kerajaan Bali tempo dulu, seperti dikutip dalam lontar Babad Mengwi, bahwa
di kawasan ini terdapat dua peninggalan sejarah yaitu sarkopagus dan juga papan batu yang
berasal dari jaman Megalitikum.
Sehingga terbilang sudah cukup kuno dan tua, berasal dari tahun 500 SM. Jadi tempat ini sudah
digunakan sebagai tempat melakukan ritual sejak jaman megalitikum. Kedua artefak tersebut
sekarang diletakkan di dalam pura. Jadi Pura Ulun Danu adalah salah satu pura kuno di pulau
Bali.
Kalau sejarah keberadaan pura Ulun Danu dikaitkan dengan nama Bedugul rentang waktunya
sangat jauh, perbandingannya jaman Megalitikum dengan masuknya Islam ke Bali kalau
dikaitkan dengan kata “bedug” pada nama Bedugul.
baca juga: Danau Beratan Bedugul >>>>
Menyimak sejarah dari pura Ulun Danu tersebut, sekilas tersirat dalam lontar Babad Mengwi
yang menguraikan, Saat raja Mengwi yaitu I Gusti Agung Putu mengalami kekalahan dalam
perang melawan I Gusti Ngurah Batu Tumpeng.
Dalam kekalahannya I Gusti Agung melakukan tapa semadi di puncak Gunung Mangu untuk
memohon pencerahan dan kesaktian, setelah berkat tersebut didapatkan beliau bangkit dan
mendirikan istana Belayu (bela ayu) dan kembali berperang melawan I Gusti Ngurah Batu
Tumpeng, dan berhasil dengan kemenangan, setelah kemenangan tersebut raja mendirikan pura
di tepi danau Beratan dan sekarang bernama pura Ulun Danu.
enjadi Bedugul.
sejarah pendirian Pura Ulun Danu Beratan tercantum dalam kisah yang terdapat dalam Lontar
Babad Mengwi. Disebutkan dalam lontar tersebut bahwa pendiri Pura tersebut adalah I Gusti
Agung Putu. Didirikan pada tahun saka 1556 (Tahun 1634 Masehi) dan dipelihara oleh empat
“satakan” dari desa-desa di sekitar area Pura ini, yang terdiri dari: satakan Candi Kuning
mewilayahi 5 bendesa adat, satakan Bangah mewilayahi 3 bendesa adat, satakan Antapan
mewilayahi 4 bendesa adat, dan satakan Baturiti mewilayahi 6 bendesa adat.
Pura Ulun Danu Beratan terdiri atas lima kompleks Pura dan 1 buah Stupa. Diantaranya:
2. P
ura Lingga Petak
3. Pura Prajapati
Terdapat pohon beringin besar sebagai penanda. Pura ini difungsikan sebagai istana
Bhatari Durga. Pelinggih yang menghadap barat ini menjadi yang pertama ditemui sesaat
setelah pengunjung melewati ticket box dan masuk ke area Danu Beratan.
6. Stupa Buddha
Tidak hanya berupa kompleks Pura, di Ulun Danu Beratan juga terdapat satu Stupa
Budha. Stupa Budha disini menandakan adanya makna keselarasan dan harmoni
beragama. Stupa ini menghadap selatan dan terletak di luar area utama kompleks Pura
Ulun Danu Beratan.
Ketika Dang Hyang Nirartha melihat keindahan pantai di desa Braban Tabanan Bali, Dang
Hyang Nirartha memutuskan bahwa lokasi pantai sangat cocok untuk lokasi pura suci bagi dewa
laut.
Bendesa Beraban Sakti
Pada saat itu desa Beraban di pimpin oleh Bendesa Beraban Sakti, yang sangat menentang ajaran
dari Dang Hyang Nirartha dalam menyebarkan agama Hindu. Bendesa Beraban Sakti, menganut
aliran monotheisme.
Dang Hyang Nirartha melakukan meditasi di atas batu karang yang menyerupai bentuk burung
beo yang pada awalnya berada di daratan. Dengan berbagai cara Bendesa Beraban ingin
mengusir keberadaan Dang Hyang Nirartha dari tempat meditasinya.
Semenjak peristiwa tersebut, Bendesa Beraban Sakti mengakui kesaktian yang di miliki Dang
Hyang Nirartha. Selain itu, Bendesa Beraban Sakti juga menjadi pengikut Dang Hyang Nirartha
untuk memeluk agama Hindu, bersama dengan seluruh penduduk setempat.
Di kisahkan di sejarah Tanah Lot, sebelum meninggalkan desa Beraban, Dang Hyang Nirartha
memberikan sebuah keris kepada bendesa Beraban. Keris tersebut memiliki kekuatan untuk
menghilangkan segala penyakit yang menyerang tanaman.
Keris tersebut di simpan di Puri Kediri dan di buatkan upacara keagamaan di Pura Tanah Lot
setiap enam bulan sekali. Semenjak hal ini rutin di lakukan oleh penduduk desa Beraban,
kesejahteraan penduduk sangat meningkat pesat, dengan hasil panen pertanian yang melimpah
dan mereka hidup dengan saling menghormati.
Pura Tanah Lot yang terletak di sisi pantai pedesaan Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan.
Tanah Lot yang terdiri dari dua kata, yang kata Tanah ditafsirkan sebagai karang tampak seperti gili atau
pulau. Lot atau kata Lod memiliki makna laut. Jadi Tanah Lot yang berarti pulau kecil mengambang di laut.
Lokasi yang sekarang disebut sebagai Tanah Lot telah digunakan pada periode Megalitik sebagai tempat
suci, terbukti dari adanya menhir. Berdasarkan kondisi lingkungan, maka struktur Pura Tanah Lot dibangun
di dataran karang teratur sudutnya yang hanya terdiri dari satu halaman polos sebagai Jeroan.
Pura Tanah Lot terletak di 30 Km di sisi barat Denpasar kota dan sekitar 11 Km di sebelah selatan kota
Tabanan. Candi ini dibangun di atas batu dengan ukuran 3 hektar dan dapat dijangkau dalam beberapa
menit dengan berjalan kaki, karena hanya 20 meter dari bibir pantai. Candi ini sangat terkenal di antara
tujuan wisata di Bali dengan pemandangan spektakuler matahari terbenam. Di beberapa sudut dari terumbu
karang di sekitar Pura Tanah Lot terdapat ular jinak yang dipercaya sebagai makhluk yang di keramatkan
dan disucikan, ular yang berwarna hitam dan putih di mana menurut masyarakat setempat percaya bahwa
sebagai properti dewa dan sebagai penjaga candi dari pengaruh buruk.
Pura yang dibangun oleh Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan
ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16.
Odalan atau hari raya di Pura ini diperingati setiap 210 hari sekali, sama seperti pura-pura yang lain.
Jatuhnya dekat dengan perayaan Galungan dan Kuningan yaitu tepatnya pada Hari Suci Buda Cemeng
Langkir. Saat itu, orang yang sembahyang akan ramai bersembahyang di Pura Ini.
Fungsi candi ini dapat direalisasikan dari fungsi bangunan candi utama yang terletak di daerah candi utama.
Di tempat ini, ada sebuah kuil utama untuk menyembah dewa dalam bentuk Dewa Baruna atau Bhatara
Segara, kekuatan laut. Media ibadah untuk dewa ini adalah bangunan candi dengan 5 bertingkat sedangkan
bangunan candi bertingkat 3 di bagian utara daerah ini pemaknaan untuk menyembah kepada Dang Hyang
Nirartha.
Candi Tanah Lot dalam rangka untuk mengetahui status Pura Tanah Lot dapat direalisasikan dari sejarah
candi, fungsi dan keberadaan pemuja juga masuk berdoa saat upacara di pura ini diselenggarakan. Dalam
hal ini dapat diwujudkan sebagai berikut:
Candi Tanah Lot sebagai dang Kahyangan (Kuil Suci besar di Bali), karena sejarah dan Penyiwi (Orang-
orang merawat candi) adalah dari orang-orang lokal dari Kabupaten Tabanan dan sekitarnya.
Pura Tanah Lot Temple sebagai Segara, karena yang berfungsi sebagai tempat suci untuk menyembah
Segara Bhatara, Tuhan dengan manifestasi sebagai Dewa Daya laut.
Hewan yang unik dapat dilihat di daerah candi Tanah Lot ni, adalah ular yang umumnya dapat ditemui di
pantai, bagian dari perutnya tidak ada kulit melintang, ular air laut ini sangat berbahaya, tapi kasus gigitan
ular sangat jarang terjadi, karena ular air laut umumnya sangat pasif.