Anda di halaman 1dari 4

Pura andakasa

Sejarah Pura ANDAKASA


Tidak begitu jelas memang sejarah berdirinya. Namun keberadaannya disebutkan
dalam beberapa peninggalan tertulis seperti lontar-lontar dan peninggalan kepurbakalaan.
Dari peninggalan tertulis, diperkirakan pura ini didirikan oleh Mpu Kuturan sekitar abad
XI. Di samping itu Pura Luhur Andakasa juga memiliki kaitan dengan pemuka agama
Hindu Sang Kulputih, yang pernah bertapa di tempat ini sebelum menuju Lempuyang dan
Besakih. Dan berdasarkan observasi pada area-area di pura ini dapat diduga pura ini
mengalami perkembangan dan perbaikan sekitar abad 17 - 18 Masehi. Sebuah prasasti
terdapat di Pura Panyimpenan Pura Luhur Andakasa, namun tidak tertulis pada prasasti
itu keberadaan pura ini. Seperti dikemukakan dalam berbagai lontar, Pura Luhur Andakasa
berstatus sebagai salah satu Kahyangan Jagat, juga Sad Kahyangan yang berarti menjadi
sungsungan seluruh umat Hindu di Bali khususnya, umumnya di Indonesia. Sebagai
Kahyangan Jagat, Pura Luhur Andakasa merupakan stana dari Hyang Tugu atau Dewa
Brahma yang menguasai kawasan selatan dalam struktur Dewata Nawasanga, manifestasi
Hyang Widhi yang menghuni 9 arah mata angin.

Letak Pura
Di ketinggian sekitar 200 meter dari permukaan laut, Pura Luhur Andakasa tepatnya
berada pada posisi geografis 8 derajat 30 LS dan 115 derajat 30' BT. Pura besar ini
diwilayahi desa adat Angantelu, di daerah kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.
Dari Denpasar, pura ini dicapai dalam jarak sekitar 60 km - arah ke timur, atau 20 km di
timur kota Semarapura - ibu kota Kabupaten Klungkung.

Puja Brahma di Andakasa


Katuturaning usana Bali: ''Cinaritaken tingkahing bumi Bali, hana gunung CaturLoka
Pala, nga, nanging tingkahing gunung ika marapat, luwire maring pruwa Gunung
Lempuhyang nga, pangastanan Ida Bhatara Agni Jaya, maring pascima Gunung Bheratan
nga, pangastanan Ida Bhatara Watukaru, maring utara Gunung Mangu nga, pangastanan
Ida Hyang Dhenawa, maring Daksina Gunung Andakasa nga, pagastanan Ida Hyanging
Tugu. (Kutipan Lontar Usana Bali).
Maksudnya:
Inilah keterangan Usana Bali menceritarakan keadaan bumi Bali ada Gunung Catur Loka
Pala namanya. Letaknya di keempat penjuru yaitu di timur Gunung Lempuhyang stana Ida
Batara Agni Jaya, di barat Gunung Bheratan stana Batara Watukaru, di utara Gunung
Mangu stana Batara Hyang Dhenawa, di selatan Gunung Andakasa namanya stana
Hyanging Tugu.

Pura Andakasa adalah pura kahyangan jagat yang terletak di Banjar Pakel Desa Gegelang
Kecamatan Manggis, Karangasem. Pura ini didirikan atas konsepsi Catur Loka Pala dan Sad
Winayaka. Pura yang didirikan berdasarkan konsepsi Catur Loka Pala adalah empat pura
sebagai media pemujaan empat manifestasi Tuhan untuk memotivasi umat mendapatkan
rasa aman atau perlindungan atas kemahakuasaan Tuhan. Keempat pura itu dinyatakan
dalam kutipan Lontar Usana Bali di atas. Mendapatkan rasa aman (raksanam) dan
mendapatkan kehidupan yang sejahtera (danam) sebagai kebutuhan dasar masyarakat yang
wajib diupayakan oleh para pemimpin atau kesatria. Demikian dinyatakan dalam Manawa
Dharmasastra I.89.

Usaha manusia itu tidak akan mantap tanpa disertai dengan doa pada Tuhan.
Memanjatkan doa pada Tuhan untuk mendapatkan rasa aman (raksanan) di segala penjuru
bumi itulah sebagai latar belakang didirikannya Pura Catur Loka Pala di empat penjuru
Bali. Di arah selatan didirikan Pura Andakasa sebagai tempat pemujaan Batara Hyanging
Tugu. Hal ini juga dinyatakan dalam Lontar Babad Kayu Selem. Sedangkan dalam Lontar
Padma Bhuwana menyatakan: ''Brahma pwa sira pernahing daksina, pratistheng
kahyangan Gunung Andakasa.'' Artinya Dewa Brahma menguasai arah selatan (daksina)
yang dipuja di Pura Kahyangan Gunung Andakasa.

Yang dimaksud Hyanging Tugu dalam Lontar Usana Bali dan Babad Kayu Selem itu adalah
Dewa Brahma sebagai manifestasi Tuhan dalam fungsinya sebagai pencipta.

Pura Andakasa juga salah satu pura yang didirikan atas dasar konsepsi Sad Winayaka
untuk memuja enam manifestasi Tuhan di Pura Sad Kahyangan. Memuja Tuhan di Pura
Sad Kahyangan untuk memohon bimbingan Tuhan dalam melestarikan sad kertih
membangun Bali agar tetap ajeg -- umatnya sejahtera sekala-niskala. Membina tegaknya
Sad Kertih itu menyangkut aspek spiritual yaitu atma Kertih. Yang menyangkut pelestarian
alam ada tiga yaitu samudra kertih, wana kertih dan danu kertih yaitu pelestarian laut,
hutan dan sumber-sumber mata air. Sedangkan untuk manusianya meliputi jagat kertih
membangun sistem sosial yang tangguh dan jana kertih menyangkut pembangunan
manusia individu yang utuh lahir batin.

Jadinya pemujaan Tuhan Yang Mahaesa dengan media pemujaan dalam wujud Pura Catur
Loka Pala dan Sad Winayaka untuk membangun sistem religi yang aplikatif. Sistem religi
berupaya agar pemujaan pada Tuhan Yang Maha Esa itu dapat berdaya guna untuk
memberikan landasan moral dan mental.

Pura Andakasa dalam kesehariannya didukung oleh dua desa pakraman yaitu Desa
Pakraman Antiga dan Gegelang. Menurut cerita rakyat di Antiga didapatkan penjelasan
bahwa pada zaman dahulu di Desa Antiga ada tiga butir telur jatuh dari angkasa. Tiga telur
tersebut didekati oleh masyarakat. Tiba-tiba telur itu meledak dan mengeluarkan asap.
Asap itu berembus dari Desa Antiga menuju tiga arah. Ada yang ke barat daya, ke barat
laut dan ke utara. Masyarakat Desa Antiga mendengar adanya sabda atau suara dari alam
niskala. Sabda itu menyatakan bahwa asap yang mengarah ke barat daya desa adalah
Batara Brahma. Sejak itu bukit itu bernama Andakasa sebagai tempat pemujaan Batara
Brahma. Asap yang ke barat laut desa adalah Batara Wisnu menuju Bukit Cemeng
didirikan Pura Puncaksari. Asap yang menuju ke utara desa adalah perwujudan Batara
Siwa dipuja di Pura Jati. Tiga pura di tiga bukit itulah sebagai arah pemujaan umat di Desa
Antiga dan Desa Gegelang.

Pemujaan Batara Brahma di Pura Andakasa ini dibangun di jejeran pelinggih di bagian
timur dalam bentuk Padmasana. Di bagian jeroan atau pada areal bagian dalam Pura
Andakasa di jejer timur ada empat padma. Yang paling utara adalah disebut Sanggar
Agung, di sebelah selatannya ada pelinggih Meru Tumpang Telu. Di selatan meru tersebut
ada padmasana sebagai pelinggih untuk memuja Dewa Brahma atau Hyanging Tugu. Di
sebelah selatan pelinggih Batara Brahma ada juga dua padmasana untuk pelinggih Sapta
Petala dan Anglurah Agung.

Upacara pujawali atau juga disebut piodalan di Pura Andakasa diselenggarakan dengan
menggunakan sistem tahun wuku. Hari yang ditetapkan sejak zaman dahulu sebagai hari
pujawali di Pura Andakasa adalah setiap hari Anggara Kliwon Wuku Medangsia. Di samping
ada pujawali setiap 210 hari, juga diselenggarakan upacara pecaruan setiap Anggara Kliwon
pada wuku Perangbakat, wuku Dukut dan wuku Kulantir.

Setiap pujawali di Pura Andakasa pada umumnya diadakan upacara melasti ke Segara Toya
Betel di Desa Pengalon. Tujuan melasti ini adalah untuk lebih menguatkan dan
memantapkan umat dalam menyerap vibrasi kesucian Ida Batara di Pura Andakasa. Tujuan
utama melasti menurut Sundarigama adalah anganyutaken laraning jagat, papa klesa,
letuhing bhuwana. Artinya mengatasi penderitaan rakyat, menghilangkan kekotoran (klesa)
diri dan untuk menyucikan alam lingkungan dari pencemaran.

Data Pengelingsir Pura


Piodalan / Pujawali / Petoyan

Piodalan: Anggara Kliwon Wuku Medangsia. Di samping ada pujawali setiap 210 hari, juga
diselenggarakan upacara pecaruan setiap Anggara Kliwon pada wuku Perangbakat, wuku
Dukut dan wuku Kulantir.

1 Piyasan
Meru Tumpang-5
2 Gedong Sari
3 Lingga Jineng
4 Taksu Seluang
5 Limas Saru
6 Gedong TUmpang-2
7 Sanggar Agung Padmasana
8 Meru TUmpang-3
9 Batara Hyang Tugu
10 Sapta Patala
11 Ngelurah Agung
12 Bale Panggungan
13 Bale Jajar Lumbung
14 Bali Pasaji
15 Pengaruman
16 Bale Piyasan
17 Bale Pasanekan
18 Pamedal
19 Pamedal Paletasan
20 Taru Kuang
(Ficus Superba (Miq.)
21 Pamedal Jeroan
a Apit Lawang
24 Wantilan lan Bale Gong
25 Bale Pewaregan / Paebatan
26 Bale Kulkul
27 Pamedal Jabaan

Anda mungkin juga menyukai