Anda di halaman 1dari 5

Pura Luhur Besi Kalung, Pura Suci dengan Pemandangan Mengagumkan di

Gunung Batukaru

Sumber: https://www.kintamani.id/pura-luhur-besi-kalung-pura-suci-pemandangan-mengagumkan-gunung-
batukaru-002958.html

Pura Luhur Besi Kalung menjadi satu dari sekian banyak pura yang ada di Pulau Dewata Bali. Pura
ini pun memiliki keunikan tersendiri di bandingkan pura lain di Bali. Terutama, karena tidak hanya
memiliki desain arsitektur unik, tapi juga menyuguhkan pemandangan alam yang memukau.
Alasannnya, karena pura ini terletak di daerah pegunungan di lereng gunung bagian selatan Gunung
Batukaru yaitu Pura Besikalung.

Ketika Anda mengunjungi Pura Luhur Besi Kalung, Anda wajib mematuhi peraturan yang ada.
Sebagaimana ketika berkunjung ke tempat ibadah Anda diajibkan berpakaian sopan, tidak boleh
berkata kasar dan wajib menjaga kebersihan tempat ibadah. Dan lokasinya yang berada di
pegunngan membuat Anda wajib menaiki ratusan anak tangga, sehingga sebelum berkunjung
siapkan tenaga ekstra Anda.

Lokasi Pura Luhur Besi Kalung

Pura Luhur Besi Kalung ini secara geografis letaknya berada di kawasan Jatiluwuh, namun
pengempon pura ini berada di wilayah Desa Adat Ulu, Desa Babahan, Kecamatan Penebel,
Kabupaten Tabanan. Apabila dari Denpasar maka anda perlu menempuh jarak sekitar 50 km ke sisi
selatan Gunung Batukaru.

Sejarah Pura Luhur Besi Kalung

Terdapat beberapa sumber sejarah mengenai asal-usul dari Pura Besikalung, yang pertama adalah
Prasasti Babahan I. Prasasti yang bertahun caka 893 (917 M) ini tersimpan di Pura Puseh
Jembelangu Desa Adat Belongan. Dalam prasasti Babahan I tercantum kalimat yang berbunyi “…
Cala Silunglung Kaklungan Pangulumbigyan …”.

Kata-kata ini memiliki arti sebagai berikut, Bale Suci (Cala Silunglung), kaklungan dan upacara adata
(Pangulumbigyan). Dari kalimat tersebut kemungkinan nama Besikalung berasal dari kata Cala
Silunglung yang penyebutannya berubah menjadi Sikalung, dan kemudian mengalami perubahan lagi
menjadi Besikalung.

viangadem
Masih ada sumber sejarah lainnya mengenai tempat wisata populer di Tabanan ini, yaitu berasal dari
adanya peninggalan Lingga yang terdapat pada palinggih pokok (agung). Apabila lingga tersebut
dipukul maka akan mengeluarkan bunyi nyaring seperti besi.

Lingga ini juga memiliki bentuk bulat panjang, dibagian atasnya juga dihiasi dengan lingkaran mirip
kalung yang melingkarinya. Dari lingga yang menyerupai kalung tersebut pura ini diesbut Pura Luhur
Besikalung. Terdapat kata luhur juga pada pura ini, karena letaknya yang berada di atas perbukitan.

Keindahan Pura Luhur Besi Kalung

Di sekeliling Pura Luhur Besi Kalung ini terdapat hamparan sawah yang hijau. Terdapat juga
beberapa hutan yang lebat dengan bebrapa pohon yang tumbuh, seperti pohon cempaka, pohon
kayu kresek, pohon kayu rasa mala, pohon cemara, pohon nangka,dan pohon-pohon lainnya. Karena
letaknya yang berada di atas bukit dan dikelilingi oleh area yang hijau, membuat suasana yang ada di
Pura Luhur Besikalung ini menjadi sejuk dan segar.

Maka dari itu, selain menjadi tujuan untuk persembahyangan pura ini juga dijadikan tempat wisata.
Bagi anda atau siapapun wisatawan yang datang dapat menikmati keindahan bangunan pura dan
juga menikmati pemandangan dari alam sekitar, menenangkan pikiran dengan menghirup udara
segar. Jika Anda berkunjung di hari yang disakralkan Anda berkesempatan melihat upacara adat di
Pura Besi Kalung. Tidak kalah asyiknya lho dibandingkan dengan tempat wisata lainnya di Bali.

Pura Besi Kelung, Kerap Terdengar Suara Naga Jelang Tengah Malam
30/05/2016 POS BALI https://www.posbali.id/pura-besi-kelung-kerap-terdengar-suara-naga-jelang-tengah-
malam/

PURA Luhur Besi Kalung secara teritorial berada di wilayah Desa Jati Luwih, tetapi secara amongan pemaksaan
pura ini termasuk wilayah Desa Babahan, kecamatan Penebel, Tabanan. Pura luhur Besi Kalung berasal dari
adanya peninggalan Lingga yang terdapat pada Pelinggih Agung yang masih merupakan bangunan kuno yang
terbuat dari batu paras yang tersusun sedemikian rupa sehingga Lingga yang terdapat pada Pelinggih Agung
tersebut bila dipukul mengeluarkan suara nyaring seperti suara besi,demikian juga dengan bentuk lingganya yang
panjang terdapat kalung yang melingkari pada ujung atasnya.
Selain itu pura ini diyakini warga dikemit oleh seekor naga, sebab kerap kali terdengar suara naga menjelang
tengah malam. Persepsi lain nama besi kalung kemungkinan berasal dari sekala (nyata) karena keberadaan
pelinggih-pelinggihnya merupakan kesatuan aktualisasi kehidupan yang ditandai dengan Campuhan Tiga,
Pecalang Agung, Pasar Agung, Pedukuhan, TamanSari, Ratu Nyoman Pengadangan, Dalem Khayangan,
Shangyang Meling.

Disamping itu juga Dalem Gumi, Muncak Sari, Beji Kauh, Batur, Puseh, Khayangan/Angluhan, Ratu Sedahan,
Rambut Sedana/Manik Galih, Lumbung, Bale Sekulung, Pura Bambang, Taksu Agung, Manik Sekalan,
penghayatan Wisnu, Brahma, Ratu Nyoman Tangkeb Langit, Penghayatan Surya, Merta Sari, Naga Loka,
Gunung Agung, Bukit Puhun, Balai Pelapah Pemayasan dan Balai Munar Manik.

Berdasarkan Prasasti Babahan1 di dalam perjalanan Raja Cri Ugrasena Ke Bali utara, memberikan Anugrah atau
wewenang kepada seorang Pandita yang bergelar Pita Maha berpesraman di Bhang Hyang Sidhi berlokasi di
sebelah Pura Besi Kalung untuk mengatur tata cara penyelenggaranan keagamaan. Mengingat lokasinya yang
berdampingan antara kedua tempat tersebut, maka ada dua kemungkinan Pura Luhur Besi Kalung telah ada sejak
tahun caka 839 atau 917 masehi dan dibangun oleh seorang Rsi.
Ditinjau dari status dan fungsi Pura Dhang Khayangan sebagai Catur Lawa dan pesanakan Pura Batukaru, selain
Petali, Tambawaras dan Muncaksari. Mengingat status dan fungsi serta rangkaian upacara yang diselenggarakan,
maka Pura Luhur Besi Kalung dipuja Betara Ciwa dalam manifestasinya sebagai Dhang Hyang Guru. Adapun
rangkaian upacara dilaksanakan pada Saniscara Umanis Waturenggong (SaraswatiPuja), Redite Paing Sinta
(Banyu Pinaruh), Soma Rebek (Soma Pon Sinta), AnggaraWage Sinta (Sabuh Mas) serta piodalan Ida Bhatara
pada Pagerwesi (Buda KliwonSinta).

Esksistensi Pura Luhur Besi Kalung sebagai jajar Kemiri dan Catur Loka Pura Sad Khayangan Luhur Batukaru.
Pura Luhur Batukaru dalam status Sad Khayangan Jagat sebagai Linggacala Ida SangHyang Mahadewa disebut
dengan Mahadewa lazimnya dalam kehidupan masyarakat pengempon disebut Batukaru.

Batukaru merupakan kekuatan penangkeb yang bermakna raja para Dewa-Dewa sehingga manifestasi Ida Sang
Hyang Widhi yang dipuja di Pura Batukaru oleh masyarakaat setempat disebut dengan istilah Ida Betara
Panembahan Penataran Jagat Bali.

Dan puncak gunung Batukaru disebutkan dengan istilah Pucak Kedaton.Pucak artinya kedudukan tertinggi,
sedang Kedaton atau kedatuan artinya keratuan Raja di Raja. Jadi Kedaton berarti keraton yang artinya komando
tata pemerintahan niskala. Gunung Batukaru dengan puncaknya kedaton merupakan manifestasi Ida SangHyang
Widhi sebagai badan eksekutif,yaitu pelindung kehidupan sarwa pranidengan menganugrahkan pengurip bumi
dengan perangkat badan pembantunya disebut sebagai Jajar Kemiri.

Jajar artinya jaringan Kemiri adalah tingkih (kemiri), jadi Jajar Kemiri adalah jaringan yang membangun kekuatan
kemiri dimaksud ,sehingga kuat dan tidak mudah lapuk. Pura-pura yang merupakan jajar kemiri dari Pura
Batukaru di sebelah kanan adalah; Pura Muncak Sari dan Pura Tambaa Warasdan di sebelah kirinya yaitu Pura
Petalidan Pura Besi Kalung.

Dengan demikian Pura Dhang Khayang Jagat Bali dikuatkandengan adanya Pura Jajar Kemiri yang mempunyai
fungsi sebagai kekuatan Jagat Bali. Pura Muncaksari merupakan pembekalan induk berupa sandang, pangan dan
papan yang cukup tersedia dan tak pernah habisnya serta mampu memenuhi sepanjang kehidupan zaman dalam
Catur loka Pala Batukaru sebagai Sang Hyang Sangkara. Pura Tambawaras adalah kekuatan pemberi anugrah di
bidang kesehatan lahir batin serta kelestarian alam semesta, yang merupakan manifestasi Catur loka Pala Batukaru
sebagai Dewa Aswina. dbs
Pura Luhur Besikalung dan Sejarah Namanya
Thursday, January 12th 2017.

Pura Luhur Besikalung merupakan salah satu Pura dari sekian banyak Pura yang ada di Pulau Bali.
Pura yang satu ini pun sama dengan Pura di Bali lainnya yang juga berfungsi sebagai tempat wisata.
Pura yang satu ini tentunya bisa dijadikan sebagai alternative wisata bagi Anda yang sudah seringkali
berkunjung ke tempat wisata yang terkenal di Bali. Pura ini pun masih aktif sebagai tempat peribadatan
kaum Hindu yang tinggal di daerah sekitarnya. Penasaran dengan informasi lebih lanjut dari Pura yang
satu ini? Berikut informasinya untuk Anda.

Lokasi Pura Luhur Besikalung


Bagi Anda yang ingin berkunjung ke tempat wisata yang satu ini, Anda bisa menuju ke arah daerah
Gunung Batukaru. Ya, Pura yang satu ini memang terletak di lereng gunung bagian selatan dari Gunung
Barukaru tersebut. Secara geografis, letak Pura yang satu ini memang termasuk kepada kawasan
Jatiluwih. Tetapi perlu diketahui bahwa pengempon dari Pura yang satu ini adalah Desa Adat Ulu, Desa
Babahan yang berlokasi di Kecamatan Penebel dan juga Kabupaten Tabanan. Bali. Dari Denpasar, Anda
harus menempuh jarak sebesar 50 km ke sisi selatan gunung Batukaru. Untuk itu, Anda memang harus
menempuh perjalanan yang cukup lama dari Denpasar menuju Pura Luhur Besikalung ini. Akan tetapi,
hasil yang Anda dapatkan dari Pura ini tidaklah akan mengecewakan.

Pura ini menurut sejarahnya mulai didirikan pada tahun 917 Masehi. Informasi ini didapatkan dari tulisan
yang terdapat di prasasti Babahan. Selain itu, nama dari Pura ini pun memiliki sejarah tersendiri. Pura ini
bernama Besi kalung yang namanya berasal dari kata “Cala Silunglun” yang kemudian disingkat menjadi
Sikalung untuk menyebutannya. Selain itu, ada sebuah lingga yang bisa Anda temukan di Pura tersebut
dan saat dipukul bunyinya menyerupai bunyi besi. Selain itu, benuk lingga yang menyerupai kalung
tersebut menjadi asal usul selanjutnya mengapa pura ini disebut dengan nama Besikalung. Tentunya,
sejarah dari nama pulau ini tergolong unik, bukan? Demikian tadi informasi tentang Pura Luhur
Besikalung untuk Anda.
Pura Luhur Besi Kalung
 In Art & Culture http://bali-travelnews.com/2016/04/21/pura-luhur-besi-kalung/

Salnted Lingga Yoni foretells disaster Pura Luhur Besi Kalung, located in Utu Customary Village,
Penebel Tabanan has the distinct feature of being home to a Linga Yoni with a chainlike necklace that
gongs when struck. It is therefore assumed that the chain necklace is made of steel from which the
name “Besi” (steel) comes from.

Salnted Lingga Yoni foretells disaster


Pura Luhur Besi Kalung, located in Utu Customary Village, Penebel Tabanan has the distinct feature of being
home to a Linga Yoni with a chainlike necklace that gongs when struck. It is therefore assumed that the
chain necklace is made of steel from which the name “Besi” (steel) comes from. It is believed that if the
Linga Yoni slants to one side it foretells a national disaster.
Head of Pura Luhur Besi Kalung, accompanied by public relations officer Made Subagia said on Monday
that the Linga Yoni in fact slanted in 2013 just before earthquakes and volcanic eruptions shook the island
of Java. The Lina Yoni had been slanting for a month before the natural disasters and came back to its
straightened position on its own. “It slanted in 1932, 1945, 1965 and again in 1998 just before the national
reformation”, he said.
The Linga Yoni stands in the innermost sanctum of the temple at the main shrine (Linggih Ageng) .There is
a stepped stone structure leading up to the Lingga Yoni and at its base there is special ‘tabernacle’ where
officiating priests sit. This area cannot be approached by just anyone and even those who do so, do not dare
touch the Lingga Yoni.
The only person who steps on the stone step structure is Tabanan Palace’s Ida Tjokorda Tabanan, the head
priest of Pura Luhur Besi Kalung and the head priest of Pura Luhur Batukaru Temple with permission from
Ageng Luhur Besi Kalung, Someone once accidently sat on the ‘tabernacle’ and as Subagia describes, the
person was immediately possessed and died two weeks later.
It is also forbidden to prune the tree that grows next to the Lingga Yonia as it is believed that it is Ida
Batara’s hair. Pruning only takes place after a special ceremony held on the Sunday after Saraswati day
and the cuttings are buried in Bambang Temple.
Also the trees that grow near the temple must not be cut down so as to give the impression of the temple
being surrounded by forest. Even rotting trees are not uprooted. “They are left to rot and are then
replanted”, said Subagia.
Pura Luhur Besi Kalung, anniversary (piodalan) is celebrated every Pagerwesi day. Pura Luhur Besi
Kalung holds the status of “Sad Kahyangan” and is part of the ranks of Kemiri Pura Luhur Batukaru
temple. It is also known as a place to request safety and prosperity. (kmb24)

Anda mungkin juga menyukai