Anda di halaman 1dari 10

KLIPING SEJARAH

CANDI DI LUAR JAWA

Disusun oleh : KELOMPOK 4

ANGGOTA :
1. FARA
2. MALA
3. MUNAWIR
4. IWAN
5. SATRIAWAN

SMAN 1 WOHA
TAHUN 2018
CANDI DI LUAR JAWA

1. Candi Muara Takus

Riau termasuk salah satu provinsi yang akrab dengan peninggalan sejarah.
Tidak hanya rumah ibadah klasik atau tugu, Riau juga memiliki sebuah candi yang
menjadi bukti sejarah perkembangan agama tersebut diprovinsi Riau, dan diperkirakan
telah ada sejak masa keemasan Kerajaan Sriwijaya serta banyak dikunjungi
wisatawan. Ya, namanya adalah Candi Muara Takus.
Objek Wisata
Candi Muara Takus adalah salah satu dari beberapa candi Budha, dan candi ini
membuktikan bahwa pernah eksistensi agama Budha di kawasan ini beberapa abad
silam. Walaupun para arkeolog belum dapat menentukan secara pasti kapan candi ini
didirikan, namun mereka sepakat bahwa Candi ini berdiri pada masa kejayaan
Kerajaan Sriwijaya abad VII-XII Masehi.
Stupa merupakan ciri utama bangunan suci umat Budha. Arsitektur stupa di
Candi Muara Takus ini sangat unik dengan ornamen sebuah roda dan kepala singa.
Bentuk stupa memiliki kesamaan dengan stupa Budha di Myanmar, Vietnam, Sri
Lanka atau stupa kuno di India pada periode Asoka. Kompleks candi ini dikelilingi
tembok seluas 74 x 74 meter. Bahkan, kompleks candi di area luar dikelilingi tembok
tanah seluas 1,5 x 1,5 kilometer.
Bangunan candi terbuat dari tanah liat dan bagian pagar terbuat dari batu putih.
Selain Muara Takus, beberapa candi lainnya yang juga berdiri adalah Candi Tua,
Candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka. Menurut beberapa sumber, batu yang
digunakan untuk membangun candi ini terdiri dari bahan dasar seperti batu pasir, batu
sungai dan batu bata. Batu bata tersebut berasal dari desa Pongkai, sebuah desa yang
terletak di sebelah hilir kompleks candi. Selain itu, juga terdapat sebuah gundukan
yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Berdasarkan hasil
penelitian arkeologi tahun 1994, Candi Muara Takus terdiri dari pagar keliling, Candi
Tua, Candi Bungsu, Candi Mahligai, Candi Palangka, Bangunan I, Bangunan II,
Bangunan III, Bangunan IV, Bangunan VII, dan Tanggul kuno. Tidak cukup sampai
di situ, di kompleks ini Anda juga akan menemukan fragmen arca singa, fragmen arca
gajah pada puncak candi Mahligai, inskripsi mantra, pahatan vajra, gulungan daun
emas dengan permukaan ukiran berpahat mantra dan gambar vajra.
Asal Usul Candi Muara Takus
Nama candi ini sendiri berasal dari nama anak sungai yang bermuara ke Batang
Kampar Kanan. Arti “Muara” yaitu suatu tempat dimana anak sungai mengakhiri
alirannya ke laut. Sedangkan “Takus” berasal dari bahasa cina yaitu “Ta” yang berarti
besar, “Ku” berarti tua, dan “Se” berarti candi. Jadi, Candi Muara Takus berarti
bangunan candi tua megah di muara sungai.
Konon, masyarakat setempat percaya bahwa Candi Muara Takus dibangun
berdasarkan permintaan dari seorang putri yang berasal dari India. Putri tersebut
dibawa oleh Datuk Tiga Ahli ke Muara Takus setelah berlayar ke India. Di kalangan
masyarakat Putri tersebut dikenal sebagai Putri Reno Wulan atau Putri Induk Dunia.
Candi Muara Takus didirikan sebagai syarat kerelaannya dibawa ke negeri tersebut.
Putri tersebut meminta dibuatkan candi yang serupa dengan candi di tempat
orangtuanya berasal. Maka itulah Candi Muara Takus mempunyai kemiripan dengan
Candi Asoka di India. Fenomena lain yang disaksikan sendiri oleh masyarakat sekitar
yaitu adanya seekor gajah putih memimpin sekelompok gajah pada malam hari saat
bulan purnama. Gajah-gajah tersebut mendatangi candi dan melakukan posisi seperti
sujud abdi menyembah kepada junjungannya. Kemudian sekelompok gajah yang
kurang lebih berjumlah 30 ekor tersebut mengelilingi Candi Muara Takus. Bila
dihubungkan dengan mitologi Budha, gajah merupakan sebagai salah satu reinkarnasi
Budha, dan juga sebagai simbol dan kendaraan seorang raja. Fenomena tersebut
menandakan adanya kehidupan peradaban Budha di Riau pada masa lampau.
Lokasi
Candi Muara takus Terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto
Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Dari kota Pekanbaru, Anda akan menempuh jarak
sekitar 135 km. Lokasinya cukup dekat dari Pinggir Sungai Kampar, yaitu sekitar 2,5
km dari pusat Desa Muara Takus menuju kompleks candi.
Akses
Lokasinya candi ini dapat dikunjungi dengan perjalanan darat kurang lebih 3
jam dari Pekan Baru, Riau. Letaknya yang juga di tepi sungai Kampar Kanan dapat
dicapai dengan mudah dari jalan lintas Riau – Sumatera Barat yang hanya berjarak
sekitar 20 km.
Fasilitas dan Akomodasi
Tidak perlu khawatir kalau anda jika ingin berlibur di Candi Muara Takus,
karena diarea candi sudah banyak terdapat rumah makan, kios penjual makanan
ringan, kios souvenir dan beberapa penginapan atau hotel.
2. Candi Padas

Candi Padas terletak di tebing yang berada di tepi Sungai Pakerisan. Tepatnya
di Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar,
Bali. Untuk sampai lokasi ini Anda bisa melewati jalur yang sama menuju Istana
Tampaksiring. Dari Kota Denpasar jaraknya 40Km yang dapat ditempuh dengan
perjalanan selama 1 jam. Dari Gianyar jaraknya hanya 21 Km saja. Jika Anda tidak
berkendara, Anda bisa memanfaatkan jasa taksi, bus wisata, atau travel agen Anda
untuk mengantar Anda ke lokasi ini.
Arsitektur Candi Padas
Karena candi ini menggunakan bahan alami yang sudah merupakan bagian dari
alam itu sendiri, maka kekuatannya bergantung pada kekuatan alam. Itulah yang
membuat candi ini masih terlihat utuh hingga saat ini. Tak lekang oleh waktu, hanya
di beberapa area memang tampak lumut yang sudah turut serta menjadi bagian dari
Candi Padas ini.
Anda akan dibuat takjub dengan arsitektur candinya. Mulai dari Anda menaiki
satu demi satu anak tangga yang merupakan hasil pahatan batu padas yang terdapat di
tebing pinggir sungai Pakerisan ini. 315 anak tangga siap mengantar Anda menuju
Candi Padas yang berada di atasnya. Candi yang dibingkai oleh dinding-dinding batu
yang kokoh.
Ada 2 kelompok candi yang dapat Anda lihat. Kedua kelompok candi ini
terbelah oleh aliran Sungai Pakerisan yang juga menjadi sebuah sungai yang
dikeramatkan. Pada Sebelah Barat Sungai terdapat 4 buah candi yang menghadap ke
Timur sementara di sebelah Timur sungai terdapat 5 buah candi yang menghadap ke
Barat. Candi yang dilengkapi dengan pemandian dan pancuran air dengan
pemandangan yang luar biasa. [Ornamen Candi, Mengenal Berbagai Ornamen Candi
yang Unik]
Dua kompleks candi ini dipahat sedemikan rupa hingga membentuk ruang-
ruang lengkung yang di bagian dalamnya dapat Anda temukan sebuah candi.
Penempatan candi di dalam cekungan yang dipahat ini dilakukan untuk menghindari
candi dari ancama Erosi yang mengancam tebing ini.
Pada Candi yang berada di area Barat bahkan memiliki pelataran, ruang-ruang kecil
seperti kamar lengkap dengan jendelanya, pun dengan lubang ventilasi yang memadai.
Ruangan-ruangan dalam candi inilah yang dulunya seringkali dipergunakan untuk
melakukan pertemuan oleh para pendeta atau tokoh kerajaan. Pun untuk meditasi
hingga saat ini.
Bagaimana tidak, suasana alam yang tenang dan damai. Gemericik air dan riak
air sungai yang tertiup angin, ditambah dengan kicauan burung dan semilir angin yang
masuk melalui lubang-lubang ventilasi tentu menenangkan. Untuk mendapatkan
perasaan tenang dan damai, terlepas dari apapun tujuan yang ingin mereka dapatkan
dari meditasi mereka. [Warna Warni pada Arsitektur Candi di Indonesia]
Sejarah Candi Padas
Candi Padas ditemukan oleh seorang peneliti Belanda pada tahun 1920.
Penemuan ini memacu para arkeolog Bali untuk turut serta melakukan penelitian lebih
lajut mengenai candi ini. Akhirnya ditemukan sejarah Candi Padas yang dikenal
dengan Candi Gunung Kawi ini. Candi Padas dibuat pada masa pemerintahan Anak
Wungsu yang tiada lain adalah putra dari Raja Udayana. Seorang Raja yang cukup
terkenal dari Bali yang berasal dari Dinasti Marwadewa. Sementara kakaknya Anak
Airlangga menikah dengan seorang Putri dari Jawa Timur dan menjadi Raja di sana.
Pembuatannya dilakukan sekitar abad ke-11 masehi. Buktinya dapat kita lihat
dari tulisan yang berada di atas pintu semu yang dibuat dengan huruf Kediri yang
bunyinya “Haji Lumah Ing Jalu” artinya “Sang Raja yang disemayamkan di Jalu”.
Raja yang dimaksud tentunya Raja Udayana sementara kata “Jalu” adalah sebutan
untuk senjata yang dimiliki oleh ayam jantan. “Jalu” jika diterjemahkan ke dalam
Bahasa Sunda berarti Jantan.
Dari kata-kata itulah muncul pula istilah “Pakerisan” yang mengacu pada
“Keris” sebagai senjata. Nama yang diabadikan menjadi nama sungai yang membelah
Candi Padas ini menjadi dua bagian tebing candi. Sungai yang dikeramatkan yang
juga menjadi air suci bagi para penduduk setempat yang menganut agama Hindu
hingga saat ini.
Mitos Di Balik Candi Padas
Jika Anda pernah mendengar sebuah mitos mengenai Kebo Iwa maka Candi
Padas ini disebut-sebut sebagai salah satu karyanya. Mitos ini berasal dari cerita
Rakyat Bali yang hingga kini masih sering diceritakan. Tokoh Kebo Iwa ini konon
memiliki postur tubuh yang sangat besar. Dengan kesaktian yang ia miliki ia
menatahkan kuku-kukunya yang tajam dan kuat pada dinding-dinding batu padas yang
terdapat di Tukad Pakerisan ini.
Hasilnya menjadi pahatan dinding batu padas yang indah dan halus. Pun
dengan detilnya yang sangat bagus. Dengan Kesaktiannya ia tidak memerlukan waktu
yang cukup lama untuk memahat dinding batu padas ini. Dalam sehari semalam ia
berhasil menyelesaikan mahakaryanya yang kini dapat kita lihat pada Candi Padas ini.
Percaya atau tidak, semua kembali pada diri Anda sendiri. Pastinya Candi Padas ini
adalah salah satu candi yang wajib Anda kunjungi jika Anda berkunjung ke Bali.***
3. Candi Muaro Jambi

Jika Anda berkunjung ke Kota Jambi, maka jangan lupa untuk berkunjung ke
objek wisata sejarah yang satu ini. Candi Muaro Jambi merupakan salah satu tempat
wisata Favorit bagi para wisatawan yang mengunjungi Kota Jambi. Jarak yang tidak
terlalu jauh dari pusat kota, disertai dengan akses yang cukup mudah membuatnya
menjadi salah satu tujuan objek wisata yang cukup populer di kalangan masyarakat
dan wisatawan di Jambi.
Meskipun tidak sepopuler berbagai situs candi purbakala yang ada di Pulau
Jawa, situs Candi Muaro Jambi ini terbilang tidak kalah menarik untuk dikunjungi.
Berbagai macam bangunan candi disertai dengan situs-situs sejarah lainnya, akan
memberikan Anda banyak pelajaran dan informasi mengenai sejarah di Indonesia.
Meskipun masih dalam tahap rekonstruksi, salah satu tempat wisata di Jambi ini telah
dapat dibuka untuk dikunjungi para wisatawan yang ada di Kota Jambi.

Kumpulan Candi dalam Satu Wilayah


Di kompleks situs Muaro Jambi, ada beberapa situs purbakala berbentuk candi
yang dapat dinikmati oleh para wisatawan. Tercatat ada lebih dari 6 candi yang sudah
dapat dikunjungi oleh para wisatawan di komplek situs ini, dan ada beberapa candi
lainnya yang sedang dalam proses perbaikan.
Hingga saat ini, tercatat ada lebih dari 80 reruntuhan bangunan kuno yang
ditemukan di lokasi situs sejarah di Kota Jambi ini. Beberapa candi yang sudah dapat
dikunjungi oleh para wisatawan di komples situs wisata ini yaitu candi Tinggi, Candi
Gendong 1 dan 2, Candi Vando Astano, Candi Kembar Batu, dan Candi Cumpung.
Selain candi-candi tersebut, wisatawan juga dapat menikmati beberapa objek
wisata lainnya seperti kolam Telago Rajo dan juga berbagai kanal-kanal tua yang ada
di sekitar kompleks wisata situs sejarah ini.
Sejarah
Berdasarkan informasi dari pemerintah setempat, candi ini merupakan sisa-sisa
kekuasaan dari kerajaan Siriwijaya yang kini telah tiada. Candi ini diperkirakan
dulunya merupakan pemukiman penduduk kerajaan kuno di sekitaran Abad sembilan
hingga lima belas Masehi.
Candi ini diyakini merupakan salah satu pusat penyebaran dan juga perkembangan
agama Budha di Indonesia.

Lokasi
Lokasi Candi Muaro Jambi ada di daerah kompleks Situs Muaro Jambi,
tepatnya di Kabupaten Muaro Jambi. Jarak lokasi kompleks ini dari pusat kota jambi
sekitar 30 kilometer. Objek wisata sejarah berupa candi ini membentang mengitari
tepian sungai Batanghari sekitar lebih dari 7,5 kilometer.
Ada banyak fasilitas angkutan baik umum maupun pribadi yang dapat
dimanfaatkan untuk menuju lokasi kompleks candi ini. Anda dapat menggunakan
berbagai tranportasi umum seperti bus maupun angkot yang menuju ke lokasi
kompleks percandian ini, atau jika Anda tidak ingin terganggu oleh orang lain, Anda
juga bisa menyewa mobil carteran yang banyak tersedia di pusat kota Jambi.

Akomodasi dan Fasilitas


Bila Anda yang berasal dari luar Kota Jambi ingin mengunjungi objek wisata
sejarah Candi Muaro Jambi ini, Anda dapat memanfaatkan berbagai macam fasilitas
dan juga akomodasi penginapan yang ada di Kota Jambi. Jarak Kota Jambi dengan
lokasi tempat wisata sejarah ini terbilang cukup dekat. Untuk itu, Anda tidak perlu
khawatir untuk berbagai permasalahan akomodasi penginapan ataupun transportasi.
Tidak hanya mudah untuk ditemukan, Anda juga dapat menyesuaikan tempat
menginap Anda dengan kemampuan finansial yang Anda miliki. Ada banyak pilihan
tempat menginap dari mulai hotel hingga wisma dengan harga yang bervariatif.
4. candi Gunung Tua (Portibi)

Terdapat di daerah Padan Balok, Gunung Tua, di Provinsi Sumatra Utara. Candi
Portibi merupakan peninggalan Kerajaan Panai tahun 1039. Candi ini dibangun oleh
para brahmana Indonesia yang berlayar bersama para pedagang-pedagang untuk
menyebarkan agama Hindu di Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai