Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KLIPING

Peninggalan Sejarah yang


Bercorak Agama Budha, Hindu,
dan Islam di Indonesia

Disusun Oleh :
Nadila Khanza Aulia
Kelas 4 B
SD Negeri Gentra Masekdas
A. PENINGGALAN SEJARAH AGAMA BUDHA
DI INDONESIA

1. Candi Borobudur

Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang
terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga
tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa
utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua
tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang
terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi
candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya
Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta.
Candi ini didirikan oleh para penganut agama Buddha
Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra.
2. Candi Mendut

Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa
hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan
ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa
bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor
garuda.

Candi Mendut adalah sebuah candi berlatar


belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa
Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer dari
candi Borobudur.

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan


Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam
prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi,
disebutkan bahwa raja Indra telah membangun
bangunan suci bernama veluvana yang artinya
adalah hutan bambu. Oleh seorang ahli arkeologi
3. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus adalah sebuah candi Buddha


yang terletak di Riau, Indonesia. Kompleks candi
ini tepatnya terletak di desa Muara Takus,
Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar atau
jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota
Pekanbaru, Riau. Jarak antara kompleks candi ini
dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5
kilometer dan tak jauh dari pinggir Sungai
Kampar Kanan.
Ciri – Cirinya :
Kompleks candi ini dikelilingi tembok
berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya
terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x
1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks
ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan.
Di dalam kompleks ini terdapat pula
bangunan Candi Tua, Candi Bungsu dan
Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan
bangunan candi terdiri dari batu pasir, batu
sungai dan batu bata. Menurut sumber
tempatan, batu bata untuk bangunan ini
dibuat di desa Pongkai, sebuah desa yang
terletak di sebelah hilir kompleks candi.
Bekas galian tanah untuk batu bata itu
sampai saat ini dianggap sebagai tempat
yang sangat dihormati penduduk. Untuk
membawa batu bata ke tempat candi,
dilakukan secara beranting dari tangan ke
tangan. Cerita ini walaupun belum pasti
kebenarannya memberikan gambaran bahwa
pembangunan candi itu secara bergotong
royong dan dilakukan oleh orang ramai.
B. PENINGGALAN SEJARAH AGAMA HINDU
DI INDONESIA

1. Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu


yang berada di dusun Canggal, kalurahan Kadiluwih, kecamatan
Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada di
atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada
perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Menurut
perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada
saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram
Kuno, yaitu pada tahun 732 M (654 tahun Saka).

Ciri-cirinya:
Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x
50 m terbuat dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879
ditemukan prasasti Canggal yang banyak kita kenal sekarang ini.
Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan
altar yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu
betina atau Andini.
2. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi


peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan
Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di
lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat lima buah
candi.

Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan
peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9
(tahun 927 masehi).

Ciri-cirinya:
Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di
Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas
permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar
antara 19-27°C)
Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki
pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan
pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.
3. Arca Gupolo

Arca Gupolo adalah


kumpulan dari 7 buah
arca berciri agama
Hindu yang terletak di
dekat Candi Ijo dan
Candi Barong, di
wilayah kelurahan
Sambirejo, kecamatan
Prambanan,
Yogyakarta.

Gupolo adalah nama panggilan dari penduduk setempat terhadap


patung Agastya yang ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk
arca Agastya setinggi 2 meter ini sudah tidak begitu jelas, namun
senjata Trisula sebagai lambang dari dewa Siwa yang dipegangnya
masih kelihatan jelas. Beberapa arca yang lain, kebanyakan adalah
arca dewa Hindu dengan posisi duduk.
Ciri-cirinya:
Di dekat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang
dipakai oleh penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun
di musim kemarau panjang sumur ini tidak pernah kering. Menurut
legenda rakyat setempat, Gupolo adalah nama patih (perdana
menteri) dari raja Ratu Boko yang diabadikan sebagai nama candi
Ratu Boko (ayah dari dewi Loro Jonggrang dalam legenda candi
Prambanan).
C. PENINGGALAN SEJARAH AGAMA ISLAM
DI INDONESIA

1. Masjid

Masjid merupakan bangunan yang digunakan oleh umat


Islam untuk beribadah. Setelah masuknya agama Islam
di Indonesia, bangunan masjid banyak didirikan di
Indonesia.
Masjid-masjid kuno di Indonesia memiliki ciri sebagai berikut :
 Atapnya berbentuk tumpang yaitu atap yang bersusun
semakin ke atas semakin kecil dan tingkatan paling atas
berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil misalnya 1, 3,
atau 5. Biasanya ditambah dengan kemuncak untuk
memberi tekanan akan keruncingannya yang disebut
Mustaka.
 Tidak dilengkapi dengan menara, seperti lazimnya
bangunan masjid yang ada di luar Indonesia atau yang
ada sekarang. Masjid kuno biasanya dilengkapi dengan
kentongan atau bedug untuk menyerukan azan atau
panggilan salat.
 Letak masjid biasanya dekat dengan istana yaitu sebelah
barat alun-alun atau bahkan didirikan di tempat-tempat
keramat yaitu di atas bukit atau dekat dengan makam.

Contoh masjid kuno adalah Masjid Agung Demak, Masjid


Gunung Jati di Cirebon, dan Masjid Kudus.
2. Makam

Makam
merupakan
tempat
dikuburkannya
orang yang telah
meninggal dunia.
Bagi umat
beragama Islam,
orang yang telah
meninggal harus
segera dikubur.

Ciri-ciri makam kuno yang ada di Indonesia antara lain :

 Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-


tempat yang keramat.
 Makam terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan jirat
atau kijing, nisannya juga terbuat dari batu.
 Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang
disebut dengan cungkup atau kubba.
 Makam dilengkapi dengan tembok atau gapura yang
menghubungkan antara makam dengan makam lain atau
kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang
berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang
berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).
 Di dekat makam biasanya dibangun masjid. Sehingga disebut
masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam
para wali atau raja.
3. Kesenian

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia


atau hewan. Seni ukir relief yang menghias masjid
atau makam Islam berupa sulur tumbuh-tumbuhan.
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia berpengaruh
terhadap bidang aksara atau tulisan. Masyarakat
mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang
tulisan Arab Melayu. Tulisan Arab Melayu biasanya
dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab
yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu.
Huruf Arab juga berkembang menjadi seni kaligrafi
yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun
ukiran dan gambar wayang.

Sedangkan seni
sastra yang
berkembang pada
awal periode Islam
adalah seni sastra
yang berasal dari
perpaduan sastra
pengaruh Hindu-
Buddha dan sastra
Islam yang banyak
mendapat pengaruh
Persia.
Bentuk seni sastra yang berkembang antara lain :
 Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang
berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau
tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh
hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam.
 Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton
yang sering dianggap sebagai peristiwa sejarah.
Contohnya Babad Tanah Jawi.
 Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-
soal tasawuf, contohnya Suluk Sukarsa, Suluk
Wijil, Suluk Malang Sumirang.
 Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat
dengan suluk karena berbentuk kitab yang berisi
ramalan-ramalan.

Bentuk kesenian yang lain adalah seni suara dan


seni tari. Seni suara pengaruh tradisi Islam
antara lain azan, qiraah, dan kasidah. Azan
adalah seruan untuk mengajak orang melakukan
salat. Qiraah merupakan seni baca Alquran
secara indah. Sedangkan kasidah adalah
nyanyian pujian kepada Tuhan. Perkembangan
seni tari yang mengandung unsur Islam adalah

Anda mungkin juga menyukai