Anda di halaman 1dari 11

TELISIK CANDI MEMBENTUK KARAKTER MASYARAKAT

Oleh :
NI KETUT NADYA CHANDRA DEWI – A1C022258
NADYAACHNDR@GMAIL.COM
S1 AKUNTANSI – G

ABSTRAK
Dalam tulisan ini mengkaji beberapa hal mengenai telesik candi yang ada di indonesia
seperti Candi Jawi, Candi Pari, Candi Cethek, Candi Arjuna yang berisikan relief relief
berkaitan dengan beberapa cerita kerajaan pada zaman dahulu dan mengkaitkan dalam
kehidupan pada masa sekarang Candi Jawi terletak di Dusun Jawi Desa Candiwates
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Masyarakat sekitar
mengenal candi ini dengan sebutan Candi Prigen. Kakawin Nagarakretagama
menyebutkan Candi Jawi denganbeberapa nama, seperti: Sudharma, Dharmma, Jawa-
jawa, Candi, dan Sucandi. Fungsi dari Candi Jawi yaitu sebagai tempat Pendharmaan
Raja Kertanegara yang wafat pada tahun 1292 Masehi. Candi Jawi diperkirakan
dibangun pada tahun 1304 M. Candi Jawi merupakan salah satu kebudayaan fisik yang
penuh dengan makna simbol. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk yang
berbudaya dan setiap hasil kebudayaannya pasti terdapat simbol-simbol atau lambang-
lambang tertentu di dalamnya. Makna simbol pada Candi Jawi ini bisa diketahui melalui
latar belakang dari kebudayaan dan agama yang membentuknya. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa Candi Kethek mempunyai karakter yang khusus, yaitu tersusun
oleh batuan andesit yang tidak mengalami pengerjaan secara menyeluruh.
Memanfaatkan tatanan batuan alam yang cukup besar untuk memberi batas teras, seperti
yang terdapat pada teras dua dan tiga. Latar belakang agama Candi Kethek bersifat
Hinduistik. Hal ini bersandar pada temuan arca kurakura yang merupakan simbol dari
Wisnu. Anasir pemujaan terhadap roh nenek moyang juga masih terlihat. Mengingat
teras berundak merupakan wujud dari gunung, yang dianggap sebagai tempat
bersemayamnya leluhur yang telah meninggal Candi Pari sebagai sumber belajar
berbasis etnopedagogi di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan
karakteristik Candi Pari yang merupakan wujud kearifan lokal berupa cagar budaya di
Sidoarjo, mendeskripsikan muatan materi sekolah dasar pada Candi Pari, dan
mendeskripsikan relevansi materi pada Candi Pari ke dalam muatan materi tematik
integratif kelas 5 di sekolah dasar. Pendekatan penelitian ini penggunakan pendekatan
kualitatif melalui metode etnografi.

A. PENDAHULUAN
Berbagai prinsip dan tradisi arsitektur klasik India telah dikumpulkan dan
dilestarikan dalam kajian yang dikenal sebagai Vastusastra. Cabang keilmuan klasik
India ini merupakan perwujudan arsitektural dari nilai-nilai Hindu ideal, dan karena
itulah ide-ide di dalamnya memiliki pengaruh signifikan terhadap arsitektur
keagamaan dalam wilayah budaya India Raya yang mencapai Pulau Jawa kuno.
Meskipun pengaruh India dapat dikenali dalam desain candi Jawa era Mataram
Kuno, seberapa jauh vastusastra India dijadikan panutan lebih sulit untuk diamati,
mengingat bahwa candi Jawa memiliki sejumlah elemen arsitektural yang tidak
ditemukan dalam vastusastra maupun kuil India. Dengan mengidentifikasi dan
membandingkan bagian-bagian vastusastra yang relevan serta purwarupa India kuno
dengan peninggalan candi Jawa, maka dapat terlihat elemen arsitektural yang
merupakan bagian dari kontinuitas lingkup budaya India serta bagian yang
merupakan local genius. Dalam penelitian, metode deskriptif dan pendekatan
kualitatif digunakan oleh penulis. Penulis berfokus pada sosok serta penataan sosok
dan rupa. Penelitian ini mengumpulkan dan membandingkan berbagai bagian
vastusastra yang relevan serta contoh-contoh India dari studi pustaka untuk
dibandingkan dengan data dari enam sampel candi era Mataram Kuno, tiga dari
masa tua dan tiga dari masa tengah. Perbandingan oleh penulis menunjukkan
sejumlah hasil. Pertama, sosok candi Jawa sesuai dengan bentuk dasar kuil Hindu
India sebagaimana yang dituturkan dalam vastusastra, dengan tujuh bagian vertikal
yang disebut Upapi?ha, Adhi??hana, Pada, Prastara, Gala, Sikhara, dan Stupi.
Namun begitu, sejumlah detil arsitektural dari elemen-elemen tersebut memiliki
perbedaan yang kentara dengan desain tipikal India serta penuturan dalam
vastusastra. Sebagai contoh, Kala-Makara Jawa tidak mengikuti Tora?a-Makara
India sebagaimana yang dituturkan dalam Manasara. Beberapa elemen Jawa bahkan
tidak memiliki purwarupa India sama sekali. Kedua, tata massa dan tata ruang candi
Jawa memiliki perbedaan yang lebih kentara lagi dengan kuil India. Penataan tipikal
Jawa dengan satu candi utama yang berhadapan dengan jejeran tiga candi sekunder
sama sekali tidak ditemukan di India. Sebaliknya, penataan India yang memiliki
Ma??apa di depan menara kuil utama juga sama sekali tidak terlihat pada candi
Jawa. Pada kasus orientasi, candi Jawa dapat menghadap barat atau timur sementara
sebagian besar kuil India menghadap timur. Penelitian ini menunjukkan bahwa
relasi antar candi Jawa dan vastusastra tampaknya renggang dan fleksibel; kitab
vastu pada tataran tertentu digunakan pada aspek bentuk dasar, namun tidak diikuti
dalam detil pengolahan. Para perancang candi Jawa mengikuti dan mengabaikan
berbagai bagian vastusastra sesuai kondisi. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh
perbedaan material maupun perbedaan selera yang membentuk local genius.
Perancang Jawa tidak pernah sekedar membangun imitasi akurat kuil India di pulau
Jawa, rancangan candi Jawa menunjukkan adanya kreativitas dan sifat selektif
dalam meyikapi pengaruh asing sehingga tercipta rancangan inovatif yang unik.
Pada fase klasik tua, pengaruh India masih dapat terlihat sedemikian rupa sehingga
candi dapat dianggap sebagai suatu fenomena India yang dilokalkan. Namun seiring
waktu dari masa pembangunan Candi Prambanan hingga seterusnya, purwarupa
India menjadi semakin sulit dideteksi sehingga candi menjadi produk arsitektur yang
sepenuhnya local
B. DESKRIPSI REVIEW VIDIO
1. Candi Pari dan Mitos Kesuburan yang Melingkupinya

 Minggu, 11 ( 14.35) - rumah


 Vidio diunggah 1 tahun lalu
 Pada vidio ini menjelaskan mengenai candi pari yang terletak di
sidoarjo candi dari abad ke 14 dari masa kerjaan majapahit. Pada
miniatur candi dibagian samping terlihat memiliki atap yang
berkonsep meru sehingga menandakan candi tersebut adalah candi
hindu, masyarakat hanya mengetahui bahwa candi tersebut adalah
candi lanang atau laki laki yang berpasangan dengan candi wedok
atau candi perempuan yang letaknya sekitar 100 meter dari candi
pari yang bernama candi sumur. Mitos yang terkenal pada candi ini
adalah terdapat dua pasangan penduduk yang membuka lahan dan
menanam padi yang di mana salah satu pasangan tersebut adalah
Joko Pandelegan dan Nyai Loro Walang Angin (Kyai Gede
Penganggungan) Kyai Gede Penganggungan mentang pernikahan
mereka tetapi mereka melanggarnya, sawah Joko Pandelegan
memberi hasil yang sangat melimpah, suatu saat kerajaan maja pahit
mengalami paceklil dan kekeringan Prabu Brawijaya pun
memerintahkan hasil panen Joko Pandelegan dikirim ke kota raja,
sebagai rasa terimakasi Prabu Brawijaya meminta psangan tersebut
untuk tinggak di kerajaan namun keduanya menolak dan terjadi
kejar kejaran Joko Pandelegan bersembunyi di lumbung padi dan
menghilang sedangkan istrinya bersembunyi disumu dan
menghilang setelah kejadian tersebut di bangunlah candi yang
bernama candi Pari dan candi sumur sehingga kedua candi ini
dianggap bersifat maskulin dan feminim simbol kesuburan mitos ini
memberi informasi pada kita bahwa daerah ini adalah lokasi yang
subur dengan sektor pertanian. Ada dua hal yang menunjukan
pemujaan pada pertanian yang pertama adanya arca dewi sri sebagai
dewi padi yang kedua benih padi yang di tanam berasal dari lereng
gunung pemberian Kyai Gede Penganggungan. Setelah runtuhnya
kerajaan Majapahit ada usaha pembukaan hutan menjadi
persawahan dan persawahan yang subur menjadikan masyarakat
mandiriv

2. Lahirnya Nusantara 2/2 Relief Rahasia Raja Kertanegara Di Candi Jawi


 Minggu, 11 (15.53) - rumah


 Vidio diunggah 1 tahun lalu
 Pada tahun 1289 untusan Kaisar Kubilai Khan datang ke singhasari
meminta raja Kertanegara tunduk kepada mongol, telinga utusan itu
langsung ditebas oleh Raja kertanegara dan mengusir utusan
tersebut dari bumi jawa. Raja Kertanegara adalah terbesar singasari
yang memiliki misi besar menaklukan nusantara ia merombak
kabinet secara besar besaran. Jaya Katwang adalah musuh Wangsa
Kertanegara dijadikannya besan dan ditempakannya di gelang
gelang sebagai bupati. Kerajaan tanjungnegara diKalimantan Barat
beserta jajahannya dihabiskan singasari. Pada tahun 1275 ,melayu
digempur untuk merebut selat malaka, pada tahun 1284 gempuran
singasari diarahkan kembali dan konon rajanya sampai di bawa
menghadap kekawa sebagai tawanan akibat orpasi militer di melayu
kekuatan pasukan ibu kota terua menyusut dan dijadikan
kesempatan oleh jayakatawang melampiaskan dendam leluhurnya
kepada singasari, saat peristiwa itu terjad raja kertanegara sedang
melakukan ritual panca makara puja di istana, kertangegara
melakukan perlawan terakhir bersama pejabat terdekatnya
kertanegara dengan visi besarnya gugur secara kesatria ditangan
sang bupati. Abu jenazah Raja Kertanegara kemudian di
semayamkan di Candi Singosari Malang dan di cansi Jawi pasuruan.
Candi Jawi Pasuruan pada bagian kaki candi ini terdapat relif yang
dibaca secara searah jarum jam ukiran yang menceritakan situasi
sosial pada saat itu, prapanca sebagai orang majapahit yang pernah
melihat langsung candi ini sebagai orang majapahit pada relif ini
berisi seorang putri raja yang berseri seri pada relif ini tidak
berkesinambung pada kisah manapun namun ada satu pendapat yang
mengakatakan cerita pada relif ini berkaitan dengan kitah sutasoma
yang ditulis oleh Mpu Tantular didasarkan cerita purusadasanta
suatu adegan menceritakan pertemuan seorang putri bernama Dewi
Candrawatu jelmaan locana dengan pangeran Sutasoma Jelmaan
sang jina dalam aliran tantra penyatuan energi maskulin dengan
feminim menjadi yang utama karena kodisi ini membawa pelaku ke
kondidi sempurna. Dalam relif diperhatikan sang pangeran tinggal
disebuah istana diatas kolam jika menurut negarakertagama adalah
sri jnanabajreswara yang menganggap disirnya jelmaan sang jina
yang sengaja membangun Candi Jawi sebagai istana spnatikendra di
tenah taman ratnalaya itulah sebabnya candi ini disusun dari batu
putih diibaratkan kristal yang bersinar. Setalah kematian raja
kertanegara akibat pemberontakan jayakatwang konsep besar dan
nusantara pun bubar namun, setengah abad kemudian seseorang
mengimlarkan sumpah untuk melnaklukan nusantara ialah Gajah
Mada saat ini banyak yang menganggap politik nusantara adalah
gagasan Gajah Mada namun Gajah Mada bukan seorang raja yang
menganut Tantra aliran Bhairaw Kalacakra sehingga punya
kepentingan mengontrol pulau pulau lain demi kesejahtraan
rakyatnya orang dibalik sumpah palapa harus lah cukup dekat
dengan raja kertanegara sehingga bisa melihat visi kertanegara
secara utuh. Orang itu adalah Gayatri putri bungsu kesayangan raja
kertanegara bukan mustahil bila sang raja menularkan visinya pada
putri tersayangnya gayatri jelas jenius politik gayatri menginginkan
misi sang ayahnya terwujud meskipun membutuhkan waktu cukup
lama konsep penyatuan nusantara kertanegara pun terwujud
3. Menelusur Candi - Candi Paling Misterius di Timur Jawa

 Senin,12 (13.43) - rumah


 Vidio diunggah 11 bulan yang lalu
 Situs Sukosewu candi yang hanya beberapa puing yakni padmasana
untuk alas arca,altar dan miniatur candi hal yang menarik pada situs
ini adalah cagar budayanya hijau oleh pepohonan lambaian nyiur
dan hamparan sawah yang dialiri sungai Jadi dari banyaknya candi
yg ada di indonesia,masih banyak candi yg menyimpan misteri dan
belum di ketahui sejarahnya hingga kini. Karna dari candi" tersebut
hanya menyisakan puing" yg kita tidak ketahui bentuknya seperti
apa, seperti candi sumbernanas, candi Sawentar II , situs sukosewu,
candi tawalangun, candi medalem, dan candi keboireng yg dimana
candi keboireng diyakini merupakan ajaran tantra bhairawa karna
dapat dilihat dari arsitektur kala kirthimukha yaitu raksasa yg
menggigit benda berbentuk silindris yg maknanya penguasaan
kekuatan alam
4. Candi Kethek Tergerusnya Hindu -Budha dan Bangkitnya Agama Asli di
Akhir Majapahit

 Senin, 12 (17.21)- rumah


 Vidio diunggah 8 bulan yang lalu
 Candi Kethek jawa timur, saat raja Hayam Wuruk menghembuskan
nafas terakhirnya putrinya Kusumawardhani, mendaki tahta dan
mengalami kemelug yang panjang ketika sang ratu meningggal 10
tahun kemudian kekuasaan atas majapahit dilanjutka suaminya
Wikramawardhana namun Bhe Wirabhumi satu satunya putra
Hayamwuruk dari selir berasa lebih berhak atas tahta dan
menggerakan angkatan perangnya perang saudara tak terelakan lagi
meski Bhre Wirabhumi berhasil di kalahkan namu majapahit
terperosok dalam perebutan kekuasan yang tiada henti hingga
dimasa ini mengalami kemerosotan dan dimasa inilah beberapa
candi dibangun di lereng gunung lawu salah satunya Candi Kethek
candi ini polos tanpa relief naratif banyak ditemukan arca kura kura
di sekitar candi kura kura sering dihubungkan dengan kisah
Samudramanthana yakni pengadukan samudra dalam khasanah
Hindu namun kisah Samudramanthana telah di modifikasi oleh
masyarakat jawa Klasik menjadi kisah pemindahan mahameru
kejawa kura kura dipercaya sebagai jelmaan dewa brahma yang
menyangga gunung Mahamery di atas tempurungnya dalam kisah
pemindahan mahameru kejawa dengan demikian candi ini
dimaksudkan sebagai gunung mahameru. Candi kethek ini dulunya
tidak diketahui keberadaanya karen tertutup kerimbunan hutan
hingga terjadilah kebakaran hutan yang menyibak keberadaan candi
ini. Keberadaan Candi Kethek dikaitkan dengan keberadaan raja
Brawijaya yang dianggap sebagai raja terakhir Majapahit menurut
tradisi masyarakat akibat serangan raden Patah prabu brawijaya
melarika diri bersama rombongannya ke Gunung Lawu sang raja
memasuki candi Cheto setelah itu Candi Kethek kemudian menuju
pamoksan dan akhirnya kepuncak gunung. Candi Kehtek Candi
Cetho dan Candi Sukuh mengusung dua tema yang seragam yakni
tradisi ruwat dan punden berundak, punden berundak dibangun
menyerupai gunung yang semakin tinggi semakin mengecil. Apasih
yang menyebabkan maraknya asli prahindu yang kembali
menyeruak di masa akhir Majapahit dalam masyarakat jawa klasik,
terdapat lapis lapis sosisal yang terdiri dalam kalangan dalam
keraton dan luar keraton pada masa keemasan majapahit raja hayam
wuruk mampu merangkul dua lapisan ini dalam satu visi yakni
kemakmuran bersama negarakertagama mencatat bagaimana raja
berhasil mewujudkan ketahanan pangan dan menegakan supremasi
hukum di majapahit sehingga rakyatnya makmur sentosa tetapi
setelah Hayam Wuruk meninggal pada 1389 M para penerus sibuk
berebuy tahta, mengejar kesenangan dan abai pada kepentingan
rakyat . Setelah perang paregreg usai pada 1406 M terjadi benca
kelaparan di negri ini dan peristiwa ini membuat rakyat
meninggalkan kepercayaan keratin
5. Negeri Dihyang 2/2 Candi Arjuna dan Potret Kelam Penjarahan Pusaka
Dieng

 Rabu, 14 (08.21) -rumah


 Vidio diunggah 7 bulan lalU
 Percandian Dieng berdiri di kaldera berketinggian 2000 mdpl yang
dikitari gunung Paru, Gunung Seroja, dan Gunung Bima di komplek
percandian ini terdiri dari Candi arjuna, Candi semar, Candi
Srikandi (berisi relif dewa tri murti), Candi Puntadewa, Candi
sembadra ( bentuk candi membentuk 8 arah mata angin) . Candi
candi di komplek arjuna tidak sama satu sama lain yang
mengartikan candi candi tersebut tidak dibangun secara bersamaan.
Bangunan bangunan dikawasan ini digunakan untuk keperluan ritual
, corak keagaaman yang paling menonjol di dieng adalah Hindu
Siwa ada candi lain yang dapat kita kunjungin di dieng candi gatot
kaca , candi bima, candi dwarawati, candi kunti, candi setyaki tetapi
pada History of java diceritakan Raffles bahwa terdapat 400 candi.
Candi Arjuna adalah salah satu candi terawal yang dibangun di
dekat sungai tulis sesuai pedoman kitab Vastusastra dari india, yang
menjadi pegangan para pembangun candi fondasi candi ini rendah
karena dibangun diatas dataran kering, namu belakangan luapan air
dari danau balekambang menbanjiri candi leluhur kita pun membuat
terobosan membangun gorong gorong dibawah tanah yang bernama
Gangsiran Aswatama untuk mengalirkan air kedataran yang lebih
rendah candi arjuna kering kembali, meruyaklah percandian di
kawasan ini hingga mencapai hampir 400 buah namun terjadilah
bencana vulkanis yang meruntuhkan peradaban ini dieng pun
ditinggalkan seiring tergerusnya pengaruh Hindu Budha candi
candinya menjadi terlupakan gorong gorongnya tersumbah dan air
kembali merendam sebagian kawasan candi. Pada tahun 1814
cornelius melaporkan adanya puluhan candi yang terendam danau
rafles menyaksikan bagaimana penduduk zaman itu telah
menjadikan batu batu candi sebagai rumah, pagar, jembatan dan lain
sebagainya menurut Raffles di banding Perambanan batu batu candi
dieng lebih kecil dan berukuran sama sehingga mudah di angkut,
Kinsbergen seorang fotografer belanda menemukan kembali gorong
gorong kuno dieng memutuskan menguras danau yang dimaksud
dan hasilnya candi candi Dieng kembali di temukan.

C. Hasil Analisis dan Pembahasan


Dari kelima vidio telesik candi yang saya tonton ada beberap penggalan cerita yang
mencerminkan kehidupan pada masa sekarang contohnya peninggalan sejarah
agama hindu dalam membangun kerukunan sesuai ajaran hindu seperti cerita pada
candi jawi yang dimana raja kertanegara mempunyai misi untuk menyatukan
nuaantara karena Indonesia adalah negara yang besar, terdiri dari ribuan pulau,
serta dihuni oleh bangsa dengan berbagai keragaman suku, agama, ras, budaya,
kepercayaan, dan lainnya. Hidup dalam keberagaman atau perbedaan, biasanya
rawan terjadi konflik atau perpecahan.
Oleh karena itu mari kita rawat pluralitas ini dengan baik. Jika pluralitas tidak
dikelola dengan baik, maka bisa terjadi masalah besar. Misalnya, pertentangan
antar budaya, kecemburuan sosial, sentimen kedaerahan, dan lainnya. Selain itu
dengan banyak mempelajari sejarah kita dapat membentuk moralitas kita dengan
seiiring perkembangan Globalisasi mampu menunjukkan perubahan yang sangat
signifikan di segala aspek kehidupan. Generasi muda sebagai agen perubahan
dalam pembangunan bangsa memerlukan pedoman dasar dalam mengatasi
pengaruh negatif globalisasi. oleh sebab itu diperlukan ajaran sebagai pedoman
prilaku dalam upaya membangun moralitas dan karakter yang baik yaitu ajaran
susila. Susila menurut pandangan agama Hindu adalah tingkah laku hubungan
timbal balik yang selaras dan harmonis antara sesama manusia dengan alam
semesta (lingkungan) yang berlandaskan yadnya, keikhlasan, dan kasih sayang.
Tujuan ajaran susila dalam agama Hindu yaitu; (1) membina dan memelihara
hubungan baik sehingga tercipta keharmonisan, (2) membina umatnya untuk
bersikap dan berprilaku yang baik, (3) menjaga kerukunan. Dasar moralitas ajaran
susila Hindu adalah Bhagavadgita yang mencakup lima ajaran; Brahman, Atman,
Prakrti, Kala dan Karma.Sejarah agama Hindu yang dimulai sejak peradaban
lembah sungai Sindhu di India, Harappa dan Mahenjodaro, di ketahui bahwa India
di masa lalu adalah benua yang sangat besar sebagai bagian dari belahan dunia
khususnya di Asia. Secara umum India menurut Dadjoni (1987) terbagi menjadi
dua kutub kehidupan. Pertama adalah India bagian Utara dengan karakter
perbedaan tinggi rendah dataran yang sangat menonjol, hutan yang berada di
dataran tinggi, tidak sebanyak di dataran lembah Shindus dan Gangga. Masyarakat
India bagian Utara yang berada di dataran rendah memungkinkan untuk dapat
hidup dengan mengumpulkan hasil hutan dan memiliki kehidupan lebih baik dari
mereka yang tinggal di dataran tinggi (pegunungan). Kedua, India bagian Selatan,
datarannya mendekati garis katulistiwa. Dataran yang berlajur dengan garis
katulistiwa biasanya memiliki iklim yang agak panas. Iklim seperti itu pada
umumnya mengakibatkan orang-orang di bagian Selatan ini memiliki warna kulit
hitam-hitam jika dibandingkan dengan mereka yang bermukim di India bagian
Utara. Secara umum masyarakat yang berada di perlintasan katulistiwa memiliki
aktivitas pertanian yang baik. Masyarakat agraris adalah karakter dari peradaban
Harappa dan Mahenjodaro (Suwindia, 2012: 7) Banyak sisa peningggalan baik
yang berupa artefak akeologis, maupun antropologis, bahwa pada satu ketika
peradaban di daerah lembah Indus ini memiki peradaban yang sangat maju. Hanya
saja ketika peperangan bangsa Arya, maka
peradaban dengan berbagai barang peninggalannya menjadi tersisih dan lama-lama
hancur. Orang-orang yang ada di lembah Indus sesungguhnya memiliki kemiripan
dengan orang-orang di Mesir dan Mesopotamia, yaitu suatu masyarakat yang
mendiami satu wilayah dengan sistem arsitektur yang khas. Di sinilah banyak
ditemukan lewat upaya penggalian arkeologis berupa alur kota dengan jalan-
jalannya yang sangat teratur.

D. Simpulan
Generasi muda sebagai agen perubahan dalam pembangunan bangsa memerlukan
pedoman dasar dalam mengatasi pengaruh negatif globalisasi. oleh sebab itu
diperlukan ajaran sebagai pedoman prilaku dalam upaya membangun moralitas dan
karakter yang baik yaitu ajaran susila. Susila menurut pandangan agama Hindu
adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara
sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan yadnya,
keikhlasan, dan kasih sayang. Tujuan ajaran susila dalam agama Hindu yaitu; (1)
membina dan memelihara hubungan baik sehingga tercipta keharmonisan, (2)
membina umatnya untuk bersikap dan berprilaku yang baik, (3) menjaga
kerukunan. Dasar moralitas ajaran susila Hindu adalah Bhagavadgita yang
mencakup lima ajaran; Brahman, Atman, Prakrti, Kala dan Karma.Sejarah agama
Hindu yang dimulai sejak peradaban lembah sungai Sindhu di India, Harappa dan
Mahenjodaro, di ketahui bahwa India di masa lalu adalah benua yang sangat besar
sebagai bagian dari belahan dunia khususnya di Asia. Secara umum India menurut
Dadjoni (1987) terbagi menjadi dua kutub kehidupan.

REFERENSI :

 Arifin, Ferdi. "Representasi simbol candi Hindu dalam kehidupan manusia:


Kajian linguistik antropologis." Jurnal Penelitian Humaniora 16.2 (2016):
12-20.
 Laksana, I. Made Puja. "Potensi Candi Jawi Sebagai Obyek Pariwisata
Sejarah di Kabupaten Pasuruan." (2014).
 SARI, DEWI OCTAVYA. "Anasir-Anasir Akulturasi Pada Candi
Pari." Avatara 5.2 (2017).

Anda mungkin juga menyukai