Oleh :
NI KETUT NADYA CHANDRA DEWI – A1C022258
NADYAACHNDR@GMAIL.COM
S1 AKUNTANSI – G
ABSTRAK
Dalam tulisan ini mengkaji beberapa hal mengenai telesik candi yang ada di indonesia
seperti Candi Jawi, Candi Pari, Candi Cethek, Candi Arjuna yang berisikan relief relief
berkaitan dengan beberapa cerita kerajaan pada zaman dahulu dan mengkaitkan dalam
kehidupan pada masa sekarang Candi Jawi terletak di Dusun Jawi Desa Candiwates
Kecamatan Prigen Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Masyarakat sekitar
mengenal candi ini dengan sebutan Candi Prigen. Kakawin Nagarakretagama
menyebutkan Candi Jawi denganbeberapa nama, seperti: Sudharma, Dharmma, Jawa-
jawa, Candi, dan Sucandi. Fungsi dari Candi Jawi yaitu sebagai tempat Pendharmaan
Raja Kertanegara yang wafat pada tahun 1292 Masehi. Candi Jawi diperkirakan
dibangun pada tahun 1304 M. Candi Jawi merupakan salah satu kebudayaan fisik yang
penuh dengan makna simbol. Hal ini dikarenakan manusia merupakan makhluk yang
berbudaya dan setiap hasil kebudayaannya pasti terdapat simbol-simbol atau lambang-
lambang tertentu di dalamnya. Makna simbol pada Candi Jawi ini bisa diketahui melalui
latar belakang dari kebudayaan dan agama yang membentuknya. Hasil dari penelitian
ini menunjukkan bahwa Candi Kethek mempunyai karakter yang khusus, yaitu tersusun
oleh batuan andesit yang tidak mengalami pengerjaan secara menyeluruh.
Memanfaatkan tatanan batuan alam yang cukup besar untuk memberi batas teras, seperti
yang terdapat pada teras dua dan tiga. Latar belakang agama Candi Kethek bersifat
Hinduistik. Hal ini bersandar pada temuan arca kurakura yang merupakan simbol dari
Wisnu. Anasir pemujaan terhadap roh nenek moyang juga masih terlihat. Mengingat
teras berundak merupakan wujud dari gunung, yang dianggap sebagai tempat
bersemayamnya leluhur yang telah meninggal Candi Pari sebagai sumber belajar
berbasis etnopedagogi di sekolah dasar. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan
karakteristik Candi Pari yang merupakan wujud kearifan lokal berupa cagar budaya di
Sidoarjo, mendeskripsikan muatan materi sekolah dasar pada Candi Pari, dan
mendeskripsikan relevansi materi pada Candi Pari ke dalam muatan materi tematik
integratif kelas 5 di sekolah dasar. Pendekatan penelitian ini penggunakan pendekatan
kualitatif melalui metode etnografi.
A. PENDAHULUAN
Berbagai prinsip dan tradisi arsitektur klasik India telah dikumpulkan dan
dilestarikan dalam kajian yang dikenal sebagai Vastusastra. Cabang keilmuan klasik
India ini merupakan perwujudan arsitektural dari nilai-nilai Hindu ideal, dan karena
itulah ide-ide di dalamnya memiliki pengaruh signifikan terhadap arsitektur
keagamaan dalam wilayah budaya India Raya yang mencapai Pulau Jawa kuno.
Meskipun pengaruh India dapat dikenali dalam desain candi Jawa era Mataram
Kuno, seberapa jauh vastusastra India dijadikan panutan lebih sulit untuk diamati,
mengingat bahwa candi Jawa memiliki sejumlah elemen arsitektural yang tidak
ditemukan dalam vastusastra maupun kuil India. Dengan mengidentifikasi dan
membandingkan bagian-bagian vastusastra yang relevan serta purwarupa India kuno
dengan peninggalan candi Jawa, maka dapat terlihat elemen arsitektural yang
merupakan bagian dari kontinuitas lingkup budaya India serta bagian yang
merupakan local genius. Dalam penelitian, metode deskriptif dan pendekatan
kualitatif digunakan oleh penulis. Penulis berfokus pada sosok serta penataan sosok
dan rupa. Penelitian ini mengumpulkan dan membandingkan berbagai bagian
vastusastra yang relevan serta contoh-contoh India dari studi pustaka untuk
dibandingkan dengan data dari enam sampel candi era Mataram Kuno, tiga dari
masa tua dan tiga dari masa tengah. Perbandingan oleh penulis menunjukkan
sejumlah hasil. Pertama, sosok candi Jawa sesuai dengan bentuk dasar kuil Hindu
India sebagaimana yang dituturkan dalam vastusastra, dengan tujuh bagian vertikal
yang disebut Upapi?ha, Adhi??hana, Pada, Prastara, Gala, Sikhara, dan Stupi.
Namun begitu, sejumlah detil arsitektural dari elemen-elemen tersebut memiliki
perbedaan yang kentara dengan desain tipikal India serta penuturan dalam
vastusastra. Sebagai contoh, Kala-Makara Jawa tidak mengikuti Tora?a-Makara
India sebagaimana yang dituturkan dalam Manasara. Beberapa elemen Jawa bahkan
tidak memiliki purwarupa India sama sekali. Kedua, tata massa dan tata ruang candi
Jawa memiliki perbedaan yang lebih kentara lagi dengan kuil India. Penataan tipikal
Jawa dengan satu candi utama yang berhadapan dengan jejeran tiga candi sekunder
sama sekali tidak ditemukan di India. Sebaliknya, penataan India yang memiliki
Ma??apa di depan menara kuil utama juga sama sekali tidak terlihat pada candi
Jawa. Pada kasus orientasi, candi Jawa dapat menghadap barat atau timur sementara
sebagian besar kuil India menghadap timur. Penelitian ini menunjukkan bahwa
relasi antar candi Jawa dan vastusastra tampaknya renggang dan fleksibel; kitab
vastu pada tataran tertentu digunakan pada aspek bentuk dasar, namun tidak diikuti
dalam detil pengolahan. Para perancang candi Jawa mengikuti dan mengabaikan
berbagai bagian vastusastra sesuai kondisi. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh
perbedaan material maupun perbedaan selera yang membentuk local genius.
Perancang Jawa tidak pernah sekedar membangun imitasi akurat kuil India di pulau
Jawa, rancangan candi Jawa menunjukkan adanya kreativitas dan sifat selektif
dalam meyikapi pengaruh asing sehingga tercipta rancangan inovatif yang unik.
Pada fase klasik tua, pengaruh India masih dapat terlihat sedemikian rupa sehingga
candi dapat dianggap sebagai suatu fenomena India yang dilokalkan. Namun seiring
waktu dari masa pembangunan Candi Prambanan hingga seterusnya, purwarupa
India menjadi semakin sulit dideteksi sehingga candi menjadi produk arsitektur yang
sepenuhnya local
B. DESKRIPSI REVIEW VIDIO
1. Candi Pari dan Mitos Kesuburan yang Melingkupinya
D. Simpulan
Generasi muda sebagai agen perubahan dalam pembangunan bangsa memerlukan
pedoman dasar dalam mengatasi pengaruh negatif globalisasi. oleh sebab itu
diperlukan ajaran sebagai pedoman prilaku dalam upaya membangun moralitas dan
karakter yang baik yaitu ajaran susila. Susila menurut pandangan agama Hindu
adalah tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis antara
sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang berlandaskan yadnya,
keikhlasan, dan kasih sayang. Tujuan ajaran susila dalam agama Hindu yaitu; (1)
membina dan memelihara hubungan baik sehingga tercipta keharmonisan, (2)
membina umatnya untuk bersikap dan berprilaku yang baik, (3) menjaga
kerukunan. Dasar moralitas ajaran susila Hindu adalah Bhagavadgita yang
mencakup lima ajaran; Brahman, Atman, Prakrti, Kala dan Karma.Sejarah agama
Hindu yang dimulai sejak peradaban lembah sungai Sindhu di India, Harappa dan
Mahenjodaro, di ketahui bahwa India di masa lalu adalah benua yang sangat besar
sebagai bagian dari belahan dunia khususnya di Asia. Secara umum India menurut
Dadjoni (1987) terbagi menjadi dua kutub kehidupan.
REFERENSI :