Anda di halaman 1dari 22

SENI BANGUNAN

1. Candi Prambanan

Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di
Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai
dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan
diperluas oleh Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram. Kompleks candi ini
terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17
kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakar.ta dan 120 kilometer selatan
Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi ini dibangun sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang
terletak tak jauh dari Prambanan.Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala di
bawah P.J. Perquin setelah penelantaran dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah
arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan
pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha
pemugaran kembali.

2. Candi Borobudur

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di
sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Tempat ini dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan
Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari
alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha. Ada 4 tahap
pembuatan Candi Borobudur, yaitu:
1. Tahap Pertama; Pembangunan tata susun bertingkat dengan rancangan membentuk piramida
berundak. Akan tetapi analisis karbon menunjukan jika susunan tersebut kemudian di bongkar
untuk disusun ulang, mungkin karena kesalahan rancangan sehingga tahap ini belum bisa
dikatakan asal usul Candi Borobudur.
2. Tahap kedua; Pada tahap kedua, pondasi Candi Borobudur diperlebar. Pondasi ini ditambah
dengan dua buah undak persegi dan satu buah undak lingkaran. Undak ini kemudian langsung
diberi stupa induk besar.
3. Tahap ketiga; Undak di atas lingkaran yang dilengkapi dengan stupa induk besar hasil pekerjaan
tahap kedua dibongkar dan digantikan dengan tiga buah undak lingkaran. Beberapa stupa
dipasang pada puncak undak-undak ini, di mana salah satunya merupakan stupa dengan ukuran
besar (di bagian tengah).
4. Tahap keempat; Diperkirakan ada perubahan kecil berupa pembuatan relief, penambahan
tangga, dan penggunaan lengkung di atas pintu masuk.

3. Lingga Yoni

Lingga adalah sebuah arca atau patung, yang merupakan sebuah objek pemujaan atau
sembahyang umat Hindu. Yoni adalah kata yang mempunyai arti bagian/tempat (kandungan)
untuk melahirkan. Dalam agama Hindu, lingga dan yoni adalah perlambang kesuburan. Terlihat
pada peradaban lembah indus. Lingga juga dianggap sebagai perwujudan Dewa Siwa sebagai
phallus. Sedangkan yoni sendiri berarti unsur wanita. Pendirian lingga juga erat kaitannya
dengan penaklukan suatu kerajaan. Lingga yoni dalam agama Hindu digunakan untuk
mendapatkan minuman berenergi dewa dengan menuangkan lima jenis (panca gawya) yaitu air
bunga, susu, madu, ghee (mentega dari susu), serta susu asam (yogurt). Campuran tersebut
kemudian dituangkan dari atas lingga sambil mengucap puja mantra kepada dewa Siwa dan
campuran cairan tersebut mengalir hingga ke ujung moncong yoni dan kemudian barulah boleh
untuk diminum. Upacara semacam ini disebut abhiseka, dan sudah tidak pernah kita lihat di
nusantara namun masih tetap berlangsung di India.
4. Prasasti Mulawanmar

Prasasti Mulawarman, atau disebut juga Prasasti Kutai, adalah sebuah prasasti yang
merupakan peninggalan dari Kerajaan Kutai. Terdapat tujuh buah yupa yang memuat prasasti,
namun baru 4 yang berhasil dibaca dan diterjemahkan. Prasasti ini menggunakan huruf Pallawa
Pra-Nagari dan dalam bahasa Sanskerta, yang diperkirakan dari bentuk dan jenisnya berasal dari
sekitar 400 Masehi. Prasasti ini ditulis dalam bentuk puisi anustub. Isinya menceritakan Raja
Mulawarman yang memberikan sumbangan kepada para kaum Brahmana berupa sapi yang
banyak. Mulawarman disebutkan sebagai cucu dari Kudungga, dan anak dari Aswawarman.
Prasasti ini merupakan bukti peninggalan tertua dari kerajaan yang beragama Hindu di
Indonesia. Nama Kutai umumnya digunakan sebagai nama kerajaan ini meskipun tidak
disebutkan dalam prasasti, sebab prasasti ditemukan di Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu Sungai Mahakam.

5. Candi Ceto

Candi Ceto merupakan candi bercorak agama Hindu yang diduga kuat dibangun pada masa-
masa akhir era Majapahit (abad ke-15 Masehi). Lokasi candi berada di lereng Gunung Lawu pada
ketinggian 1496 m di atas permukaan laut, dan secara administratif berada di Dusun Ceto, Desa
Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.
Kompleks candi digunakan oleh penduduk setempat dan juga peziarah yang beragama Hindu
sebagai tempat pemujaan dan tempat pertapaan bagi kalangan penganut kepercayaan asli
Jawa/Kejawen. Laporan ilmiah pertama mengenai Candi Ceto dibuat oleh van de Vlies pada
tahun 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi
(penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dan penemuan objek terpendam dilakukan
pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala (Commissie vor Oudheiddienst) Hindia
Belanda. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini diperkirakan
berusia tidak jauh berbeda dari Candi Sukuh, yang cukup berdekatan lokasinya.

SENI RUPA DAN SENI UKIR

1. Relief Lalitavistara

Merupakan salah satu relief pada candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.Dibuat
pasa tahun 1890-1891.Menggambarkan riwayat hidup Sang Buddha Gautama dimulai
pada saat para dewa di surga Tushita mengabulkan permohonan Bodhisattva untuk
turun ke dunia menjelma menjadi manusia bernama Buddha Gautama. Ratu Maya
sebelum hamil bermimpi menerima kehadiran gajah putih dirahimnya. Di Taman
Lumbini Ratu Maya melahirkan puteranya dan diberi nama pangeran Sidharta. Pada
waktu lahir Sidharta sudah dapat berjalan, dan pada tujuh langkah pertamanya tumbuh
bunga teratai. Setelah melahirkan Ratu Maya meninggal, dan Sidharta diasuh oleh
bibinya Gautami. Setelah dewasa Sidharta kawin dengan Yasodhara yang disebut
dengan dewi Gopa.
Dalam suatu perjalanan Sidharta mengalami empat perjumpaan yaitu bertemu
dengan pengemis tua yang buta, orang sakit, orang mati membuat Sidharta menjadi
gelisah, karena orang dapat menjadi tua, menderita, sakit dan mati. Akhirnya Sidharta
bertemu dengan seorang pendeta, wajah pendeta itu damai, umur tua, sakit, dan mati
tidak menjadi ancaman bagi seorang pendeta. Oleh karena menurut ramalan Sidharta
akan menjadi pendeta, maka ayahnya mendirikan istana yang megah untuk Sidaharta.
Setelah mengalami empat perjumpaan tersebut Sidharta tidak tenteram tinggal di
istana, akhirnya diam-diam meninggalkan istana. Sidharta memutuskan enjadi pendeta
dengan memotong rambutnya. Pakaian istana ditinggalkan dan memakai pakaian budak
yang sudah meninggal, dan bersatu dengan orang-orang miskin. Sebelum melakukan
samadi Sidharta mensucikan diri di sungai Nairanjana. Sidharta senang ketika seorang
tukang rumput mempersembahkan tempat duduk dari rumput usang. Di bawah
pohonBodhi pada waktu bulan purnama di bulan Waisak, Sidharta menerima
pencerahan sejati, sejak itu Sidharta menjadi Buddha di kota Benares.
2. Relief Kalamakara

Terdiri dari dua kata, yaitu Kala dan Makara. Kala berarti raksasa yang menakutkan,
sedangkan makara berarti wujud binatang dongengan Hindu yang terdiri dari campuran
bentuk-bentuk gajah, buaya, ikan. Hiasan kalamakara terdapat pada bagian atas pintu
masuk candi. Kepala Kala dipahatkan pada bagian atas pintu masuk candi, sedangkan
Makara terdapat pada bagian bawah pintu masuk. Hiasan Kala dan Makara selalu
merupakan sebuah kesatuan, sehingga keduanya sering disebut sebagai satu nama,
yakni Kalamakara.Hiasan ini sengaja dipasang di pintu masuk candi sebagai penjaga
kesucian candi tersebut. Karena bentuknya yang menakutkan, yakni kepala raksasa yang
sedang menyeringai, maka ia diharapkan dapat menakutnakuti roh-roh jahat yang akan
memasuki bangunan candi yang dianggap suci.
Di samping kalamakara yang bertugas menjaga kesucian candi, pada pintu masuk
candi, agak ke depan, biasanya terdapat pula patung-patung raksasa yang disebut
Dwarapala. Tetapi patung raksasa yang amat besar dengan sikap duduk dan memegang
penggada ini, biasanya hanya terdapat di muka pintu utama yang menuju ke kompleks
candi. Pada candi Budha sering terdapat patung singa di depan kalamakara. Tugasnya
masih menjaga kesucian candi.

3. Relief Ramayana

Terletak di Candi Prambanan yang dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh
Rakai Pikatan. Terukir di dinding dalam pada pagar Langkan. Relief Ramayana
menggambarkan bagaimana Shinta, istri Rama, diculik oleh Rahwana. Panglima bangsa
wanara (kera), Hanuman, datang ke Alengka untuk membantu Rama mencari Shinta.
Kisah ini juga ditampilkan dalam Sendratari Ramayana, yaitu pagelaran wayang orang
Jawa yang dipentaskan secara rutin di panggung terbuka Trimurti setiap malam bulan
purnama. Latar belakang panggung Trimurti adalah pemandangan megah tiga candi
utama yang disinari cahaya lampu.

4. Relief Karmawibhangga

Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur
yang terselubung tersebut menggambarkan hukum karma. Karmawibhangga adalah
naskah yang menggambarkan ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan
baik dan jahat. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada
setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab akibat.
Relief tersebut tidak saja memberi gambaran terhadap perbuatan tercela manusia
disertai dengan hukuman yang akan diperolehnya, tetapi juga perbuatan baik manusia
dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam
lingkaran lahir - hidup - mati (samsara) yang tidak pernah berakhir, dan oleh agama
Buddha rantai tersebutlah yang akan diakhiri untuk menuju kesempurnaan. Kini hanya
bagian tenggara yang terbuka dan dapat dilihat oleh pengujung. Foto lengkap relief
Karmawibhangga dapat disaksikan di Museum Karmawibhangga di sisi utara candi
Borobudur.

5. Relief Krisnayana
Terletak di Candi Prambanan yang dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh
Rakai Pikatan. Terukir di Dinding teras kedua candi induk. Bercerita tentang Dewi
Rukmini putri dari Raja Bismaka dari negeri Kundina sudah dipertunangkan dengan
Suniti raja dari negeri Cedi. Pertunangan ini tidak disetujui oleh ibu Rukmini yang
menginginkan putrinya dapat dijodohkan dengan Kresna. Ibu Rukmini berusaha untuk
menggagalkan perkawinan ini. Sewaktu perkawinan akan berlangsung ibu Rukmini
menghubungi Kresna. Rukmini keluar istana menuju pintu gerbang Sri Manganti,
kemudian disambut oleh Kresna utnuk dibawa lari. Suasana istana gempar, terjadilah
pertempuran antara kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini Rukma adik Rukmini
terkena panah Kresna kemudian terjungkal jatuh. Rukmini minta kepada Kresna supaya
adiknya tidak dibunuh. Kresna dan Rukmini kemudian pergi ke Dwarawati, mereka hidup
bahagia.
SENI PERTUNJUKAN

1. Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang
berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang
Maha Esa. Dalam bahasa Jawa bermakna 'bayangan', karena penonton juga bisa menonton
wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang
dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik
gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para
pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih,
sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para
penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.
Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan
tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Wayang kulit dibuat dari kulit kerbau lembaran, perbuah wayang membutuhkan sekitar
ukuran 50 x 30 cm kulit lembaran yang kemudian dipahat dengan besi berujung runcing
berbahan baja kualitas baik. Besi baja ini dibuat terlebih dahulu dalam berbagai bentuk dan
ukuran. Namun pada dasarnya, untuk menata atau membuat berbagai bentuk lubang ukiran
yang sengaja dibuat hingga berlubang. Selanjutnya dilakukan pemasangan bagian-bagian tubuh.
Tangkai yang fungsinya untuk menggerak bagian lengan yang berwarna kehitaman juga terbuat
berasal dari bahan tanduk kerbau dan warna keemasannya umumnya dengan menggunakan
prada yaitu kertas warna emas yang ditempel atau bisa juga dengan dibron, dicat dengan bubuk
yang dicairkan. Wayang yang menggunakan prada, hasilnya jauh lebih baik, warnanya bisa tahan
lebih lama dibandingkan dengan yang bront.
2. Gamelan

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang,
dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu
kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan berasal dari bahasa
Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata
benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di
Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensemble.
Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia
pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Dalam mitologi
Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh
tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu)
yang pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa

3. Tari Topeng

Tari Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di dunia
sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara
adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng
berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada
beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.
Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi
inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk
pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut. Tari ini berkembang di
Cirebon, Bali, Malang, Dayak, Ponorogo, dan daerah Jawa Tengah.
4. Debus

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten yang mempertunjukan kemampuan manusia
yang luar biasa. Misalnya kebal senjata tajam, kebal air keras dan lain- lain. Debus dalam bahasa
Arab berarti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Bagi sebagian masyarakat
awam kesenian Debus memang terbilang sangat ekstrim. Pada masa sekarang Debus sebagai
seni beladiri yang banyak dipertontonkan untuk acara kebudayaan ataupun upacara adat.
Kesenian ini berawal pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin
(1532-1570). Pada zaman Sultan Ageng Tirtayasa (1651—1692) Debus menjadi sebuah alat
untuk memompa semangat juang rakyat banten melawan penjajah Belanda pada masa itu.
Kesenian Debus saat ini merupakan kombinasi antara seni tari dan suara.
Kesenian Debus yang sering dipertontonkan di antaranya:
- Menusuk perut dengan tombak atau senjata tajam lainnya tanpa terluka.
- Mengiris bagian anggota tubuh dengan pisau atau golok.
- Memakan api.

5.Seudati

Tari Seudati adalah nama tarian yang berasal dari provinsi Aceh. Seudati berasal dari kata
Syahadat, yang berarti saksi/bersaksi/pengakuan terhadap Tiada Tuhan selain Allah, dan Nabi
Muhammad utusan Allah. Tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan
Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Seudati ditarikan oleh delapan
orang laki-laki sebagai penari utama, terdiri dari satu orang pemimpin yang disebut syeikh , satu
orang pembantu syeikh, dua orang pembantu di sebelah kiri yang disebut apeetwie, satu orang
pembantu di belakang yang disebut apeet bak , dan tiga orang pembantu biasa. Selain itu, ada
pula dua orang penyanyi sebagai pengiring tari yang disebut aneuk syahi.
Jenis tarian ini tidak menggunakan alat musik, tetapi hanya membawakan beberapa gerakan,
seperti tepukan tangan ke dada dan pinggul, hentakan kaki ke tanah dan petikan jari.Tarian ini
juga termasuk kategori Tribal War Dance atau Tari Perang, yang mana syairnya selalu
membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit dan melawan penjajahan. Oleh sebab itu
tarian ini sempat dilarang pada zaman penjajahan Belanda, tetapi sekarang tarian ini
diperbolehkan kembali dan menjadi Kesenian Nasional Indonesia.

SENI SASTRA DAN AKSARA

 Babad Tanah Jawi

Buku ini memuat silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang juga unik dalam
buku ini sang penulis memberikan cantolan hingga nabi Adam dan nabi-nabi lainnya
sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di tanah Jawa hingga Mataram Islam.
Silsilah raja-raja Pajajaran yang lebih dulu juga mendapat tempat. Berikutnya
Majapahit, Demak, terus berurutan hingga sampai kerajaan Pajang dan Mataram pada
pertengahan abad ke-18.Buku ini telah dipakai sebagai salah satu babon rekonstruksi
sejarah pulau Jawa[butuh rujukan]. Namun menyadari kentalnya campuran mitos dan
pengkultusan, para ahli selalu menggunakannya dengan pendekatan kritis.
Babad Tanah Jawi ini memiliki banyak versi. Menurut ahli sejarah Hoesein
Djajadiningrat, kalau mau disederhanakan, keragaman versi itu dapat dipilah menjadi
dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku
Buwono III. Tulisan Braja ini lah yang kemudian diedarkan untuk umum pada 1788.
Sementara kelompok kedua adalah babad yang diterbitkan oleh P. Adilangu II dengan
naskah tertua bertanggal tahun 1722.
 Syair

Syair adalah salah satu jenis puisi lama. Ia berasal dari Persia (sekarang Iran) dan
telahdibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam (sekitar abad
ke-7). Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang berarti perasaan. Kata syu’ur
berkembang menjadi kata syi’ru yang berarti puisi dalam pengertian umum. Syair dalam
kesusastraan. Teeuw berpendapat bahwa asal-usul syair di Indonesia ditandai oleh
puisi/syair karya Hamzah Fansuri. Pendapat A. Teeuw tersebut juga didukung oleh
Winstedt dan Brakel yang berpendapat bahwa syair Indonesia diperkenalkan oleh
Hamzah Fansuri dalam tulisannya.
Syair berfungsi dalam kegiatan kesenian dan kebudayaan masyarakat, sebagai
hiburan, dilagukan dalam majlis-majlis tertentu, dipertandingkan atau dalam upacara-
upacara adat, digunakan dalam adat perkahwinan, dan dilagukan atau dinyanyikan
sebagai mengiringi tarian-tarian tertentu.

 Suluk

Suluk secara harfiah berarti menempuh (jalan). Dalam kaitannya dengan agama Islam
dan sufisme, kata suluk berarti menempuh jalan (spiritual) untuk menuju Allah.
Menempuh jalan suluk (bersuluk) mencakup sebuah disiplin seumur hidup dalam
melaksanakan aturan-aturan eksoteris agama Islam (syariat) sekaligus aturan-aturan
esoteris agama Islam (hakikat). Ber-suluk juga mencakup hasrat untuk Mengenal Diri,
Memahami Esensi Kehidupan, Pencarian Tuhan, dan Pencarian Kebenaran Sejati
(ilahiyyah), melalui penempaan diri seumur hidup dengan melakukan syariat lahiriah
sekaligus syariat batiniah demi mencapai kesucian hati untuk mengenal diri dan Tuhan.
Kata suluk berasal dari terminologi Al-Qur'an, Fasluki, dalam Surat An-Nahl [16] ayat 69,
Fasluki subula rabbiki zululan, yang artinya Dan tempuhlah jalan Rabb-mu yang telah
dimudahkan (bagimu). Seseorang yang menempuh jalan suluk disebut salik. Kata suluk
dan salik biasanya berhubungan dengan tasawuf, tarekat dan sufisme.

 Kitab Ramayana

Ramayana (dari bahasa Sanskerta: रामायण, Rāmâyaṇa; yang berasal dari kata Rāma dan
Ayaṇa yang berarti "Perjalanan Rama") adalah sebuah cerita/kisah kepahlawanan dari
India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki dari cerita Dewi Sita sekitar
permulaan tarikh Masehi. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata. Ramayana terdapat
pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-
gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini. Dalam
bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin
Ramayana dalam bahasa Jawa dan Bali kuno, yaitu wayang dan sendra tari. Di India
dalam bahasa Sanskerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda sebagai
berikut:
1.Balakanda
2.Ayodhyakanda
3.Aranyakanda
4.Kiskindhakanda
5.Sundarakanda
6.Yuddhakanda
7.Uttarakanda

 Hikayat Amir Hamzah


Hikayat Amir Hamzah menceritakan perihal kegagahan dan keperwiraan seorang
pejuang Islam, iaitu Amir Hamzah, pada zaman sebelum dan awal kebangkitan Islam.
Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam
Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini
dikatakan telah dibacakan bagi menaikan semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia jelas
menunjukkan kehadirannya sebelum 1511 lagi. Dalam versi bercetak edisi 1987 terdapat
245,273 perkataan di dalamnya.
Hikayat Amir Hamzah merupakan salah satu dari kisah hikayat yang disebut dalam
Sejarah Melayu, semasa pertahanan Melaka dari serangan Portugis, hikayat ini
dikatakan telah diberikan oleh Sultan Melaka untuk dibacakan bagi menaikkan
semangat pahlawan Melayu. Oleh itu ia jelas menunjukkan kehadirannya sebelum 1511
lagi. Dalam versi bercetak edisi 1987 terdapat 245,273 perkataan di dalamnya.

SISTEM KEPERCAYAAN

 Menhir

Menhir adalah batu tunggal, biasanya berukuran besar, yang ditatah seperlunya
sehingga berbentuk tugu dan biasanya diletakkan berdiri tegak di atas tanah. Istilah
menhir diambil dari bahasa Keltik, dari kata men (batu) dan hir (panjang).
Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah,
namun pada beberapa tradisi juga ada yang diletakkan terlentang di tanah. Sebagai
salah satu penciri utama budaya megalitik, pembuatan menhir telah dikenal sejak
periode Neolitikum (mulai 6000 Sebelum Masehi). Beberapa menhir memiliki pahatan
pada permukaannya sehingga membentuk figur tertentu atau menampilkan pola-pola
hiasan. Pada kebanyakan kebudayaan, tradisi pembuatan menhir telah berlalu, diganti
dengan pembuatan bangunan; namun demikian di beberapa tempat, terutama di
Nusantara, tradisi ini masih dilakukan hingga abad ke-20. Lokasi penemuan menhir
tercatat di Eropa, Timur Tengah, Afrika Barat, India, Korea, serta Nusantara. Para
arkeolog melihat bahwa menhir digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna
simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.
 Dolmen

Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada
roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Mereka
berasal dari periode Megalithikum awal, sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi.Dolmen
adalah sebuah meja yang terbuat dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan
mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya
diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini menunjukan kalau
masyarakat pada masa itu meyakini akan adanya sebuah hubungan antara yang sudah
meninggal dengan yang masih hidup, mereka percaya bahwa apabila terjadi hubungan
yang baik akan menghasilkan keharmonisan dan keselarasan bagi kedua belah pihak.
Dolmen mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh
beberapa batu besar dan kecil.

 Punden Berundak

Punden berundak adalah struktur tata ruang bangunan yang berupa teras atau trap
berganda yang mengarah pada satu titik dengan tiap teras semakin tinggi posisinya.
Struktur ini kerap ditemukan pada situs kepurbakalaan di Nusantara, sehingga dianggap
sebagai salah satu ciri kebudayaan asli Nusantara. Struktur dasar punden berundak
ditemukan pada situs-situs purbakala dari periode kebudayaan Megalit-Neolitikum pra-
Hindu-Buddha masyarakat Austronesia, meskipun ternyata juga dipakai sampai periode
Islam masuk di Nusantara. Persebarannya tercatat di kawasan Nusantara sampai
Polinesia. Masuknya agama-agama dari luar sempat melunturkan praktik pembuatan
punden berundak pada beberapa tempat di Nusantara, tetapi terdapat petunjuk adanya
adopsi unsur asli ini pada bangunan-bangunan dari periode sejarah berikutnya, seperti
terlihat pada Candi Borobudur, Candi Ceto, dan Kompleks Pemakaman Raja-raja
Mataram di Imogiri.
Dalam punden berundak, konsep dasar yang dipegang adalah para leluhur atau pihak
yang dipuja berada pada tempat-tempat tinggi (biasanya puncak gunung). Istilah
punden berundak menegaskan fungsi pemujaan/penghormatan atas leluhur, tidak
semata struktur dasar tata ruangnya.

 Kepercayaan Animisme

Kepercayaan animisme (dari bahasa Latin anima atau "roh") adalah kepercayaan
kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula
muncul di kalangan manusia primitif. Diperkirakan bahwa di provinsi Kalimantan Barat
masih terdapat 7,5 juta orang Dayak yang tergolong pemeluk animisme, dan tergolong
banyak untuk pemeluk animisme di Indonesia.
Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di
atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa
masuk ke dalam tubuh hewan. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh
babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh
bebuyutan pada masa hidupnya. Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan
reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama Hindu dan Buddha, di mana dalam
reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan lain yang hidup, melainkan
melalui proses kelahiran kembali kedunia dalam bentuk kehidupan baru.

 Kepercayaan Dinamisme
Dinamisme berasal dari bahasa yunani dunamos yang mempunyai arti kekuatan atau
daya, Kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan yang menyakini bahwa semua
benda-benda yang ada di dunia ini baik hidup atau mati mempunyai daya dan kekuatan
ghaib. Benda-benda tersebut dipercaya dapat memberi pengaruh baik dan pengaruh
buruk bagi manusia. Benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan contohnya :
Benda pusaka, tombak, keris, gamelan dan lambang kerajaan.
Dinamisme merupakan kepercayaan yang sudah ada sejak zaman manusia purba Dan
memiliki akar budaya yang kuat di indonesia, hingga saat ini masih ada masyarakat yang
mempercayai kepercayaan ini.

SISTEM PEMERINTAHAN

 Kepala Suku
Kepala suku adalah seorang yang memegang kepemimpinan tertinggi dalam sebuah
suku masyarakat. Ada beberapa metode dalam hal pengangkatan seorang kepala suku,
di antaranya dengan cara:
-Diwariskan
-Dipilih demokratis oleh seluruh anggota suku atau oleh para tua-tua adat suku tersebut
-Melalui suatu perlombaan atau sayembara
Seorang kepala suku baru yang terpilih biasanya dilantik oleh seorang kepala adat
dalam sebuah upacara. Jabatan seorang kepala suku biasanya adalah seumur hidup
atau selama kepala suku tersebut mampu menjabat.
Seorang kepala suku memiliki kekuasaan yang lebih independen daripada kepala
kampung atau desa. Bahkan di masa silam, kepala suku mirip seperti "raja kecil" dalam
suatu sistem pemerintahan yang tertutup. Ia bertindak sebagai pemimpin politik, adat,
sosial, dan budaya, serta menjalin hubungan dengan desa sekitar.Tugas penting seorang
kepala suku adalah memimpin Perang Suku, dan menjaga sumber makanan supaya
masyarakat suku bisa bebas dari kelaparan.

 Sistem Pemerintahan Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang
pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak
kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di
Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga
1389. Kerajaan ini berbentuk Pemerintahan Monarki. Kerajaan Majapahit adalah
kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah
satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama,
kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga
Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

 Sistem Pemerintahan di Kerajaan Tarumanegara

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa
di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Dalam catatan sejarah
dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan
Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Kerajaan ini berbentuk Pemerintahan
Monarki. Rajanya adalah Raja Purnawarman yang membangun sebuah sungai untuk
irigasi dan pencegahan banjir yang mencerminkan raja Kerajaan Tarumanegara satu ini
sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Sistem pemerintahan dan kehidupan politik Kerajaan Tarumanegara juga diceritakan
dalam Prasasti Pasir Muara. Dalam Prasasti tersebut diketahui bahwa pada tahun 536 M
telah terjadi pengembalian pemerintahan dari Tarumanegara ke Kerajaan Sunda. Di
tahun tersebut, raja kerajaan Tarumanegara yang berkuasa adalah Suryawarman (raja
ke-7).

 Sistem Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya adalah salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di pulau
Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara. Penguasa Sriwijaya disebut
dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara
berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan
rājakumāra (pewaris berikutnya).
Wilayah Sriwijaya ternyata membutuhkan pengawasan yang ekstra karena luasnya
kekuasaan kerajaan ini. Untuk menjaga eksistensi kekuasaan, Raja Sriwijaya
menerapkan beberapa kebijakan, misalnya dalam beberapa prasasti dituliskan tentang
kutukan bagi siapa saja yang tidak taat pada raja, seperti dalam Prasasti Telaga Batu
Kota Kapur. Selain kutukan, terdapat pula prasasti yang menjanjikan hadiah berupa
kebahagiaan terhadap siapa saja yang tunduk terhadap Sriwijaya, yang tertulis pada
Prasasti Kota Kapur.

 Sistem Pemerintahan Kerajaan Singhasari

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan
ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang.
Menurut Pararaton, Singosari semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri.
Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung.
Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken
Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul
Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Singosari
dari kekuasaan Kerajaan Kediri.

Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kerajaan Kadiri melawan
kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang
mengangkat dirinya menjadi raja pertama Singosari bergelar Sri Rajasa Sang
Amurwabhumi.
ARSITEKTUR

 Arsitektur Candi Prambanan

Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang


berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi megikuti pola mandala, sementara bentuk
candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki
nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk
gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks
candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi
atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai dari yang
kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu
ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir sama.
Baik lahan denah secara horisontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:
Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang fana;
manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat dengn
hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terlar dan kaki candi
melambangkan ranah bhurloka.
Bwahloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci,
resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya
kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bwahloka.
Swahloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah trtinggi sekaligus tersuci
tempat para dewa bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam dan atap
candi melambangkan ranah swahloka. Atap candi-candi di kompleks Prambanan dihiasi
dengan kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna Prambanan
merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Dalam
arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk stupa Buddha, yang
berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
 Arsitektur Candi Tikus

Bangunan Candi Tikus menyerupai sebuah petirtaan atau pemandian, yaitu sebuah
kolam dengan beberapa bangunan di dalamnya. Hampir seluruh bangunan berbentuk
persegi empat dengan ukuran 29,5 m x 28,25 m ini terbuat dari batu bata merah. Yang
menarik, adalah letaknya yang lebih rendah sekitar 3,5 m dari permukaan tanah
sekitarnya. Di permukaan paling atas terdapat selasar selebar sekitar 75 cm yang
mengelilingi bangunan. Di sisi dalam, turun sekitar 1 m, terdapat selasar yang lebih lebar
mengelilingi tepi kolam. Pintu masuk ke candi terdapat di sisi utara, berupa tangga
selebar 3,5 m menuju ke dasar kolam. Di kiri dan kanan kaki tangga terdapat kolam
berbentuk persegi empat yang berukuran 3,5 m x 2 m dengan kedalaman 1,5 m. Pada
dinding luar masing-masing kolam berjajar tiga buah pancuran berbentuk padma
(teratai) yang terbuat dari batu andesit.
Tepat menghadap ke anak tangga, agak masuk ke sisi selatan, terdapat sebuah
bangunan persegi empat dengan ukuran 7,65 m x 7,65 m. Di atas bangunan ini terdapat
sebuah ‘menara’ setinggi sekitar 2 m dengan atap berbentuk meru dengan puncak
datar. Menara yang terletak di tengah bangunan ini dikelilingi oleh 8 menara sejenis
yang berukuran lebih kecil. Di sekeliling dinding kaki bangunan berjajar 17 pancuran
(jaladwara) berbentuk bunga teratai dan makara.

 Arsitektur Candi Plaosan

Kompleks Candi Plaosan Lor memiliki dua candi utama. Candi yang terletak di sebelah
kiri (di sebelah utara) dinamakan Candi Induk Utara dengan relief yang menggambarkan
tokoh-tokoh wanita, dan candi yang terletak di sebelah kanan (selatan) dinamakan.
Candi Induk Selatan dengan relief menggambarkan tokoh-tokoh laki-laki. Di bagian
utara kompleks terdapat masih selasar terbuka dengan beberapa arca buddhis. Kedua
candi induk ini dikelilingi oleh 116 stupa perwara serta 50 buah candi perwara, juga parit
buatan.
Pada masing-masing candi induk terdapat 6 patung/arca Dhyani Boddhisatwa.
Walaupun candi ini adalah candi Buddha, tetapi gaya arsitekturnya merupakan
perpaduan antara agama Buddha dan Hindu.
Candi Induk Selatan Plaosan Lor dipugar pada tahun 1962 oleh Dinas Purbakala.
Sementara itu, Candi Induk Selatan dipugar pada tahun 1990-an oleh Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah.

 Arsitektur Candi Borobudur

Borobudur merupakan mahakarya seni rupa Buddha Indonesia, sebagai contoh


puncak pencapaian keselarasan teknik arsitektur dan estetika seni rupa Buddha di Jawa.
Bangunan ini diilhami gagasan dharma dari India, antara lain stupa, dan mandala, tetapi
dipercaya juga merupakan kelanjutan unsur lokal; struktur megalitik punden berundak
atau piramida bertingkat yang ditemukan dari periode prasejarah Indonesia. Sebagai
perpaduan antara pemujaan leluhur asli Indonesia dan perjuangan mencapai Nirwana
dalam ajaran Buddha.
Borobudur adalah sebuah stupa yang bila dilihat dari atas membentuk pola Mandala
besar. Mandala adalah pola rumit yang tersusun atas bujursangkar dan lingkaran
konsentris yang melambangkan kosmos atau alam semesta yang lazim ditemukan dalam
Buddha aliran Wajrayana-Mahayana. Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur
menggambarkan secara jelas filsafat mazhab Mahayana yang secara bersamaan
menggambarkan kosmologi yaitu konsep alam semesta, sekaligus tingkatan alam pikiran
dalam ajaran Buddha. Bagaikan sebuah kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh
tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi
Buddha. Dasar denah bujur sangkar berukuran 123 meter (404 ft) pada tiap sisinya.
Bangunan ini memiliki sembilan teras, enam teras terbawah berbentuk bujur sangkar
dan tiga teras teratas berbentuk lingkaran.
 Arsitektur Candi Singhasari

Komplek percandian menempati areal 200 m × 400 m dan terdiri dari beberapa candi.
Di sisi barat laut komplek terdapat sepasang arca raksasa besar (tinggi hampir 4m,
disebut Dwarapala) dan posisi gada menghadap ke bawah, ini menunjukkan meskipun
penjaganya raksasa tetapi masih ada rasa kasih sayang terhadap semua mahkluk hidup
dan ungkapan selamat datang bagi semuanya. Dan posisi arca ini hanya ada di
Singhasari, tidak ada di tempat ataupun kerajaan lainnya. Dan di dekatnya arca
Dwarapala terdapat alun-alun. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa candi terletak di
komplek pusat kerajaan. Letak candi Singhasari yang dekat dengan kedua arca
Dwarapala menjadi menarik ketika dikaitkan dengan ajaran Siwa yang mengatakan
bahwa dewa Siwa bersemayam di puncak Kailasa dalam wujud lingga, batas Timur
terdapat gerbang dengan Ganesha (atau Ganapati) sebagai penjaganya, gerbang Barat
dijaga oleh Kala dan Amungkala, gerbang Selatan dijaga oleh Resi Agastya, gerbang
Utara dijaga oleh Batari Gori (atau Gaurī). Karena letak candi Singhasari yang sangat
dekat dengan kedua arca tersebut yang terdapat pada jalan menuju ke Gunung Arjuna,
penggunaan candi ini diperkirakan tidak terlepas dari keberadaan gunung Arjuna dan
para pertapa yang bersemayam di puncak gunung ini pada waktu itu.
Bangunan candi utama dibuat dari batu andesit, menghadap ke barat, berdiri pada
alas bujur sangkar berukuran 14 m × 14 m dan tinggi candi 15 m. Candi ini kaya akan
ornamen ukiran, arca, dan relief. Di dalam ruang utama terdapat lingga dan yoni.
Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara (dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), timur
yang dulu berisi arca Ganesha, serta sisi selatan yang berisi arca Siwa-Guru (Resi
Agastya).

Anda mungkin juga menyukai