Pengging yang bernama Bandung Bondowoso ingin memperistrinya. Tapi sebenarnya, Roro
Jonggrang tidak mencintai Bandung Bondowoso. Sebagai strategi menolak pinangan tersebut,
Roro Jonggrang mengeluarkan syarat agar dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam.
Bandung Bondowoso pun menyanggupinya.
Sebelum melaksanakan pekerjaannya, dia bersemedi untuk mendapat kekuatan dan bantuan
dari para jin. Menjelang petang, pembangunan seribu candi mulai dilaksanakan, dan menjelang
matahari terbit, pembangunan itu hampir selesai. Melihat hal ini, Roro Jonggrang pun cemas,
dan berusaha mencegah kerja tersebut. Roro Jonggrang kemudian memanggil semua putri desa
untuk membakar jerami dan memukul lesung (alat penumbuk padi tradisional di Jawa), supaya
terkesan hari menjelang fajar. Jin-jin yang melihat hari telah menjelang fajar mulai
meninggalkan pekerjaannya. Setelah dihitung, ternyata pekerjaan yang tersisa hanyalah sebuah
arca.
Bandung Bondowoso pun mengetahui kecurangan Roro Jonggrang. Dengan perasaan marah
dan kecewa, ia mendatangi Roro Jonggrang. Tapi Roro Jonggrang tetap bersikukuh minta
digenapi menjadi 1000 candi. Hal ini menimbulkan kemarahan Bandung Bondowoso. Kurang
satu, tambahnya kamu sendiri. Setelah Bandung Bondowoso mengeluarkan kata-kata itu,
Roro Jonggrang pun langsung berubah menjadi arca, untuk melengkapi sebuah arca yang
belum terselesaikan. Dan arca ini bisa kita lihat di bilik sebelah utara candi utama.
Percaya atau tidak? Teserah anda
Sumber:
1. Candi, Gudeg.net
2. Prambanan and Architecture, Indonesian Heritage: Ancient History, ed. John Miksic,
Singapura: Archipelago Press, hal. 72
3. T.H. Pudjo Widijanto, Mencari Singgasana Sang Raja, Kompas, Minggu, 19 April 2000
4. Wahyu Kristanto, S.S, Lara Jonggrang atau Durga Mahasasumardini, MP No.11 th. 53,
Minggu III Juni 2000, hal. 8
Candi Prambanan adalah mahakarya kebudayaan Hindu dari abad ke-10. Bangunannya yang
langsing dan menjulang setinggi 47 meter membuat kecantikan arsitekturnya tak tertandingi.
adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah
Krut atau Pha Krut.
Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief
itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik
adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan
tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa
masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di
Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa
ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan
dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada
gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang
ada di Prambanan telah mendunia.
Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata.
Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat
mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning
(Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya
terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu
pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga
kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau
pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat di taman sekitar candi. Tertarik? Datanglah segera.
Sejak tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi Prambanan meski
belum bisa masuk ke dalam candi. Beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini
sedang diperbaiki.
Naskah: Yunanto Wiji Utomo
Candi Siwa
Candi dengan luas dasar 34 meter persegi dan tinggi 47 meter persegi adalah candi terbesar
dan tertinggi. Dinamakan candi Siwa karena didalamanya terdapat arca Siwa Mahadewa yang
merupakan arca terbesar. Bangunan ini terbagi atas tiga bagian secara vertical kaki, tubuh dan
kepala atau atap. Kaki candi menggambarkan dunia bawah tempat manusia yang masih
diliputi oleh hawa nafsu, tubuh candi menggambarkan dunia tengah tempat manusia yang
telah meninggalkan keduniaan dan di atas melukiskan dunia atas tempat para dewa.
Gambar kosmos nampak pula dengan adanya arca dewa dewa dan mahluk surgawi yang
menggambarkan Gunung Mahameru ( Mount Everest di India ) tempat para dewa. Pintu utama
menghadap ke timur dengan tangga masuknya yang terbesar. Di tangan kirinya berdiri dua arca
raksasa penjaga, dengan membawa gada yang merupakan manifestasi dari Siwa. Di dalam
candi terdapat empat ruangan yang menghadap ke arah mata angin dan mengelilingi ruangan
terbesar yang ada di tengah tengah. Kamar terdepan kosong, sedangkan ketiga kamar lainnya
masing masing berisi arca : Siwa Maha Guru, Ganesha dan Durga.
Dasar kaki candi dikelilingi oleh selasar yang dibatasi oleh pagar langkan. Pada dinding
langkan terdapat relief cerita Ramayana yang dapat diikuti dengan cara Pradaksina ( berjalan
searah jarum jam) mulai dari pintu utama. Hiasan hiasan pada dinding sebelah luar berupa
kinari kinari ( kepala raksasa yang lidahnnya berwujud sepasang mitologi) dan mahluk
surgawi lainnya.
Atap candi bertingkat tingkat dengan susunan yang amat komplek masing masing dihiasi
sejumlah ratna dan puncaknya terdapat ratna terbesar.
1. Arca Siwa Mahadewa
Menurut ajaran Trimurti Hindu, yang paling dihormati adalah dewa Brahma sebagai pencipta
alam, kemudian dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan dewa Siwa sebagai perusak alam. Tetapi
di India maupun di Indonesia , Siwa adalah dewa yang paling terkenal.
Di Jawa, dia dianggap yang tertinggi, karenanya ada yang menghormatinya sebagai
Mahadewa. Arca ini mempunyai tinggi 3 meter berdiri di atas landasan batu setinggi 1 meter.
Di antara kaki arca dan landasanya terdapat batu bundar berbentuk bunga teratai. Arca ini
menggambarkan Raja Balitung, tanda tanda sebagai Siwa adalah tengkorak di atas Bulan
Sabit pada mahkotanya, mata ketiga pada dahinya, bertangan empat berselampangkan ular,
kulit harimau di pingganya serta senjata trisula pada sandaran arcanya. Tangan tanganya
memegang kipas, tasbih, tunas bunga teratai, dan benda bulat sebagai benih alam semesta. Raja
Balitung dipandang sebagai penjelmaan Siwa oleh keturunan dan rakyatnya.
2. Arca Siwa Mahaguru
Arca ini berwujud seorang tua yang berjanggut yang berdiri dengan perut gendut. Tangan
kananya memegang tasbih, tangan kiri memegang kendi, dan bahunya terdapat kipas.
Semuanya adalah tanda tanda seorang pertapa. Trisula yang terletak di sebelah belakangnya
menandakan senjata khas Siwa. Arca ini menggambarkan pendeta alam dalam istana Raja
Balitung sekaligus seorang penasihat dan guru. Karena besar jasanya dalam menyebarkan
agama Hindu Siwa, maka ia dianggap salah satu aspek atau bentuk dari Siwa.
3. Arca Ganesha
Arca ini berwujud manusia berkepala gajah, bertangan empat yang sedang duduk dengan perut
gendut. Tangan tangan belakangnya memegang tasbih dan kampak sedangkan tangan
tangannya memegang pahatan gadingnya sendiri dan sebuah mangkuk. Ujung belalainya
dimasukan ke dalam mangkuk itu yang menggambarkan bahwa ia tak pernah puas meneguk
ilmu pengetahuan. Ganesha memang menjadi lambang kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan,
penghalau segala kesulitan. Pada mahkotanya terdapat tengkorak dan bulan sabit sebagai tanda
bahwa ia anak Siwa dan Uma, istrinya. Arca ini menggambarkan putra mahkota sekaligus
panglima perang Raja Balitung.
4. Arca Durga atau Loro Jonggrang
Arca ini berwujud seorang wanita bertangan delapan yang memegang beraneka macam
senjata : cakra, gada, anak panah, ekor banteng, sankha, perisai, busur, panah, dan rambut
berkepala Asura. Ia berdiri di atas benteng Nandi dalam sikap tribangga ( tiga gaya gerak yang
membentuk tiga lekukan tubuh) Banteng Nandi sebenarnya penjelmaan Daru Asura yang
menyamar.
Durga berhasil mengalahkanya dan menginjaknya sehingga dari mulutnya keluarlah Asura
yang lalu ditangkapnya. Ia adalah salah satu aspek dari sakti isteri Siwa.
Menurut metologi ia tercipta dari lidah lidah api yang keluar dari tubuh para dewa. Durga
adalah dewa kematian, karenanya arca ini menghadap ke utara yang merupakan arah mata
angin kematian. Sebenarnya arca ini sangat indah apabila dilihat dari kejauhan nampak seperti
hidup dan tersenyum namun hidungnya telah dirusak oleh tangan tangan jahil. Arca ini
menggambarkan permaisuri Raja Belitung.
CandiBrahma
Luas dasarnya 20 m2 dan tingginya 37 meter. Di dalam satu- satunya ruangan yang ada
berdirilah arca Brahma berkepala empat dan berlengan empat. Arca ini sebenarnya sangat
indah tetapi sudah rusak. Salah satu tangannya memegang tasbih yang menggambarkan waktu
dan yang satu memegang kamandalu tempat air. Keempat wajahnya menggambarkan keempat
kitab suci Weda masing masing menghadap keempat arah mata angin. Keempat lengannya
menggambarkan keempat arah mata angin. Sebagai pencipta, ia membawa air karena seluruh
alam keluar dari air.
Dasar kaki candi juga dikelilingi oleh selasar yang dibatasi oleh pagar langkan dimana pada
dinding langkan sebelah dalam terpahat relief lanjutan cerita ramayana dan relief serupa pada
candi Siwa hingga tamat.
CandiWisnu
Bentuk dan ukuran relief serta hiasan dinding luarnya sama dengan Candi Brahma. Di dalam
satu satunya ruangan yang ada berdirilah arca Wisnu bertangan empat yang memegang gada,
cakra, tiram. Pada dinding langkan sebelah dalam terpahat relief cerita kresna sebagai avatara
atau penjelmaan Wisnu dan Balarama (Baladewa) kakaknya.
CandiNandi
Luas dasarnya 15 meter persegi dan tingginya 25 meter. Di dalam satu satunya ruangan yang
ada, terbaring arca seekor lembu jantan dalam sikap merdeka dengan panjang 2 meter. Di
sudut belakangnya terdapat arca Dewa Candra. Candra yang bermata tiga berdiri di atas kereta
yang ditarik oleh 7 ekor kuda. Candi ini sudah runtuh.
Candi Angsa
Candi ini berisi satu ruangan yang tak berisi apapun. Luas dasarnya 13 meter persegi dan
tingginya 22 meter. Mungkin ruangan ini hanya digunakan untuk kandang angsa atau hewan
yang biasa dikendarai oleh Brahma.
Candi Garuda
Bentuk dan ukuran serta hiasan dindingnya sama dengan Candi Angsa. Di dalam satu
satunya ruangan yang ada terdapat arca kecil yang berwujud seekor garuda di atas seekor naga.
Candi Apit
Luas dasarnya 6 m2 dengan tinggi 16 meter, ruanganya kosong, mungkin candi ini digunakan
untuk bersemedi untuk memasuki candi induk. Karena keindahanya mungkin digunakan untuk
menanamkan estetika dalam komplek percandian Prambanan.
Candi Kelir
Luas dasarnya 1,55 m2 dengan tinggi 4,10 meter. Candi ini tidak mempunyai tangga masuk
fungsinya sebagai penolak bala.
Candi Sudut
2. Candi Plaosan
Letaknya 1 km ke arah timur candi Sewu. Candi ini dibangun pada pertengahan abad 9 M
oleh Rakai Pikatan sebagai hadiah kepada permaisurinya. Kelompok Candi Plaosan Lor (utara)
terdiri atas dua candi induk, 58 perwara dan 126 buah stupa. Kelompok candi Plaosan kidul
(selatan) hanya berupa sebuah candi. Halaman candi induk terbagi 2 yang masing masing di
atasnya berdiri sebuah biara bertingkat dua . Tingkat atas untuk tempat tinggal para pendeta
Budha dan tingkat bawah untuk kegiatan keagamaan.
3. Candi Sajiwon
Letak candi ini 2 km ke arah tenggara dari percandian Prambanan. Sebagian besar hanya
berupa reruntuhan. Pada kaki candi terpahat relief cerita bintang yang mengandung nilai nilai
filsafat.
4. Candi Boko
Letaknya 3 km ke arah selatan dari percandiaan Prambanan, berdiri di atas bukit kidul yang
merupakan lanjutan dari pegunungan seribu dengan pemandangan alam nan permai di
sekitarnya. Bangunan ini sangat unik berbeda dengan bangunan bangunan lain di sekitarnya
dan lebih mengesankan sebuah keraton (istana).
Diperkirakan Balaputera Dewa dan Dinasti Syailendra yang beragama budha mendirikanya
pada pertengahan abad 9 M sebagai benteng pertahanan yang strategis terhadap Rakai Pikatan.
Menurut legenda disinalah letak istana Ratu Boko, ayah Loro Jonggrang.
5. Candi Banyunibo
Candi ini terletak 200 meter ke arah tenggara dari candi Boko, berdiri di atas sebuah lembah.
Banyu berarti air, nibo berarti jatuh menetas.
6. Candi Sari
Sari berarti indah atau cantik sesuai bentuknya yang ramping. Mungkin karena keindahanya
yang menarik perhatian ia dinamakan demikian. Puncak atapnya berhiasakan 9 stupa yang
sama sebangun dan tersusun dalam tiga deret. Di bawah masing masing stupa terdapat
ruangan ruangan yang bertingkat 2 yang digunakan sebagai tempat meditasi dan mengajar.
Arca arca Bodhisattwa terpahat pada dinding luarnya. Dinding ini dihias dengan amat
indahnya biara Budha yang dibangun pada abad 8 M ini terletak pada sisi kiri jalan raya Yogya
Solo, masuk 500 meter ke arah utara. Bangunan dengan panjang 17, 32 meter dan lebar 10
meter ini merupakan sebagian saja dari kumpulan candi yang telah hilang .
7. Candi Kalasan
Peninggalan agama Budha tertua di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa tengah adalah candi
Kalasan. Candi ini terletak pada sisi sebelah kanan jalan raya Yogya Solo 13 km masuk
beberapa puluh meter ke arah selatan. Candi ini didirikan oleh Panangkaran, raja kedua dari
kerajaan Mataram kuno pada abad 8 M sebagai persembahan kepada Dewi Tara. Lengkung
kala makara dengan hiasan khayangan di atasnya terpahat pintu masuk dengan begitu
indahnya. Keindahan hiasan dan relief reliefnya disebabkan oleh sejenis semen kuno
bajralepa. Candi ini dianggap permata kesenian Jawa Tengah.
8. Candi Sambisari
Letaknya 5,5 km dari percandiaan Prambanan ke arah barat dan 2,5 km ke arah utara dari
jalan raya Yogya Solo. Setelah terpendam, selama berabad abad karena letusan Gunung
Merapi pada bulan juli 1966 ditemukan kembali secara kebetulan oleh seorang petani yang
tengah mengerjakan sawahnya. Kemudian di perbaiki dan pada tahun 1986 telah selesai.
Ini adalah hasil karya tulis saya waktu saya mengunjungi kota Yogyakarta, hasil karya tulis Ini
sebenarnya saya buat sewaktu saya masih duduk di SMA, mohon maaf jika ada kesalahan
mengenai hasil karya tulis ini dan semoga ini bermanfaat bagi yang ingin mengetahui sejarah
candi Borobudur dan Candi Prambanan.