Berikut ini daftar candi Hindu-Buddha di Indonesia terbesar dan terpopuler yang
menjadi peninggalan sejarah penting.
Saat belajar sejarah Indonesia, Toppers pastinya tahu kalau Indonesia pernah
memiliki masa di mana beberapa daerahnya dikuasai oleh kerajaan beragama Hindu
atau Buddha. Hasilnya, kerajaan-kerajaan tersebut meninggalkan bukti keberadaan
mereka dalam berbagai bentuk. Salah satu dari bukti tersebut adalah sejumlah candi
yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Sekedar info untuk Toppers, di masa lalu, candi merupakan bangunan yang terbuat
dari batu serta difungsikan sebagai tempat pemujaan serta tempat penyimpanan abu
jenazah raja atau pendeta Hindu-Buddha. Tentunya candi tidak hanya ditemukan di
Pulau Jawa saja, melainkan juga di Pulau Bali hingga Pulau Sumatra.
Nah, berbicara candi, dalam pikiran kita mungkin hanya terlintas Candi Borobudur
atau Candi Prambanan saja. Padahal, Indonesia juga punya banyak sekali candi-candi
Hindu-Buddha lainnya yang tentunya nggak kalah menarik untuk dipelajari. Dari
candi-candi ini juga, kita bisa saja mempelajari sejarah baru tentang masa Hindu-
Buddha yang belum banyak orang ketahui, lho. Penasaran, kan? Yuk simak daftar
candi Hindu-Buddha di Indonesia berikut ini.
Candi Asu Sengi bertempat di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun,
Kabupaten Magelang dan berada di lereng Gunung Merapi sebelah barat di tepian
Sungai Tlingsin Pabelan.
Nama candi ini sebenarnya diberikan oleh masyarakat setempat saat pertama kali
ditemukan. Hal ini disebabkan oleh arca Lembu Nandhi yang tampilannya sudah
rusak dan malah lebih mirip anjing (asu - anjing dalam bahasa Jawa). Pemulihan
bangunan candi ini sendiri masih belum selesai karena sempat terjadinya erupsi
Gunung Merapi. Di Candi Asu Sengi, selain Toppers bisa menikmati pemandangan
candi yang menarik, Toppers juga bisa menyaksikan upacara adat yang dilaksanakan
oleh masyarakat setempat.
Candi Umbul berlokasi di Dusun Candi Umbul, Desa Kartoharjo, Kecamatan Grabag,
Kabupaten Magelang. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Hindu
pada dinasti Syailendra. Tidak hanya menawarkan suasana yang sejuk dan
pemandangan sawah yang indah, Candi Umbul juga memiliki dua kolam berukuran
besar dan kecil yang bisa dipakai pengunjung untuk berendam.
Candi Klero merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang berlokasi di Ngentak
Lor, Klero, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Candi ini berlokasi cukup
strategis, yaitu di Jalan Raya Salatiga-Solo dan tidak jauh dari Pasar Tengaran. Meski
demikian, candi ini masih tergolong jarang dikunjungi.
Meski demikian, Candi Klero masih dirawat dan terjaga dengan baik, serta ukuran
candi yang relatif kecil tidak akan membuat pengunjung merasa kelelahan saat
menelusurinya.
Candi Pringapus merupakan salah satu destinasi wisata sejarah yang berlokasi di
daerah Temanggung, Jawa Tengah. Candi ini dapat menjadi spot foto karena
lingkungan di sekitar candi yang cantik dan terawat.
Pada jam-jam tertentu, Toppers bisa melihat pemandangan gunung dari Candi
Pringapus. Tidak hanya itu, warga sekitar juga sering memanfaatkan halaman depan
candi untuk upacara adat yang juga bisa disaksikan pengunjung.
Candi Ngempon atau yang juga disebut Candi Muncul merupakan salah satu candi
peninggalan kerajaan Hindu. Konon katanya, candi ini menjadi pusat
penggemblengan untuk melatih orang-orang menjadi para empu atau mpu.
Dikenal juga dengan nama Candi Roro Jonggrand, kompleks Candi Prambanan
adalah kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9
Masehi.
Berdasarkan prasasti Siwagrha, diketahui bahwa candi ini mulai dibangun sekitar
tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh
Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram. Dari prasasti ini juga
diceritakan bahwa Candi Prambanan dibangun sebagai persembahan kepada
Trimurti (tiga dewa utama dalam Hindu), yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa.
Berada di pegunungan Dieng, Candi Dieng merupakan Candi Hindu beraliran Siwa
yang diperkirakan dibangun pada akhir abad ke-8 hingga awal abad ke-9.
Memiliki luas mencapai sekitar 1.8 x 0.8 km2, kompleks Candi Dieng dibagi dalam 3
kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang namanya diadopsi dari tokoh dalam
kisah dalam Kitab Mahabarata, yakni kelompok Arjuna, kelompok Gatotkaca,
kelompok Dwarawati dan Candi Bima.
Ditemukan oleh Raffles pada 1804, Candi Gedong Songo merupakan Candi Hindu
peninggalan dari Wangsa Syailendra pada abad ke-9, tepatnya 927 masehi.
Kompleks Candi yang terdisi dari 9 Candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran
ini berada di ketinggian sekitar 1200 m di atas permukaan laut.
Berdasar informasi dari kitab Negarakertagama dan Pararaton, Candi Jago memiliki
nama asli Jajaghu yang berarti ‘keagungan’ yang pembangunannya dilakukan untuk
penghormatan Raja Sri Jaya Wisnuwardhana, Raja Singasari penganut agama Syiwa
Buddha, aliran peraduan antara ajaran Hindu dan Buddha.
Pada candi yang dibangun menggunakan batuan andesit ini, Toppers bisa
menemukan relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini.
Di dekat situs ini juga terdapat mata air jernih yang tak pernah kering meski musim
kemarau panjang.
Sekilas Candi bercorak Hindu satu ini terlihat seperti Piramid. Selain bentuknya yang
unik, candi ini cukup menarik perhatian karena penggambaran alat-alat kelamin
manusia secara eksplisit bisa ditemukan pada relief dan arca pada Candi Sukuh. Pada
tahun 1995, situs Candi Sukus diusulkan ke UNESCO sebagai salah satu situs warisan
dunia.
Candi bercorak Hindu di Indonesia selanjutnya adalah Candi Cetho, yang diduga
dibangun pada akhir era kerajaan Majapahit. Kompleks Candi ini nggak hanya
menjadi lokasi ziarah umat Hindu tetapi juga menjadi area pemujaan. Para penganut
kepercayaan Kejawen juga kerap menjadikan Candi Cetho sebagai lokasi pertapaan.
Candi Penataran merupakan kompleks Candi Hindu terbesar di Jawa Timur yang
telah ada sejak masa kerajaan Kediri. Menilik informasi dari prasasti Palah, Candi ini
diduga dibangun pada 1194 oleh Raja Çrnga (Syrenggra) yang bergelar Sri Maharaja
Sri Sarweqwara Triwikramawataranindita Çrengalancana Digwijayottungadewa
dengan nama Candi Palah.
Awalnya candi ini juga dibangun sebagai tempat upacara pemujaan untuk menolak
mara bahaya dari Gunung Kelud yang kala itu kerap meletus.
Satu-satunya candi yang bisa Toppers temukan di tataran tanah Sunda adalah Candi
Cangkuang. Selain arca dewa Siwa yang menunjukkan bahwa Candi ini bercorak
Hindu, di komplek Candi juga terdapat makam Arief Muhammad yang dikatakan
merupakan leluhur dari penduduk setempat.
Candi beraliran Hindu Siwa ini merupakan tempat ditemukannya prasasti Canggal.
Candi Gunung Sari diduga merupakan peninggalan abad ke-6 hingga ke-8 yang
membuatnya menjadi candi tertua di tanah Jawa, lebih tua dari Candi Borobudur dan
Candi Prambanan.
Nama Candi Hindu satu ini diambil dari lokasinya yang berada di Bukit Wukir.
Namun, Candi Gunung Wukir juga dikenal dengan nama Candi Cangkal atau
Shiwalingga. Candi ini didirikan pada tahun 732 masehi, di masa Raja Sanjaya dari
zaman Kerajaan Mataram Kuno.
Didirikan pada abad ke-9 pada masa pemerintahan Raja Rakai Garung pada zaman
Kerajaan Mataram Kuno, candi ini tak sengaja ditemukan pada tahun 1966 oleh
seorang petani di Desa Sambisari.
Pada saat ditemukan, posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan
tanah. Diduga kuat hal ini dikarenakan timbunan lahar dari Gunung Merapi yang
meletus ]pada awal abad ke-11 yang bisa terlihat dari banyaknya batu material
volkanik di sekitar Candi Sambisari.
Candi Sojiwan terletak Desa Kebon Dalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Prambanan. Meskipun berlokasi di kawasan Prambanan, Candi Sojiwan masih
tergolong sebagai candi bercorak Buddha. Keunikan dari Candi Sojiwan terlihat dari
relief bangunannya yang menampilkan cerita binatang. Tidak hanya itu, Candi
Sojiwan juga menawarkan spot foto menarik untuk Toppers berfoto kece sendiri atau
bersama keluarga.
Candi Sanggrahan atau yang juga dikenal sebagai Candi Cungkup berlokasi di Desa
Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Bangunan
Candi Sanggrahan memiliki dua tingkat kaki candi yang berbentuk seperti bujur
sangkar serta mengarah ke barat. Candi Sanggrahan juga memiliki relief berbentuk
kancil bertelinga lebar serta singa yang dipahatkan secara berhadapan sebanyak
delapan panil.
Secara administratif, Candi Batujaya bertempat di dua tempat, yaitu di Desa Segaran,
Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten
Karawang, Jawa Barat. Konon katanya, Candi Batujaya merupakan salah satu candi
tertua di Indonesia yang bahkan melebihi umur Candi Borobudur, lho.
Candi ini juga berlokasi di tengah persawahan yang sangat asri dan membuat
pengunjungnya nyaman saat berlibur ke Candi Batujaya. Kawasan Candi Batujaya
memiliki dua candi utama, yaitu Candi Jiwa dan Candi Blandongan yang berlokasi
tidak jauh satu sama lain.
Membahas Candi bercorak Buddha, tentu daftar ini takkan lengkap tanpa menyebut
Candi Borobudur. Terbentuk dari stupa-stupa, Candi Borobudur dibangun pada abad
ke-8 Masehi oleh penganut Buddha Mahayana.
Luas dan kemegahan dari Candi Borobudur menjadikannya sebagai monumen dan
kuil Buddha terbesar di Dunia. Hingga kini Candi Borobudur masih digunakan
sebagai tempat melakukan peribadatan umat Buddha, terutama pada saat
peringatan hari Trisuci Waisak.
Terdiri dari 52 stupa, Candi Kalasan merupakan Candi bercorak Buddha yang
dibangun sebagai penghormatan kepada Bodhisattva wanita, Tarabhawana. Candi ini
juga merupakan bukti kependudukan Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijaya di
Sumatera atas tanah Jawa.
Candi Mendut merupakan Candi Buddha yang dibangun pada masa pemerintahan
Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Di dalam bangunan Candi Mendut, terdapat tiga
arca Buddha berukuran besar, yaitu Dhyani Buddha Wairocana dengan sikap tangan
(mudra) dharmacakramudr, dan diapit oleh arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) pada
sisi kiri dan arca Wajrapāņi pada sisi kanan.
Candi Pawon adalah candi bercorak Buddha yang berada di antara Candi Borobudur
dan Candi Mendut dan keberadaannya sangat terkait erat. Hal ini bisa dilihat dari
posisi geografisnya yang lurus dan juga pahatan relief yang senada.
Menurut Casparis, Candi Pawon merupakan tempat penimpanan abu jenazah Raja
Indra (782 – 812 M), ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra. Bahkan,
menurut sebagian orang, nama “Pawon” bisa jadi berasal dari kata pawuan yang
berarti tempat menyimpan abu.
Berlokasi di situs Trowulan yang merupakan ibukota Kerajaan Majapahit, Candi Brahu
merupakan Candi Buddha yang terbuat dari bata merah. Menilik dari prasasti yang
ditulis oleh mpu Sendok, Candi bercorak Buddha ini merupakan tempat pembakaran
abu para Raja-raja, meski pada penelitian lebih lanjut tak ditemukan bekas abu
mayat dalam bilik Candi ini.
Dibangun pada abad ke-9 di masa Kerajaan Mataran Kuno, Candi Banyunibo
merupakan bangunan suci umat Buddha pada masa itu yang memiliki arti tetesan air.
Berdasarkan puing-puing, bisa diduga jika disekitar Candi Banyunibo masih terdapat
beberapa candi pendamping lainnya.
Tak ada yang tahu pasti kapan pastinya kompleks Candi Muara Takus ini dibangun,
namun keberadaan Candi ini dipercaya ada pada masa keemasan dari Kerajaan
Sriwijaya. Hal ini membuat banyak peneliti menganggap lokasi candi ini sebagai
salah satu pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya kala itu.
Berbeda dengan kebanyakan Candi Buddha di pulau Jawa yang terbuat dari Andesit,
Candi ini terbuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata.
Diduga berasal dari abad ke-11, Candi Bahal merupakan Candi Buddha yang juga
dikenal dengan nama Biaro Bahal dan Candi Portibi. Kompleks Candi ini merupakan
kompleks candi terluas di Sumatera Utara yang dibagi menjadi tiga kelompok, yakni
Bahal I, Bahal II, dan Bahal III. Kehadiran Candi ini kerap dikaitkan dengan
keberadaan dari Kerajaan Pannai.
Candi Jabung adalah salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang dibangun
pada 1354 Masehi. Berdasarkan kitab Pararaton, Candi ini diperkirakan dibangun
sebagai makam Bhra Gundul salah seorang keluarga Raja. Candi bercorak Buddha ini
identik dengan warna merah karena material utamanya yang merupakan bata merah.
Candi Sewu adalah kompleks candi Buddha terbesar di Indonesia setelah Candi
Borobudur. Dibangun pada abad ke-8, usia Candi ini diperkirakan lebih tua dari
Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Nama Candi Sewu sendiri berarti seribu
Candi, meski pada kenyataannya hanya ditemukan 249 candi dalam komplek ini.
Baca juga: 29 Tarian Daerah Terbaik Berikut Gambar, Properti & Maknanya
Untuk para petualang, Indonesia memang memiliki banyak sekali obyek menarik
yang bisa ditelusuri termasuk berbagai Candi Hindu-Buddha yang nggak cuma
memiliki arsitektur menakjubkan, tetapi juga nilai historis dan sakral yang menarik.