Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Candi Prambanan

Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Asia Tenggara. Candi Prambanan
merupakan bangunan yang dibangun di abad ke-IX pada masa pemerintahan Dinasti Sanjaya. Pada
candi ini ditemukan tulisan Pikatan yang menandakan bahwa candi ini dibangun oleh Rakai
Pikatan.
Candi Prambanan Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur),
berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah
Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km
selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pada bagian tengah area candi ini dibangun taman.
Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah,
lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang
meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir
terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar
terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian
mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi. Oleh banyak kalangan
Candi Prambanan kerap disebut sebagai Candi Loro Jonggrang.
Setelah kurang lebih satu abad lamanya tanah Jawa dikuasai oleh Dinasti Syailendra yang
beragama Buddha, akhirnya kekuasaan mereka secara perlahan pudar setelah mengalami beberapa
kekalahan besar. Dan sejarah Candi Prambanan pun dimulai pada saat itu. Dinasti Sanjaya yang

beragama Hindu secara perlahan dan pasti mulai kembali menguasai wilayah Jawa. Untuk
menyaingi Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar yang berada di Jawa yang
pernah dibangun oleh Dinasti Syailendra, maka kemudian Dinasti Sanjaya membangun sebuah
Candi Hindu yang juga tidak kalah megahnya.
Sejarah Candi Prambanan dimulai pada sekitar tahun 850 Masehi. Candi Prambanan
pertama kali dibangun oleh Rakai Pikatan yang merupakan penguasa Dinasti Sanjaya pada masa itu.
Setelah Rakai Pikatan, sejarah Candi Prambanan berlanjut dengan pembangunan besar-besaran
yang dilakukan oleh Raja Lokapala dan dilanjutkan lagi oleh Balitung Maha Sambu yang
merupakan penguasa Kerajaan Mataram dari Dinasti Sanjaya. Kemudian pembangunan candi
kemudian masih terus dilanjutkan oleh Raja Daksa and Tulodong dengan membangun Candi
Perwara yaitu candi-candi kecil yang jumlahnya sangat banyak bahkan mencapai ratusan.
Ada sebuah prasasti yang telah ditemukan dan berangka tahun 856 Masehi yaitu Prasasti
Shivagrha. Dan berdasarkan Prasasti Shivagrha tersebut, dikatakan bahwa Candi Prambanan
dibangun untuk menghormati Dewa Syiwa yang merupakan dewa terbesar Hindu. Dan berdasarkan
prasasti itu pula, disebutkan bahwa candi ini pertama kali dinamakan sebagai Shiva-grha yang
berarti Rumah Syiwa dan juga disebut juga Shiva-laya yang artinya Kerajaan Syiwa.
Sejarah Candi Prambanan juga tidak lepas dari Prasasti Shivagrha juga menyebutkan
tentang berlangsungnya sebuah proyek besar yang juga berlangsung secara bersamaan dengan
pembangunan Candi Prambanan. Proyek besar yang terjadi di bagian luar sekitar komplek
percandian ini adalah proyek Sungai Opak. Sungai Opak adalah sebuah sungai besar yang mengalir
di sebelah utara Candi Prambanan. Disebutkan bahwa Sungai opak yang pada awalnya mengalir
dari utara komplek candi menuju arah timur, kemudian dibelokkan alirannya hingga mendekati
Candi. Pemotongan aliran sungai Opak ini dilakukan dengan cara memotong aliran airnya di bagian
utara dan dibelokkan langsung menuju selatan persis melewati sebelah timur Candi Prambanan.

Prasasti Shivagrha
Sejarah Candi Prambanan berakhir pada saat Istana Kerajaan Mataram bergeser dan
dipindahkan ke Jawa Timur. Diyakini penyebab kepindahan lokasi pusat pemerintahan ini
diakibatkan oleh letusan besar Gunung Merapi yang letaknya di sebelah utara candi. Penyebab
lainnya yaitu adanya berbagai pemberontakan besar yang terjadi di dalam Dinasti Sanjaya sendiri.
Dan pindahnya pusat pemerintahan ini dilakukan oleh Mpu Sindok pada tahun 930 Masehi yang
kemudian mendirikan Dinasti Isyana.

Setelah ditinggalkan, Candi Prambanan secara perlahan mulai rusak dan akhirnya
mengalami kehancuran secara besar-besaran akibat dari sebuah gempa bumi besar yang terjadi pada
abad ke-16. Dan akhirnya Candi Prambanan benar-benar hanya tinggal puing-puing kecil yang
jumlahnya mencapai ratusan.
Candi Prambanan kembali ditemukan oleh seorang yang berkebangsaan Belanda beliau
memiliki nama C.A Lons, pada saat itu beliau mengunjungi pulau jawa dan pada tahun 1733 beliau
melaporkan bahwa terdapat reruntuhan candi yang telah ditumbuhi oleh semak belukar.
Kemudian pada 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan
beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa waktu kemudian Isac Groneman melakukan
pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di
sepanjang Sungai Opak.
Pada 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun
1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin
dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya
melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha
pemugaran kembali.
Pada 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada 1930. Pada 1931 digantikan
oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu
kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga 1993.
Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak
yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal
75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan
hanya tampak fondasinya saja.
Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma,
dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi
itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke
barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih
terdapat dua candi apit, empat candi kelir, dan empat candi sudut. Sementara, halaman kedua
memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, akan ditemui
empat ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara tiga ruangan lain masing-masing
berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah
yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.
Di candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, Anda hanya akan menjumpai satu
ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga candi Brahma yang terletak di sebelah selatan candi
Siwa, Anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
Candi pendamping yang cukup memikat adalah candi Garuda yang terletak di dekat candi
Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda.

Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih,
bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu
atas sosok Bennu (berarti terbit atau bersinar, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam
mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan
ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air
suci para dewa)
Candi Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para
ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang
menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan,
kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah
mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala menghantam daerah Bantul
dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian
pada penduduk di sana. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Prambanan,
khususnya candi Brahma. Hingga saat ini perbaikan masih terus dilakukan dan beberapa di
antaranya sudah rampung.
Untuk mencapai Prambanan, cukup mudah, dengan berbagai macam pilihan penerbangan
bisa sampai ke Yogyakarta dan dari pusat kota gudeg tersebut, dapat menyewa mobil atau taksi
menuju ke candi Prambanan dengan waktu tempuh sekitar setengah jam.

TUGAS SEJARAH
Sabtu, 13 Desember 2014

Disusun oleh:

Akbar Nur Rizky


No Absen
1
Kelas
X iis 3

SMA Muhammadiyah 3
Yogyakarta
2014

Anda mungkin juga menyukai