T PUTRI
PENELO
PE
Kelompok 2
XII –
IPA A
SMA KATOLIK RAJAWALI MAKASSAR
TAHUN AJARAN
2018 / 2019
Hikayat Putri Penelope
Identitas buku
Unsur Instrinsik
1. Tema
Tema novel ini ialah Percintaan.
2. Tokoh
Pierre, cerewet.
Orang orang yang bekerja di bawahannya kadang-kadang
mengetahui ia ada di suatu tempat hanya dari suara yang keluar
dari mulut besar itu saja.
Raja Adrian II,tegas
Raja Adrian tegas dalam memilih jodoh putri Penelope. hari ini
tambah jadi berarti karena sebagai putri mahkota yang sudah
dewasa, raja Adrian ingin memilih sendiri jodoh.
Permaisuri Isabel, baik hati
Ikhlas dengan perkataan suaminya yang mencarikan jodoh
kepada putrinya.
Putri Penelope, sederhana
Ia memilih kehidupan orang biasa, dari pada kehidupan seperti
raja.
Sir Alexander, Patuh
Patuh terhadap perintah raja Adrian, ia sadar bahwa menjadi
perdana menteri suatu Negara yang bukan tempat kelahirannya.
Australia adalah Negara yang tidak kenal pembagian kelas.
3. Latar
Tempat : Kerajaan
Di dalam sebuah kamar istana kerajaan ada seorang tua pula
sedang jalan mondar-mandir malam itu.
Waktu : Malam
Karena malam itu malam yang panas Sir Alexander tidak
mengenakan piamanya.
Suasana : Ramai
Sedangkan di ruang resepsi orang-orang sudah ramai sambil
diiringi oleh musik mars.
4. Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju.
Pengenalan situasi cerita, diawali dengan upaya pencarian jodoh
bagi putri mahkota kerajaan Australia, kehebohan tentang suku
Aborigin dan imigran di negeri itu, dan persaingan dua kubu
dalam suatu pemilu.
Pengungkapan peristiwa, ditandai dengan urusan jodoh Putri
Penelope yang sudah berusia 21 tahun dan beberapa tahun lagi
mewarisi tahta Raja Adrian II adalah sesuatu yang menjadi
perhatian banyak kalangan. Masalahnya, dalam kedudukannya
sebagai lambang suatu bangsa, penampilan fisiknya, suatu hal
yang dianggap sebagai lambang identitas, berada di bawah
standar orang kulit putih. Dia cantik tapi dia kontet.
Menuju konflik, ditandai dengan ada dua partai yang
perseteruannya berpuncak pada pemilu. Yang pertama adalah
partai penguasa yang salah satu tokohnya adalah Sir Alexander,
perdana menteri Australia. Yang kedua adalah partai oposisi yang
berkecenderungan sosialis dan mendambakan suatu sistem
republik. Tuan Wheat, seorang mantan perdana menteri yang
sosialis moderat dan teman kuliah raja ialah tokoh partai ini.
Puncak konflik, ditandai dengan Rasisme, khususnya superioritas
kulit putih. Putri Penelope menjadi korban silang sengkarut segala
persoalan itu. Penampilan fisiknya yang tidak sesuai dengan
standar orang kulit putih yang kolonialis menjerumuskannya
dalam rasisme. Kedudukannya sebagai putri mahkota
menjeratnya dalam aturan-aturan feodalisme, bahkan untuk
urusan pribadi sekalipun.
Penyelesaian, ditandai dengan Putri Penelope memutuskan untuk
menikah dengan seorang pemuda biasa dan menyerahkan
tampuk kekuasaan pada partai mana pun yang menang pemilu,
dan dengan demikian atas rasa sayang orang tuanya membiarkan
monarki itu berakhir.
5. Amanat
Jangan menganggap remeh kalangan orang bawah. Kita harus saling
menghargai dan tidak melihat dari segala kekurangan mereka.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan ialah sudut pandang orang ke 3 tunggal,
novel ini menyebutkan nama-nama tokoh secara langsung.
Sir Alexander berusaha dengan meminta data dari keduataan Australia
yang berada di Eropa tentang tinggi pemuda Eropa yang sekiranya
pantas untuk berdampingan bagi putri Penelope, namun usahanya
gagal.
7. Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang digunakan ialah bahasa baku. Adapun makna kias
yang digunakan seperti “Orang-orang yang sedang bicara keras-keras,
seperti pohon sikejut kena sentuh rapat mulut nya.”
Unsur Ekstrinsik
1. Nilai Sosial
Perjodohan seorang putri Penelope yang memilih kehidupan orang
biasa dari pada kehidupan seperti raja.
2. Nilai Agama
Raja Adrian II hanya dapat berdoa mudaha-mudahan puterinya jangan
hilang pikiran melihat demonstrasi-demonstrasi itu.
3. Nilai Moral
Kau jangan keterlaluan menghina orang Australia, kontet. Kalau kau
begitu benci pada orang Australia, mengapa kau tidak meninggalkan
pekerjaan ini dan istana ini?
Sinopsis
Australia merupakan suatu kerajaan yang dipimpin oleh Raja Andrian II.
Beliau mempunyai seorang permaisuri bernama Isabel. Mereka hanya
dikaruniai seorang putri saja yang bernama Penelope. Putri Penelope berbeda
dengan kebanyakan gadis Australia pada umumnya. sekarang tingginya hanya
mencapai 4’4” artinya tingginya hanya sampai ke siku rata-rata pemuda
Australia.
Waktu itu di kerajaan sangat ramai karena diadakan suatu pesta besar
yang dihadiri oleh para tamu undangan. Pesta itu untuk memperingati Hari
Ulang Tahun putri Penelope yang ke-21. Di bagian dapur sudah hiruk pikuk
para juru masak yang dipimpin oleh Pierre, koki asal Perancis. Sedangkan di
ruang resepsi orang-orang sudah ramai sambil diiringi oleh musik mars.
Semua usaha yang dilakukan oleh kedua orang politikus tadi akhirnya
diketahui oleh pihak wartawan, dan semua kejadian yang menyangkut
mengenai pencarian jodoh bagi putri Penelope diliput dan diberitakan kepada
publik. Banyak masyarakat dunia yang mengecam hal itu, dan mengakibatkan
munculnya demonstrasi-demonstrasi di seluruh bagian dunia. Mereka
menyerukan agar dihancurkannya kaum bangsawan beserta aturan-aturannya
yang akhirnya menimbulkan diskriminasi seperti yang dialami oleh putri
Penelope.
Sir Alexander merasa kacau, semua langkah yang ia tempuh gagal dan
rahasia Negara itupun juga bocor. Sir Alexander meminta agar mereka berlibur
ke Spanyol selama 3 minggu. Di sana mereka agak terhibur, dan mereka
mencoba kabur dari hotel untuk menyamar menjadi rakyat biasa. Mereka
meninggalkan Barcelona dan selanjutnya menuju ke Florence di Italia Utara.
Dalam novelnya ini Idrus sudah jauh dari gayanya yang sederhana.
Kesederhanaan bahasa dan kejernihan rasa serta pikirannya tak muncul secara
kuat lagi. Segalanya harus dilebih-lebihkan dalam novel ini. Memang sebuah
bentuk yang jarang muncul di Indonesia. Sikap main-main dengan humor tinggi
ini mampu dicapai Idrus karena dia tidak lagi hidup di Indonesia, tetapi di
Australia dan berbicara tentang negara lain. Sikap seriusnya tak nampak, yang
biasa menghinggapi sikap rata-rata pengarang sebayanya di Indonesia. Idrus
mampu mengejek tetangganya lantaran dia berada di luar persoalannya. Ini
ditambah dengan kemampuannya yang menonjol sejak lama dalam mengejek
lingkungannya, membuat karyanya ini sebagai karikatur besar tentang kejadian
internasional.
Cerita ini menyindir politik luar negeri Australia yang rupanya masih
berkiblat terus ke Eropa. Australia adalah negara Barat yang ada di tengah
bangsa Asia. Ia masih bermimpi untuk menjadi “satu keluarga” seperti di Eropa.
Dan itu tidak mungkin. Kenyatannya Australia tak laku lagi di Eropa. Puteri raja
seorang yang mungkin menarik wajahnya tetapi punya cacad kontet. Australia
mungkin berkulit putih tetapi ia bukan Eropa. Percintaannya dengan seorang
bangsawan Indonesia ditentang oleh Raja dan negara. Kemauan puteri raja
untuk menyatukan diri lebur dengan bangsa Asia rupanya bukan impian baik
bagi Raja dan perdana menteri. Akhirnya Australia harus meninggalkan citra
Eropanya dan harus hidup secara demokrat dengan sesama bangsa di dunia.