Pada suatu ketika, ada seorang raja yang memiliki kerajaan yang sangatlah besar. Ia
mempunyai dua anak laki-laki yang sifatnya sangatlah baik dan sederhana. Namun
setelah beberapa lama kemudian, raja tersebut telah tiada. Lalu, orang-orang penting
kerajaan mengangkat anak raja tersebut sebagai raja.
“Kalau aku biarkan saja kakakku ini menjadi raja, maka aku tidak akan
menjadi raja selamanya. Oleh karena itu, aku akan memanggil orang-
orang penting kerajaan,” ucaplah raja dari anak kedua tersebut.
Setelah datangnya orang-orang tersebut, raja dari anak kedua berkata, “Aku
ingin mengatakan kepada kalian. Jika kakakku menjadi raja selamanya di
negeri ini, maka aku tidak akan menjadi raja selamanya. Oleh sebab itu,
marilah kita usir kakakku agar aku menjadi raja seorang diri di negeri ini.”
Orang-orang penting kerajaan merasa tidak setuju setelah mendengar perkataan raja
dari anak kedua untuk mengusir kakaknya.
Mereka berkata, “Dia seperti pemimpin kami, walaupun dia menjadi raja di
negeri ini. Jika dia menuruti perintah itu, maka tidak apa-apa apabila dia
bersepakat dengan dirimu. Sehingga negeri pemimpinku menjadi sempurna,
karena raja dari anak pertama berperilaku sangatlah baik.”
Kemudian, orang-orang penting kerajaan bersembah kepada raja dari anak kedua.
Raja dari anak kedua berpikir dan bertanya di dalam hatinya, “Benar apa yang
mereka katakan, maka siapa lagi yang harus aku dengarkan?”
Setelah itu, dia langsung masuk ke dalam istananya dan orang-orang penting kerajaan
masing-masing pulang ke rumahnya.
Raja dari anak pertama berpikir di dalam hatinya, “Ternyata adikku tidak
senang dengan diriku. Jika dia ingin menjadi raja, masakan dilarakan dia,
maka akulah yang akan merayakan dia. Tetapi, apakah akan diriku apabila
seperti ini. Jika seperti ini, maka aku akan meninggalkan tempat ini dan pergi
ke mana saja.”
Malam hari pun telah tiba, maka raja dari anak pertama melaksanakan ibadahnya.
Setelah itu, ia menghampiri istrinya.
“Wahai istriku, saudaraku sangatlah benci kepadaku. Aku mendengar
bahwa saudaraku memanggil orang-orang penting kerajaan untuk mengajak
membantah diriku, karena dia ingin menjadi raja di negeri ini. Maka itulah
aku akan pergi kemana saja dan aku akan tinggal sendiri dengan baik-baik,”
ujar suaminya.
Hikayat bakhtiar memiliki beberapa nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi
pembacanya. Adapun nilai kehidupan yang terdapat pada hikayat bakhtiar antara lain,
perbuatan seorang adik yang iri kepada kakaknya terhadap tahta kerajaan, perilaku
seorang adik yang mengajak orang lain untuk berbuat jahat kepada kakaknya,
perbuatan seorang adik yang ingin mengusir kakaknya, seorang raja dari anak
pertama yang melaksanakan ibadah sesuai agamanya, seorang raja dari anak pertama
dan istrinya yang mengambil sebuah keputusan dengan baik, sikap seorang istri yang
patuh dan setia kepada suaminya, dan perilaku seorang istri yang percaya bahwa
Allah pasti akan menolongnya.
Dari tujuh nilai kehidupan tersebut, ada lima nilai kehidupan yang masih relevan
dengan kehidupan sekarang. Nilai yang pertama adalah ketika seorang adik yang iri
kepada kakaknya terhadap tahta kerajaan. Dalam kehidupan sekarang masih banyak
orang yang iri terhadap orang lain, misalnya iri ketika melihat teman yang lebih
berprestasi. Nilai yang kedua yaitu ketika seorang adik yang mengajak orang lain
untuk berbuat jahat kepada kakaknya. Hal ini berkaitan dengan akibat dari perilaku iri
Berdasarkan nilai-nilai di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam suatu hikayat pasti
masih ada nilai-nilai kehidupan yang relevan dengan kehidupan saat ini. Nilai-nilai
kehidupan tersebut dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Selain itu, nilai-
nilai kehidupan dalam hikayat tersebut dapat dijadikan sebuah pengajaran bagi
pembacanya untuk dapat memiliki perilaku dan perbuatan yang baik. Oleh karena itu,
kita harus melaksanakan nilai-nilai yang sudah kita ketahui.
Hikayat Bakhtiar
Ada seorang raja, terlalu besar kerajaannya dari segala raja-raja. Syahdan maka
baginda pun beranak dua orang laki-laki, terlalu amat baik parasnya, gilang gemilang
dan sikapnya pun sederhana. Hatta maka berapa lamanya, dengan kodrat Allah,
subhanahu wa ta'ala, maka baginda pun hilanglah, kembali ke rahmatu'llah. Arkian
maka anakda baginda pun tinggallah dua bersaudara. Setelah demikian, maka
mufakatlah segala menteri dan hulubalang dan orang kaya-kaya dan orang besar-
besar menjadikan anak raja, menggantikan ayahanda baginda. Setelah sudah naik di
atas tahta kerajaan dan berapa lamanya, maka berpikirlah saudaranya,
katanya:"Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan menjadi raja, bahwasanya aku ini
tiadalah menjadi raja selama-lamanya. Maka baiklah aku menyuruh memanggil
segala perdana menteri dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya
sekaliannya." Setelah berhimpunlah segala menteri dan hulubalang, rakyat hina dina
sekaliannya, maka baginda pun bertitah: "Hai, segala menteri dan hulubalang dan
Setelah sudah ia berpikir demikian itu, seketika maka hari pun malamlah. Maka
baginda pun sembahyanglah. Setelah sudah, maka ia pun lalulah masuk ke dalam
tempat peraduan hampir isterinya, seraya bertitah kepada isterinya: "Hai, adinda,
adapun akan hamba ini sangatlah bencinya saudara hamba akan hamba.Maka oleh
karena itu, maka hamba hendak pergi membuangkan diri barang di mana ditakdirkan
Allah ta'ala. Maka tinggallah tuan hamba baik-baik memeliharakan diri tuan-hamba".
Maka bercucuranlah air mata baginda. Kelakian maka sahut isterinya: "Mengapakah
maka kakanda berkata demikian itu?" Maka titah suaminya: "Adalah hamba ini
mendengar kabar bahwa saudaraku memanggil segala menteri, hulubalang dan orang
besar-besar dan orang kaya, diajaknya mufakat melanggar kakanda ini, karena ia
hendak menjadi raja di dalam negeri ini. Maka itulah sebabnya, maka hamba hendak
membuangkan diri barang ke mana. Maka tinggallah tuan baik-baik". Setelah
isterinya mendengar kata suaminya demikian itu, maka isterinya pun segeralah
bangun menyembah kaki baginda, serta dengan air matanya bercucuran, serta
katanya: "Walau ke langit pun kakanda pergi, adinda ikut juga." Setelah demikian,
maka titah baginda: "Segeralah adinda berkemas-kemas, pagi-pagi esok hari kita