Anda di halaman 1dari 5

Dua Raja Bersaudara

Pada suatu ketika, ada seorang raja yang memiliki kerajaan yang sangatlah besar. Ia
mempunyai dua anak laki-laki yang sifatnya sangatlah baik dan sederhana. Namun
setelah beberapa lama kemudian, raja tersebut telah tiada. Lalu, orang-orang penting
kerajaan mengangkat anak raja tersebut sebagai raja.
“Kalau aku biarkan saja kakakku ini menjadi raja, maka aku tidak akan
menjadi raja selamanya. Oleh karena itu, aku akan memanggil orang-
orang penting kerajaan,” ucaplah raja dari anak kedua tersebut.
Setelah datangnya orang-orang tersebut, raja dari anak kedua berkata, “Aku
ingin mengatakan kepada kalian. Jika kakakku menjadi raja selamanya di
negeri ini, maka aku tidak akan menjadi raja selamanya. Oleh sebab itu,
marilah kita usir kakakku agar aku menjadi raja seorang diri di negeri ini.”

Orang-orang penting kerajaan merasa tidak setuju setelah mendengar perkataan raja
dari anak kedua untuk mengusir kakaknya.
Mereka berkata, “Dia seperti pemimpin kami, walaupun dia menjadi raja di
negeri ini. Jika dia menuruti perintah itu, maka tidak apa-apa apabila dia
bersepakat dengan dirimu. Sehingga negeri pemimpinku menjadi sempurna,
karena raja dari anak pertama berperilaku sangatlah baik.”
Kemudian, orang-orang penting kerajaan bersembah kepada raja dari anak kedua.
Raja dari anak kedua berpikir dan bertanya di dalam hatinya, “Benar apa yang
mereka katakan, maka siapa lagi yang harus aku dengarkan?”
Setelah itu, dia langsung masuk ke dalam istananya dan orang-orang penting kerajaan
masing-masing pulang ke rumahnya.
Raja dari anak pertama berpikir di dalam hatinya, “Ternyata adikku tidak
senang dengan diriku. Jika dia ingin menjadi raja, masakan dilarakan dia,
maka akulah yang akan merayakan dia. Tetapi, apakah akan diriku apabila
seperti ini. Jika seperti ini, maka aku akan meninggalkan tempat ini dan pergi
ke mana saja.”

Malam hari pun telah tiba, maka raja dari anak pertama melaksanakan ibadahnya.
Setelah itu, ia menghampiri istrinya.
“Wahai istriku, saudaraku sangatlah benci kepadaku. Aku mendengar
bahwa saudaraku memanggil orang-orang penting kerajaan untuk mengajak
membantah diriku, karena dia ingin menjadi raja di negeri ini. Maka itulah
aku akan pergi kemana saja dan aku akan tinggal sendiri dengan baik-baik,”
ujar suaminya.

Rafly Andriyan (24)


Hal itu menyentuh hati istrinya, hingga dia bersujud di kaki suaminya serta dengan
air matanya.
Istrinya berkata, “Walaupun engkau pergi jauh ke langit pun, aku akan ikut
dengan dirimu.”
“Jika itu mau dirimu, segeralah engkau berkemas-kemas. Kita akan pergi pagi
besok hari. Namun, janganlah engkau menyesal di kelak nanti,” ujar
suaminya.
Setelah hari menjelang siang, mereka mulai berjalan meninggalkan tempat tersebut.
Ketika itu, sang istri sedang hamil delapan bulan. Maka, mereka pun berhenti di suatu
padang yang luas. Kemudian, pada saat itu sang istri mulai melahirkan. Anak yang
dilahirkan dari pasangan suami istri tersebut adalah seorang laki-laki.

Nilai Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Nilai kehidupan merupakan nilai yang ada pada kehidupan seseorang yang meliputi
keseluruhan tampilan diri, sikap, kata, dan perbuatannya. Nilai-nilai kehidupan
memiliki beberapa macam yaitu nilai budaya, nilai sosial, nilai moral, nilai
keagamaan, nilai pendidikan, nilai etika, nilai kemanusiaan, dan sebagainya. Nilai-
nilai kehidupan dapat kita peroleh di mana saja. Salah satu sumber nilai kehidupan
tersebut adalah berasal dari hikayat bakhtiar.

Hikayat bakhtiar memiliki beberapa nilai kehidupan yang sangat bermanfaat bagi
pembacanya. Adapun nilai kehidupan yang terdapat pada hikayat bakhtiar antara lain,
perbuatan seorang adik yang iri kepada kakaknya terhadap tahta kerajaan, perilaku
seorang adik yang mengajak orang lain untuk berbuat jahat kepada kakaknya,
perbuatan seorang adik yang ingin mengusir kakaknya, seorang raja dari anak
pertama yang melaksanakan ibadah sesuai agamanya, seorang raja dari anak pertama
dan istrinya yang mengambil sebuah keputusan dengan baik, sikap seorang istri yang
patuh dan setia kepada suaminya, dan perilaku seorang istri yang percaya bahwa
Allah pasti akan menolongnya.

Dari tujuh nilai kehidupan tersebut, ada lima nilai kehidupan yang masih relevan
dengan kehidupan sekarang. Nilai yang pertama adalah ketika seorang adik yang iri
kepada kakaknya terhadap tahta kerajaan. Dalam kehidupan sekarang masih banyak
orang yang iri terhadap orang lain, misalnya iri ketika melihat teman yang lebih
berprestasi. Nilai yang kedua yaitu ketika seorang adik yang mengajak orang lain
untuk berbuat jahat kepada kakaknya. Hal ini berkaitan dengan akibat dari perilaku iri

Rafly Andriyan (24)


kepada orang lain sehingga berbuat jahat, contohnya timbul perasaan untuk
mencelakakan teman karena melihat teman yang mendapatkan nilai yang lebih tinggi.
Nilai yang ketiga ialah ketika seorang raja dari anak pertama yang melaksanakan
ibadah sesuai agamanya, yang dimana hal ini berkaitan dengan perilaku isitrinya yang
percaya bahwa Allah akan menolongnya. Contoh dari nilai tersebut yaitu pada saat
seseorang mempunyai masalah terhadap pendidikannya, lalu ia beribadah dan berdoa
kepada Allah untuk diberikan pertolongan. Nilai yang keempat yaitu perilaku seorang
raja dari anak pertama dan istrinya yang mengambil sebuah keputusan dengan baik.
Dalam kehidupan saat ini jika kita mengambil keputasan tanpa memikirkan masa
yang akan datang, maka akan menimbulkan penyesalan. Contoh dari perilaku tersebut
yaitu ketika seorang siswa SMA yang harus memikirkan jurusan yang akan diambil
setelah lulus SMA. Lalu, nilai yang terakhir yang masih relevan pada saat ini ialah
sikap seorang istri yang patuh dan setia kepada suaminya. Hal tersebut dikatakan
masih relevan karena masih ada pada kehidupan saat ini, seperti pada saat suami
mengajak istrinya untuk menjalankan ibadah bersama dan saling mendoakan.

Berdasarkan nilai-nilai di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam suatu hikayat pasti
masih ada nilai-nilai kehidupan yang relevan dengan kehidupan saat ini. Nilai-nilai
kehidupan tersebut dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif. Selain itu, nilai-
nilai kehidupan dalam hikayat tersebut dapat dijadikan sebuah pengajaran bagi
pembacanya untuk dapat memiliki perilaku dan perbuatan yang baik. Oleh karena itu,
kita harus melaksanakan nilai-nilai yang sudah kita ketahui.

Hikayat Bakhtiar
Ada seorang raja, terlalu besar kerajaannya dari segala raja-raja. Syahdan maka
baginda pun beranak dua orang laki-laki, terlalu amat baik parasnya, gilang gemilang
dan sikapnya pun sederhana. Hatta maka berapa lamanya, dengan kodrat Allah,
subhanahu wa ta'ala, maka baginda pun hilanglah, kembali ke rahmatu'llah. Arkian
maka anakda baginda pun tinggallah dua bersaudara. Setelah demikian, maka
mufakatlah segala menteri dan hulubalang dan orang kaya-kaya dan orang besar-
besar menjadikan anak raja, menggantikan ayahanda baginda. Setelah sudah naik di
atas tahta kerajaan dan berapa lamanya, maka berpikirlah saudaranya,
katanya:"Jikalau kiranya saudaraku ini kubiarkan menjadi raja, bahwasanya aku ini
tiadalah menjadi raja selama-lamanya. Maka baiklah aku menyuruh memanggil
segala perdana menteri dan hulubalang dan orang besar-besar dan orang kaya-kaya
sekaliannya." Setelah berhimpunlah segala menteri dan hulubalang, rakyat hina dina
sekaliannya, maka baginda pun bertitah: "Hai, segala menteri dan hulubalang dan

Rafly Andriyan (24)


orang besar-besar dan orang kaya dan tuan-tuan sekaliannya, pada bicaraku ini,
jikalau kakanda selama-lamanya menjadi raja di dalam negeri ini, bahwa aku pun
tiadalah menjadi raja selamalamanya, melainkan marilah kita langgar dan kita
keluarkan akan kakanda, supaya negeri itu terserah kepadaku".

Setelah sekalian menteri hulubalang, punggawa, orang-orang besar dan orang


kaya,dan rakyat sekaliannya itu mendengar titah yang demikian itu, maka mereka itu
pun berdatang, sembahlah: "Ya, tuanku, syah'alam, adapun pada pendapat akal patih
sekalian ini, meskipun paduka kakanda menjadi raja ini, serasa tuanku juga. Jikalau
tuanku kabulkan sembah patih sekalian ini, maka baiklah tuanku mufakat dengan
paduka kakanda, supaya sempurna negeri tuanku, karena paduka kakanda itu pun
sangat baik dan barang kelakuan dan pekerti paduka kakanda pun baik". Di dalam
pada itu pun, lebih maklum ke bawah duli tuanku, syah alam, juga. Setelah demikian
sembah mereka sekalian itu, maka baginda pun berpikirlah di dalam hatinya, katanya:
"Benarlah seperti kata menteri sekalian ini dan siapakah lagi kudengarkan katanya?"
Setelah sudah berkata demikian di dalam hatinya, maka baginda pun masuklah ke
dalam istananya. Maka sekalian mereka itu pun masing- masing pulang ke rumahnya.
Hatta maka berapa lamanya, maka kedengaranlah kepada baginda tuan wartanya
itu.Maka ia pun berpikirlah di dalam hatinya: "Tiada berkenan rupanya saudaraku ini
akan daku. Jikalau ia hendak jadi raja, masakan dilarangkan dia, niscaya akulah, yang
merayakan dia. Tetapi apakah akan daya aku ini. Jikalau demikian, baiklah aku pergi
membuangkan diriku barang ke mana membawa untungku ini."

Setelah sudah ia berpikir demikian itu, seketika maka hari pun malamlah. Maka
baginda pun sembahyanglah. Setelah sudah, maka ia pun lalulah masuk ke dalam
tempat peraduan hampir isterinya, seraya bertitah kepada isterinya: "Hai, adinda,
adapun akan hamba ini sangatlah bencinya saudara hamba akan hamba.Maka oleh
karena itu, maka hamba hendak pergi membuangkan diri barang di mana ditakdirkan
Allah ta'ala. Maka tinggallah tuan hamba baik-baik memeliharakan diri tuan-hamba".
Maka bercucuranlah air mata baginda. Kelakian maka sahut isterinya: "Mengapakah
maka kakanda berkata demikian itu?" Maka titah suaminya: "Adalah hamba ini
mendengar kabar bahwa saudaraku memanggil segala menteri, hulubalang dan orang
besar-besar dan orang kaya, diajaknya mufakat melanggar kakanda ini, karena ia
hendak menjadi raja di dalam negeri ini. Maka itulah sebabnya, maka hamba hendak
membuangkan diri barang ke mana. Maka tinggallah tuan baik-baik". Setelah
isterinya mendengar kata suaminya demikian itu, maka isterinya pun segeralah
bangun menyembah kaki baginda, serta dengan air matanya bercucuran, serta
katanya: "Walau ke langit pun kakanda pergi, adinda ikut juga." Setelah demikian,
maka titah baginda: "Segeralah adinda berkemas-kemas, pagi-pagi esok hari kita

Rafly Andriyan (24)


berjalan barang ke mana dikehendaki Allah ta’ala, kita pergi membawa untung kita.
Tetapi akan tuan jangan menyesal kelak." Maka sahut tuan puteri itu: "Jangankan
demikian, jika kalau kelautan api sekalipun, hamba pergi juga, lamun dengan
kakanda." Syahdan maka kedua suami isteri itu pun berkemas-kemaslah. Setelah hari
siang, maka keduanya pun berjalanlah, seraya menyerahkan dirinya kepada Allah,
subhanahu wata'ala, keluar negeri, masuk hutan, masuk padang, terbit padang, masuk
rimba belantara, terbit rimba belentara. Hatta maka berapa lamanya baginda dua
suami isteri itu berjalan, maka ia pun sampailah kepada suatu padang yang luas.
Maka baginda dua suami isteri pun berhentilah di sana. Adapun tatkala baginda dua
suami isteri berjalan itu, bahwa isterinya itu telah hamil delapan bulan. Kelakian
maka genaplah bulannya itu. Maka pada ketika yang baik dan hari yang baik maka
tuan puteripun hendaklah bersalin, maka katanya: "Aduh, kakanda, lemahlah rasanya
segala tulang sendi hamba ini, kalau-kalau genaplah gerangan bulannya hamil hamba
ini." Hatta baginda pun berdebarlah hatinya mendengar kata isterinya Itu. Seraya
disambutnya isterinya, maka katanya: "Allah, subhanahu wa ta'ala juga, yang amat
menolong akan hambanya itu!" Maka dengan kodrat Allah, subhanahu wa ta'ala,
maka seketika Itu juga berputeralah tuan puteri itu seorang laki-laki dengan indahnja
juga. Sebermula adapun anaknya itu terlalu amat baiknya dan gilang gemilang warna
mukanya dan tiadalah dapat ditentang nyata lagi.

Rafly Andriyan (24)

Anda mungkin juga menyukai