Anda di halaman 1dari 5

CANDI SURAWANA SEBAGAI

SEJARAH LOKAL DI KEDIRI

RANCANGAN PENELITIAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praksis sosial
Yang dibina oleh Bapak Dewa Agung

Oleh
kelompok 10 :
Alif Rahman Aulia (200731638109)
Helminia Salsabila (200731638083)
Shendy Dyah P (200731638121)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
FEBRUARI 2021
RANCANGAN PENELITIAN
CANDI SURAWANA SEBAGAI SEJARAH LOKAL DI KEDIRI

A. Latar belakang :
Sejarah lokal merupakan lingkup geografi yang dapat dibatasi sendiri oleh sejarawan
dengan alasan yang dapat diterima. Kisah kelampauan dari kelompok atau kelompok-
kelompok masyarakat yang diikat oleh kesatuan etnis kultural pada daerah geografis
yang terbatas atau tertentu atau dibatasi oleh penelitinya yang menjadi bahan
perhatian sejarawan lokal. Pentingnya pembelajaran sejarah lokal adalah sarana untuk
pembentukan jati diri bangsa melalui kesadaran sejarah dan budaya. Aspek sejarah
lokal yang berupa lokalitas, temporal dan historis, membuat pembelajaran sejarah
lokal dalam pengambangan karakter sangat cocok diterapkan di wilayah kediri,
dimana kediri merupakan kota yang kental akan tradisi dan budaya sehingga dikenal
dengan kota “Seribu Cagar Budaya”. Beberapa candi-candi yang sudah jelas sudah
ada atau ditemukan sejak lama di Kediri. Seperti Candi Surawana, Gambyok, hingga
Tegowangi.

B. Tujuan :
Rancangan ini disusun untuk mengetahui dan memberikan analisis, persepsi, solusi
atas permasalahan yang terdapat pada sejarah lokal di Kediri salah satunya Candi
Surawana.

C. Manfaat
Memberikan informasi sekaligus memperkenalkan budaya sejarah lokal kota kediri,
dan memberikan alternatif solusi permasalahan dalam upaya pelestarian candi
Surawana.

D. Objek/ Lokasi Penelitian


Candi Surawana yang yang terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten
Kediri.

E. Teknik Pengumpulan data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan wawancara
langsung pada masyarakat setempat.
F. HASIL PENELITIAN
a. Deskripsi Candi Surawana
Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri,
sekitar 25 km arah timur laut dari Kota Kediri. Candi yang nama sesungguhnya
adalah Wishnubhawanapura ini diperkirakan dibangun pada abad 14 untuk
memuliakan Bhre Wengker, seorang raja dari Kerajaan Wengker yang berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Raja Wengker ini mangkat pada tahun 1388
M. Dalam Negarakertagama diceritakan bahwa pada tahun 1361 Raja Hayam Wuruk
dari Majapahit pernah berkunjung bahkan menginap di Candi Surawana.
Ukuran Candi Surawana tidak terlalu besar, hanya 8 X 8 m2. Candi yang
seluruhnya dibangun menggunakan batu andesit ini merupakan candi Syiwa. Saat ini
seluruh tubuh dan atap candi telah hancur tak bersisa. Hanya kaki candi setinggi
sekitar 3 m yang masih tegak di tempatnya. Untuk naik ke selasar di atas kaki candi
terdapat tangga sempit yang terletak di sisi barat. Menilik letak tangga, dapat
disimpulkan bahwa candi ini menghadap ke barat.
Kaki Candi Surawana tampak seperti bersusun dua, terbagi oleh pelipit yang
menonjol keluar. Bagian kaki yang terletak di atas pelipit agak menjorok ke dalam
sehingga ukurannya menjadi kebih kecil dibandingkan dengan kaki bagian bawah.

Panel-panel relief yang memuat berbagai cerita tidak hanya terjajar rapi di
sekeliling kaki candi bagian bawah. Kaki candi bagian atas bahkan dipenuhi oleh
panel-panel relief dalam ukuran yang lebih besar dan dengan pahatan yang lebih
halus.
Relief di kaki bagian bawah menceritakan kisah-kisah Tantri, sedangkan yang
terdapat pada bagian atas kaki memuat kisah Sri Tanjung, Arjunawiwaha, serta kisah
Bubuksah dan Gagak Aking. Kisah-kisah semacam itu terdapat pada candi-candi yang
dibangun untuk tujuan peruwatan, seperti Candi Bajangratu di Trowulan dan Candi
Tegawangi, yang letaknya juga di Pare.

b. Sejarah Candi Surawana


Latar belakang dibangunnya Candi Surowono Setelah terjadi pergeseran
kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada abad ke 10 berdirilah kerajaan
Kediri dan belakangan kerajaan Singosari. Munculnya kerajaan Singasari tidak
terlepas dari kehadiran tokoh ken arok atau ken angrok, yang menandai munculnya
wangsa baru yaitu wangsa rajasa yang berkuasa di kerajaan Singosari dan majapahit.
Keberadaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dari kerajaan Singasari. Tidak
hanya karena urutan waktu, tapi juga penguasa Majapahit adalah para penguasa
kerajaan Singasari yang runtuh akibat serangan dari kerajaan Daha. Raden Wijaya
yang merupakan panglima perang Singasari kemudian memutuskan untuk mengabdi
pada Daha di bawah kepemimpinan Jayakatwang.Berkat pengabdiannya pada Daha,
Raden Wijaya akhirnya mendapat kepercayaan penuh dari Jayakatwang. Bermodal
kepercayaan itulah, pada tahun 1292 Raden Wijaya meminta izin kepada Jayakatwang
untuk membuka hutan Tarik untuk dijadikan desa guna menjadi pertahanan terdepan
yang melindungi Daha. Setelah mendapat izin Jayakatwang, Raden Wijaya kemudian
membabat hutan Tarik itu, membangun desa yang kemudian diberi nama Majapahit.
candi Surawana yang merupakan tempat pendharman dari Bhre Wengker yang
meninggal 1388 M maka diperkirakan candi tersebut dibangun pada saat diadakanya
upacara sradha atau 12 tahun setelah meninggalnya Bhre Wengker yakni tahun 1400
M. Mengenai tokoh yang di dharmakan di Candi Surawana dapat diketahui dari
informasi dari kitab Negarakertagama dimana Bhre Wengker merupakan paman
Hayam Wuruk dan berkududkan tinggi dalam keluarga kerajaan, mengemban
beberapa tugas danntanggung jawab otoritas kerajaan. Sedangkan dalam berita Cina
dari tahun 1377 M didapat gambaran bahwa Bhre Wengker merupakan raja
independen kedua memiliki keraton sendiri di bagian timur ibukota Majapahit dan
memlihara hubungan baik diplomatik sendiri dengan kaisar cina (Lydia Kieven,
2014 :285).

c. Permasalahan-permasalahan dalam upaya plestarian candi Surawana


1. Candi Surowono di Desa Cangu, Kediri, Jawa Timur, terbengkalai, belakangan
ini. Tampak, artefak Sendang Drajat dan terowongan bawah tanah di kawasan itu
tak memiliki atap lagi. Dan sudah dalam keadaan tidak utuh hanya menyisakan
bagian dasarnya. Di sekitar Candi Surawana juga terdapat beberapa patung atau
arca. Salah satunya adalah arca Resi Agastya tanpa ada bagian bawah dan bagian
atasnya karena sudah rusak. Kendati begitu, pemerintah daerah setempat belum
juga memperhatikan kondisi candi peninggalan Kerajaan Majapahit. 
2. Meskipun Candi Surowono ini sudah dijadikan sebagai tempat wisata, namun sepi
peminat. Candi ini hanya ramai pada musim caleg dan kades untuk menjalankan
ritual doa agar naik pangkat.
3. Kurang dikenalnya Candi ini pada masyarakat umum luar kota kediri padahal
candi ini memiliki relief yang indah dan akses jangkauannya cukup mudah.

d. Solusi permasalahan :
a. Pemerintah bersama masyarakat sekitar hendaknya perlu memberikan perhatian
lebih dan segera menata ulang serta melakukan perbaikan pada bagian candi yang
rusak
b. Untuk menarik wisatawan terutama generasi milenial, tempat candi tersebut perlu
dilengkapi fasilitas-fasilitas selfie yang menarik namun tidak menghilangkan nilai
otentik dari candi surawana itu sendiri. Selain itu juga perlu ditambah bahan
informasi dalam bentuk tertulis dalam setiap peninggalannya. Agar wisatawan
mendapatkan informasi lebih tentang candi surawana tersebut
c. Pemerintah dan masyarakat setempat hendaknya mulai mengenalkan candi ini ke
wilayah luar kota kediri, dapat dikenalkan melalui berbagai media seperti koran,
radio, tv, maupun platform media online seperti facebook, twitter, instagram, dll.

Anda mungkin juga menyukai