Anda di halaman 1dari 15

i

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi
Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi ini
dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai
dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa
pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini
adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan
memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa
Mahadewa setinggi tiga meter yang menunjukkan bahwa di candi ini dewa
Siwa lebih diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan
kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut
Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan
Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di
wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu
masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa
Tlogo, Prambanan, Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu
terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara.
Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur
Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki
ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-
candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara,
candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun
850 Masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh
Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.

1
2

Kami merasa tertarik untuk mempelajari dan akhirnya menyusunnya


dalam bentuk sebuah karya tulis ilmiah. Karya tulis ini ditulis berdasarkan
hasil kunjungan ke candi Prambanan yang terletak di daerah Prambanan
Sleman, Yogyakarta saat study tour. Dalam penulisan karya tulis ini, kami
memiliki beberapa alasan yaitu kami secara langsung mengamati bentuk fisik
candi Prambanan di lapangan, mengemukakan sebab-sebab mengapa masalah
yang dipersoalkan perlu diteliti dan ditulis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah candi Prambanan?
2. Apa yang ada di kompleks candi Prambanan?
3. Bagaimana arsitektur candi Prambanan?
4. Relief-relief apa saja yang ada di candi Prambanan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Candi Prambanan


1. Pembangunan
Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah
dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai
oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga
candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan
lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk
menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait
teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu
wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha.
Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme
aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah
sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran
Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus
dukungan keagamaannya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap
Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh
Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh
Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti
Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk
memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa
Sanskerta adalah Siwagrha. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat
pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga
pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di
dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir
dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan.
Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung
ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi

3
4

sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini


dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung
sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar
kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk
memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi
perwara (candi pengawal atau candi pendamping).
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh
raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong,
dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar
candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi
sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai
upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan
menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya
berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab
Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara
pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu
tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
2. Ditelantarkan
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur
oleh Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan
pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat
mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang
sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab
lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan
ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga
pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi
hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan
ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya
oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca
Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa
5

yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram


pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi
tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan
Surakarta (Solo).
3. Penemuan kembali
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui
keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah
sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun
monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan
dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini;
diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang
dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu
malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai
candi Prambanan dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang
berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada
masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang
surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini.
Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut,
reruntuhan candi ini tetap telantar hingga berpuluh-puluh tahun.
Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah
menyuburkan praktik penjarahan ukiran dan batu candi. Kemudian pada
tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan
beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian Isaäc
Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi
tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-
arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan
taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi untuk bahan
bangunan dan pondasi rumah.
4. Pemugaran
6

Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang
sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903,
Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun
1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst)
di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah
arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan
pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan
tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926
dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun
1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan
kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia
dan itu berlanjut hingga tahun 1993 .
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini.
Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan
pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik
Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan
batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di
tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75%
batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak
dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi
oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini,
beberapa bagian candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki
kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak
sejumlah bangunan dan patung.

B. Kompleks Candi Prambanan


Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru
mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka
pintu masuk utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi
Prambanan terdiri dari:
7

1. Tiga Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma.


2. Tiga Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa.
3. Dua Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-
candi Wahana di sisi utara dan selatan.
4. Empat Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu
masuk halaman dalam atau zona inti
5. Lima Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti
6. Dua ratus dua puluh empat Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan
konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44,
52, 60, dan 68, maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi
Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8
candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak candi perwara yang
belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang
tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan
terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah
yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan
zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan
bujur sangkar yang terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman
zona ini dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar
bujur sangkar yang masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan
orientasi Timur Laut - Barat Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih
tersisa, bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah banyak yang hilang.
Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum diketahui; kemungkinan
adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana dan murid-
muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini terbuat
dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia
Tenggara selain Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan
dipersembahkan kepadantiga dewa utama Trimurti: Siwa sang Penghancur,
8

Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang Pencipta. Di kompleks candi ini
Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua dewa Trimurti lainnya.
Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang terbesar dan tertinggi,
menjulang setinggi 47 meter.
1. Candi Siwa
Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks
candi. Pelataran ini ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar
dikurung pagar batu dengan empat gerbang di empat penjuru mata angin.
Dalam halaman berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi utama;
yaitu tiga candi utama yang disebut candi Trimurti ("tiga wujud"),
dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang
Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus
tertinggi di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter
dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai
modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk
wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan
pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang
dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana; terukir di dinding dalam
pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak
yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya,
pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni
berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini
dilanjutkan ke Candi Brahma.
2. Candi Brahma dan Candi Wishnu
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang
terletak di sisi utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang
terletak di sisi selatan. Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya
terdapat satu ruang, yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi
Brahma menyimpan arca Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca
9

Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3 meter. Ukuran candi Brahma dan
Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi 33 meter.

3. Candi Wahana
Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil
daripada candi Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada
kendaraan atau wahana dewa-dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa,
sang Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu. Candi-
candi wahana ini terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan
candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi.
Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya mengapit
arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra digambarkan
berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas
kereta yang ditarik 7 kuda. Tepat di depan candi Brahma terdapat candi
Angsa. Candi ini kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin
dulu pernah bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di
dalamnya. Di depan candi Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan
untuk Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam candi ini
tidak ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di
dalam candi ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang penting di
Indonesia, yaitu sebagai lambang negara Garuda Pancasila.
4. Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit.
Ukuran Candi Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu
tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8 candi utama
ini terdapat candi kecil berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya
menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali tempat meletakan canang
atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan pintu masuk. Candi-
candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata angin di
muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan
10

Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2
meter.
5. Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman
dalam, tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin.
Dinding kedua berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua
dinding ini adalah halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas
224 candi perwara yang disusun dalam empat baris konsentris. Candi-
candi ini dibangun di atas empat undakan teras-teras yang makin ke tengah
sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran lebih kecil
daripada candi utama. Candi-candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu candi
pengawal atau candi pelengkap. Candi-candi perwara disusun dalam empat
baris konsentris baris terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi,
baris ketiga 60 candi, dan baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas
68 candi.

C. Arsitektur Candi Prambanan


Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu
yang berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi mengikuti pola mandala,
sementara bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi
Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai
rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para
dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam
semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan
ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi,
mulai dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun
berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep
Buddha yang pada hakikatnya hampir sama. Baik lahan denah secara
horizontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:
11

1. Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk


yang fana; manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini
manusia masih terikat dengan hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang
tidak suci. Halaman terluar dan kaki candi melambangkan ranah bhurloka.
2. Bhuwarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat
orang suci, resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai
melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi
melambangkan ranah bhuwarloka.
3. Swarloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah tertinggi
sekaligus tersuci tempat para dewa bersemayam, juga disebut swargaloka.
Halaman dalam dan atap candi melambangkan ranah swarloka. Atap
candi-candi di kompleks Prambanan dihiasi dengan kemuncak mastaka
berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna Prambanan merupakan
modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Dalam
arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk stupa
Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama
candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu).
Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih ini ditemukan di atas
timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan korban. Di dalam
pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan aksara
bertuliskan Waruna (dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam peti batu
ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping
uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran perak,
cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 di antaranya berbentuk kura-kura,
ular naga (kobra), padma, altar, dan telur).

D. Relief Candi Prambanan


1. Ramayana dan Krishnayana
Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos Hindu;
Ramayana dan Krishnayana. Relief berkisah ini diukirkan pada dinding
12

sebelah dalam pagar langkan sepanjang lorong galeri yang mengelilingi


tiga candi utama. Relief ini dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan
searah jarum jam mengitari candi. Hal ini sesuai dengan ritual pradaksina,
yaitu ritual mengelilingi bangunan suci searah jarum jam oleh peziarah.
Kisah Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke
candi Brahma temple. Pada pagar langkan candi Wisnu terdapat relief
naratif Krishnayana yang menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah
satu awatara Wishnu.
2. Lokapala, Brahmana, dan Dewata
Di seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh candi di
sepanjang galeri dihiasi arca-arca dan relief yang menggambarkan para
dewata dan resi brahmana. Arca dewa-dewa lokapala, dewa surgawi
penjaga penjuru mata angin dapat ditemukan di candi Siwa. Sementara
arca para brahmana penyusun kitab Weda terdapat di candi Brahma. Di
candi Wishnu terdapat arca dewata yang diapit oleh dua apsara atau
bidadari kahyangan.
3. Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung
(ceruk) yang menyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang
menggambarkan pohon hayat kalpataru. Pohon suci ini dalam mitologi
Hindu-Buddha dianggap pohon yang dapat memenuhi harapan dan
kebutuhan manusia. Di kaki pohon Kalpataru ini diapit oleh pasangan
kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung berkepala manusia), atau
pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda,
gajah, dan lain-lain. Pola singa diapit kalpataru adalah pola khas yang
hanya ditemukan di Prambanan, karena itulah disebut "Panil Prambanan".
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Candi Prambanan yang terletak persis di perbatasan Provinsi Jawa
Tengah ±17 Km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan
daerah yang mempunyai banyak sejarah sehingga tidak heran banyak
wisatawan asing yang ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah
Istimewa Yogyakarta terutama di candi Prambanan yang berdiri di sebelah
timur sungai Opak ±200 m sebelah utara Yogya-Solo.
Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat
menyimpulkan:
1. Candi Prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang
bukan saja dari bentuk bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi
filosofi dan sejarahnya.
2. Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan
mancanegara yang datang untuk melihat secara langsung kemegahannya.
3. Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di
Indonesia dan warisan bernilai tinggi dari abad ke-9.

B. Saran
1. Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi
Prambanan yang sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai
harganya ini mampu memaksimalkan potensi karena selain merupakan
sumber penghasilan untuk masyarakat sekitar Prambanan juga aset
pariwisata nasional Indonesia penambah devisa Negara selain non-migas.
2. Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan
melestarikan Candi Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama
dari segi kepariwisataan , arkeologi dan ilmu pengetahuan.

13

Anda mungkin juga menyukai