1.1 Sejarah Candi Prambanan Candi Prambanan merupakan candi bercorak Hindu yang terletak di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi D. I. Yogyakarta. Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno yang berkuasa pada abad ke-8 hingga abad ke-10 M. Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan bahwa dahulu berlokasi di pedalaman bagian selatan Jawa dan kemungkinan kawasan Yogyakarta sekarang dahulunya merupakan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno juga dijuluki dengan “Negeri Pembangunan Candi” karena banyaknya candi yang dibangun pada masa kerajaan ini berada di masa kejayaannya. Candi Prambanan mulai dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan (838-856 M) dan diresmikan pada tahun 856 M ketika kepemimpinan kerajaan telah berganti ke tangan Rakai Kayuwangi (856-880 M). Berdasarkan Prasasti Siwagrha (856 M), Candi Prambanan ini difungsikan sebagai tempat ibadah para pemeluk agama Siwa di Kerajaan Mataram Kuno. Kemudian setelah Mataram Kuno dipimpin oleh Mpu Sindok yang menggantikan Rakai Sumba, Kerajaan Mataram Kuno berpindah pusat pemerintahannya dan bukan lagi di Jawa Tengah melainkan di Jawa Timur tepatnya di sekitar daerah Jombang. Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno ke Tamwlang dan Watugaluh di Jawa Timur pada tahun 930 M dan mendirikan dinasti baru yakni Dinasti Isyana. Perpindahan pusat kerajaan ini bukanlah tanpa suatu alasan. Terdapat dua alasan yang melatarbelakakangi Mpu Sindok memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur, pertama karena adanya konflik internal di kerajaan terkait perebutan kekuasaan dan peperangan dan kedua karena adanya bencana alam berupa letusan gunung berapi. Namun dari kedua teori tersebut, faktor bencana alam yang paling dapat mendekati kebenaran karena didasarkan pada kejelasan sumber berita tersebut. Van Bemmelen, sang pencetus teori ini mengatakan bahwa Gunung Merapi meletus dan menghancurkan Kerajaan Mataram Kuno pada masa pemerintahan Dyah Wawa (924-929 M). Bukti adanya letusan gunung tersebut dibuktikan dengan adanya penemuan candi-candi yang terkubur di bawah abu dan lahar gunung. Akibat adanya bencana letusan Gunung Merapi dan dipindahkannya pusat kerajaan, Candi Prambanan menjadi terbengkalai dan tidak terawat dengan baik. Setelahnya, Candi Prambanan masih tetap berdiri dan diperkirakan sempat runtuh karena adanya gempa bumi dahsyat yang diperkirakan terjadi pada abad ke-16. Pasca terbengkalai selama ratusan tahun akibat letusan gunung dan mengalami kerusakan karena gempa bumi, Candi Prambanan mulai kembali diperhatikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Upaya pemugaran kembali candi itu berawal dari adanya laporan dari C. A. Lons pada tahun 1773 yang menemukan adanya reruntuhan candi di daerah Prambanan. Kemudian dilakukan upaya yang berupa penggalian dan pencatatan oleh Y. W. Ijzerman pada tahun 1885 serta berlanjut hingga tahapan pembersihan semak belukar dan pengelompokkan batu-batu reruntuhan candi. Pada tahun 1902, Theodoor van Erp melakukan pengelompokkan dan pengidentifikasian batu-batu reruntuhan candi secara lebih terperinci. Kemudian di tahun 1918 dilakukan pemugaran Candi Prambanan yang berada di bawah pengawasan Oudheidkundige Dienst (Dinas Purbakala) yang dipimpin oleh P. J. Perquin. Pemugaran Candi sempat terhenti ketika masa Perang Dunia II dan pendudukan Jepang di Indonesia dan dilakukan kembali pasca kemerdekaan Indonesia. Setelah itu, barulah pada tahun 1953 diresmikan oleh Presiden Soekarno. Candi Prambanan juga mendapatkan pengakuan dari UNESCO pada tahun 1991 sebagai Situs Warisan Dunia (World Cultural Heritage). 1.2 Keunikan dan Kepentingan Relief Candi Prambanan memiliki ciri khas sendiri yang dapat dilihat melalui banyaknya motif-motif ornamen dan relief yang memiliki ceritanya masing-masing. Motif-motif ornamen yang menghiasi Candi Prambanan dan candi-candi lainnya di kompleks tersebut sangatlah beragam. Motif hias dapat dikelompokkan dalam motif fauna, flora, motif makhluk kahyangan, motif kalamakara, dan motif Prambanan. Motif Prambanan terdiri dari seekor singa dalam relung di tengah dan diapit oleh dua pohon kaltaparu. Pohon tersebut pun diapit oleh sepasang makhluk kahyangan bernama kinara-kinari yang digambarkan memiliki kepala manusia dan berbadan burung. Selain motif yang beragam, Candi Prambanan memiliki relief-relief di sepanjang bangunannya. Relief ini tentu bukan hanya sekedar interior estetika saja melainkan memiliki makna tersendiri. Beberapa relief juga merupakan serangkaian cerita. Pada candi-candi utama, terdapat relief yang menceritakan tentang kisah Ramayana dan Kresnayana yang diukir di sepanjang dinding pagar langkan. Relief cerita Ramayana dimulai dari sisi timur Candi Siwa dan arah ceritanya pradaksina yakni mengelilingi candi dari kiri ke kanan selayaknya arah jarum jam. Relief Ramayana berlanjut hingga ke Candi Brahma. Relief tersebut terbagi dalam berbagai panel yang total keseluruhan berjumlah 24 panel di Candi Siwa dan 30 panel di Candi Brahma. Sedangkan relief yang menceritakan tentang kisah Kresnayana terdapat pada pagar langkan di Candi Wisnu. Pada Candi Wisnu diceritakan melalui relief tentang Kresnayana mengenai kisah Dewa Wisnu yang menitis pada Kresna. Relief tersebut terbagi menjadi 4 bagian dan berjumlah 30 buah. Dalam relief Kresnayana juga berisi percakapan antara tokoh Arjuna dan Kresna. Dalam hal ini, relief-relief di Candi Prambanan yang banyak menceritakan tentang Kresnayana yang memuat tokoh-tokoh didalamnya, dimaksudkan untuk selain pengenalan kisah juga sekaligus sebagai pemberi pesan-pesan yang terkandung dalam relief Kresnayana tersebut. Hal tersebut dapat berupa pengamalan watak tokoh Kresna sebagai tokoh utama dalam kisah ini. Melalui penggambaran tokoh Kresna ini, dapat diambil pesan-pesan kebajikan tentang bagaimana perjuangannya dalam mengatasi berbagai masalah, cara Kresna menjalin hubungan baik dengan tokoh lainnya, serta penghargaan apa yang didapat oleh Kresna atas perjuangannya. Pendahuluan Candi Prambanan merupakan salah satu candi Hindu terbesar dan termegah di Indonesia yang kaya akan kisah didalamnya. Candi yang dibangun pada masa kepemimpinan Rakai Pikatan ini merupakan candi yang digunakan oleh para pemeluk agama Siwa di masa Kerajaan Mataram Kuno untuk melangsungkan peribadatan mereka. Bentuknya yang menyerupai Mahameru melambangkan simbol tempat suci yang didiami oleh para dewa. Candi Prambanan juga telah mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Namun dalam perjalanannya, candi ini sempat mengalami kerusakan akibat adanya gempa bumi dan sempat ditinggalkan oleh para penduduk kerajaan akibat adanya letusan gunung yang terjadi di masa itu. Upaya perbaikan candi berjalan dan selesai setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Selain bentuknya yang khas, Candi Prambanan juga memiliki banyak sekali ornamen- ornamen dalam relief yang terukir di sepanjang candi. Relief-relief tersebut beberapa diantaranya menggambarkan tentang kisah dari tokoh-tokoh dalam agama Hindu. Beberapa relief juga menjelaskan tentang dewa-dewa dalam ajaran Hindu, seperti relief tentang penggambaran arah mata angin yang dikendalikan oleh empat dewa. Relief yang paling menonjol terdapat pada relief Ramayana dan relief Kresnayana yang menjadi sebuah kisah epik dan sarat akan makna. Dalam penelitian ini, relief Kresnayana menjadi fokus yang diteliti dan dijadikan sebagai fokus utama. Dalam Relief Kresnayana ini menceritakan tentang tokoh utamanya yakni Kresna yang meliputi watak, dialog antar tokoh, hingga upaya yang ditempuh dalam menghadapi berbagai persoalan. Berdasarkan pemaparan diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam artikel ini adalah: 1. Bagaimana sejarah Candi Prambanan, dari mulai awal dibangun hingga kembali dipugar pasca ditemukan runtuh, serta bagaimana keunikan dan kegunaan relief-relief yang terdapat pada candi? 2. Apa informasi yang terkandung dalam Relief Kresnayana pada Candi Prambanan, dari mulai alur kisah hingga tokoh dalam Kresnayana? 3. Bagaimana simbolisme dan makna dalam Relief Kresnayana yang dapat dijadikan sebagai pesan moral? Metode Penelitian Peneliti menjadikan artikel ini sebagai penelitian yang bersifat kualitatif. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah dengan studi literatur dan observasi lapangan. Pertama, dalam menggunakan studi literatur, peneliti mengumpulkan beberapa artikel yang menunjang penulisan artikel ini terkait dengan Candi Prambanan melalui media daring. Kemudian setelah terkumpul semua kajian-kajian yang dibutuhkan, barulah dilakukan pengolahan dan analisis data. Kedua, dalam menggunakan metode observasi, peneliti mengunjungi langsung Candi Prambanan dan mengamati secara seksama kondisi fisik di kompleks candi. Dalam hal observasi, peneliti berfokus pada pengamatan relief-relief yang ada pada Candi Prambanan terutama di bagian Relief Kresnayana yang telah menjadi fokus utama topik yang dibahas dalam penulisan artikel ini.