Anda di halaman 1dari 6

KERAJAAN MATARAM KUNO

Kerajaan mataram kuno didirikan oleh Sri Sanjaya pada pertengahan abad ke 8 di
Jawa Tengah. Ada yang menyebut pusat kerajaan di Medan dan di Poh Pitu. Keberadaan
lokasi kerajaan dapat diterangkan berada di sekeliling pegunungan, dan sungai-sungai.

Di sebelah Utara terdapat Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro.


Di sebelah Barat terdapat Pegunungan Serayu
Di sebelah Timur terdapat Gunung Lawu
Di sebelah Selatan berdekatan dengan Pegunungan Seribu.

Ada beberapa prasasti yang berkaitan dengan kerajaan Mataram Kuno. Diantaranya, Prasasti
Canggal, Prasasti Kalasan, Prasasti Klura, Prasasti Balitung, dan Prasasti Sojomerto.

1. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal adalah prasasti berangka tahun 654 Saka Atau 732 Masehi yang
ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih, kecamatan Salam,
Magelang,Jawa Tengah. Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa
Sanskerta. Prasasti ini dipandang sebagai pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732
sebagai seorang penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno.

2. Prasasti Kelurak
Prasasti Kelurak berangka tahun 782 M dan ditemukan di dekat Candi Lumbung,
Desa Kelurak, di sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah.
Keadaan prasasti Kelurak sudah sangat aus, sehingga isi seluruhnya kurang diketahui.
Secara garis besar, isinya tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca
Manjusri atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadhananjaya. Menurut
para ahli, yang dimaksud dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak
di Kompleks Percandian Prambanan.

3. Prasasti Mantyasih/Balitung
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh,Magelang Utara, Jawa Tengah dan
memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini dibuat
sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang sah, sehingga
menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat penuh atas wilayah kerajaan
Mataram Kuno. Dalam prasasti ini juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang
ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak).
Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini
sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu disebutkan pula
tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing. Kata "Mantyasih"
sendiri dapat diartikan "beriman dalam cinta kasih"
4. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Syailendra Yang ditemukan di Desa
Sojomerto, Kecamatan Reban,Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi
dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ini tidak menyebutkan angka tahun, berdasarkan
taksiran analisis paleografi diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-
8 masehi. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya
bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof.
Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal
raja-raja keturunan Wangsa Syailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.

5. Prasasti Kalasan
Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya dari Kerajaan Mataram Kuno yang
berangka tahun 700 Saka atau 778 M. Prasasti Yang ditemukan di kecamatan Kalasan,
Sleman,Yogyakarta, ini ditulis dalam huruf Pranagari(India Utara) dan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja berhasil membujuk Maharaja Tejahpura
Panangkarana (Kariyana Panangkara) yang merupakan mustika keluarga Sailendra (Sailendra
Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra, untuk membangun bangunan suci bagi
Dewi Tara dan sebuah biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan untuk para
sanggha (umat Buddha). Bangunan suci yang dimaksud adalah Candi Kalasan.

Raja-Raja Kerajaan Mataram Kuno :


1. Sri Sanjaya (732-760 M)
2. Rakai Panangkaran (760-780 M)
3. Rakai Panunggalan (780-800 M)
4. Rakai Warak (800-819 M)
5. Samaratungga (819-838 M)
6. Rakai Pikatan (840-856 M)
7. Kayuwangi (856-880 M)
8. Dyah Balitung (898-911 M)

Setelah kekuasaan Penangkaran berakhir, timbul perpecahan antar anggota Syailendra yang sudah
memeluk agama Buddha dan yang masih memeluk agama Hindu.

Keluarga Syailendra yang beragama Hindu meninggalkan bangunan-bangunan candi di Jawa


bagian Utara, yaitu Candi Dieng dan Candi Gedongsongo. Sementara yang beragama Buddha
meninggalkan candi-candi seperti Candi Ngawen, Mendut, Pawon dan Borobudur.
Candi Borobudur

Candi Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra pada abad
ke-9. Candi Borobudur yang terletak pada satu garis lurus dengan Candi Pawon dan Candi
Mendut dipandang sebagai satu kesatuan. Letak candi seperti ini sesuai dengan aturan yang
disebut dalam kitab-kitab pedoman para seniman agama di India, yang diisebut dengan
Vastusastra, yaitu suatu kitab yang menjelaskan tentang bangunan suci agama Hindu.

Borobudur terdiri atas sepuluh tingkatan, yang dapat dipahami sebagai lambang ke-
10, jalan Boddhisattwa. Candi itu berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran 123 m × 123 m di
bagian kakinya. Bentuk bangunan seperti itu dapat ditafsirkan sebagai bentuk mandala.
Tinggi Candi Borobudur adalah 35,4 m. Secara vertikal Candi Borobudur terdiri dari dua
pola, yaitu pola undak-undak persegi dan pola bangun vertikal.

Dalam agama buddha, stupa merupakan perwujudan dan makrokosmos yang terdiri
atas tiga tingkatan, yaitu kamadatu, rupadatu dan arupadatu. Kamadatu merupakan alam
bawah, Arupadatu adalah alam atas, yaitu tempat para dewa. Bagian ini berada pada tingkat
ketiga, termasuk stupa induk berada di atas rupadatu.

Borobudur mempunyai hubungan dengan Candi Mendut dan Candi Pawon. Ketiga
candi itu menunjukkan suatu ritual keagamaan. Dari arca dan relief yang terdapat pada
dinding dan pagar candu menunjukkan bahwa Candi Borobudur sebagai bangunan berciru
agama Buddha alirab Mahayana.

Dalam Kitab Sang Hyang Kamahayanikan Mantranaya, pada abad ke-10, Mpu Sindok
dari Dinasti Isyana menyebarkan ajaran dari India, yaitu agama Buddha.

Pada masa pemerintahan Balitung, bidang politik, pemerintahan, ekonomi, agama dan
kebudayaan mengalami kemajuan. Ia telah membangun Candi Prambanan sebagai candi yang
anggun dan megah. Masa Balitung membangun Candi Prambanan, kendati pembangunan
candi ini sudah dimulai sejak Rakai Pikatan dan Kayuwangi.

Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram mulai mengalami


kemunduran. Faktor yang menyebabkan kemunduran Mataram Kuno dikarenakan adanya
bencana alam dan ancaman dari Kerajaan Sriwijaya.
Candi Prambanan

Candi Prambanan merupakan sebuah karya monumen kejayaan Mataram Kuno yang
berdiri tinggi tegak di dataran Prambanan yang subur. Kawasan Candi Prambanan sejak
tahun 1991 ditetapkan sebagai situs cagar budaya dunia oleh UNESCO.

Candi Prambanan dibangun pada abad ke-9 Masehi atas perintah raja, pada masa
puncak kejayaan Dinasti Sanjaya. Candi itu pertama ditemukan oleh C.A.Lons pada tahun
1733 M. Bangunan candi itu dibangun untuk sebuah dharma bagi agama Hindu. Candi
Prambanan merupakan bangunan suci agama Hindu yang ditujukan untuk memperkuat
keberadaan agama itu di wilayah selatan Jawa. Terdiei atas delapan candi penjaga arah mata
angin dan kurang lebih 200 candi perwara yang mengelilingi inti pusat.

Candi utama adalah Candi Siwa dengan empat ruangan Ruang utama berisi patung
Siwa sebagai mahadewa. Di sebelah utara terdapat Roro jonggrang atau Siwa sebagai Durga
Mahisasuramardini. Bagian timur terdapat patung Ganesha. Pada dinding Candi Siwa itu
terdapat relief Ramayana. Cara membaca relief pada candi itu searah dengan jarum jam.
Candi itu digunakan sebagai tempat pemujaan.

Candi kedua yang terbesar adalah Candi Brahma. Dalam candi ini terdapat patung
Brahma. Juga terdapat relief yang menggambarkan epik Ramayana, yang menceritakan
tentang Rama menyerang Alengka dan Sinta membakar diri.

Candi ketiga adalah Candi Wisnu yang terdapat arca Wisnu di dalamnya. Hal itu
dilihat dari arsitektur bentuk candi yang bentuk seperti stupa daripada Candi Prambanan.
Puncak candi itu merupakan satu di antara lambang dari agama Buddha.

Candi Prambanan kurang lebih terdiri atas 240 bangunan, yang telah dibangun selama
kurang lebih 100 tahun lamanya. Candi itu diresmikan oleh Rakai Kayuwangi, pada tahun
856 Masehi
Dari segi arsitektur bangunan, Candi Prambanan dan Candi Sewu masih
menampakkan ciri-ciri arsitektur Buddhis. Keistimewaan bangunan itu terletak pada bentuk
candi yang menjulang tinggi pada tanah datar. Candi Prambanan berada dalam kawasan yang
memiliki kepadatan bangnan candi yang beragam, Khususnya pada bagian sisi timur Kali
Opak, terdapat Candi Bubrah, Lumbung, dan Sewu. Keempat candi besar yang berderet itu
memiliki kesatuan mandala. Kedekatan letak Candi Prambanan dengan candi-candi agama
Buddha menunjukkan adanya toleransi antara penduduk beragama Hindu dengan penduduk
yang beragama Budha pada masa Mataram Kuno.
Kekuasaan Dinasti Isyana
Pertentangan antara keluarga Mataram terus berlangsung menyebabkan Mpu Sindok
memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur), dan mendirikan Dinasti
Isyanawangsa. Pemindahan pusat kerajaan juga dikarenakan hancurnya kerajaan akibat
letusan Gunung Merapi.

Silsilah Kerajaan Isyana Wangsa

Mpu Sindok

Sri Isyanatunggawijaya + Sri Lokapala

Makutawangsawardana

Dharmawangsa Mahendrata + Udayana

Airlangga

Setelah dinobatkan sebagai raja, Airlangga segera mengadakan pemulihan hubungan


baik dengan Sriwijaya. Airlangga berhasil mempersatukan kemabali daerah yang pernah
dikuasai Dharmawangsa. Airlangga kemudian memindahkan ibu kota kerajaannya dari Daha
ke Kahuripan. Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan.
Airlangga memerintahkan Mpu Bharada membagi 2 kerajaan agar tidak terjadi perang
saudara antara kedua anaknya yang lahir dari selir

• Kerajaan Janggala di sebelah timur diberikan kepada putra sulungnya yang bernama
Garasakan (Jayengrana), dengan ibu kota di Kahuripan (Jiwana).
• Kerajaan Kediri di sebelah barat diberikan kepada putra bungsunya yang bernama
Samarawiyjaya (Jayawarsa) dengan ibukota di Kediri (Daha), meliputi daerah sekitar
Kediri dan Madiun.

Kerajaan Kediri adalah kerajaan pertama yang mempunyai sistem administrasi


kewilayahan Negara berjenjang. Hierarki kewilayahan dibagi atas 3 jenjang :

Hierarki

Thani Wisaya Bhumi

Anda mungkin juga menyukai