Anda di halaman 1dari 12

Laporan Hasil Penelitian Sejarah Candi Prambanan

Kelompok: 211
1.Radityatama Nugraha
2.Yusuf Fadli Al hakim
3.Faris Fadhil Syafwanda
4. Naufal Hilmi Rabani
5.Mirza Destri Fariza
DAFTAR ISI

 KATA PENGANTAR
 DAFTAR ISI
 BAB I PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang
 B. Rumusan Masalah
 BAB II PEMBAHASAN
 A. Sejarah Candi Prambanan
 1. Pembangunan Candi Prambanan
 2. Ditelantarkannya Candi Prambanan
 3. Penemuan kembali Candi Prambanan
 4. Pemugaran Candi Prambanan
 B. Kompleks Candi Prambanan
 1. Candi Siwa
 2. Candi Brahma dan Candi Wishnu
 3. Candi Wahana
 4. Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
 5. Candi Perwara
 C. Arsitektur Candi Prambanan
 D. Relief Candi Prambanan
 1. Relief Ramayana dan Krishnayana
 2. Relief Lokapala, Brahmana, dan Dewata
 3. Relief Panil Prambanan Singa dan Kalpataru
 BAB III KESIMPULAN
 A. Kesimpulan
 B. Saran
 DAFTAR PUSTAKA
 Download Contoh Makalah Candi Prambanan.docx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu
terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi ini
dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa
pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.
Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa
Sanskerta yang bermakna Rumah Siwa), dan memang di garbagriha (ruang utama)
candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menunjukkan
bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan
Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer
barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara
provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi
Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman,
sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi
desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar
di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur
bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada
umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47
meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai
salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik
kunjungan wisatawan dari seluruh dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850
Masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung
Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Candi Prambanan

1. Pembangunan Candi Prambanan


Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di
Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan
sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak
jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi
agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa,
hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu
wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya,
dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali
mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra
cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa
kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaannya, dari Buddha Mahayana ke
pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan
dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja
Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M,
bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan
ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha. Dalam prasasti ini disebutkan bahwa
saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan
umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai
yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi
barat kompleks candi Prambanan.
Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah
timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat
membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat
sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan
sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian
ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi
perwara (candi pengawal atau candi pendamping).

Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja


Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan
membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan
candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat
digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya,
sejarawan menduga bahwa ratusan pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul
dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan
melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau
keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di
Dataran Kewu.
2. Ditelantarkannya Candi Prambanan
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu
Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini
tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan
hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan.
Kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah
perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga
pelan-pelan candi ini mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada
abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu,
candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang
menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini
mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan
Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya
menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan
Surakarta (Solo).
3. Penemuan kembali Candi Prambanan
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi
ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja
dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat
setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-
candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang
dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta
putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal
sebagai kisah Rara Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan
Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan Britania
atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas
Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian
memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap telantar hingga
berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an yang
sayangnya malah menyuburkan praktik penjarahan ukiran dan batu candi.
Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan
memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian Isaäc
Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut
ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan relief candi
diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi
menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan fondasi rumah.
4. Pemugaran Candi Prambanan
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya
dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara
bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala
(Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis
sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan
pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa
memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan
hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van
Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi
itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993.
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi
Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan
oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang
direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau
dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal
75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun
ulang dan hanya tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian
candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa
Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.

B. Kompleks Candi Prambanan


Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru mata
angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk
utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:

1. Tiga Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma.


2. Tiga Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa.
3. Dua Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi
Wahana di sisi utara dan selatan.
4. Empat Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu
masuk halaman dalam atau zona inti.
5. Lima Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti.
6. Dua ratus dua puluh empat Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan
konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52,
60, dan 68, maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi
kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2
candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara
hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan.
Kompleks candi Prambanan terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua
adalah zona tengah yang terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang
merupakan zona tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan bujur
sangkar yang terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman zona ini
dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar bujur sangkar yang
masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan orientasi Timur Laut – Barat
Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding
candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum
diketahui; kemungkinan adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana
dan murid-muridnya. Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini
terbuat dari bahan kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia Tenggara selain
Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga
dewa utama Trimurti: Siwa sang Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma
sang Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan
dari dua dewa Trimurti lainnya. Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang
terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi 47 meter.
1. Candi Siwa
Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi.
Pelataran ini ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung pagar
batu dengan empat gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam halaman
berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi utama; yaitu tiga candi utama yang
disebut candi Trimurti (“tiga wujud”), dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu
tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang
Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus tertinggi di
kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter.
Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang
melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu
sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa
dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana;
terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran
kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya,
pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar
mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi
Brahma.
2. Candi Brahma dan Candi Wishnu
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di sisi
utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi selatan.
Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang, yang
dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca Brahma dan
Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi hampir 3 meter.
Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20 meter dan tinggi 33
meter.
3. Candi Wahana
Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil daripada candi
Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana dewa-dewa
ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda
wahana Wisnu. Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa penunggangnya.
Di depan candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi.
Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya mengapit arca
Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra digambarkan berdiri di atas
kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas kereta yang ditarik 7
kuda. Tepat di depan candi Brahma terdapat candi Angsa. Candi ini kosong dan tidak
ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah bersemayam arca Angsa sebagai
kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan candi Wishnu terdapat candi yang
dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam candi
ini tidak ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam
candi ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai
lambang negara Garuda Pancasila.
4. Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi
Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan tapak
denah 6 x 6 meter. Di samping 8 candi utama ini terdapat candi kecil berupa kuil kecil
yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali tempat
meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan pintu masuk.
Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata angin di muka
pintu masuk, dan 4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan Candi Patok
berbentuk miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.
5. Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman dalam,
tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding kedua berukuran
panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini adalah halaman kedua
atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 candi perwara yang disusun dalam empat
baris konsentris. Candi-candi ini dibangun di atas empat undakan teras-teras yang
makin ke tengah sedikit makin tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran lebih
kecil daripada candi utama. Candi-candi ini disebut “Candi Perwara” yaitu candi
pengawal atau candi pelengkap. Candi-candi perwara disusun dalam empat baris
konsentris baris terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60
candi, dan baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.

C. Arsitektur Candi Prambanan


Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang
berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi mengikuti pola mandala, sementara
bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan
memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti
bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian
kompleks candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu,
yakni terbagi atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.
Seperti Candi Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi, mulai
dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap
konsep Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya
hampir sama. Baik lahan denah secara horizontal maupun vertikal terbagi atas tiga
zona:
Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang
fana; manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini manusia masih
terikat dengan hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terluar dan
kaki candi melambangkan ranah bhurloka.
Bhuwarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang
suci, resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya
kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan ranah bhuwarloka.
Swarloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah tertinggi sekaligus
tersuci tempat para dewa bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam dan
atap candi melambangkan ranah swarloka. Atap candi-candi di kompleks Prambanan
dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna
Prambanan merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau
halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk
stupa Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama candi Siwa
terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75
meter dan peti batu pripih ini ditemukan di atas timbunan arang kayu, tanah, dan
tulang belulang hewan korban. Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti
lembaran emas dengan aksara bertuliskan Waruna (dewa laut) dan Parwata (dewa
gunung). Dalam peti batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan
tanah, 20 keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan
lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 di antaranya berbentuk
kura-kura, ular naga (kobra), padma, altar, dan telur).

D. Relief Candi Prambanan


1. Relief Ramayana dan Krishnayana
Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos Hindu; Ramayana dan
Krishnayana. Relief berkisah ini diukirkan pada dinding sebelah dalam pagar langkan
sepanjang lorong galeri yang mengelilingi tiga candi utama. Relief ini dibaca dari
kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi. Hal ini sesuai dengan
ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi bangunan suci searah jarum jam oleh
peziarah. Kisah Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke candi
Brahma temple. Pada pagar langkan candi Wisnu terdapat relief naratif Krishnayana
yang menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah satu awatara Wishnu.
2. Relief Lokapala, Brahmana, dan Dewata
Di seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh candi di sepanjang galeri
dihiasi arca-arca dan relief yang menggambarkan para dewata dan resi brahmana.
Arca dewa-dewa lokapala, dewa surgawi penjaga penjuru mata angin dapat ditemukan
di candi Siwa. Sementara arca para brahmana penyusun kitab Weda terdapat di candi
Brahma. Di candi Wishnu terdapat arca dewata yang diapit oleh dua apsara atau
bidadari kahyangan.
3. Relief Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang
menyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan pohon hayat
kalpataru. Pohon suci ini dalam mitologi Hindu-Buddha dianggap pohon yang dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di kaki pohon Kalpataru ini diapit oleh
pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung berkepala manusia), atau
pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda, gajah, dan lain
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Candi Prambanan yang terletak persis di perbatasan Provinsi Jawa Tengah ±17
Km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang
mempunyai banyak sejarah sehingga tidak heran banyak wisatawan asing yang ingin
mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah Istimewa Yogyakarta terutama di candi
Prambanan yang berdiri di sebelah timur sungai Opak ±200 m sebelah utara Yogya-
Solo.
Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat menyimpulkan:

1. Candi Prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang bukan


saja dari bentuk bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi filosofi dan
sejarahnya.
2. Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan
mancanegara yang datang untuk melihat secara langsung kemegahannya.
3. Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar di
Indonesia dan warisan bernilai tinggi dari abad ke-9.

B. Saran
Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi Prambanan yang
sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya ini mampu memaksimalkan
potensi karena selain merupakan sumber penghasilan untuk masyarakat sekitar
Prambanan juga aset pariwisata berkelanjutan nasional Indonesia penambah devisa
negara selain non-migas.
Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan
melestarikan Candi Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama dari segi
kepariwisataan , arkeologi dan ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Ariswara. (1993). Prambanan. Jakarta: Intermasa.

Slamet. (2009). Macam-macam Candi Prambanan. Bandung: Erlangga.

Soetarno, Drs. R. (2002). Aneka Candi Kuno di Indonesia. Semarang: Dahara Prize.

Sukwiati. (2009). Candi Prambanan. Jakarta: Yudhistira.

Tim. (2011). Kompleks Percandian Prambanan dan Candi Sekitarnya. Yogyakarta:


PT. Taman Wisata Candi.

Anda mungkin juga menyukai