Anda di halaman 1dari 12

SMK TARUNA JAYA PRAWIRA

CANDI PRAMBANAN

NAMA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Candi Prambanan ini.
Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan
semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga
selesainya makalah ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini
dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya
dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya
kekurangan, baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian
yang dipaparkan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki
kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap
pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di
kemudian hari.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi
Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi ini
dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai
dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa
pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah
Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna ‘Rumah Siwa’), dan memang di
garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi
tiga meter yang menunjukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan
kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut
Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan
Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di
wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu
masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Tlogo,
Prambanan, Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu
terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara.
Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan
arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama
memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks
gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di
Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari
seluruh dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun
850 Masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh
Balitung Maha Sambu, pada masa kerajaan Medang Mataram.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan masalah
dalam karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Bagaimana sejarah candi Prambanan?
2. Apa yang ada di kompleks candi Prambanan?
3. Bagaimana arsitektur candi Prambanan?
4. Relief-relief apa saja yang ada di candi Prambanan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Candi Prambanan
1. Pembangunan Candi Prambanan

Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah


dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh
Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi
Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama
menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai
kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa
kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya
penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan
dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali
mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra
cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai
bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaannya, dari Buddha
Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai
Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja
Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha
berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa
Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta adalah Siwagrha.
Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha
tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk
memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah
sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat
kompleks candi Prambanan.
Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga
erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini
dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung
sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks
candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan
yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal
atau candi pendamping).
Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-
raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan
diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi
utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi
agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting
kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan
pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran
luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual
dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram
diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
2. Ditelantarkannya Candi Prambanan
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh
Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat
kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat mungkin
disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20
kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah
peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi
Prambanan mulai telantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini
mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat
pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah
umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga
Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam
bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda
Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755,
reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas
antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
3. Penemuan kembali Candi Prambanan
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui
keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah
sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun
monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng
lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai
dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun
oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta
putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan
dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang
berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa
pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor
bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir
Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi
ini tetap telantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius
dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktik
penjarahan ukiran dan batu candi.
Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan
dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat
kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan
batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai
Opak. Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan
hiasan taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi untuk
bahan bangunan dan fondasi rumah.
4. Pemugaran Candi Prambanan
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang
sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor
van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926,
dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J.
Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi.
Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan
pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan
adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan
hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir.
V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan
kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga
tahun 1993.
Upaya renovasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran
candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada tahun 1953
dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Banyak
bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli
banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya
akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu,
banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak
fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian
candi Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat
gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan
patung.

B. Kompleks Candi Prambanan


Pintu masuk ke kompleks bangunan ini terdapat di keempat arah penjuru
mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan ini adalah ke arah timur, maka
pintu masuk utama candi ini adalah gerbang timur. Kompleks candi
Prambanan terdiri dari:
1. Tiga Candi Trimurti: candi Siwa, Wisnu, dan Brahma.
2. Tiga Candi Wahana: candi Nandi, Garuda, dan Angsa.
3. Dua Candi Apit: terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-
candi Wahana di sisi utara dan selatan.
4. Empat Candi Kelir: terletak di 4 penjuru mata angin tepat di balik pintu
masuk halaman dalam atau zona inti.
5. Lima Candi Patok: terletak di 4 sudut halaman dalam atau zona inti.
6. Dua ratus dua puluh empat Candi Perwara: tersusun dalam 4 barisan
konsentris dengan jumlah candi dari barisan terdalam hingga terluar: 44, 52,
60, dan 68, maka terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi
Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi
kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum
dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa
hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan terdiri
atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang
terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona
tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan adalah berdasarkan lahan
bujur sangkar yang terdiri atas tiga bagian atau zona, masing-masing halaman
zona ini dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar ditandai dengan pagar
bujur sangkar yang masing-masing sisinya sepanjang 390 meter, dengan
orientasi Timur Laut – Barat Daya. Kecuali gerbang selatan yang masih tersisa,
bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah banyak yang hilang. Fungsi
dari halaman luar ini secara pasti belum diketahui; kemungkinan adalah lahan
taman suci, atau kompleks asrama Brahmana dan murid-muridnya. Mungkin
dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini terbuat dari bahan kayu,
sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi Hindu terbesar di Asia
Tenggara selain Angkor Wat. Tiga candi utama disebut Trimurti dan
dipersembahkan kepadantiga dewa utama Trimurti: Siwa sang Penghancur,
Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang Pencipta. Di kompleks candi ini Siwa
lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua dewa Trimurti lainnya. Candi
Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang terbesar dan tertinggi,
menjulang setinggi 47 meter.
1. Candi Siwa
Halaman dalam adalah zona paling suci dari ketiga zona kompleks candi.
Pelataran ini ditinggikan permukaannya dan berdenah bujur sangkar dikurung
pagar batu dengan empat gerbang di empat penjuru mata angin. Dalam
halaman berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi utama; yaitu tiga
candi utama yang disebut candi Trimurti (“tiga wujud”), dipersembahkan untuk
tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang Pencipta, Wishnu Sang
Pemelihara, dan Siwa Sang Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah bangunan terbesar sekaligus
tertinggi di kompleks candi Rara Jonggrang, berukuran tinggi 47 meter dan
lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai
modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk
wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada
kemuncak candi Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief
yang menceritakan kisah Ramayana; terukir di dinding dalam pada pagar
langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga
berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus
masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi
candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.
2. Candi Brahma dan Candi Wishnu
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada Dewa Wisnu, yang terletak di
sisi utara dan satunya dipersembahkan kepada Brahma, yang terletak di sisi
selatan. Kedua candi ini menghadap ke timur dan hanya terdapat satu ruang,
yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi Brahma menyimpan arca
Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang berukuran tinggi
hampir 3 meter. Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama, yakni lebar 20
meter dan tinggi 33 meter.

3. Candi Wahana
Tepat di depan candi Trimurti terdapat tiga candi yang lebih kecil
daripada candi Brahma dan Wishnu yang dipersembahkan kepada kendaraan
atau wahana dewa-dewa ini; sang lembu Nandi wahana Siwa, sang Angsa
wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu. Candi-candi wahana ini
terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan candi Siwa terdapat
candi Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi.
Pada dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya mengapit
arca Chandra dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra digambarkan
berdiri di atas kereta yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas
kereta yang ditarik 7 kuda. Tepat di depan candi Brahma terdapat candi
Angsa. Candi ini kosong dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu
pernah bersemayam arca Angsa sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di
depan candi Wishnu terdapat candi yang dipersembahkan untuk Garuda, akan
tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam candi ini tidak ditemukan arca
Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di dalam candi ini. Hingga kini
Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu sebagai lambang negara
Garuda Pancasila.
4. Candi Apit, Candi Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama ini terdapat Candi Apit.
Ukuran Candi Apit hampir sama dengan ukuran candi perwara, yaitu tinggi 14
meter dengan tapak denah 6 x 6 meter. Di samping 8 candi utama ini terdapat
candi kecil berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya menyerupai pelinggihan
dalam Pura Hindu Bali tempat meletakan canang atau sesaji, sekaligus sebagai
aling-aling di depan pintu masuk. Candi-candi kecil ini yaitu; 4 Candi Kelir
pada empat penjuru mata angin di muka pintu masuk, dan 4 Candi Patok di
setiap sudutnya. Candi Kelir dan Candi Patok berbentuk miniatur candi tanpa
tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.
5. Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang mengurung dua halaman
dalam, tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru mata angin. Dinding
kedua berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di antara dua dinding ini
adalah halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri atas 224 candi
perwara yang disusun dalam empat baris konsentris. Candi-candi ini dibangun
di atas empat undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin tinggi.
Empat baris candi-candi ini berukuran lebih kecil daripada candi utama. Candi-
candi ini disebut “Candi Perwara” yaitu candi pengawal atau candi pelengkap.
Candi-candi perwara disusun dalam empat baris konsentris baris terdalam
terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi, dan baris
keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.

C. Arsitektur Candi Prambanan


Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu
yang berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi mengikuti pola mandala,
sementara bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi
Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai
rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para
dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam
semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa
lapisan ranah, alam atau Loka.
Seperti Candi Borobudur, Prambanan juga memiliki tingkatan zona candi,
mulai dari yang kurang suci hingga ke zona yang paling suci. Meskipun
berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki sandingannya dalam konsep
Buddha yang pada hakikatnya hampir sama. Baik lahan denah secara
horizontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona:
Bhurloka (dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah
makhluk yang fana; manusia, hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini
manusia masih terikat dengan hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak
suci. Halaman terluar dan kaki candi melambangkan ranah bhurloka.
Bhuwarloka (dalam Buddhisme: Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat
orang suci, resi, pertapa, dan dewata rendahan. Di alam ini manusia mulai
melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah dan tubuh candi melambangkan
ranah bhuwarloka.
Swarloka (dalam Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah tertinggi
sekaligus tersuci tempat para dewa bersemayam, juga disebut swargaloka.
Halaman dalam dan atap candi melambangkan ranah swarloka. Atap candi-
candi di kompleks Prambanan dihiasi dengan kemuncak mastaka berupa ratna
(Sanskerta: permata), bentuk ratna Prambanan merupakan modifikasi bentuk
wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa
kuno, ratna adalah sandingan Hindu untuk stupa Buddha, yang berfungsi
sebagai kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca Siwa di bawah ruang utama
candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (kotak batu).
Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih ini ditemukan di atas
timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan korban. Di dalam
pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan aksara
bertuliskan Waruna (dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam peti batu
ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20
keping uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan
lembaran perak, cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 di antaranya
berbentuk kura-kura, ular naga (kobra), padma, altar, dan telur).

D. Relief Candi Prambanan


1. Relief Ramayana dan Krishnayana
Candi ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos Hindu; Ramayana
dan Krishnayana. Relief berkisah ini diukirkan pada dinding sebelah dalam
pagar langkan sepanjang lorong galeri yang mengelilingi tiga candi utama.
Relief ini dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari
candi. Hal ini sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi
bangunan suci searah jarum jam oleh peziarah. Kisah Ramayana bermula di
sisi timur candi Siwa dan dilanjutkan ke candi Brahma temple. Pada pagar
langkan candi Wisnu terdapat relief naratif Krishnayana yang menceritakan
kehidupan Krishna sebagai salah satu awatara Wishnu.
2. Relief Lokapala, Brahmana, dan Dewata
Di seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh candi di sepanjang
galeri dihiasi arca-arca dan relief yang menggambarkan para dewata dan resi
brahmana. Arca dewa-dewa lokapala, dewa surgawi penjaga penjuru mata
angin dapat ditemukan di candi Siwa. Sementara arca para brahmana
penyusun kitab Weda terdapat di candi Brahma. Di candi Wishnu terdapat
arca dewata yang diapit oleh dua apsara atau bidadari kahyangan.
3. Relief Panil Prambanan: Singa dan Kalpataru
Di dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk)
yang menyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan
pohon hayat kalpataru. Pohon suci ini dalam mitologi Hindu-Buddha
dianggap pohon yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di
kaki pohon Kalpataru ini diapit oleh pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib
bertubuh burung berkepala manusia), atau pasangan hewan lainnya, seperti
burung, kijang, domba, monyet, kuda, gajah, dan lain-lain. Pola singa diapit
kalpataru adalah pola khas yang hanya ditemukan di Prambanan, karena itulah
disebut “Panil Prambanan”.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Candi Prambanan yang terletak persis di perbatasan Provinsi Jawa
Tengah ±17 Km ke arah timur dari kota Yogyakarta. Daerah ini merupakan
daerah yang mempunyai banyak sejarah sehingga tidak heran banyak
wisatawan asing yang ingin mengunjungi tempat-tempat wisata di daerah
Istimewa Yogyakarta terutama di candi Prambanan yang berdiri di sebelah
timur sungai Opak ±200 m sebelah utara Yogya-Solo.
Dengan adanya data yang diperoleh dari uraian penulis dapat
menyimpulkan:
1. Candi Prambanan memiliki keistimewaan dan pesona keindahan yang
bukan saja dari bentuk bangunan dan tata ruang, namun juga dari sisi
filosofi dan sejarahnya.
2. Candi Prambanan memiliki banyak sejarah sehingga banyak wisatawan
mancanegara yang datang untuk melihat secara langsung kemegahannya.
3. Candi Prambanan merupakan peninggalan kebudayaan Hindu terbesar
di Indonesia dan warisan bernilai tinggi dari abad ke-9.

B. Saran
Lestarikan dan kembangkan potensi warisan budaya agar Candi
Prambanan yang sebagai peninggalan bersejarah yang tak ternilai harganya
ini mampu memaksimalkan potensi karena selain merupakan sumber
penghasilan untuk masyarakat sekitar Prambanan juga aset pariwisata
berkelanjutan nasional Indonesia penambah devisa negara selain non-migas.
Sebaiknya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga dan
melestarikan Candi Borobudur tersebut tetap menjadi daya tarik terutama dari
segi kepariwisataan , arkeologi dan ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai