Anda di halaman 1dari 2

POTENSI SDM DAN SDA TUNISIA

Tunisia adalah sebuah negara yang terletak di bagian utara benua Afrika. Negara ini
berbatasan dengan Aljazair di sebelah barat dan Libya di sebelah tenggara, sedangkan di
utara dan timurnya adalah Laut Mediterania.
Mayoritas penduduk di Tunisia beretnis Arab dan beragama Islam
Bahasa resmi Tunisia adalah bahasa Arab namun bahasa Perancis juga dijadikan sebagai
bahasa komersil.
Sistem pemerintahan Tunisia adalah sistem pemerintahan Republik Parlementer yang kepala
negaranya adalah seorang Presiden sedangkan kepala pemerintahannya adalah seorang
Perdana Menteri.
wilayahnya merupakan gurun sahara dan sisanya adalah tanah subur yang dapat ditanami
berbagai komoditas pertanian. Sehingga Kebijakan ekonomi Tunisia adalah fokus pada
memperkuat ekspor, investasi asing dan pariwisata. Komoditas ekspor utamanya
adalah pakaian jadi, tekstil, produk minyak, produk makanan, bahan kimia dan fosfat.
Tujuan ekspor utama Tunisia adalah Uni Eropa. Di sektor pertanian, Tunisia juga
menghasilkan produk-produk pertanian seperti Zaitun, biji-bijian, tomat, jeruk, bit
gula, kurma, almond.

KOLONIALISME-KEMERDEKAAN TUNISIA
Sejak tahun 1881, Tunisia telah resmi menjadi salah satu negeri di bawah kendali
kolonial Perancis. Pendudukan Perancis ini terjadi pada masa pemerintahan
Muhammed Shadiq Bey.
Bey menandatangani kesepakatan bahwa Tunisia berada di bawah kekuasaan Perancis,
tepatnya pada tanggal 12 Mei 1881.Kesepakatan ini dikenal sebagai perjanjian Bardo.
Namun, setelah Perancis terlibat secara aktif dalam kancah peperangan dunia,
baik perang dunia pertama ataupun kedua, kekuatan genggaman Perancis terhadap
Tunisia mulai melemah. Perancis hanya memanfaatkan masyarakat Tunisia untuk
dimajukan sebagai prajurit dan tentara tambahan dalam perang tanpa memerhatikan
gerakan kemerdekaan yang mulai terbangun sejak perang dunia pertama.
Sejak tahun 1906, telah terjadi pergerakan para pemuda Tunisia yang mulai berani
menyuarakan pendapat mereka kepada pihak Perancis untuk melakukan beberapa
perbaikan di Tunisia seputar perekonomian dan lain-lain. Sejak saat itu pula, muncul
banyak tuntutan-tuntutan baru dari berbagai kalangan pemuda kepada pihak Perancis
dan pada saat-saat itu pula muncul beberapa partai di Tunisia, salah satunya adalah
partai konstitusi.
Dengan adanya beberapa kekacauan yang terus berlanjut dan desakan dari para
politikus Tunisia, akhirnya pihak Perancis memberikan kedaulatan independen pada
tanggal 3 Juni 1955.
Kedaulatan ini, ternyata, tidak memberikan kepuasan kepada semua orang.
Sekjen partai, Sholeh bin Yusuf, menganggap kedaulatan independen Tunisia sebagai
sebuah kemunduran perjuangan penduduk. Dia menyerukan kepada seluruh pemuda
untuk terus melakukan perjuangan agar Tunisia benar-benar lepas dari tangan
Perancis.
Akan tetapi, pikiran Sholeh tidak diterima oleh Bourgiba. Hal ini menyebabkan
partai konstitusi terpecah menjadi dua kubu, kubu Sholeh dan Bourguiba, yang hampir
saja menyebabkan perang saudara antara keduanya.
Akhirnya, pada tanggal 20 Maret di tahun yang sama, Perancis menyatakan
bahwa perjanjian Bardo tahun 1881 dibatalkan dan memberikan kemerdekaan kepada
Tunisia.

HUBUNGAN TUNISIA DENGAN INDONESIA


Keterlibatan Indonesia dalam menyokong kemerdekaan Tunisia merupakan asal
muasal hubungan bilateral kedua bangsa ini . Diinisiasikan oleh Muhammad Natsir selaku
Perdana Menteri Indonesia pada era pemerintahan Soekarno, Natsir membentuk Panitia
Pembantu Perjuangan Kemerdekaan Afrika Utara. Hal membawa penguatan hubungan
bilateral bagi keduanya dalam banyak sektor dan konteks kenegaraan. Sama-sama merupakan
anggota Organisation of Islamic Cooperation (OIC) , Non-Aligned Movement (NAM)
dan Gerakan Non-Blok.

Anda mungkin juga menyukai