“ Negara Tunisia “
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tunisia sebagai salah satu negara islam di Afrika. Memiliki perjalanan
politik yang begitu Panjang. Selama 300 tahun pernah menjadi bagian dari
wilayah kekuasaan turki Utsmani, yang kemudian diambil alih oleh perancis
di tahun 1881. Dan berhasil merdeka di tahun 1956 dengan sistem monarki.
Namun perjalanan politiknya masih terus berjalan hingga beralih ke sistem
presidensial. Tunisia merupakan negara dengan luas wilayah yang cukup
kecil, namun memiliki keanekaragaman lingkungan yang besar karena luas
wilayah yang memanjang dari Utara hingga Selatan. Karena perjalanan
sejarah yang luar biasa tak heran apabila Tunisia memiliki kota-kota
bersejarah. Peninggalan Romawi. Untuk mengetahui Tunisia lebih jelas,
penulis akan menyampaikanmnya di makalah ini.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana sejarah kemerdekaan Tunisia?
1.2.2. Bagaimana letak geografis Tunisia?
1.2.3. Bagaimana Kondisi Sosial Politik, Ekonomi dan Keagamaan diTunisia?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui sejarah kemerdekaan Tunisia.
1.3.2. Untuk mengetahui letak geografis Tunisia.
1.3.3. Untuk mengetahui kondisi Sosial Politik, Ekonomi dan Keagamaan di
Tunisia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dinamika Sosial Politik Tunisia, hal 15-16
2
Pada 27 Februari 1956 Habib datang ke Paris sebagai pemimpin delegasi
Tunisia melakukan negosiasi bersama Perancis tentang kemerdekaan
negaranya. Pada tanggal 20 Maret 1956, Perancis secara resmi mengakui
kemerdekaan Tunisia dan mengembalikan pemerintahannya kepada Tunisia.
Posisi perdana menteri yang dipegang Habib Bourquiba kemudian beralih
menjadi Presiden seiring dengan penghapusan sistem monarki dan Tunisia
menjadi Negara Republik pada tanggal 25 Juli 1957.2
2
Ibid, 16
3
Freedomhouse.org, 2015, “Tunisia”, https://freedomhouse.org/report/ freedom world/2015/tunisia
dikutip tanggal 6 Desember 2020.
3
Dorsal, Timur Pegunungan Atlas, membentang melintasi Tunisia ke arah
timur laut dari perbatasan Aljazair di barat ke semenanjung Cape Bon di
timur. Bagian utara Dorsal adalah Tell, wilayah yang ditandai oleh rendahnya
bukit dan dataran yang bergulung-gulung, gunung yang melintang di sebelah
barat Aljazair. Di Khroumerie, Barat Laut Tell Tunisia, ketinggian mencapai
1.050 meter (3.440 kaki) dan salju yang akan terjadi di musim dingin. Tunisia
juga memiliki dataran pantai yang membentang di sepanjang pantai
Mediterania timur Tunisia yang disebut Sahel, adalah salah satu wilayah
utama dunia dengan budidaya zaitunnya. Daratan dari Sahel, antara Dorsal
dan berbagai bukit di selatan Gafsa, adalah Steppes. Sebagian besar wilayah
selatan setengah kering dan merupakan wilayah gurun. Tunisia memiliki garis
pantai sepanjang 1.148 kilometer (713 mil). Dalam istilah maritim, negara ini
mengklaim 24 mil adalah zona laut (44,4 km; 27,6 mi), dan laut teritorial 12
mil laut (22,2 km; 13,8 mi).
Tunisia memiliki sejarah yang begitu Panjang, maka tak heran apabila
terdapat kota-kota bersejarah di Tunisia. Berikut kota-kota yang bersejarah di
Tunisia :
1. Kota Kairouan
Adalah kota terpenting keempat di dunia Islam setelah Makkah,
Madinah, dan Yerussalem. Kota Kairouan didirikan salah seorang
sahabat Nabi, Uqbah bin Nafi' RA, tahun 50 H. Tujuan dibangunnya kota
ini agar umat Islam dapat tinggal dan menetap di tempat itu. Pasalnya
Uqbah merasa khawatir kalau-kalau penduduk asli bangsa Afrika di sana
kembali memeluk agama tradisionalnya bila ditinggalkan Muslimin
Arab. Dibangunnya Kota Kairouan merupakan permulaan sejarah
peradaban Islam di Arab Magribi. Kairouan pernah memainkan dua
peran dalam satu waktu, yaitu perang dan dakwah. Dari kota itu pasukan
tentara Islam keluar melakukan penaklukan dan pembebasan, sementara
para fuqaha menyebar ke pelosok negeri untuk mengajarkan bahasa Arab
dan agama Islam. Kairouan merupakan pusat ilmu pengetahuan pertama
di Arab Maghribi, disusul oleh Kordoba di Andalusia dan Fas di Maroko.
Kairouan mempunyai peranan penting dalam penyebaran dan pengajaran
4
agama Islam, sesuai dengan harapan ketika pembangunan kota ini, yaitu
untuk mengajak penduduk Afrika memeluk Islam.4
2. Kota Carthage
Carthage merupakan kota kuno yang sekarang ini wilayahnya
menjadi negara Tunisia. Carthage didirikan oleh Ratu Elissa dari Venesia
yang lebih dikenal dengan panggilan Dido pada tahun 813 SM. Carthage
tumbuh menjadi kota kuno terkuat dan terbesar di Mediterania sebelum
munculnya Romawi dan menjadi pusat peradaban Carthagian kuno. Kota
ini yang merupakan reruntuhan perkampungan Roma dan kini menjadi
pusat praktik penyembahan banyak dewa, dan terkenal dengan mitosnya,
terutama Hannibal.5
3. El Djem/ Thysdrus
Kota ini dikenal akan reruntuhan-reruntuhan Romawinya, khususnya
sebuah amfiteater besar yang dikenal dengan sebutan Amfiteater
Thysdrus. Pada zaman Romawi, kota ini dikenal dengan nama Thysdrus.
Kota ini didirikan oleh bangsa Romawi di atas bekas permukiman Punisia.
Iklimnya pada zaman dulu tidak sekering sekarang, dan Thysdrus menjadi
pusat pembuatan minyak zaitun untuk diekspor pada abad ke-2. Pada abad
ke-3, amfiteater di kota ini selesai dibangun.
4. Djerba
Umat Yahudi merupakan bagian integral dalam peradaban Tunisia.
Mayoritas warga Yahudi menetap di Djerba, pulau elok yang dihuni
bangunan bersejarah Sinagoge El Ghriba. Situs inilah yang lazim diziarahi
oleh umat Yahudi dari berbagai negara, dengan demikian Djrba menjadi
kota suci dan kota bersejarah bagi kaum Yahudi,
Dan masih banyak lagi.
5
komprehensif memang sangat signifikan. Karena perkembangan sosial politik
bukanlah sesuatu yang bersifat konstan, melainkan dinamis. Berkenaan
dengan ini, setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan analisis
yaitu kondisi politik, ekonomi, dan keagamaan.
1. Kondisi Politik
Tunisia berbentuk republik dengan sistem pemerintahan
presidensial. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden, sedangkan
kabinet pelaksana pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana menteri.
Lembaga legislatif dijalankan oleh Dewan Perwakilan (Chambre des
Deputés) yang terdiri dari 182 anggota parlemen, sedangkan lembaga
yudikatif adalah Dewan Tertinggi Magistrasi. Presiden berhak menunjuk
perdana menteri, anggota kabinet, gubernur, panglima angkatan
bersenjata, kepala kepolisian, serta hakim agung. Presiden adalah kepala
negara, sekaligus kepala pemerintahan. Namun, dalam memerintah
presiden harus berkonsultasi dengan Perdana Menteri. Presiden dapat
mengangkat atau memberhentikan menteri atas persetujuan Perdana
Menteri. Jika Perdana Menteri berhalangan tugas, maka Presiden
berfungsi selaku ketua Dewan Menteri.
Struktur negara kesatuan Tunisia terbagi atas 3 level yaitu pusat,
menengah, dan lokal. Di tingkat pusat terdapat 21 kementerian yang
terbagi atas sejumlah direktorat negara mengikut model administrasi
Perancis. Tingkat menengah terdiri atas 23 gubernur
(disebut wilayat) yang memiliki perwakilan politik di pemerintah pusat,
dengan mana masing-masing dikepalai seorang gubernur yang diangkat
oleh presiden. Di tingkat lokal terdiri atas sejumlah kabupaten (munisipal)
yang dikepalai langsung oleh presiden yang berkuasa selama 5 tahun.
Tunisia memiliki 10 partai politik aktif, ada 7 partai politik di
Tunisia termasuk partai politik pemerintah. Ketua parlemen (Chambre des
Députés) dipilih dari partai terbesar. Proses pemilihannya dilakukan
setahun sekali, yaitu setiap pembukaan sidang parlemen pada bulan
Oktober. Keberhasilan Ben Ali dalam merebut hati rakyat tidak terlepas
dari usaha-usahanya dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan rakyat.
Pemerintah juga terus berupaya menciptakan kehidupan demokrasi yang
6
sehat, seperti perubahan Undang-Undang Sistem Pemilu yang
memungkinkan partai oposisi terwakili dalam parlemen, meskipun jumlah
pemilihnya sangat kecil. Karenanya, perubahan Undang-Undang Pemilu
tersebut mendapat tanggapan positif dari sebagian besar kelompok oposisi.
Pemerintah Tunisia sebenarnya masih bersikap kaku terhadap kelompok
oposisi, seperti menerapkan pengawasan ketat terhadap para mantan
tahanan politik. Kebebasan partai masih terbatas, hingga tidak
diperbolehkan melakukan hal-hal yang sifatnya berlawanan dengan
kebijakan pemerintah.
6
Johnk. Esposito, op.cit., h. 57.
7
pendidikan sufisme.7 Pola keislaman di Tunisia tetap mempertahankan
mazhab Maliki dan Teologi Asy’ari pada batas-batas tertentu, serta
melestarikan tradisi-tradisi keagamaan seperti peringatan maulid Nabi
saw dan bacaan syair-syair Sufistik yang telah mendarah daging dalam
masyarakat.
Tarekat yang berkembang di Tunisia ada empat yaitu Qadiriyah,
Tarekat Rahmaniyah, Tarekat Isawa dan Tarekat Tijaniyah. Dan Tarekat
yang cukup banyak anggotanya adalah tarekat Arusiyah. Namun peranan
politik tarekat praktis nol dan pengaruh keagamaan merekah berlahan-
lahan menurun. Gerakan kebangkitan Islam di Tunisia akhir-akhir ini
tidak mengambil bentuk sebagai tarekat. Prancis yang hanya menerima
Islam formal, sehingga memaksa banyak orang Krumir (Orang-orang
Tunisia Barat Laut) untuk mengambil atau memeluk Islam mereka.8
Pada tanggal 20 maret 1956 Prancis mengakui secara resmi
kemerdekaan Tunisia. Pada tahun yang sama Presiden Habib
Bourgauiba, melakukan gebrakan melalui sebuah langkah controversial
yaitu membuat Undang-undang Status Pribadi yang menggantikan
Hukum Al-Quran dalam bidang-bidang Perkawinan, Perceraian dan
Pemeliharaan anak yang tidak hanya menentang beberapa praktik muslim
Tradisional, sebagai seorang negarawan dan pahlawan dalam gerakan
kemerdekaan Habib Bourguiba berhasil mendapatkan dukungan untuk
membuat undang-undang pribadi yang kontroversial itu dari kalangan
yang berpengaruh dalam tubuh ulama sehingga mengambil pendekatan
pembaruan yang kurang radikal.9
7
Ustadz’Abid al-Jabiri, Studi Tentang Peranan Kelompok Ortodoks dalam Pembaruan di Negara-
negara Timur Jauh, Makalah disampaikan pada Seminar Kebangkitan Islam di Tunisia pada
Oktober 1584.
8
James. Allman, Sosial Mobility and Development in Tunisia. (Leiden, 1979). Kajian Ilmu Sosial
Menyeluruh Tentang hubungan antara Mobilitas Sosial, tingkat pendidikan dan potensi
pembangunan.
9
Jonhk Esposito, op.cit., h. 57-58.
8
9
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Tunisia dikuasai oleh Perancis selama 75 tahun yakni dari tahun 1881
sampai 1956 M, sehingga rakyat Tunisia mulai menginginkan kebebasan.
Kemudian Sheikh al Tha’libi, mendirikan Partai Destour tahun 1920 sehingga
beliau dipenjara karena menentang prancis. Kemudian dilanjutkan Habib
Bourgui partai inilah ingin membebaskan orang-orang Tunisia dari kekangan
prancis. Hal ini memang menjadi salah satu titik penting dalam perjalanan
kemerdekaan Tunisia. Habib datang ke Paris sebagai pemimpin delegasi
Tunisia melakukan negosiasi bersama Perancis tentang kemerdekaan
negaranya. Kemudian Perancis secara resmi mengakui kemerdekaan Tunisia
dan mengembalikan pemerintahannya kepada Tunisia. Habib Bourquiba
kemudian beralih menjadi Presiden Tunisia menjadi Negara Republik pada
tanggal 25 Juli 1957.
Tunisia memiliki keanekaragaman lingkungan yang besar karena luas
wilayah yang memanjang dari Utara hingga Selatan. Wilayah Maghribi
merupakan perbedaan antara wilayah utara-selatan, dengan banyaknya curah
hujan yang turun dari Utara hingga ke Selatan. Dorsal, Timur Pegunungan
Atlas, membentang melintasi Tunisia ke arah timur laut dari perbatasan
Aljazair di barat ke semenanjung Cape Bon di timur.
Kondisi sosial politik di Tunisia dalam usaha memahami perkembangan
dan kondisi pendidikan secara obyektif dan komprehensif memang sangat
signifikan. Karena perkembangan sosial politik bukanlah sesuatu yang bersifat
konstan, melainkan dinamis. Berkenaan dengan ini, setidaknya ada beberapa
hal yang dapat dijadikan bahan analisis yaitu kondisi politik, ekonomi, dan
keagamaan.
10
DAFTAR PUSTAKA
11