Sidoarjo
1. M Fajar Atorik
2. M Firgiawan (171080200035)
8. M. Yahya B (171080200070)
Sedangkan masyarakat itu sendiri berakar dari kata musyarak (dalam bahasa arab/ lebih
abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-
entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu
sama lain)
Sidoarjo merupakan wilayah yang memiliki kemajemukan di lihat dari penganut agama.
Semua agama yang diakui oleh Pemerintah: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan
Konghuchu, sepintas, umat beragama di daerah ini terkesan bisa hidup rukun dan saling
menghormati, namun dari hasil pengamatan ditemukan bahwa kerukunan umat beragama
didaerah ini masih tetap mempunyai potensi konflik walaupun tidak begitu besar.
Pada setiap tahun peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di kab. sidoarjo, masyarakat
mengadakan tradisi kegiatan lelang bandeng tradisional di alun-alun sidoarjo, jadi dalam hal
itu pun kita tidak tau masyarakat yg datang itu dari agama apa,ras maupun suku apa, status
perekonomiannya apa, tpi mereka semua datang dg tujuan memeriahkan budaya tradisi
sidoarjo, bahwa dg adnya keragaman itu semua dpt mencerminkan bahwa sidoarjo akan
tampak lebih indah dan damai
Dalam hal toleransi antar umat beragama ditunjukkan sikap kelompok oraganisasi pemuda NU(GP
Anshor) atau KOKAM(Muhammadiyah) yang membantu pengamanan Geraja saat Kebaktian atau
hari – hari penting.
Harmoni antar umat beragama di Sidoarjo tampaknya memiliki kaitan erat dengan
kebudayaan Jawa dan pesisir yang sangat mencintai hidup secara harmoni. Semua agama
yang berkembang di Sidoarjo tidak dapat meninggalkan tradisi Jawa dan pesisir. Masing-
masing agama berdialog dengan tradisi yang ada. Bahkan toleransi dan harmoni itu bukan
hanya warisan budaya Jawa, tetapi Asia Tenggara pada umumnya. Musyawarah mufakat
tampaknya penting dalam budaya bagi masyarakat sekitar kita. Meskipun ada yang
memberikan penilaian bahwa hal itu merupakan ‘mitos’ atau cara agama pendatang untuk
menyesuaikan diri dengan sikap dan prilaku tradisional.
Berbeda dengan Muhammadiyah, Muhammadiyah lebih bisa bersatu dan malah bisa
mempengaruhi masyarakat di luar muhammadiyah untuk mengikuti politiknya dengan
memilih Partai Amanat Nasional (PAN).
Berbeda dengan dua aliran keagamaan Islam lainnya ini yaitu Lembaga Dakwah Islam
Indonesia (LDII) dan Komunitas Salafi. Mereka LDII memang dulu lebih memilih atau
fanatik ke dalam Partai Golkar, walaupun begitu tetap memberi pengaruh kepada
masyarakat terhadap perpolitik di daerah tersebut.
Sedangkan Komunitas Salafi lebih unik dan aneh, karena dalam masalah Politik, Kelompok
mereka memilih bungkam mulut alias golput, dan tidak memilih dari Partai manapun,
walaupun begitu, kelompok mereka (Salafi) tetap mengakui kepemimpinan siapa yang
terpilih menjadi Wakil Rakyat, Presiden, Gubernur, Bupati.
1. Wayang Potehi
Kesenian adalah kesenian khas China, keberadaannya melekat dengan klenteng atau rumah
ibadah Tionghoa. Di Sidoarjo ada di klenteng Tjong Hok Kiong di Jalan Hang Tuah, di
kawasan Pasar Ikan.
Di Sidoarjo, wayang potehi hanya digelar saat perayaan hari jadi Makco Thian Siang Seng
Bo di Kelenteng Tjong Hok Kiong, Jalan Hang Tuah Sidoarjo. Wayang potehi di Sidoarjo
merupakan bagian dari ritual umat Tridharma ketimbang hiburan biasa. Karena itu, jarang
sekali orang luar yang menikmati kesenian langka ini. Padahal, unsur hiburan dan intrik di
wayang potehi justru lebih banyak daripada wayang kulit.
2. Tari Ujung
Di daerah lain disebut Seni Tiban. Tari Ujung merupakan ritual untuk mendatangkan hujan, namun
Ujung Sidoarjo memiliki latar belakang sejarah sebagai peninggalan masa kerajaan Majapahit,
dimana penduduk disiapkan melatih kanuragan melawan musuh. Kelompok Seni Ujung terdapat di
kecamatan Tarik.
Nahdlatul Ulama, karena Nahdlatul Ulama’ sendiri memiliki budaya ataupun tradisi yang
sangat banyak dibanding dengan aliran-aliran keagamaan Islam yang lainnya Seperti
Muhammadiyah, Komunitas Salafi, Lembagai Dakwah Islam Indonesia (LDII) sendiri tidak
mempunyai budaya yang bisa mempengaruhi penduduk masyarakat, sehingga dalam bidang
budaya inilah aliran Nahdlatul Ulama’ yang mayoritas mempengaruhi masyarakat
Kecamatan Solokuro, diantara budaya yang mempengaruhi masyarakat yaitu:
Bila ditelusuri pada akhir-akhir ini, di Sidoarjo belum terdengar adanya konflik terbuka yang
muncul ke permukaan, karena masyarakat Sidoarjo dikenal dengan masyarakat Pancasilais
yang religius, perbedaan etnis, agama, partai, golongan dsb tidak menghalangi untuk
mewujudkan kerukunan dan perdamaian di tengah masyarakat.
Setiap masyarakat manapun mempunyai potensi untuk berkonflik, tetapi konflik itu ada
yang bersifat destruktif dan ada yang bersifat fungsional. Keragaman yang dikelola dengan
baik dapat menjadi modal social untuk membangun daerah atau bangsa, tetapi jika tidak
mampu mengelolanya, akan menjadi ancaman yang menakutkan keutuhan masyarakat.
Dengan demikian prasangka yang menyangkut SARA perlu diarahkan pada prasangka-
prasangka yang kondusif
Sumber Referensi :
Jurnal digilib.uinsby.ac.id/3940
surabaya.tribunnews.com/tag/sidoarjo/?url=2015/07/03/fkub-tugas...keberagaman...
91
92