Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Candi Muara Takus - Candi Muara Takus adalah salah satu peninggalan bersejarah dari
Kerajaan Budha Sriwijaya yang sangat termasyur. Muara Takus berada di Kecamatan XIII
Koto Kampar, Kabupaten Kampar yang kurang lebih berjarak 135 km dari kota Pekan Baru
Riau dan lokasinya yang tidak sulit dijangkau membuat candi ini dapat dengan mudah
dikunjungi dengan perjalanan darat kurang lebih 3 jam dari Pekan Baru, Riau. Letaknya yang
juga di tepi sungai Kampar Kanan dapat dicapai dengan mudah dari jalan lintas Riau -
Sumetera Barat yang hanya berjarak sekitar 20 km. Muara Takus merupakan sebuah komplek
percandian yang cukup besar dan luas. Candi ini juga diyakini sebagai kompleks peninggalan
Kerajaan Sriwijaya yang tertua di dunia, dan juga merupakan simbol dari puncak kejayaan
kerajaan itu. Sampai dengan saat ini sebenarnya belum ada satupun bukti sejarah Candi
Muara Takus yang bisa menunjukkan kapan tepatnya candi ini dibangun. Tetapi secara pasti
candi ini telah ada pada jaman kejayaan Kerajaan Sriwijaya.
Candi Muara Takus pertama kali ditemukan paada tahun 1860 oleh seorang arkeolog
bernama Cornet D. Groot. Keunikan candi ini adalah bangunannya yang terbuat dari
beberapa jenis batu yaitu batu bata, batu pasir, dan juga batu sungai. Candi ini juga dikelilingi
oleh bangunan semacam pagar tembok yang terbuat dari batu bata berukuran cukup besar
yaitu sekitar 74x74 cm. tentunya hal ini sangat unik mengingat sebagian besar candi di
Indonesia yang kita kenal menggunakan bahan utama batu andesit, seperti candi Borobudhur,
Candi Prambanan.
Para ahli mengatakan bahwa batuan yang dipakai untuk membangun Candi Muara Takus
ini berasal dari tanah di sebuah desa di dekat candi yang bernama Pongkai, yang terletak
sekitar 6 kilometer dari candi. Dalam bahasa China, kata Pong artinya lubang sedangkan kata
Kai mempunyai arti tanah. Jadi desa Pongkai kemungkinan besar dinamai berdasarkan
kondisi desa dimana banyak ditemukan tempat dengan tanah yang berlubang besar akibat
pengerukan tanah besar-besaran untuk digunakan membuat batu candi.
Latar belakang sejarah candi muara takus saat didirikannya kemungkinan besar adalah
karena daerah Muara Takus pada zaman dahulu adalah sebuah daerah yang sering disinggahi
oleh banyak pelaut dan pedagang yang menyusuri Sungai Kampar Kanan dengan kapal.
sejarah candi muara takus saat didirikannya kemungkinan besar adalah karena daerah Muara
Takus pada zaman dahulu adalah sebuah daerah yang sering disinggahi oleh banyak pelaut

1
dan pedagang yang menyusuri Sungai Kampar Kanan dengan kapal. Maka terjadilah
pertukaran budaya oleh para pedagang dan penduduk yang akhirnya membuat pemerintahan
pada zaman itu memutuskan untuk mendirikan sebuah candi sebagai tempat peribadatan dan
berbagai acara keagamaan. Yang unik dari sejarah Candi Muara Takus seperti yang telah
diketahui, yaitu ciri khas candi muara takus terletak pada arsitektur bangunannya yang selain
menggunakan bahan yang berbeda dengan candi-candi lain di Indonesia, namun juga
memiliki bentuk yang lain. Bahkan mungkin bila dilihat, kompleks candi muara takus malah
lebih mirip dengan bangunan candi stupa budha di Sri Lanka, India, Vietnam, atau Myanmar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagimana asal usul nama muara takus ?


2. Bagaimana sejarah candi muara takus ?
3. Bagaimana arsitektur candi muara takus ?
4. Apasajakah Aspek Dalam Pendirian Candi ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui asal usul nama muara takus


2. Untuk mengetahui sejarah candi muara takus
3. Untuk mengetahui arsitektur candi muara takus
4. Untuk mengetahui aspek dalam pendirian candi

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi penulis adalah mengajarkan tentang cara penyusunan yang baik dan benar,
sekaligus untuk meningkatkan rasa kerjasama dalam berkelompok. Bagi pembaca adalah
menginformasikan kepada pembaca tentang kepastian sejarah candi Muara Takus.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Muasal Nama Muara Takus

Muara Takus berasal dari nama sebuah anak sungai yang bermuara ke Batang Kampar
Kanan. Menurut Duta Besar Singapura yang pernah berkunjung ke Muara Takus pada tahun
1977 menyatakan bahwa Muara takus terdiri dari dua kata yaitu "Muara" dan "Takus",
menurut pendapatnya "Muara" berarti tempat dimana sebuah sungai mengakhiri alirannya ke
laut atau sungai yang lebih besar, sedangkan "Takus" berasal dari Bahasa China yang artinya
: TA = besar, KU = Tua, SE = Candi. Jadi arti keseluruhannya  adalah Candi Tua yang besar
yang terletak di Muara Sungai
Candi Muara Takus merupakan candi penganut agama Budha. Ada yang berpendapat
bahwa candi ini peninggalan agama Budha yang datang dari India karena bentuknya mirip
dengan Candi Acoka yang ada di India. Namun ada pula yang berpendapat bahwa ini
merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya.
Komplek Candi Muara Takus merupakan satu-satunya peninggalan sejarah yang
berbentuk candi di Riau. Sejumlah literatur menyebutkan, Muara Takus berasal dari kata
Muara dan Takus. Takus berasal dari bahasa Cina, yakni Ta Ku Se, artinya Candi Tua.
Seperti umumnya candi, komplek Muara Takus berada di dekat aliran sungai. Ia terletak
di tepian Sungai Kampar Kanan. Candi Muara Takus tidak punya relief sama sekali pada
dinding-dindingnya. Hanya menggambarkan seni bangunan bertingkat dari bata dengan irama
timbul tenggelam. Membentuk komposisi artistik dan anggun.
Candi Muara Takus merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah berbentuk candi
di Riau. Candi Budhis ini merupakan bukti historis bahwa agama Budha pernah berkembang
di kawasan ini beberapa abad yang silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum
dapat menentukan secara pasti, kapan candi ini didirikan. Sebagian mengatakan abad
kesebelas, ada yang mengatakan abad keempat, abad ketujuh, abad kesembilan dan
sebagainya. 

2.2 Sejarah Candi Muara Takus

Candi Muara Takus merupakan salah satu Candi Peninggalan agama Budha di Pulau
Sumatra. Candi ini berada di Provinsi Riau dan berjarak 135 kilo meter dari kota pekan baru.
Tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar. Disekitar situs
Sejarah Candi Muara Takus terdapat tembok yang mengelilingi situs candi yang memiliki

3
ukuran 74 x 74 meter. Tembok tersebut memiliki tinggi sekitar 80 sentimeter dan terbuat dari
batu putih. Diluar tembok ini juga terdapat tembok lagi yang dibangun dari tanah yang
memiliki ukuran 1.5 x 1.5 kilometer yang memanjang hingga Sungai Kampar kanan. Dalam
kompleks candi muara takus terdapat beberapa candi didalamnya seperti candi Sulung, Candi
Bungsu, Palangka dan Mahligai Stupa.
Pendirian situs candi Muara Takus masih belum bisa dipastikan. Beberapa ahli sejarah
mengatakan, candi ini dibangun pada abad ke-4, dan ada juga yang menganggap candi ini
dibangun pada abad ke-7, ke-9 dan ke-11. Namun, candi ini diperkirakan dibangun pada
masa pemerintahan kerajaan Sriwijaya, dan menjadi salah satu peninggalan kerajaan
Sriwijaya yang menjadi saksi kebesaran Sriwijaya pada masa itu. Kompleks candi ini juga
telah diakui UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia pada tahun 2009 lalu.
Kompleks candi Muara Takus merupakan bangunan suci dimana pembangunanya
diperkirakan berasal dari masa berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia. Candi
ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Sriwijaya yaitu antara abad ke-4 hingga abad
ke-11 Masehi.
Candi ini merupakan candi Budha di  Indonesia tertua yang pernah ditemukan di Pulau
Sumatra yang bernuansa Budha. Hal ini ditunjukkan pada salah satu bangunanya berbentuk
seperti stupa, dimana stupa sendiri merupakan lambang dari Budha Gautama. Stupa-stupa
seperti bisa anda temukan di Candi Sewu, yang juga salah satu candi agama Budha. Dan juga
di Salah satu bangunan candi di muara takus juga terdapat  yoni dan lingga yang
menggambarkan jenis kelamin. Sehingga candi ini juga diperkirakan sebagai bangunan
dengan perpaduan Budha dan Syiwa dimana arsitekturnya menyerupai bangunan candi-candi
di Myanmar.
Penamaan candi Muara takus sendiri terdapat dua pendapat yang berbeda, dimana yang
pertama adalah dimana nama candi Muara takus diambil dari nama sebuah sungai kecil yang
bermuara di Sungai Kampar. Sungai kecil itu adalah sungai takus. Sedangkan pendapat yang
kedua mengatakan bahwa nama muara takus diambil dari dua kata yaitu “Muara” yang
berarti Tempat dimana akhir dari aliran sungai, daerah tersebut bisa berupa laut atupun sungai
yang memiliki ukuran lebih besar. dan Takus sendiri diambil dari bahasa China yaitu Takuse.
Ta dalam bahasa China berarti besar, ku memililiki arti tua, dan memiliki arti kuil, dimana
jika dirangkai menjadi satu kalimat berarti sebuah kuil atau candi tua yang berukuran besar
dan terdapat pada Muara sungai.
Agama Hindu dan Budha memiliki konsep dimana setiap bangunan untuk tempat
peribadahan harus memiliki sumber air yang dianggap suci. Dimana biasanya air tersebut
4
dipergunakan sebagai media dalam upacara maupun ritual dalam agama. Untuk menjaga
kesucian dari air tersebut, pada bagian pusat bangunan atau brahmasthana harus dijaga dan
dipelihara dengan baik. Dan juga di keempat arah mata angin juga harus dirawat dengan baik
karena disitulah dewa penjaga mata angin atau yang juga dsebut dewa lokapala menjaga dan
melindungi daerah perpaduan antara alam nyata dan alam ghaib, yang disebut
wastupurumasamandala.

2.3 Arsitektur Candi Muara Takus

Berbeda dengan beberapa candi yang berdri di Jawa yang menggunakan batu andesit
sebagai unsure utama dalam bangunanya. Bangunan candi Muara takus terbuat dari
perpaduan antara batu bata dan batu sungai. Batu bata untuk membuat candi Muara takus
berasal dari tanah liat yang berada cukup jauh dari lokasi pendiran candi ini. Yaitu diambl
dari desa ponkai yang letakanya sekitar 6 kilometer dari candi.

Didalam kompleks candi Muara takus terdapat gundukan yang diperkiarakan sebagai
tempat untuk membakar tulang manusia, dan diluar situs candi muara takus terdapat beberapa
bekas bangunan yang sudah tidak berbentuk lagi, yang juga terbuat dari batu bata. Didalam
kompleks candi Muara Takus terdapat beberapa candi yaitu Candi Mahligai, Candi Tua,
Candi Bungsu, dan Candi Palangka.

1. Candi Mahligai

Candi Mahligai juga disebut Stupa mahligai


memiliki bangunan yang paling utuh diantara candi
– candi lain di komplesk candi muara takus. Stupa
mahligai terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
atap, bagian badan dan bagian kaki. Candi ini
memiliki dasaran berbentuk persegi panjang,
dimana memiliki lebar 10.44 meter dan panjang
10.6 meter dan memiliki tinggi keseluruhan sekitar
14 meter. Bangunan ini mempunyai 28 sisi yang
berada di sekitar bangunan utama candi, dan candi ini menghadap ke selatan.

Terdapat ukiran bergambar lotus ganda di bagian alasnya, sedangkan di tengahnya


terdapat menara berbentuk silinder yang terdiri dari 36 sisi, dimana dibagian dasar sisi

5
memiliki bentuk kelopak bunga. Dan pada bagian atas candi Muara takus berbentuk
lingkaran. Candi Mahligai memiliki bentuk seperti menara yang mirip seperti yoni.

Dahulu, pada setiap sudut sisi dasaran candi terdapat patung singa yang sedang di duduk
dan dibuat dari batuan andesit. Dan juga dibagian puncak menara, ada batu yang diukir
dengan relief-relief, dimana salah satunya adalah lukisan daun oval. Candi Mahligai
diperkirakan dibangun dalam dua tahap, dimana pada pembangunan terakhir adalah
penambahan dari bagian kaki candi. Pada tahun 1978 candi mahligai mulai dipugar dan baru
selesai paa tahun 1983.

2. Candi Tua

Candi Tua, atau yang disebut candi sulung


merupakan bangunan terbesar yang berada di
kompleks candi muara takus. Sama seperti candi
Mahligai, candi Tua juga dibagi menjadi tiga
bagian, yatu bagian atap,badan dan kaki candi.
Pada bagian kaki candi terbagi lagi menjadi 2
bagian, dimana pada bagian pertama memilki
tinggi 2.37 meter, sedangkan pada bagian kedua kaki candi memilki tinggi 1.98 meter.
Terdapat tangga masuk dibagian timur yang memiliki lebar 4 meter dan juga di bagian barat
selebar 3.08 meter yang dijaga dengan patung singa. Candi tua diperkirakan berbentuk
lingkaran dengan diameter kurang lebih 7 meter persegi dan dengan tinggi 2.5 meter.

Candi Tua memiliki fondasi berbentuk persegi panjang dengan ukuran 31.65 meter x
20.20 meter dan memiliki 36 sisi. Dan Pada bagian atas candi tua sudah rusak, dimana
berbentuk bundaran, dan tinggi candi tua ini sekitar 8.5 meter. Candi Tua dibangun dengan
menggunakan batu pasir (tuff) dan batu bata cetakan. Candi ini juga pernah beberapa kali
dipugar. Pada tahun 1990 candi ini dipugarpada bagian kaki bagian bawah di sebelah timur.
Pada tahun 1992 hingga 1993 pemugaran dilakukan pada kaki bagian bawah dan kaki bagian
atas.

6
3. Candi Bungsu

Candi ini terletak disebelah timur candi


mahligai, dimana hanya berjarak 3.85 meter.
Bangunan candi bungsu dibuat dari batu bata
merah dan memiliki panjang 13.2 meter, lebar
16.20 meter. Candi bungsu memiliki bentuk
mirip seperti candi sulung, namun dibagian
atas candi memiliki bentuk persegi. Pada
bagian timur candi terdapat sebuah tangga yang dibuat dari batu putih dan juga terdapat
beberap stupa yang berukuran kecil. Bagian alas dari candi bungsu mempunyai 20 sisi.

Salah seorang peneliti yang bernama Yzerman menemukan lubang di bagian pinggi
padmasana stupa dimana didalam lubang tersebut terdapat abu dan tanah. Dan didalam tanah
tersebut Yzerman menemukan tiga keeping emas. Sedangkan dibagian dasar lubang terdapat
satu keeping emas yang bergambar trisula dan 3 huruf nagari. Dibawah lubang, Yzermen
juga menemukan batu persegi, dimana pada bagian bawah batu terdapat gambar trisula dan 9
huruf nagari.

Candi Bungsu dibuat dengan menggunakan batu bata dan batu pasir. Dimana pada
bagian utara candi dibuat dari batu pasir, sedangakan pada bagian selatan candi dibuat dari
bahan batu bata. Diperkirakan, pada awal pembangunan candi bungsu menggunakan batu
pasir, dan kemudian terjadi pembangunan ulang yang menggunakan batu bata.

4. Candi Palangka
Candi Palangka memiliki ukuran panjang 5.10 meter dan lebar 5.7 meter dan memiliki
tinggi kurang lebiih 2 meter, dimana candi palangka terletak disebelah timur dari candi
Mahligai. Bangunan ini sepenuhnya dibuat dari batu bata. Candi ini menghadap ke utara, hal
ini ditandai dengan terdapat pintu masuk yang berada di sisi utara bangunan candi. Pada
zaman dahulu, candi palangka diperkirakan dipakai sebagai Altar.

2.4 Beberapa Aspek Dalam Pendirian Candi


Dari suatu bangunan candi kita dapat melihat beberapa aspek kehidupan. Pada candi
Muara Takus ini aspek-aspek yang dapa kita lihat antara lain:

7
1. Aspek teknologi : Bahan yang digunakan adalah batu bata. Ukuran bata yang dipakai
membangun candi ini bervariasi, panjang antara 23 sampai 26 cm, lebar 14 sampai
dengan 15,5 cm dan tebalnya 3,5 cm sampai 4,5 cm. Bata pada masa lampau memiliki
kualitas yang lebih baik dari bata pada masa sekarang. Ini dikarenakan tanah liat yang
digunakan disaring sampai benar-benar tidak ada komponen lain selain tanah liat,
misalnya pasir. Selain itu, terdapat ”isian” di dalam bata, biasanya berupa sekam.
Maksud dari isian ini, supaya bata kuat. Perekatan antar batu bata menggunakan sistem
kosod. Sistem kosod merupakan sistem perekatan bata dengan cara menggosokkan bata
dengan bata lain dimana pada bidang gosokannya tersebut diberi air. Sistem ini juga
dapat ditemukan pada situs-situs di Jawa Timur dan masih dapat ditemukan di daerah
Bali. Perekatan bata yang menggunakan sistem kosod menyebabkan perekatan antar bata
akan bertambah erat dari tahun ke tahun.
2. Aspek sosial : Pembangunan candi ini dilakukan secara bergotong royong dan
dilakukan oleh orang ramai. Begitu juga pada saat upacara pemujaan terdapat perbedaan
status, yaitu pemimpin upacara dan pengikutnya.
3. Aspek religi : terlihat dari bentuk candi Muara Takus yang berupa stupa, yang
menunjukkan candi ini sebagai tempat pemujaan umat agama Buddha, khususnya aliran
Mahayana.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Candi Muara Takus merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan Sriwijaya yang berada
di provinsi riau, terbentuk karena sering di singgahi banyak pelaut dan pedagang yang
menyusuri sungai Kampar kanan dengan Kampar kiri yang menyebabkan terjadinya
pertukaran budaya oleh para pedagang dan penduduk yang akhirnya membuat pemerintah
pada zaman itu memutuskan untuk membuat candi sebagai tempat peribadatan dan berbagai
acara keagamaan.
Sebagai provinsi yang memiliki peninggalan sejarah berupa candi yang menjadi pusat
pariwisata yang unik bagi orang-orang yang ingin mengenal budaya peninggalan kerajaan
Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai