Anda di halaman 1dari 12

Laporan Perjalanan Wisata

Study Tour SMAN 10 Pekanbaru ke Sumatra Utara


15-19 November 2019

Disusun oleh :
Muhammad Rafi Al Khairi
XII MIPA 4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan study tour yang telah dilaksanakan ini merupakan agenda tahunan yang
diadakan di Sekolah SMAN 10 Pekanbaru. Kegiatan ini dilaksanakan untuk membuka wawasan
seluruh siswa – siswa sekolah. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempelajari hal – hal
baru, seperti tempat – tempat bersejarah, tempat penting, dan sebagai studi.

Kegiatan perjalanan tahun ini dilaksanakan selama 4 hari, yaitu pada tanggal 15 hingga
19 November 2019, dengan mengunjungi Parapat, Brastagi, dan Medan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menyusun laporan kegiatan perjalanan


wisata ini sebagai laporan tentang hal – hal yang telah didapat selama mengikuti kegiatan ini.
Selain itu dengan laporan kegiatan wisata ini, penulis dapat membagikan pengalaman –
pengalaman dan ilmu yang telah didapatkan selama mengikuti kegiatan tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan kegiatan study tour dan laporan perjalanan ini adalah:

1. Menambah wawasan siswa mengenai Provinsi Sumatra Utara


2. Sebagai sarana pengenalan siswa dengan budaya lain
3. Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara langsung dengan sumber ajar
4. Memberikan pengalaman pada siswa peserta study tour
5. Rekreasi sebelum UAS 

C. Waktu dan Tempat Kegiatan Study Tour

Kegiatan study tour ini dilaksanakan pada:

Hari, tanggal: Jum’at, 15 November 2019 – Selasa, 19 November 2019

Lokasi: Provinsi Sumatra Utara

D. Peserta Study Tour

Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa kelas XII SMAN 10 Pekanbaru T.P 2019/2020
BAB II

ISI LAPORAN
2.1 Laporan Perjalanan

Pada tanggal 15 November 2019, pukul 13:30 seluruh siswa berkumpul di area MTQ
Pekanbaru. Setelah tiba di MTQ, kami memeriksa dan memasukkan barang bawaan kami
kedalam dalam bus. Salam pamit pun tak lupa kami sampaikan kepada orang tua yang mengantar
kami, suasana haru pun terasa pada saat momen ini. Selanjutnya kami memasuki bus. Didalam
bus kami mendapat pengarahan yang disampaikan oleh agen travel. Pukul 14:00 bus kami pun
berangkat, sebanyak 8 bus berjalan secara konvoi yang didapingi oleh mobil patwal untuk
membuka kemacetan. Dari informasi yang ku dengar, perjalanan ini akan memakan waktu
sekitar 14-15 jam. Hari pertama perjalanan ini cuaca terlihat mendung membuat suasana didalam
bus terasa nyaman. Pukul 17:00, kami telah tiba di daerah Kandis beristirahat serta
melaksanakan salat ashar sejenak di masjid Al Muqorrobin. Pukul 19:00 kami telah diba di
daerah Duri dan berhenti sejenak di Rumah Makan Pagaruyuang 125 untuk makan malam.
Setelah itu perjalanan kembali di lanjutkan. Karena perjalanan masih jauh, kami pun bermalam
didalam bus.

Pada tanggal 16 November 2019, kami pun tiba di Provinsi Sumatra Utara. Pukul 04:50
kami berhenti di Masjid Agung Ahmad Bakrie, di Kabupaten Asahan tepatnya di Jalan Lintas
Sumatra, Desa Sidomukti, Kecamatan KIsaran Barat, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra
Utara. Pukul 09:15 kami tiba di kawasan Danau Toba, dan berhenti disalah satu kafe di kawasan
tersebut untuk sarapan bersama. Puku 10:00 kami menaiki kapal untuk menyebrangi Danau Toba
dengan tujuan ke pulau Samosir. Pukul 11:15 kami tiba di Pulau Samosir. Di sana kami
mengunjungi sebuah kampong tua bernama Kampung Ambarita. Kami belajar banyak hal
disana. Setelah selesai di kampung ambarita kami kembali menyebrang menggunakan kapal
untuk tujuan selanjutnya yaitu Tomok. Di daerah Tomok kami diberi waktu sekitar 45 menit
untuk berbelanja yang akan di jadikan oleh oleh. Setelah seleai di Tomok kami kembali ke bus
dan check in di Hotel Kanaya di kawasan Danau Toba, kami bermalam di hotel tersebut.

Pada tanggal 17 November 2019, di pagi hari kami check out dari Hotel Hermina dan
Melanjutkan perjanan ke Brastagi. Di Brastagi kami mengunjungi sebuah pasar buah yang
menujual anekan buah buahan khas Sumatra Utara seperti buah kesemek, markisa, rasbery dan
sebagainya. Dari pasar buah Brastagi, kami melanjutkan perjalanan mengunjungi sebuah replica
pagoda yang bernama Replika Pagoda Swedagon yang terletak tidak jauh dari Taman Lumbini.
Sekitar pukul 20:00 kami bersenti di Avros Park dan menikmati makan malam disana. Sebuah
pertunjukan juga dihelat disana yang telah di atur oleh agen travel kami. Kami bernyanyi dan
bejoget bersama sam disana, rasa kekeluargaan tersa di sana. Dari Avros Park kami menuju
Napolen yang merupakan pusat makanan khas daerah Sumut. Setelah itu, kami check in di Hotel
Grand Kanaya dan bermalam disana.

Pada tanggal 18 November 2019, di pagi hari kami check out dari Hotel Grand Kanaya ,
dan melanjutkan perjalanan berikutnya yaitu ke Universitas Sumatra Utara. Disana kami
dikumpulkan di auditorium Univesitas. Kami mendapat informasi penting soal penerimaan PTN
khususnya di Universitas Sumatra Utara yang disampaikan oleh rector Univesitas tersebut. Dari
USU kami melanjutkan perjalanan ke Istana Maimoen, yang merupakan peninggalan kerajaan
Melayu Deli. Disana kami juga makan siang dan melaksanakan Shalat dzhuhur. Dari istana
Maimoen, kami mengunjungi Pabrik Kedaung Medan yang merupaka pabrik pembuatan gelas
gelas kaca. Disana kami diperlihatkan proses pembuatan gelas kaca mulai dari barang mentah
hingga barang jadi. Dan tempat yang terakhir kami kunjungi di Sumatra Utara adalah Pantai
Wong Rame yang terletak di Kawasan Pantai Cermin. Pukul 19:00 kamipun betolak dari Pantai
Wong Rame untuk kembali ke Pekanbaru dan bermalam didalam bus.

Pada tanggal 19 November 2019, pagi hari kami telah tiba kembali di Provinsi Riau
tepatnya di daerah Duri sekitar pukul 09:00 dan sarapan bersama di rumah makan Pagaruyuang
125. Pukul 13:30, kami pun tiba di Pekanbaru dan berhenti di depan sekolah kami yaitu SMAN
10 Pekanbaru. Rasa lelah tampak diwajah seluruh siswa. Namu dibalik rasa lelah tersebut kami
selama empat hari telah mempelajari banyak hal yang berharga. Rasa suka duka kami jalani
bersama yang menambah rasa persaudaraan diantara kami. Semoga dengan berakhirnya
perjalanan wisata ke Sumatra Utara ini membuat para siswa merasa senang dan lebih siap untuk
menghadapi Ujian.
2.2 Objek yang Diamati

1. Danau Toba

Danau Toba adalah danau alami berukuran besar di Indonesia yang berada di kaldera Gunung
Supervulkan. Danau ini memiliki panjang 100 kilometer (62 mil), lebar 30 kilometer (19 mi),
dan kedalaman 1600 meter (5200 ft). Danau ini terletak di tengah pulau Sumatra bagian utara
dengan ketinggian permukaan sekitar 900 meter (2953 ft). Danau ini membentang dari 2.88°N
98.52°E sampai 2.35°N 99.1°E. Ini adalah danau terbesar di Indonesia dan danau vulkanik
terbesar di dunia

Danau Toba adalah lokasi letusan gunung berapi super masif berkekuatan VEI 8 sekitar 69.000
sampai 77.000 tahun yang lalu yang memicu perubahan iklim global. Metode penanggalan
terkini menetapkan bahwa 74.000 tahun yang lalu lebih akurat. Letusan ini merupakan letusan
eksplosif terbesar di Bumi dalam kurun 25 juta tahun terakhir. Menurut teori bencana Toba,
letusan ini berdampak besar bagi populasi manusia di seluruh dunia; dampak letusan
menewaskan sebagian besar manusia yang hidup waktu itu dan diyakini menyebabkan
penyusutan populasi di Afrika timur tengah dan India sehingga memengaruhi genetika populasi
manusia di seluruh dunia sampai sekarang.

Para ilmuwan sepakat bahwa letusan Toba memicu musim dingin vulkanik yang menyebabkan
jatuhnya suhu dunia antara 3 hingga 5 °C (5,4 hingga 9,0 °F), dan hingga 15 °C (27 °F) di daerah
lintang atas. Penelitian lanjutan di Danau Malawi, Afrika Tengah, menemukan endapan debu
letusan Toba, tetapi tidak menemukan bukti perubahan iklim besar di Afrika Timur.[7] Pada
tanggal 18 Juni 2018, musibah tenggelamnya kapal feri terjadi di Danau Toba dan
menenggelamkan lebih dari 190 orang.

Ada juga tempat wisata yang terkenal yaitu wisata air rangat tepatnya di bawah kaki gunung
pusuk buhit, air rangat itu adalah air hangat yang berasal dari gunung yang meletus dan Pusuk
Buhit sendiri adalah sebuah gunung aktif yang sangat disakralkan oleh etnis Batak sehingga
beragam cerita mistis pun terdapat di gunung ini. Gunung ini terletak di Pulau Samosir, dan
merupakan puncak tertinggi dari semua dataran tinggi di Pulau Samosir. Dengan ketinggian
sekitar 1.077 meter dari Danau Toba, gunung ini terlihat berdiri dengan gagahnya. Sehingga
apabila Anda sedang berada di sekitar perairan Danau Toba, maka Gunung Pusuk Buhit ini akan
terlihat sangat jelas sekali dengan puncaknya yang berwarna hijau dengan kombinasi warna abu-
abu dan ditutupi oleh awan di sekitarnya. Lalu ketika kita berenang di air rangat itu tidak
membayar uang masuk, tinggal masuk saja tapi setelah kita selesai mandi atau selesai berenang
kita diharuskan makan di tempat permandian air rangat.

2. Kampung Ambarita (Huta Siallangan)

Di wilayah Danau Toba terdapat perkampungan yang mirip dengan benteng, namanya Kampung
Huta Siallagan. Kampung ini berlokasi di Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Pulau
Samosir. Kampung Huta Siallagan memiliki luas wilayahnya sekitar 2.400 meter persegi, dan
dikelilingi tembok batu setinggi 1,5-2 meter yang disusun bertingkat secara rapi.

Dulunya, tembok yang menyerupai benteng ini berfungsi untuk menjaga Kampung Huta
Siallagan dari gangguan binatang buas maupun serangan suku lain. Perkampungan ini dahulu
dibangun oleh seorang raja bernama Raja Laga Siallagan, yang merupakan garis keturunan suku
Batak asli. Hingga kini warga keturunan Raja Siallagan masih menempati seputaran Desa
Ambarita, dan terdapat pula beberapa makam keturunan Raja di lokasi tersebut.

Saat memasuki Kampung Huta Siallagan memang seperti perkampungan pada umumnya. Kita
akan disambut sejumlah rumah tradisional, Bolon dan Sopo yang merupakan rumah tradisional
kelompok etnis Batak di Sumatera Utara. Uniknya, di tengah perkampungan terdapat deretan
batu-batu berbentuk kursi yang melingkari meja. Batu-batu tersebut letaknya berada persis di
bawah pohon hariara, yang merupakan pohon suci bagi masyarakat Batak. Area ini pun diberi
nama Batu Parsidangan.

Terdapat 2 lokasi Batu Persidangan di Kampung Huta Siallagan. Pertama sebagai tempat rapat,
yang kedua sebagai tempat eksekusi. Dinamakan Batu Parsidangan karena berfungsi untuk
mengadili penjahat atau pelanggar hukum adat, seperti kasus pembunuhan, pencurian, atau
pemerkosaan. Selain itu, Batu Persidangan juga dipakai untuk mengadili musuh politik Sang
Raja.

Menurut cerita masyarakat setempat, Batu Persidangan terlanjur membuat stigma bahwa Huta
Siallagan merupakan kampung Batak yang memegang praktek kanibalisme. Tapi itu pada zaman
dahulu kala. Kisahnya berawal dari sang raja yang memerintahkan prajurit untuk memenggal
kepala terdakwa diatas Batu Persidangan.

Proses ini akan disaksikan oleh seluruh masyarakat Batak di kampung tersebut, yang kemudian
dibuang ke Danau Toba. Biasanya sang Raja akan menghimbau masyarakat tidak menyentuh air
danau selama satu hingga dua minggu, karena air dianggap masih berisi roh jahat.

Dari kisah inilah kemudian sempat menjadi stigma masyarakat bahwa masyarakat Batak
melakukan praktek kanibalisme. Namun, ritual ini sudah tidak dilaksanakan kembali, karena
masuknya ajaran agama Kristen di Wilayah Samosir.

3. Tomok

Tomok adalah sebuah desa kecil yang terletak di pesisir timur Pulau Samosir, Danau Toba,
Sumatra Utara. Dari Medan tempat ini membutuhkan waktu kurang lebih 4-5 Jam sampai di
Parapat dengan mobil carteran atau bus antar-kota. Ekstra satu jam lagi untuk menyeberang dari
Ajibata ke Tomok. Desa ini sangat menggantungkan kehidupan para masyarakatnya pada bidang
agraris, perdagangan dan pariwisata. Desa yang ukurannya tidak terlalu luas ini tampaknya sudah
cukup mendapat pengaruh modernitas yang cukup besar di kalangan masyarakatnya. Hal ini
terbukti dengan persandingan antara makam, gereja tua, becak motor dan kehidupan
masyarakatnya yang cukup menguasai penggunaan bahasa Inggris pada saat bertemu dengan
wisatawan asing.

Banyaknya makam dan benda-benda peninggalan zaman megalitik dan purba menjadikan lokasi
ini sebagai salah satu situs kebudayaan Batak yang cukup terkenal di kalangan wisatawan.
Lokasinya yang terletak tepat di tepi dermaga penghubung ke Parapat juga memudahkan para
wisatawan mengunjungi tempat ini. Makam besar seperti Makam Raja Sidabutar dan
keluarganya, Museum Batak, Patung Sigale-Gale, Batukursi Tomok, Patung Gajah, HKBP
Resort Tomok dan gereja gereja yang sederhana memenuhi daerah ini. Ditambah pula dengan
adanya resort yang berada di Tuk Tuk Siadong yang semakin mengukuhkan ddaerah ini menjadi
tempat pariwisata. Saat ini tomok sudah dimekarkan menjadi 2 desa, yaitu desa Tomok (Tomok
induk), dan desa Tomok Parsaoran.
4. Pasar Buah Brastagi

Berastagi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Berastagi merupakan
kota terbesar kedua di dataran tinggi karo setelah Kota Kabanjahe. Berastagi merupakan salah
satu kota wisata yang populer di Sumatera Utara.

Berastagi berjarak sekitar 66 kilometer dari Kota Medan. Berastagi diapit oleh 2 gunung berapi
aktif yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung. Di dekat Gunung Sibayak, terdapat
pemandian mata air panas. Berastagi sendiri berada di ketinggian lebih dari 1300 mdpl, sehingga
menjadikan kota ini menjadi salah satu kota terdingin yang ada di Indonesia.

Aktivitas ekonomi di Berastagi terpusat pada produksi sayur,buah-buahan dan pariwisata.


Berastagi merupakan salah satu penghasil sayur dan buah buahan terbesar di Sumatera Utara.
Bahkan sudah di ekspor ke Singapura dan Malaysia. Etnis yang dominan di daerah ini adalah
Suku Karo,dan berkomunikasi dengan Bahasa Karo dialek gugung.

5. Replika Pagoda Swedagon

Pagoda Shwedagon (nama resmi: Shwedagon Zedi Daw), juga dikenal dengan julukan Pagoda
Emas, adalah sebuah stupa atau pagoda setinggi 98 meter (321,5 kaki) yang berlapis emas dan
terletak di Yangon, Myanmar. Pagoda ini terletak di bagian barat Danau Kandawgyi, di bukit
Singuttara, dan mendominasi pemandangan kota Yangon. Stupa buddhis ini adalah yang paling
suci bagi bangsa Birma karena menyimpan relik Buddha terdahulu, yaitu tongkat Kakusandha,
saringan air Konagamana, sepotong jubah Kassapa, dan delapan helai rambut Siddharta
Gautama, Buddha historis.
6. Universitas Sumatra Utara

Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya Yayasan Universitet
Sumatra Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan ini dipelopori oleh Gubernur
Sumatra Utara untuk memenuhi keingian masyarakat Sumatra Utara khususnya dan masyarakat
Indonesia umumnya.

Sebenarnya hasrat untuk mendirikan perguruan tinggi di Medan telah mulai sejak sebelum
Perang Dunia II, tetapi tidak disetujui oleh Pemerintah Belanda pada waktu itu. Pada zaman
pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T.
Mansoer membuat rancangan perguruan tinggi Kedokteran. Setelah kemerdekaan Indonesia,
pemerintah mengangkat Dr. Mohd. Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah
pemulihan kedaulatan akibat clash tahun 1947. Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif
menganjurkan kepada rakyat di seluruh Sumatra Utara mengumpulkan uang untuk pendirian
sebuah universitas di daerah ini.

Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia persiapan pendirian perguruan tinggi yang
diketuai oleh Dr. Soemarsono yang anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro,
dan sekretaris Mr. Djaidin Purba. Selain Dewan Pimpinan Yayasan, Organisasi USU pada awal
berdirinya terdiri dari: Dewan Kurator, Presiden Universitas, Majelis Presiden dan Asesor, Senat
Universitas, dan Dewan Fakultet.

Sebagai hasil kerja sama dan bantuan moril dan material dari seluruh masyarakat Sumatra Utara
yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952
berhasil didirikan Fakultas Kedokteran dijalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa
diantaranya dua orang wanita.
Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (1954),
Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan (1956), Fakultas Pertanian (1956), dan Fakultas
Kedokteran Gigi USU yang didirikan pada tanggal 19 Oktober 1961.

Pada tanggal 20 November 1957, USU diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir.
Soekarno menjadi universitas negeri yang ketujuh di Indonesia. Tanggal peresmian ini kemudian
ditetapkan sebagai Dies Natalis USU yang diperingati setiap tahun hingga tahun 2001.
Kemudian atas usul beberapa anggota Senat Universitas, hari jadi USU ditinjau kembali. Senat
Universitas akhirnya memutuskan bahwa hari jadi USU adalah pada tanggal 20 Agustus 1952
yaitu pada saat perkuliahan pertama dimulai di lingkungan USU. Dengan persetujuan
Departemen Pendidikan Nasional, pada tahun 2002 di peringati Dies Natalis USU yang ke 50.

Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda
Aceh) yang diresmikan secara meriah oleh Presiden R.I. Kemudian di kota yang sama didirikan
Fakultas Kedokteran dan Peternakan(I960). Sehingga pada waktu itu, USU terdiri dari lima
fakultas di Medan dan dua fakultas di Banda Aceh. Dalam perjalanan usianya yang kini
mencapai lima puluh tahun, melalui berbagai program pengembangan yang dilaksanakan,
banyak kemajuan yang telah dicapai, yang menjadikan USU berkembang hingga seperti keadaan
sekarang.

Saat ini, USU mengelola lebih dari seratus program Studi yang terdiri dari berbagai jenjang
pendidikan tinggi, yang tercakup dalam sepuluh fakultas dan satu program pascasarjana. Dalam
perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan USU telah menjadi embrio berdirinya tiga
perguruan tinggi negeri baru, yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh (dari Fakultas
Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan), IKIP Negeri Medan yang sekarang
berubah menjadi Universitas Negeri Medan (dari Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan),
Politeknik Negeri Medan (dari Politeknik USU). Program Studi

USU memiliki 15 fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran


Gigi, Ekonomi dan Bisnis, Ilmu Budaya, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Sosial
dan Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Ilmu Komputer-Teknologi Informasi,
Kehutanan dan Pascasarjana. Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 101, terdiri dari 8
tingkat doktoral, 28 magister, 15 spesialis, 5 profesi, 52 sarjana, dan 15 diploma. Jumlah
mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 32.000 orang, 688 di antaranya adalah mahasiswa asing.

7. Pabrik Kedaung

Kedaung Group adalah sebuah kelompok perusahaan di Indonesia yang terdiri dari lebih dari 30
perusahaan yang bergerak di bidang gelas dan industri lainnya. Kedaung Group didirikan oleh 4 pendiri
yaitu, Agus Nursalim bersama ketiga rekannya. Keempat pendiri tersebut berasal dari Medan, Sumatra
Utara, Indonesia.

Sekarang Kedaung Group telah menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia dalam bidang manufaktur
gelas. Perusahaan Kedaung Group mencakup pabrik-pabrik di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan
Republik Rakyat Tiongkok.
8. Wong Rame Pantai Cermin

Pantai Cermin adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara,
Indonesia.

Pantai Cermin juga merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Sergai dengan
pemandangan dan pantainya yang indah. Pantai Cermin juga memiliki sebuah Theme Park yang
cocok buat bermain anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengalaman yang didapat dari perjalanan wisata ini, dapat disimpulkan Indonesia
memiliki banyak tempat wisata yang patut dikunjungi, khususnya Provinsi Sumatra Utara. Selain
memiliki tempat wisata sebagai hiburan, Provinsi ini juga memiliki tempat – tempat wisata,
pendidikan, dan bersejarah

3.2 Saran

Karya wisata ini sangat baik untuk dilaksanakan karena memiliki manfaat yang cukup banyak.
Oleh karena itu, kegiatan ini sebaiknya terus diadakan dengan mengunjungi tempat – tempat lain
yang ada di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai