Anda di halaman 1dari 4

KARYA ILMIAH SEDERHANA

“PURA BESAKIH”

NAMA KELOMPOK :
Ida Ayu Ari Astiti (19)
Ni Kadek Viona Martilia (25)
Ni Made Cesta Carolina Santi (27)
Ni Nengah Ayu Amelia Putri (29)
Ni Nyoman Diah Lianasari (30)
Ni Putu Monggi Dia Ayu (33)
Ni Putu Riska Svari (34)

X.8
SMA N 2 AMLAPURA
2024

I. PENDAHULUAN
I.I LATAR BELAKANG
Pura Besakih adalah sebuah pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan
Rendang, Kabupaten Karangasem. Pura Besakih berada di lereng sebelah barat Gunung
Agung, gunung tertinggi di Bali. Nama Pura Besakih didasari pula oleh mithologi Naga
Basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara. Pura besakih disebut juga sebagai mother of
temple karena Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali.
Pura Besakih di bangun tahun 1284 oleh Rsi Markandeya yang merupakan seorang pemuka
agama Hindu keturunan India. Rsi Markandeya membangun Pura Besakih karena mendengar
suara gaib ketika bermeditasi di Dataran Tinggi Dieng. Ia dan pengikutnya pun sampai
membelah hutan di Jawa untuk sampai ke pulau Bali. Nama besakih tertulis dalam beberapa
prasasti diantaranya adalah prasasti Batu Madeg terdapat sebutan: "...sang lurah mangku
basukir..." yang artinya adalah seorang kepala desa yang juga bertindak sebagai pemangku,
atau juga dapat diartikan kepalanya para pemangku (rohaniawan yang bertugas mempimpin
upacara dan bertangtung jawab atas sebuah pura).

I.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana proses pembangunan Pura Besakih pada tahun 1284 oleh Rsi Markandeya, dan
apa peran pengikutnya dalam perjalanan dari Jawa ke Bali?
2. Bagaimana peran mitologi Naga Basuki dalam konsepsi Pura Besakih sebagai
penyeimbang Gunung Mandara?

1.3 TUJUAN
1.Bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang dua aspek terkait Pura
Besakih, yaitu proses pembangunan pada tahun 1284 oleh Rsi Markandeya dan peran
mitologi Naga Basuki dalam konsepsi Pura Besakih sebagai penyeimbang Gunung Mandara.
2.Tujuannya adalah membahas sejarah pembangunan pura dan kaitannya dengan keyakinan
mitologis Hindu, serta bagaimana elemen-elemen ini memengaruhi peran dan makna Pura
Besakih dalam konteks kehidupan keagamaan dan spiritual di Bali.

1.4 MANFAAT
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan kesempatan
bagi penulis untuk memanfaatkan objek bersembahyang dan daya tarik wisata alam, sebagai
sarana mengidentifikasi menganalisis serta memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat
selain menambah wawasan pengetahuan penulis siswa.Pura Besakih adalah situs yang kaya
akan nilai budaya dan spiritual.selain itu dengan adanya penelitian ini dapat memberikan
informasi bagi pihak-pihak terkait dalam pengambilan kebijakan serta memberikan masukan.
II. ISI (PEMBAHASAN)

Pura Besakih di bangun tahun 1284 oleh Rsi Markandeya yang merupakan seorang pemuka
agama Hindu keturunan India. Rsi Markandeya membangun Pura Besakih karena mendengar
suara gaib ketika bermeditasi di Dataran Tinggi Dieng. Ia dan pengikutnya pun sampai
membelah hutan di Jawa untuk sampai ke pulau Bali. Konon di kala itu belum terdapat selat
Bali seperti sekarang, karena pulau Jawa dan pulau Bali masih menjadi satu dan belum
terpisahkan oleh lautan. Karena saking panjangnya pulau yang kita sebut sekarang dengan
sebutan pulau Jawa dan pulau Bali, maka pulau ini di beri nama pulau Dawa yang artinya
pulau panjang.
Saat ini kawasan Pura Besakih dalam tahap penataan. Penataan dilakukan sebagai upaya
perlindungan kawasan cagar budaya Pura Agung Besakih yang merupakan destinasi wisata
kelas dunia. Sering terjadi apabila adanya upacara besar di Pura Besakih maka akan sangat
ramai pengunjung untuk beribadah, sehingga untuk mengantisipasinya dibuat alur masuk dan
keluar yang berbeda, sehingga tidak ada penumpukan, termasuk sirkulasi jalan untuk
kendaraan akan diatur. Penataan Pura Agung Besakih dilakukan oleh Kementerian PUPR
melalui Ditjen Cipta Karya dengan mekanisme rancang dan bangun meliputi Area Manik
Mas berupa gedung parkir setinggi 4 lantai berkapasitas 66 unit bus, 1.369 unit mobil, 18 unit
kios besar, dan 12 unit kios kecil. Kemudian penataan Area Bencingah berupa pembangunan
kios pedagang sebanyak 358 kios meliputi 196 kios besar dan 162 kios kecil. Ditargetkan
selesai konstruksinya pada akhir 2022 dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada 2023.

Mitologi Naga Basuki memiliki peran penting dalam konsepsi Pura Besakih sebagai
penyeimbang Gunung Mandara. Menurut legenda Hindu, Gunung Mandara adalah gunung
suci yang digunakan sebagai alat saat Dewa Wisnu mengaduk Samudra Manthana untuk
mencari tirta amerta (air keabadian). Naga Basuki, dengan tubuhnya yang digunakan sebagai
tali pengaduk, berperan sebagai penyeimbang agar gunung tersebut tidak jatuh.

Dalam konteks Pura Besakih, mitologi Naga Basuki diintegrasikan dengan gagasan bahwa
pura ini berfungsi sebagai penyeimbang kekuatan rohaniah di Bali, sebagaimana Naga Basuki
menyeimbangkan Gunung Mandara. Pura Besakih dianggap memiliki kekuatan spiritual yang
mampu menyeimbangkan kehidupan dan alam sekitarnya. Konsep ini mencerminkan
kepercayaan bahwa Pura Besakih bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga simbol
keharmonisan dan keseimbangan dalam kehidupan.

Dengan demikian, Naga Basuki menjadi simbol spiritual yang terkait erat dengan Pura
Besakih, memperkaya makna dan signifikansi pura sebagai penjaga keseimbangan dan
keharmonisan, sejalan dengan perannya dalam mitologi Hindu.
III. PENUTUP

Dari semua pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa pura Besakih di Bali adalah
kompleks pura Hindu terbesar dan paling suci di pulau itu yang terletak di kaki Gunung
Agung. Dari pura ini kita dapat melihat pemandangan pulau Bali. Tempat suci ini memiliki
nilai sejarah, budaya, dan spiritual yang sangat penting bagi masyarakat Bali. Dengan
arsitektur yang megah dan pemandangan alam yang menakjubkan, Pura Besakih menjadi
salah satu tujuan wisata utama di Bali bagi wisatawan yang mencari pengalaman spiritual dan
budaya.

Anda mungkin juga menyukai