Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ULKUS CRURIS VARICOSUM DI RUANG 14


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG

DISUSUN OLEH :
I PUTU EKO YULI WIARTAMA
(2015.01.013)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BANYUWANGI
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Ulkus Cruris Varicosum ini telah disetujui sebagai tugas dalam
Praktik Klinik Keperawatan di Ruang 14 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang tahun
2018.

Tanggal :

Disusun Oleh:
Mahasiswa

I Putu Eko Yuli Wiartama


2015.01.013

Pembimbing Institusi Pembimbing Ruangan

……………………………….... ………………………………...

Mengetahui,
Kepala Ruangan 14

………………………………….

2
LAPORAN PENDAHULUAN
ULKUS CRURIS VARICOSUM

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Ulkus adalah ekskavasi yang berbentuk lingkaran maupun ireguler akibat
dari hilangnya epidermis dan sebagian atau seluruh dermis (Fajriandi, 2010).
Ulkus adalah kerusakan lokal atau ekskavasi, permukaan organ atau
jaringan yang ditimbulkan oleh terkelupasnya jaringan.1 Ulkus lebih dalam
daripada ekskoriasi (ekskoriasi mencapai stratum papilare). Ulkus sering
menyerang ekstremitas bawah maupun ekstremitas atas karena beberapa
sebab seperti infeksi, gangguan pembuluh darah, kelainan saraf dan keganasan
(Mulyana S, 2012)
Ulkus kruris adalah luka terbuka disertai hilangnya epidermis dan
sebagian atau seluruh dermis pada ekstrimitas bawah maupun ekstrimitas atas
yang disebabkan oleh infeksi, gangguan pembuluh darah, atau keganasan
(Anonim, 2012)
Ulkus varikosum adalah ulkus pada tungkai bawah yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah vena (Marison, 2010).
2. Jenis Ulkus8
Yang termasuk dalam golongan ulkus kulit ini adalah:
a. Ulkus neurotropik
b. Ulkus varikosus
c. Ulkus arterial
d. Ulkus bakteriil
e. Ulkus mikotik
f. Ulkus karsinogenik

3
3. Etiologi Ulkus Varikosum
Penyebab gangguan aliran darah balik pada tungkai bawah secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua yaitu, berasal dari pembuluh darah seperti
trombosis atau kelainan katup vena dan yang berasal dari luar pembuluh darah
seperti bendungan di daerah proksimal tungkai bawah oleh karena tumor di
abdomen, kehamilan atau pekerjaan yang dilakukan dengan banyak berdiri.
Bila terjadi bendungan di daerah proksimal atau terjadi kerusakan katup
vena tungkai bawah maka tekanan vena akan meningkat. Akibat keadaan ini
akan timbul edema yang dimulai dari sekitar pergelangan kaki. Tekanan
kapiler juga akan meningkat dan sel darah merah keluar ke jaringan sehingga
timbul perdarahan di kulit, yang semula terlihat sebagai bintik-bintik merah
lambat laun berubah menjadi hitam(6). Vena superfisialis melebar dan
memanjang berkelok-kelok seperti cacing (varises). Keadaan ini akan lebih
jelas terlihat ketika pasien berdiri. Bila hal ini berlangsung lama, jaringan
yang semula sembab akan digantikan jaringan fibrotik, sehingga kulit teraba
kaku atau mengeras. Hal ini akan mengakibatkan jaringan mengalami
gangguan suplai darah karena iskemik, lambat laun terjadi nekrosis.
4. Manifestasi klinis
Tanda yang khas dari ekstrimitas dengan insufisiensi vena menahun
adalah edema. Penderita sering mengeluh bengkak pada kaki yang semakin
meningkat saat berdiri dan diam, dan akan berkurang bila dilakukan elevasi
tungkai(8). Keluhan lain adalah kaki terasa pegal, gatal, rasa terbakar, tidak
nyeri dan berdenyut. Biasanya terdapat riwayat trombosis vena, trauma
operasi dan multiparitas. Juga adanya riwayat obesitas dan gagal jantung
kongestif. Ulkus biasanya memilki tepi yang tidak teratur, ukurannya
bervariasai, dan dapat menjadi luas. Di dasar ulkus terlihat jaringan granulasi
atau bahan fibrosa. Dapat juga terlihat eksudat yang banyak. Kulit sekitarnya
tampak merah kecoklatan akibat hemosiderin. Kelainan kulit ini dapat
mengalami perubahan menjadi lesi eksema (dermatitis statis). Kulit sekitar
luka mengalami indurasi, mengkilat, dan fibrotik.

4
Daerah predileksi yaitu daerah antara maleolus dan betis, tetapi cenderung
timbul di sekitar maleolus medialis. Dapat juga meluas sampai tungkai atas.
Sering terjadi varises pada tungkai bawah. Ulkus yang telah berlangsung
bertahun-tahun dapat terjadi perubahan pinggir ulkus tumbuh menimbul, dan
berbenjol-benjol. Dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan ulkus tersebut
telah mengalami pertumbuhan ganas. Perubahan keganasan pada ulkus
tungkai biasanya sangat jarang.
Kelainan kulit berupa; ulkus dikelilingi oleh eritema dan hiperpigmentasi.
Ulkus soliter tetapi dapat pula multipel. Bentuk ulkus bulat atau oval, kadang-
kadang berbentuk tidak teratur. Tepi luka lunak dan meninggi oleh karena
radang akut dan dasar kotor. Pada umumnya ulkus tidak terasa nyeri, kecuali
bila disertai selulitis atau infeksi sekunder lainnya(3).

Gambar 2.5 Ulkus Varikosum

5
5. Pathway

6
6. Proses Terjadinya Ulkus
Komposisi jaringan lunak bervariasi pada satu anggota tubuh dengan
anggota tubuh lainnya sehingga pada aktivitas normal dapat melakukan
adaptasi pada tekanan yang beragam tanpa terjadi kerusakan. Kolagen dan
elastin merupakan dua komponen yang memperkuat jaringan lunak. Secara
fisiologis, jaringan mengalami tekanan yang berlebihan maka akan memicu
sel saraf untuk mengirimkan impuls ke otak. Tekanan yang berlebihan akan
diartikan sebagai nyeri sehingga tubuh akan berespon untuk mengistirahatkan
daerah tersebut.7
Respon lokal yang terjadi di jaringan tersebut berupa pelepasan fibrin,
neutrofil, platelet, dan plasma beserta peningkatan aliran darah yang
menyebabkan edema. Edema ternyata dapat menekan pembuluh kapiler yang
menyuplai nutrisi sehingga jaringan dapat mengalami kematian. Kematian
jaringan ini justru akan semakin meningkatkan pelepasan mediator inflamasi.
Kulit memberikan tekanan internal untuk mengeluarkan akumulasi sel-sel
debris dan radang tersebut
7. Proses Penyembuhan Ulkus
Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
a. Fase aktif ( ± 1 minggu)
Leukosit secara aktif akan memutus kematian jaringan, khususnya
monosit akan memutus pembentukan kolagen dan protein lainnya. Proses
ini berlangsung hingga mencapai jaringan yang masih bagus. Penyebaran
proses ini ke dalam jaringan menyebabkan ulkus menjadi semakin dalam.
Undermined edge dianggap sebagai tanda khas ulkus yang masih aktif.\
Di samping itu juga, terdapat transudat yang creamy, kotor, dengan
aroma tersendiri. Kemudian saat terikut pula debris dalam cairan tersebut,
maka disebut eksudat. Pada fase aktif, eksudat bersifat steril. Selanjutnya,
sel dan partikel plasma berikatan membentuk necrotix coagulum yang jika
mengeras dinamakan eschar.

7
b. Fase proliferasi
Fase ini ditandai dengan adanya granulasi dan reepitelisasi. Jaringan
granulasi merupakan kumpulan vaskular (nutrisi untuk makrofag dan
fibroblast) dan saluran getah bening (mencegah edema dan sebagai
drainase) yang membentuk matriks granulasi yang turut menjadi lini
pertahanan terhadap infeksi. Jaringan granulasi terus diproduksi sampai
kavitas ulkus terisi kembali. Pada fase ini tampak epitelisasi di mana
terbentuk tepi luka yang semakin landai.
c. Fase maturasi atau remodeling
Saat inilah jaringan ikat (skar) mulai terbentuk. 7

(a) (b) (c)

Gambar 2.1 Tahap Penyembuhan Ulkus


a. Fase aktif b. Fase prolifersi c. Fase maturasi atau remodelling

8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Umum
1) Tinggikan letak tungkai saat berbaring untuk mengurangi hambatan
aliran vena, sementara untuk varises yang terletak di proksimal dari
ulkus diberi bebat elastin agar dapat membantu kerja otot tungkai
bawah memompa darah ke jantung.

8
2) Konsul pasien ke Bagian Penyakit Dalam untuk mengobati penyebab
(varises).
b. Penatalaksanaan Khusus(3,8)
1) Pengobatan Sistemik
Seng Sulfat 2x200 mg/hari
2) Pengobatan Topikal
Bila terdapat pus kompres dengan larutan permanganas kalikus
1:5000 atau larutan perak nitrat 0,5% atau 0,25%. teriosum(3).

9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Doenges (2000: 726), data pengkajian pada pasien dengan
Diabetes Mellitus bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan
metabolik dan pengaruh fungsi pada organ, data yang perlu dikaji meliputi
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot
Tanda : Penurunan kekuatan otot, latergi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, ulkus pada kaki, IM akut
Tanda : Nadi yang menurun, disritmia, bola mata cekung
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuri ), nyeri tekan abdomen
Tanda : Urine berkabut, bau busuk ( infeksi ), adanya asites.
d. Makanan / cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual / muntah, penurunan BB, haus
Tanda : Turgor kulit jelek dan bersisik, distensi abdomen
e. Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, gangguan penglihan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, latergi, aktivitas kejang
f. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri tekan abdomen
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi
g. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batu dengan / tanpa sputum
Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasn
h. Seksualitas
Gejala : Impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
i. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, penyakit jantung, strok, hipertensi

10
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Diabetes Millitus secara teori mnurut (Carpenito,
Lyna juall. 2000).
a. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /
menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi
pembuluh darah.
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan iskemik jaringan.
d. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
e. Ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
f. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan
tingginya kadar gula darah.
g. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
h. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3. Fokus Intrvensi dan Rasional
a. Diagnosa no. 1
Gangguan perfusi berhubungan dengan melemahnya/menurunnya
aliran darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh
darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil :
1) Denyut nadi perifer teraba kuat dan regular
2) Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosi.
3) Kulit sekitar luka teraba hangat.
4) Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
5) Sensorik dan motorik membaik

11
Rencana tindakan :
1) Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2) Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran
darah : Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi
elevasi pada waktu istirahat), hindari penyilangkan kaki, hindari
balutan ketat, hindari penggunaan bantal, di belakang lutut dan
sebagainya.
Rasional: meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga
tidak terjadi oedema.
3) Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan
kebiasaan merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional: kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya
arterosklerosis, merokok dapat menyebabkan terjadinya
vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk mengurangi efek
dari stres.
4) Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian
vasodilator, pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen
( HBO ).
Rasional: pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi
pembuluh darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki,
sedangkan pemeriksaan gula darah secara rutin dapat mengetahui
perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk memperbaiki
oksigenasi daerah ulkus/gangren.

12
b. Diagnosa no. 2
Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1) Berkurangnya oedema sekitar luka.
2) Pus dan jaringan berkurang
3) Adanya jaringan granulasi.
4) Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1) Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional: Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
penyembuhan akan membantu dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan benar : Membersihkan luka secara
abseptik menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa
balutan yang menempel pada luka dan nekrotomi jaringan yang
mati.
Rasional: Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
kontaminasi luka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan
granulasi tyang timbul, sisa balutan jaringan nekrosis dapat
menghambat proses granulasi.
3) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan
kultur pus pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional: insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan
kultur pus untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang
tepat untuk pengobatan, pemeriksaan kadar gula darah untuk
mengetahui perkembangan penyakit.

13
c. Diagnosa no. 3
Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1) Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
2) Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi
nyeri.
3) Elspresi wajah klien rileks.
4) Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.(S : 36 –
37,5 0C, N: 60 – 80 x /menit, T : 120/80mmHg, RR : 18 – 20 x
/menit ).
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
pasien.
2) Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien
untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional: Rangasang yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
4) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan pasien.
5) Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6) Lakukan massage saat rawat luka.

14
Rasional : Massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan
pengeluaran pus.
7) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat-obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri
pasien.
d. Diagnosa no. 4
Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka
di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang
optimal.
Kriteria Hasil :
1) Pergerakan paien bertambah luas
2) Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan (
duduk, berdiri, berjalan ).
3) Rasa nyeri berkurang.
4) Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai
dengan kemampuan.
Rencana tindakan :
1) Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki
pasien.
2) Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk
menjaga kadar gula darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
3) Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas
bawah sesuai kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan
baik.
4) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

15
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian
analgesik ) dan tenaga fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri,
fisioterapi untuk melatih pasien melakukan aktivitas secara
bertahap dan benar.
e. Diagnosa no. 5
Gangguan pemenuhan nutrisi ( kurang dari ) kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Berat badan dan tinggi badan ideal.
2) Pasien mematuhi dietnya.
3) Kadar gula darah dalam batas normal.
4) Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1) Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan
nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan
diet yang adekuat.
2) Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi
terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3) Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat
badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4) Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program
diet yang ditetapkan.

16
5) Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan
diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan
glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,
pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula
darah dan mencegah komplikasi.
f. Diagnosa no. 6
Potensial terjadinya penyebaran infeksi (sepsis) berhubungan dengan
tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (sepsis).
Kriteria Hasil :
1) Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2) Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S: 36 -37,50C )
3) Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1) Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran
infeksi dapat membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga
kebersihan diri selama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara
untuk mencegah infeksi kuman.
3) Lakukan perawatan luka secara aseptik.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran
infeksi.
4) Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan
yang ditetapkan.
Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat
meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan yang tepat,

17
mempercepat penyembuhan sehingga memperkecil kemungkinan
terjadi penyebaran infeksi.
5) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin
akan menurunkan kadar gula dalam darah sehingga proses
penyembuhan akan lebih cepat.
g. Diagnosa no. 7
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan, dan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil:
1) Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2) Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM
dan gangren.
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga,
perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan
yang diketahui pasien/keluarga.
2) Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan
menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien
sesuai tingkat pendidikan pasien.
3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat
sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.

18
4) Jelasakan prosedur yang akan dilakukan, manfaatnya bagi pasien
dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secara langsung
dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan
cemasnya berkurang.
5) Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan ( jika
ada/memungkinkan).
Rasional : gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan
yang telah diberikan.

19
Daftar Pustaka

1. Hartanto H dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 2006; 2326.


2. Sularsito SA. Ulkus Kruris. Dalam: Djuanda Adi, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi VII. Jakarta: FKUI press,. 2007; 247.
3. Lin P, Philips t. Ulcers. In: Bolognia JL et al, eds. Dermatology. Volume 2.
London: Mosby, 2003; 1631-48.
4. Fajriandi. Kusta di Indonesia Belum Tuntas, [online] 2010, [diakses pada 5
April 2012] www.fajriandi'sblog.htm
5. Anonim. Ulkus Dekubitus (Bedsores), [online] 2010, [diakses pada 1 April
2012] www.medicastore.com
6. James WD, Timothy GB & Dirk ME. Cutaneous Signs and Diagnosis. In:
Andrew’sDisease of The Skin, Clinical Dermatology 10th edition. Philadelpia:
WB Saunders Company, 2000; 18.
7. South H. Wound Care for People Affected by Leprosy: A Guide for Low
Resource Situation. Greenville: American Leprosy Missions, 2001.
8. Sudirman U. Ulkus kulit dalam Harahap M (ed.) Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta:
Hipokrates, 2000; 280.

9. Hastuti RT. Faktor-Faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes


Mellitus. Semarang, Universitas Diponegoro. 2008 [Tesis]
10. Waspaji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo A dkk, eds. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta: FKUI press, 2007;1911.
11. Marison. Ulkus Plantar Pedis pada Kusta, [online] 2008, [diakses pada 1 April
2012] www.marisonhaji'sblog.htm
12. James WD, Timothy GB & Dirk ME. Dermatous Resulting from Physical
Factor. In: Andrew’sDisease of The Skin, Clinical Dermatology 10th edition.
Philadelpia: WB Saunders Company, 2000; 42.
13. Catherine Anne Sharp. A Discourse on Pressure Ulcer Physiology: the
Implications of Repositioning and Staging, [online], 2005, [diakses pada 30
Maret 2012]

20
14. http://www.worldwidewounds.com/2005/october/Sharp/Discourse-On-
Pressure-Ulcer-Physiology.html
15. Anonim. Skin Ulcers, Bedsores, Decubitus Ulcer, Leg Ulcer, Pressure Ulcer,
Venous Ulcer, [online’, 2010, [diakses pada 30 Maret 2012]
www.truestarhealth.com
16. Hall John C. Sauers Manual of Skin Disease. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins, 2000:110-2.
17. Landow K R. Ulkus Tungkai. Kapita Selekta Terapi Dermatologi. Jakarta:
EGC,1995:201-3.
18. Agustin T, Pusponegoro EHD. Patogenesis dan Penatalaksanaan Ulkus Stasis.
Media Dermato-Venereologica Indonesiana:2005;32:87-95.
19. Mulyana S. Ullkus Diabetik, http://www.tentangkedokterandanlinux.html
[diakses:5 april 2012].
20. ellerman K, Rothel H, Ulcus Cruris Assosiated With Polidase Deficiency,
http://Dermatology.Colib.org [diakses 4 april 2012].

21

Anda mungkin juga menyukai