Anda di halaman 1dari 8

RESENSI BUKU KARAWITAN

Nama : Luh Putu Elik Sri Karisma


NIM. : 202309004
Prodi : Pendidikan Seni Periungual
Fakultas : Seni Pertunjukan

Tahun Ajaran 2023/2024


Judul Buku : Pengantar Karawitan
Penulis : I Wayan Dibya S.S.T
Tahun Terbit : 1997/1998
Sinopsis Buku :
I. Pendahuluan
Dikenal sebagai surga wisata global, Bali menarik perhatian dunia tidak hanya
karena keindahan alamnya, tetapi juga karena senibudaya-nya yang kaya dan
mendalam. Salah satu aspek seni dan budaya Bali yang menarik adalah seni
Karawitan yang memiliki karakter, cita rasa, dan daya tarik tersendiri. Selain tari,
arsitektur, patung dan lukisan, seni musik memiliki tempat khusus dalam budaya Bali.
II. Nada dan Laras Karawitan Bali
Karawitan Bali yang diberi corak dan diwarnai oleh nilai budaya yang hidup dan
berkembang di Bali memiliki susunan nada dan laras yang tersendiri, khas Bali yang
jelas berbeda dengan karawitan dari daerah lainnya. Banyak nada pokok yang
terdapat dalam karawitan bali adalah 5 (lima) buah yang terdiri dari nada
nding,ndong,ndeng,ndung,ndang. Nada yang memiliki gelombang/ ombak yang
lambat(agak lambat) dinamakan Pengumbang, sedangkan nada yang gelombang
/ombaknya cepat (agak cepat) dinamakan pengisep. Sistim suara ngumbang ngisep ini
hanya terdapat pada karawitan Bali dan tidak ada pada karawitan lainnya. Laras
adalah suatu tangga nada, susunan nada-nada didalam suatu gembyangan. Karawitan
Bali memiliki dua macam laras yaitu laras slendro dan laras pelog.
A. Laras Slendro
laras slendro adalah susunan nada-nada di dalam satu gembyangan atau oktaf bersruti
lima sama rata atau paling tidak dapat dikatakan sama. Di dalam kenyataannya
sungguh pun laras slendro ini mempunyai 5(lima) nada pokok, namun beberapa
instrumen karawitan Bali lainnya yang hanya mempergunakan 4(empat) buah nada
yaitu ndeng, ndung, ndang, nding. Slendro yang memakai empat buah nada
dinamakan slendro cumbangkirang sedangkan yang memakai lima nada dinamakan
slendro panca nada.

B. Laras Pelog
laras pelog adalah susunan nada-nada dalam 1(satu) gembyangan, angkep atau oktaf
yang bersruti 5(lima) tidak sama, terdiri dari panjang dan pendek. Dalam
pemakaiannya, selain yang memang memakai 5(lima) nada pokok yang dinamakan
Pelog Panca Nada atau Pelog Lima, pada variasinya yang lain karawitan bali ada juga
menampilkan laras pelog 7(tujuh) nada yang dinamakan Pelog Saih Pitu.

III. Seni Suara Vokal (Tembang)

Tembang, sebagai unsur penting dari seni karawitan Bali, memegang peranan sentral
dalam menyampaikan ekspresi budaya dan keindahan melalui suara manusia. Dalam
esensinya, tembang adalah perpaduan harmonis antara melodi yang memukau,
cengkok yang unik, wilet yang menggugah, dan gregel yang memperkaya dalam
bentuk seni suara vokal yang dapat berlaras slendro maupun pelog. Dalam konteks
seni suara vokal Bali, tembang mengambil berbagai bentuk dan memiliki peran yang
mendalam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.

A. Sekar Rare
Jenis tembang Sekar Rare dapat dianggap sebagai lagu anak – anak , tembang
ini menggunakan bahasa Bali sehari-hari yang mudah dimengerti oleh semua
orang. Sekar rare memiliki nuansa yang dinamis dan penuh kegembiraan dan
sering disertai dengan permainan yang meriah. Yang menarik. Tembang ini
tidak terikat oleh aturan ketat seperti guru lagu dan padalingsa, sehingga anak
– anak memiliki kebebasan lebih besar untuk berimprovisasi dan
mengekspresikan kreativitas mereka. Kadang-kadang, jenis tembang ini juga
disebut sebagai lagu dolanan, yang dapat diterjemahkan sebagai "lagu
bermain" karena mereka sering mengiringi permainan dengan menyanyikan
tembang – tembang sekar rare. Kemudian contoh tembang Sekar Rare yaitu :
 Juru pencar
 Meong – meong
 Goak maling taluh
 Bibi rangda
 Curik – curik
 Dll

B. Sekar Alit
Tembang Sekar Alit sering dikenal sebagai tembang macepat, geguritan, atau
pupuh. Sekar alit adalah jenis tembang yang sangat terikat dengan hukum
padalingasa, yang mencakup guru wilang dan guru dingdong. Tembang ini
memiliki struktur yang ketat dan menceritakan cerita atau makna yang lebih
dalam. Meskipun terdapat pembatasan dalam hal aturan dan struktur, tembang
ini memiliki keunikan dan kompleksitasnya sendiri dalam penggunaan bahasa
dan cengkok yang memukau. Berikut jenis – jenis pupuh pada sekar alit
sebagai berikut :
 Pupuh Pucung
 Pupuh Pangkur
 Pupuh Semarandana
 Pupuh Sinom
 Pupuh Durma
 Pupuh Dangdang
 Pupuh Ginada
 Pupuh Ginanti
 Pupuh Maskumambang
 Pupuh Mijil/Wijil

C. Sekar Madya
Tembang Sekar Madya cenderung menggunakan bahasa Jawa Tengahan,
mirip dengan bahasa yang ditemukan dalam lontar (naskah lama) atau cerita
Panji. Salah satu aspek menarik dari tembang golongan Sekar Madya adalah
ketidak terikatannya oleh guru lagu atau hukum padalingsa yang ketat.
Mereka memiliki pembagian yang jelas, termasuk pengawit (pembuka),
pemawak (bagian pendek), penawa (bagian yang panjang), dan pangawak
(bagian utama dari tembang). Tembang ini sering memiliki makna yang
mendalam dan bercerita tentang legenda atau kisah-kisah klasik. Adapun
beberapa jenis Kidung yaitu :
 Kidung Wargasari
 Kidung Aji Kembang
 Kidung Sidapaksa
 Kidung Pararaton
 Kidung Bramara Sang Utpati
 Dll

D. Sekar Agung
Jenis tembang Bali yang termasuk dalam kelompok Sekar Agung adalah
kekawin. Kekawin adalah syair klasik Bali yang berakar dalam bahasa jawa
kuna dan tradisi sastra Bali yang kaya. Tembang ini sangat terikat dengan
hukum guru lagu, yang menambahkan unsur keaslian dan keutamaan dalam
setiap pengungkapannya. Kekawin menghadirkan nilai budaya Bali yang
dalam dan menjadi salah satu cara penting dalam melestarikan dan
menampilkan sejarah dan kebijaksanaan leluhur. Adapun beberapa jenis
Kidung yaitu :
 Kekawin Ramayana
 Kekawin Bharata Yudha
 Kekawin Aswalalita
 Kekawin Wangcasta
 Dll

IV. Seni Suara Instrumental (Gamelan) di Bali


Bali, sebagai pusat seni dan budaya Indonesia, memiliki warisan seni suara
instrumental yang sangat kaya dalam bentuk gamelan. Gamelan adalah alat musik
ansambel tradisional yang menggunakan instrumen perkusi seperti gong, kendang,
metalofon, dan sejumlah alat musik lainnya. Gamelan menjadi bagian integral dalam
kehidupan masyarakat Bali, dan ada tiga jenis utama gamelan yang dapat
digolongkan, salah satunya adalah "Gamelan Golongan Tua."

A. Gamelan Golongan Tua


Gamelan Golongan Tua adalah jenis gamelan yang memiliki ciri khasnya sendiri.
Salah satu karakteristiknya adalah penggunaan yang minim atau bahkan tanpa
kendang, sebuah instrumen perkusi utama dalam gamelan. Jenis-jenis gamelan yang
termasuk dalam golongan ini adalah:
 Slonding
Slonding adalah jenis gamelan yang memiliki nilai sakral tinggi. Instrumen ini
terbuat dari besi dan hanya dapat ditemukan di daerah Karangasem, seperti
Desa Tenganan Pegringsingan dan Desa Bongaya. Nama "slonding" diduga
berasal dari kata "salon" dan "ning," yang berarti tempat suci. Ini
menggambarkan bahwa slonding adalah sebuah gamelan yang dikramatkan
dan disucikan.
 Gender Wayang
Gender wayang digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang kulit Bali.
Ini adalah gamelan yang sangat penting dalam budaya Bali. Teknik permainan
dalam gamelan ini sangat rumit dan melibatkan elemen - elemen seperti
elaborate, intricate, polyphonic, dan beragam ketekan atau interlocking
figuration. Setiap instrumen memiliki laras slendro dan dilengkapi dengan
sepuluh kunci.
 Gong Bheri
Gong bheri adalah gamelan yang terbuat dari kerawang dan memiliki akar
yang diyakini terhubung dengan kebudayaan Dongson. Yang menarik adalah
gong bheri tidak memiliki pencon, meskipun memiliki bentuk yang mirip
dengan gong yang ditemukan di Tiongkok yang disebut "sha 10." Nama
"bheri" sering dikaitkan dengan kekawin Bharatayuda, yang berarti sebuah
alat perang. Gamelan ini sering digunakan untuk mengiringi barisan prosesi
Cina yang ada di desa Renon.
 Gamelan Gambang
Gambang adalah gamelan sakral yang digunakan dalam berbagai upacara
adat, seperti pengabenan dan odalan (upacara pemujaan). Terdiri dari empat
instrumen gambang yang terbuat dari bambu dengan laras pelog, serta dua
instrumen saron yang terbuat dari kerawang berbilah tujuh, termasuk saron
demung dan saron penerus.
 Gamelan Caruk
Gamelan caruk adalah varian dari gamelan gambang, tetapi lebih kecil dan
kompak dalam ukurannya. Terdiri dari dua buah caruk atau gambang dan
sebuah saron, yang menghasilkan suara yang khas dalam konteks gamelan
golongan tua.
 Gamelan Luwang
Gamelan luwang adalah gamelan sakral yang digunakan dalam upacara-
upacara berkaitan dengan kematian. Meskipun bentuknya mirip dengan
gamelan gong kebyar, gamelan ini hanya terdiri dari delapan atau sembilan
instrumen. Larasnya adalah pelog tujuh nada, dengan lima nada pelog dan dua
nada pemero.
 Gamelan Angklung
Gamelan angklung Bali adalah ansambel musik yang terdiri dari berbagai
instrumen seperti gender, reyong, kendang, kajar, suling, jegogan, angklung,
calung, dan beberapa gong kecil lainnya. Gamelan angklung memiliki laras
slendro dengan empat bilah dan empat nada yang dikenal sebagai slendro
empat nada di Bali.
Dalam setiap jenis gamelan golongan tua ini, terdapat nilai budaya yang dalam dan
sejarah yang kaya. Mereka bukan hanya alat musik, tetapi juga warisan budaya yang
memperkaya kehidupan masyarakat Bali dan menjadi bagian penting dalam berbagai
upacara adat, pertunjukan seni, dan ekspresi budaya Bali yang khas.

B. Gambelan Golongan Madya


Selain Gamelan Golongan Tua, Bali juga memiliki kategori Gamelan Golongan
Madya, yang ditandai oleh masuknya instrumen kendang ke dalam ansambel. Berikut
adalah beberapa jenis Gamelan Golongan Madya yang mencerminkan keragaman
musik tradisional Bali yaitu :
 Gamelan Gambuh
Gamelan Gambuh digunakan untuk mengiringi dramatari Gambuh.
Laras yang digunakan dalam gamelan ini adalah laras pelog, yang dapat turun
ke dalam lima patetan atau modes seperti selisir, Baro, Tembung, Sunaren,
dan Lebeng.
 Gamelan Semar Pegulingan
Merupakan gabungan antara Gamelan Gambuh dan Legong.Menggunakan
laras pelog
tujuh nada.
 Gamelan Legong
Gamelan Legong berkembang dari Gamelan Gambuh dan Semar Pagulingan.
Digunakan untuk mengiringi tarian Legong Keraton.
 Gong Gede
Gong Gede juga dikenal sebagai Gong Gangsa Jongkok karena menggunakan
gangsa jongkok.Terdiri dari sekitar 40 instrumen, sebagian besar berupa
instrumen perkusi. Gamelan ini terbuat dari kerawang dan sering digunakan
dalam upacara Dewa Yadnya serta pengiring tari-tarian upacara.
 Gamelan Joged Pingitan
Gamelan Joged Pingitan umumnya terdiri dari alat perkusi, khususnya rindik
(xyllophone bambu). Digunakan untuk mengiringi tari Joged Pingitan.
Menggunakan laras pelog lima nada.

C. Gambelan Golongan Baru


Gamelan Golongan Baru adalah kategori yang ditandai dengan penggunaan kendang
yang lebih menonjol, pukulan kendang yang lebih rumit, dan seringnya demonstrasi
kendang tunggal. Berikut beberapa jenis Gamelan Golongan Baru yaitu :

 Gong Kebyar
Gamelan Gong Kebyar adalah evolusi dari Gong Gede dengan peningkatan
dalam penggunaan kendang. Instrumen seperti trompong dan gangsa jongkok
diganti dengan gangsa gantung yang memiliki 10 hingga 12 bilah. Kendang
yang biasanya dimainkan dengan panggul diganti dengan permainan tangan.
Menggunakan laras pelog lima nada.
 Gamelan Arja
Juga dikenal sebagai Gamelan Geguntangan. Menggunakan laras slendro dan
pelog sesuai dengan tembang yang digunakan.
 Gamelan Joged Bumbung
Mengiringi tarian Joged Bumbung. Instrumen utamanya adalah gerantang,
yaitu gender yang terbuat dari bambu berbentuk bumbung. Menggunakan
laras slendro lima nada, serupa dengan laras Gamelan Gender Wayang.
 Gamelan Janger
Digunakan untuk mengiringi tari Janger. Instrumen-instrumennya meliputi
gender, kendang krumpungan, tawa-tawa, kajar, rebana, suling, kelenang,
ceng-ceng. Menggunakan laras slendro.
Dengan berbagai jenis Gamelan Golongan Madya dan Gamelan Golongan Baru, Bali
memperlihatkan kekayaan warisan musik dan budayanya. Setiap jenis gamelan
memiliki peran khusus dalam berbagai acara adat, pertunjukan seni, dan ekspresi
budaya yang mendalam di pulau ini. Kombinasi instrumen dan laras yang berbeda
menciptakan beragam nuansa musikal yang memikat.

Kelebihan Buku : menurut saya Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah
dipahami, sehingga pembaca dari berbagai latar belakang dapat dengan mudah
mengikuti dan memahami konsep-konsep yang dijelaskan. Kemudian Buku ini juga
memberikan pengantar yang kuat tentang seni karawitan Bali, termasuk konteks
budaya, nada, laras, dan jenis - jenis tembang serta gamelan. Hal ini yang membuat
saya yakin buku ini dapat berguna bagi pembaca yang ingin memahami dasar-dasar
seni karawitan Bali dari 0.

Kelemahan Buku : Menurut saya salah satu kekurangan yang signifikan dalam
buku ini adalah kurangnya gambar atau ilustrasi yang dapat memperjelas topik yang
kompleks. Dalam konteks seni musik dan karawitan umumnya memuat gambar
instrument - instrumen gamelan pada buku memiliki potensi besar untuk membantu
pembaca memahami topik yang kompleks dengan lebih baik. Selain itu, penambahan
ilustrasi dalam buku bisa memberikan daya tarik visual yang kuat, dan dapat
membangkitkan minat pembaca dan membuat mereka lebih terlibat dengan isi buku
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai