B. Laras Pelog
laras pelog adalah susunan nada-nada dalam 1(satu) gembyangan, angkep atau oktaf
yang bersruti 5(lima) tidak sama, terdiri dari panjang dan pendek. Dalam
pemakaiannya, selain yang memang memakai 5(lima) nada pokok yang dinamakan
Pelog Panca Nada atau Pelog Lima, pada variasinya yang lain karawitan bali ada juga
menampilkan laras pelog 7(tujuh) nada yang dinamakan Pelog Saih Pitu.
Tembang, sebagai unsur penting dari seni karawitan Bali, memegang peranan sentral
dalam menyampaikan ekspresi budaya dan keindahan melalui suara manusia. Dalam
esensinya, tembang adalah perpaduan harmonis antara melodi yang memukau,
cengkok yang unik, wilet yang menggugah, dan gregel yang memperkaya dalam
bentuk seni suara vokal yang dapat berlaras slendro maupun pelog. Dalam konteks
seni suara vokal Bali, tembang mengambil berbagai bentuk dan memiliki peran yang
mendalam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.
A. Sekar Rare
Jenis tembang Sekar Rare dapat dianggap sebagai lagu anak – anak , tembang
ini menggunakan bahasa Bali sehari-hari yang mudah dimengerti oleh semua
orang. Sekar rare memiliki nuansa yang dinamis dan penuh kegembiraan dan
sering disertai dengan permainan yang meriah. Yang menarik. Tembang ini
tidak terikat oleh aturan ketat seperti guru lagu dan padalingsa, sehingga anak
– anak memiliki kebebasan lebih besar untuk berimprovisasi dan
mengekspresikan kreativitas mereka. Kadang-kadang, jenis tembang ini juga
disebut sebagai lagu dolanan, yang dapat diterjemahkan sebagai "lagu
bermain" karena mereka sering mengiringi permainan dengan menyanyikan
tembang – tembang sekar rare. Kemudian contoh tembang Sekar Rare yaitu :
Juru pencar
Meong – meong
Goak maling taluh
Bibi rangda
Curik – curik
Dll
B. Sekar Alit
Tembang Sekar Alit sering dikenal sebagai tembang macepat, geguritan, atau
pupuh. Sekar alit adalah jenis tembang yang sangat terikat dengan hukum
padalingasa, yang mencakup guru wilang dan guru dingdong. Tembang ini
memiliki struktur yang ketat dan menceritakan cerita atau makna yang lebih
dalam. Meskipun terdapat pembatasan dalam hal aturan dan struktur, tembang
ini memiliki keunikan dan kompleksitasnya sendiri dalam penggunaan bahasa
dan cengkok yang memukau. Berikut jenis – jenis pupuh pada sekar alit
sebagai berikut :
Pupuh Pucung
Pupuh Pangkur
Pupuh Semarandana
Pupuh Sinom
Pupuh Durma
Pupuh Dangdang
Pupuh Ginada
Pupuh Ginanti
Pupuh Maskumambang
Pupuh Mijil/Wijil
C. Sekar Madya
Tembang Sekar Madya cenderung menggunakan bahasa Jawa Tengahan,
mirip dengan bahasa yang ditemukan dalam lontar (naskah lama) atau cerita
Panji. Salah satu aspek menarik dari tembang golongan Sekar Madya adalah
ketidak terikatannya oleh guru lagu atau hukum padalingsa yang ketat.
Mereka memiliki pembagian yang jelas, termasuk pengawit (pembuka),
pemawak (bagian pendek), penawa (bagian yang panjang), dan pangawak
(bagian utama dari tembang). Tembang ini sering memiliki makna yang
mendalam dan bercerita tentang legenda atau kisah-kisah klasik. Adapun
beberapa jenis Kidung yaitu :
Kidung Wargasari
Kidung Aji Kembang
Kidung Sidapaksa
Kidung Pararaton
Kidung Bramara Sang Utpati
Dll
D. Sekar Agung
Jenis tembang Bali yang termasuk dalam kelompok Sekar Agung adalah
kekawin. Kekawin adalah syair klasik Bali yang berakar dalam bahasa jawa
kuna dan tradisi sastra Bali yang kaya. Tembang ini sangat terikat dengan
hukum guru lagu, yang menambahkan unsur keaslian dan keutamaan dalam
setiap pengungkapannya. Kekawin menghadirkan nilai budaya Bali yang
dalam dan menjadi salah satu cara penting dalam melestarikan dan
menampilkan sejarah dan kebijaksanaan leluhur. Adapun beberapa jenis
Kidung yaitu :
Kekawin Ramayana
Kekawin Bharata Yudha
Kekawin Aswalalita
Kekawin Wangcasta
Dll
Gong Kebyar
Gamelan Gong Kebyar adalah evolusi dari Gong Gede dengan peningkatan
dalam penggunaan kendang. Instrumen seperti trompong dan gangsa jongkok
diganti dengan gangsa gantung yang memiliki 10 hingga 12 bilah. Kendang
yang biasanya dimainkan dengan panggul diganti dengan permainan tangan.
Menggunakan laras pelog lima nada.
Gamelan Arja
Juga dikenal sebagai Gamelan Geguntangan. Menggunakan laras slendro dan
pelog sesuai dengan tembang yang digunakan.
Gamelan Joged Bumbung
Mengiringi tarian Joged Bumbung. Instrumen utamanya adalah gerantang,
yaitu gender yang terbuat dari bambu berbentuk bumbung. Menggunakan
laras slendro lima nada, serupa dengan laras Gamelan Gender Wayang.
Gamelan Janger
Digunakan untuk mengiringi tari Janger. Instrumen-instrumennya meliputi
gender, kendang krumpungan, tawa-tawa, kajar, rebana, suling, kelenang,
ceng-ceng. Menggunakan laras slendro.
Dengan berbagai jenis Gamelan Golongan Madya dan Gamelan Golongan Baru, Bali
memperlihatkan kekayaan warisan musik dan budayanya. Setiap jenis gamelan
memiliki peran khusus dalam berbagai acara adat, pertunjukan seni, dan ekspresi
budaya yang mendalam di pulau ini. Kombinasi instrumen dan laras yang berbeda
menciptakan beragam nuansa musikal yang memikat.
Kelebihan Buku : menurut saya Buku ini ditulis dengan bahasa yang mudah
dipahami, sehingga pembaca dari berbagai latar belakang dapat dengan mudah
mengikuti dan memahami konsep-konsep yang dijelaskan. Kemudian Buku ini juga
memberikan pengantar yang kuat tentang seni karawitan Bali, termasuk konteks
budaya, nada, laras, dan jenis - jenis tembang serta gamelan. Hal ini yang membuat
saya yakin buku ini dapat berguna bagi pembaca yang ingin memahami dasar-dasar
seni karawitan Bali dari 0.
Kelemahan Buku : Menurut saya salah satu kekurangan yang signifikan dalam
buku ini adalah kurangnya gambar atau ilustrasi yang dapat memperjelas topik yang
kompleks. Dalam konteks seni musik dan karawitan umumnya memuat gambar
instrument - instrumen gamelan pada buku memiliki potensi besar untuk membantu
pembaca memahami topik yang kompleks dengan lebih baik. Selain itu, penambahan
ilustrasi dalam buku bisa memberikan daya tarik visual yang kuat, dan dapat
membangkitkan minat pembaca dan membuat mereka lebih terlibat dengan isi buku
tersebut.