DISUSUN OLEH
NAMA
NPM
:1006771176
FAKULTAS : TEKNIK
JURUSAN
KELAS
JADWAL
: SENIN, 16.00-17.00
DOSEN
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS INDONESIA
2014
Kata pengantar
Di Indonesia sebagai negara berkembang, seni pertunjukan kesenian
tradisional telah bergeser fungsinya dari ritual menjadi tontonan komersial. Seni
pertunjukan tradisional di saat sekarang rupanya semakin mendapat saingan dari
seni pertunjukan moderen yang muncul belakangan. Kesenian tradisional semakin
sulit untuk ditemukan di kota-kota. Hal demikian juga dialami seni pertunjukan
tradisional. Seni pertunjukan ini rupanya mengalami pula krisis penonton dan
frekuensi
pementasannya.
Walaupun
seni
pertunjukan
tradisional
ada
kecenderungan mengalami grafik yang menurun, namun ternyata sampai saat ini
masih ada sebagian yang tetap bertahan. Patut disayangkan, karena kesenian yang
konon
mempunyai
nilai-nilai
luhur
tersebut
semakin
lama
bertambah
memprihatinkan, misalnya wayang wong (wayang orang) salah satu jenis teater
tradisional Jawa (Kayam dalam Sujarno, 2003: 5).
Dewasa ini, kesenian tradisional Indonesia semakin lama banyak yang diklaim negara asing dan dianggap kebudayaan tersebut milik mereka. Hal tersebut
membuat masyarakat Indonesia resah. Namun, yang perlu dipermasalahkan yaitu
masyarakat Indonesia sendiri. Peran masyarakat Indonesia terhadap kepedulian
kebudayaan Indonesia tidak total. Masyarakat Indonesia tidak lagi memedulikan
nasib kesenian tradisional yang kian punah. Keresahan tersebut tidak dibarengi
dengan sebuah aksi guna melestarikan dan menjaga kekayaan budaya yang
memang sudah sepatutnya dilakukan oleh segenap bangsa Indonesia.
Wayang orang sebagai ikon kesenian Kota Semarang patut mendapat
apresiasi yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat, khususnya warga
Semarang. Sebuah pertunjukan dikatakan sukses apabila dapat mendatangkan
penonton dalam jumlah banyak. Hal ini menunjukan bahwa pertunjukan tersebut
mendapat apresiasi dari masyarakat, namun tingkat apresiasi warga Semarang
dapat dikatakan masih kurang. Padahal, dengan mendukung budaya lokal,
setidaknya dapat meningkatkan kebudayaan di tingkat nasional. Meskipun tidak
terlibat di dalamnya, setidaknya dapat turut mengapresiasikan dengan
menyaksikan ataupun ikut membantu secara eksternal
1. Pengertian
Wayang Orang atau disebut juga Wayang wong adalah suatu drama tari
berdialog prosa yang ceritanya mengambil dari epos Ramayana dan Mahabarata.
Konsep dasar wayang orang mengacu pada wayang purwa (wayang kulit). .
Oleh karena itu wayang orang merupakan personifikasi wayang kulit.
Wayang Orang merupakan sebuah genre yang dihidangkan ke dalam drama tari
tradisional. Yang dimaksud dengan genre adalah jenis penyajian yang memiliki
karakteristik struktur, sehingga secara audio visual dapat dibedakan dengan
bentuk pertunjukan yang lain. Kesenian Wayang Orang memuat tentang ajaranajaran hidup. Oleh karena itu kesenian Wayang Orang merupakan tontonan dan
sekaligus tuntunan hidup bagi masyarakat Jawa, yang relevan dengan
perkembangan jaman. Setiap penyajian wayang orang diperlukan iringan gamelan
(musik). Fungsi dari gamelan beserta pengrawitnya adalah untuk mengiringi dan
mendukung suasana yang diinginkan. Juga ritme gamelan (musik) berfungsi
untuk mendukung suasana pertunjukan.
2. Seni musik gamelan dalam pertunjukan wayang orang
Menurut Kayam (dalam Sujarno: 2003), seni pertunjukan itu lahir dari
masyarakat, dan ditonton oleh masyarakat. Artinya ia lahir dan dikembangkan di
tengah, oleh, dan untuk masyarakat. Sedyawati mengungkapkan bahwa seni
mempunyai nilainya sebagai penikmatan, yang terwujud sebagai pengalaman
yang berisi pembayangan (imaji) dan penjadian (proses). Suatu olah seni patut
disebut seni apabila ia mampu memberikan kebahagiaan, memberikan makanan
kepada rasa, melalui pengalaman tersebut. Pengalaman-pengalaman itu bisa
berbeda-beda dirasakan oleh setiap individu, bergantung pada kesiapan masingmasing (1981:58- 59).
Gamelan Jawa terbagi menjadi dua laras atau tuning yang berbeda yakni
laras Slendro dan laras Pelog. Laras adalah susunan nada-nada dalam satu
gembyangan (oktaf) yang sudah tertentu tinggi rendah dan tata intervalnya. Laras
Slendro terdiri dari 5 nada, sedangkan Laras Pelog dibagi menjadi 7 deret nada.
Gamelan disajikan sebagai iringan wayang atau sebagai sajian karawitan bebas
atau klenengan atau konser gamelan. Para penabuh gamelan disebut Niyogo,
beberapa penyanyi wanita yang disebut Pesinden dan beberapa penyanyi pria
yang disebut Wira Swara juga merupakan bagian dari suatu sajian gamelan untuk
mengiiringi wayang atau klenengan. Dalam sajian karawitan tradisi, ricikan
kendang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama
lagu/gending. Cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending
tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang.
Dalam tata iringan pakeliran gaya Jawatimuran peranan ricikan gender lanang
atau gender penerus sangat penting, karena berfungsi sebagai penuntun atau
membimbing laras atau tuning dalang dalam membawakan sulukan dan
melakukan buka atau introduksi pada sajian gadhingan yang dikehendaki oleh
dalang melalui sasmita tertentu, biasanya dengan dhodhogan mbanyu tumetes.
2.1. nama gamelan beserta fungsinya
a. rebab
Rebab adalah instrumen (ricikan) gamelan yang bahan bakunya terdiri
dari kayu, kawat (string), semacam kulit yang tipis untuk menutup lubang
pada badan rebab (babat), bagian rebab atau badan rebab yang berfungsi
sebagai resonator (bathokan), rambut ekornya kuda yang berfungsi sebagai
alat gesek (kosok) namun untuk saat ini lazim menggunakan senar plastik, dan
kain yang dibordir sebagai penutup bathokan. Cara membunyikan rebab
dengan cara digesek dengan alat yang disebut kosok. Dalam sajian karawitan
rebab berfungsi sebagai Pamurba Yatmoko atau jiwa lagu, rebab juga sebagai
pamurba
lagu
melalui
garap
melodi
lagu
dalam gending-gending,
b. Kendang
g. Siter
merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah
string (kawat) yang teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen
ini di lihat dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter
penerus (ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya
lebih besar dari pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan
iringan wayang fungsi siter sebagai pangrengga lagu.
3. Kesimpulan
ada berbagai jenis gamelan dengan berbagai tangga nada, fungsi dan peran
masing masing sebagai instrument seni dalam mengiringi pertunjukan wayang
orang, gamelan jawa dibagi menjadi dua nada laras tuning, slendro dan pelog.
Gamelan harus dilestarikan agar tidak hilang atau diklaim sebagai warisan budaya
bangsa lain. Dengan seni memainkan music gamelan yang baik, maka permainan
wayang pun akan menjadi lebih baik,
Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Subiarti, Kanti. 2001. Upaya Inovasi Bentuk Penyajian Wayang Orang Ngesti
Pandowo dan Pengaruhnya di Semarang. Skripsi S-1. Jurusan Seni Drama, Tari,
dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Sudiro. 2002. Kesenian Wayang Orang dan Fungsinya: The Art of Wayang
Orang and its Functions dalam Jurnal Penelitian Humaniora Vol.3/No.1. Edisi
Februari
Sujamto. 1992. Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize.
Suyami. 2006. Wayang sebagai Tontonan, Tuntunan dan Tatanan dalam
Jantra:Sejarah dan Budaya Jawa Vol.1/No.1. Edisi Juni. hlm. 37-49.
Yogyakarta:Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Thohir, Mudjahirin (Ed.). 2011. Refleksi Pengalaman Penelitian Lapangan: Ranah
IlmuIlmu Sosial dan Humaniora. Semarang: Fasindo Press.Veeger, Karel J. 1992.
Pengantar Sosiologi: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.Walujo, Kanti. 2000. Dunia Wayang: Nilai Estetis,
Sakralitas, dan Ajaran Hidup.