Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH GAMELAN ANGKLUNG BALI SUKAWATI

Oleh : I Wayan Pasek


Th.2001
Di Upload oleh : I Gede Agus Parwata Tirta Santosa
Email : agusparwatatirta@gmail.com

Gamelan angklung adalah Gamelan khas bali yang sering digunakan dalam
prosesi/upacara kematian. Gamelan angklung menggunakan laras selendro dan tergolong
barungan madya yang di bentuk oleh instrument berbilah dan berpencon dari krawang,
Di Bali Selatan Gamelan ini hanya menggunakan 4 (empat) nada sedangkan di Bali Utara
menggunakan 5 (lima) nada. Berdasarkan konteks penggunaan Gamelan ini serta materi tabuh
yang dibawakan angklung dapat dibedakan menjadi :
1. Angklung klasik : Di mainkan untuk mengiringi upacara (tanpa tari-tarian)
2. Angklung kebyar : Di mainkan untuk mengiringi pegelaran tari maupun drama
Satu barung Gamelan angklung biasa berperan sebagai keduanya, karena sering kali
menggunakan penabuh yang sama. Di kalangan masyarakat yang luas Gamelan ini di kenal
sebagai pengiring upacara Pitra Yadnya(ngaben). Di sekitaran Denpasar dan beberapa tempat
lainnya, penguburan mayat di iringi dengan Gamelan angklung yang menggantikan fungsi
Gamelan gong gede yang di pakai untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya (odalan) atau juga
upacara lainnya.
Gamelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana Sukawati
merupakan seperangkat Gamelan yang sangat tua sekali keberadaanya dan merupakan salah satu
jenis Gamelan yang termasuk kedalam golongan Gamelan tua. Menurut keterangan dari salah
seorang seniman yang berasal dari Banjar Tebuana, menceritakan bahwa;

Gamelan Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod Banjar Tebuana ini dulunya
merupakan Gamelan yang dimiliki oleh seka demen-demen, yang anggotanya ada dari luar
Banjar Tebuana. Dalam pementasan Gamelan Angklung dulunya anggota tidak pernah
mengadakan kegiatan latihan, dimana yang memegang peran penting yaitu Tukang Ugal yang
berlatih terlebih dahulu di tempat orang yang dianggapnya biasa atau mengetahui gending-
gending angklung. Tetapi seiring berjalannya waktu banyak konflik yang menghampiri seke
tersebut, dan salah satu anggota seke yang bernama Ki Jeteg mengusulkan agar Gamelan
Angklung tersebut diserahkan ke pada Tempekan. Pada saat itulah Tempekan Kelod Banjar
Tebuana memiliki Gamelan angklung dan langsung membentuk seke Angklung yang
beranggotakan dua puluh tiga orang dimana semua anggotanya berasal dari Tempekan Kelod
Banjar Tebuana.

Gamelan Angklung ini konon pada waktu itu hanya dipergunakan saat ada upacara Pitra
yadnya. Tetapi karena adanya perkembangan kesenian di Bali Gamelan angklung ini di usulkan
agar dapat digunakan dalam upacara Dewa Yadnya maupun Manusa Yadnya. Salah satu anggota
seke mengusulkan agar membelikan sepasang Gong, Kempul, Bende, Kempli kajar dan reong
pada tahun 1947 sehingga Gamelan Angklung ini dapat digunakan untuk menabuh gending
lelambatan maupun kekebyaran.

Gamelan Angklung yang terdapat di Temoekan Kelod Banjar Tebuana merupakan suatu
Gamelan yang sangat tua umurnya bahkan ganbelan ini di golongkan kedalam golongan gamelan
Bali tua. Dan memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik dan merupakan salah satu
warisan budaya yang didapat secara turun temurun. Hingga kini Gamelan Angklung masih
dipelihara dengan baik oleh masyarakat pemiliknya karena erat kaitannya dan selalu
dipertunjukkan dan dimainkan dalam upacara keagamaan.
Melihat bentuknya Gamelan Angklung merupakan gamelan yang terdiri dari beberapa aspek
yang mewujudkan salah satu bentuk kesempurnaan refertuarnya yaitu adalah sebagai berikut
,atau alat-alat yang menjadi pelengkap dalam barungan Gamelan Angklung yang terdapat di
Banjar Tebuana Desa Sukawati :
6-8 pasang alat yang terdiri dari sepasang jegogan, jublag, dan selebihnya pemade dan
kantilan
3-4 pencon, reong angklung kebyar menggunakan 12 pencon
2 buah kendang kecil klasik dan 2 buah kendang besar jika memainkan angklung kebyar
1 buah tawa-tawa
1 buah kempur kecuali angklung kebyar menggunakan gong

Gangsa angklung adalah suatu instrument yang mempunyai 4(empat) bilah nada yang terdiri dari
(neng,ndung,ndang, nding) dengan gaya nada selendro. Salah satu gangsa angklung biasanya
bisa langsung berfungsi sebagai pengugal atau pemimpin dalam barungan angklung itu.
Instrument gangsa ini biasanya menggunakan alat pukul panggul atau juga panggul gender. Cara
memainkannya adalah satu nada di pukul kemudian d tutup sesuai dengan irama yang kita
inginkan.
Kantialan angklung adalah instrument yang mempunyai 4(empat) bilah nada yang terdiri dari
nada (ndeng, ndung,ndang, nding)tetapi dengan nada lebih tinggi dengan gaya selendro. Kantilan
ini berfungsi sebagai pemanis dalam permainan atau gending angklung tersebut. Instrument ini
juga menggunakan alat pukul panggul atau juga menggunakan panggul gender
Jublag angklung adalah instrument yang juga mempunyai 4(empat) bilah nada yang terdiri dari
nada(ndeng,ndung,ndang,nding) tetapi nadanya lebih rendah dengan gaya selendro. Jublag ini
berfungsi sebagai penandan dalam gending angklung itu sendiri. Insterument ini menggunakan
alat pukul panggul tetapi ukurannya lebih besar dan d bawah panggul itu menggunakan karet
agar suara jublag terdengar lebih merdu
Reong angklung adalah instrument yang berpencon dengan gaya nada selendro dan dimainkan
oleh 4(empat) orang pemain atau penabuh. Instrument ini menggunakan alat pukul panggul
tetapi panggul itu di lilit dengan benang dengan tujuan agar suara reong tersebut bisa lebih
merdu
Kendang angklung, biasanya kalau untuk mengiringi upacara kematian kendang angklung yang
digunakan adalah kendang yang berukuran kecil karena lagu yang dimainkan adalah lagu ysng
bersifat sedih tetapi dalam angklung kebyar biasanya menggunakan kendang yang ukurannya
lebih besar karena bentuk lagunya lebih bersemangat dan juga berbentuk kekebyaran. Instrument
ini dimainkan oleh 2(dua) orang penabuh. Kalau menggunakan kendang berukuran kecil cara
memainkannya hanya memukul bagian samping kanan yang diameternya lebih besar atau
mukaknya saja, tetapi kalau menggunakan kendang besar cara memainkannya menggunakan
2(dua) tangan dengan memukul bagian samping kendang dengan motif pukulan seperti gegilak,
dll
Tawa-tawa angklung merupakan alat sebagai tempo yang membawa lagu itu cepat atau pelan.
Kempur angklung merupakan suatu alat untuk menunjukkan lagu itu sudah habis, tetapi kalau
angklung kebyar biasanya menggunakan gong, karena jenis lagunya berbentuk kekebyaran. Ada
juga instrument kecek dan suling yang menjadi bagian dari barungan Gamelan angklung
tersebut.
Megenai laras yang dipergunakan pada Gamelan Angklung adalah laras selendro empat
nada yang dimaksudkan laras selendro adalah urutan nada-nada yang sama dalam satu oktafnya.
Gamelan yang berlaraskan selendro empat nada ada bermacam-macam jenis, namun Gamelan
Angklung memiliki karakteristik yang sangat unik dan menarik yang sangat berbeda dengan
Gamelan Gamelan yang berlaraskan selendro lainnya.
Jenis-jenis gending Angklung ada bermacam-macam , menurut fungsi dan kegunaannya.
Dibawah ini akan disebutkan beberapa gending Angklung yang terdapat di Tempekan Kelod
Banjar Tebuana yang di mainkan dalam upacara Pitra Yadnya, banyak jenis gending yang biasa
di pentaskan, tetapi orang tua-tua dulu tidak mengetahui nama gending yang dimainkan tersebut.
Ada pula Gending Angklung dimana gending ini dapat dimainkan alam upacara Dewa Yadnya
yaitu :
1. Tabuh Gilak
2. Tabuh Telu Crucuk Punyah
3. Tabuh Nem Galang Kangin.
Segala aktifitas kebudayaan bermaksud dan bertujuan untuk memuaskan suatu rangkaian
dari segala kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan kehidupannya. Dalam kegiatan
keagamaan Hindu di Bali Gamelan Angklung mamiliki fungsi yang sangat penting sejak jaman
dahulu sampai pada jaman sekarang ini, yaitu antara lain;
1. Sebagai pengiring Upacara Dewa Yadnya.
2. Sebagai pegiring Upacara Pitra Yadnya.
Gamelan Angklung selalu terlibat langsung dalam upacara tersebut, yang memberikan
kesan magis indah dan sakral yang berpengaruh terhadap aktifitas sosial budaya masyarakat
penikmatnya. Keberadaannya saat pementasan dilaksanakan pada rangkaian upacara pada
masyarakat atau kelompok pendukung dan penikmatnya. Tampaknya menjadi media ungkapan
estetis fikiran dan perasaan seniman pelaku/penabuh maupun penikmatnya, yang mengandung
nilai atau tujuan tertentu bagi masyarakatBanjar Tebuana.

Meskipun juga fungsinya dipergunakan dalam mengiringi upacara Dewa Yadnya, namun
adapula batasan batasan tentang dipergunakannya barungan ini dalam mengiringi upacara
Dewa Yadnya, yaitu hanya dalam mementaskan gending-gending lelambatan misalnya Tabuh
gilak, tabuh cerucuk punyah, tabuh galangkangin, dan dapat juga untuk mengiringi tarian topeng,
baris dan rejang.Dalam setiap pementasannya selalu disertakan persembahan sesajen sebelum
gamelan ini dimainkan, ini merupakan tradisi dan hal sangat penting dilakukan karena
merupakan sebuah penghormatan kepada roh-roh positif yang berstana pada Gamelan ini dan
sekaligus menjadi persembahan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk
diberikan tuntunan dalam berlangsungnya pementasan Gamelan Gong Luang.
Masyarakat atau seniman seniman di Tempekan Kelod Banjar Tebuana yang peduli
dengan keberadaan kesenian yang sudah tua dan sudah diaanggap langka ini menggabungkan
diri menjadi sebuah skaa Angklung Banjar Tebuana. mereka tergabung disini hanya semata-mata
karena rasa yang cinta dan pengbdian yang tinggi terhadap warisan budaya ini tanpa adanya
paksaan dan tujuan tujuan yang lain. Mengenai keringanan yang mereka peroleh dalam
tergabung diseka ini seperti yang dikenal oleh masyakatat Bali yan disebut dengan luput, namun
dari segi pembiayan lainnya di Banjar mereka tetap berkewajiban dan sama dengan anggota
banjar yang tidak tergabung dalam ska Angklung. Anggota skaa Angklung Tempekan Kelod
Banjar Tebuana mengagap bahwa apa ayng mereka lakukan merupakan sebuah pengabdian yang
amat tinggi guna kelangsungan dan kelestarian kesenian yang merupakan warisan yang memiliki
nilai sejarah yang amat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai