Adat Buton
Diposkan oleh Ahmad Kadir di 21.230 komentar
Label: Sejarah Buton
POSUSU / TANDAKI
Posusu adalah merupakan pakaian yang digunakan bagi anak-anak perempuan Sedangkan Tandaki a
digunakan pada acara sunatan yang telah mencapai u
Pakaian Posusu terdiri dari : Baju Kambalala, Sarung Kobiwi dan Punto yang dilengkapi deng
(anting-anting).
Pakaian Tandaki terdiri dari : Tandaki yang dipasang di kepala sebagai mahkota, bia beloki (Saru
gelang tangan satu buah ditambah jao-jaon
KABUA-BUA
Pakaian Kabua-bua digunakan bagi kaum remaja pada setiap pelaksanaan acara adat, pakaia
Pakaian Kabua-bua terdiri dari : Baju Kambowa, Bia-bia yitanu, sulepe dilengkapi dengan jao-jaong
BAWANA MANTOMU
Pakaian Bawana Mantomu dipakai pada saat pelaksanaan acara-acara adat antara lain : pada hari ke 4
undangan dari yang melaksanakan posu
Pakaian Bawana Mantomu terdiri dari : Baju Koboroko, sarung Sakalati, Salenda, Popungu Ogena dan
kanan dan 4 sebelah kiri, dali-dali dan simbi koronjo yang dipasang pada kaki. Pa
PAKAIAN KALAMBE
Merupakan pakaian yang dikenakan seorang gadis yang disebut kalambe adalah
Pakaian kalambe terdiri dari : Baju Kambowa, bia palebaau (warna hitam bersusun putih), sulepe, men
Baju kambowa bertangan pendek warna biru terbuat dari kain polos. Sarung dua lapis, lapisan bawah ber
disebut bia bia itanu kumbaea, serta kaboken
AJO BANTEA
Pakaian Ajo Bantea merupakan pakaian remaja putra yang dipakai pada berbagai acara adat diantaranya s
wanita hal ini digunakan bagi kaum bangsa
Pakaian Ajo Bantea terdiri dari : Sala arabu, sarung samasili sebatas lutut, bia ogena, salenda, sulep
PAKAIAN PENGANTIN
Pakaian pengantin perempuan terdiri dari : mengenakan Baju kombo, sarung lonjo sebatas mata kaki, pu
pada bagian belakang dimasukkan kedalam sulepe dan dielengkapi dengan aksesoris : simbi, kabokena lima, j
dipasang sebelah kiri, sampelaka sebelah kanan, kipas dipegang sebelah kiri, kuku harim
Pakaian pengantin laki-laki terdiri dari : Baju Balaha dada, celana yang dikenakan Sala arabu, dilapisi
balaha dada dilapisi dengan bia ogena, tobo/keris diselipkan didepan/diperut masuk diantara sulupe, di bagian k
dibahu sebelah kiri.
PAKAIAN ORANG TUA
Pakaian orang tua perempuan : Baju koboroko, sarung palebaau, katapisi sebelah dada, salend
Pakaian orang tua laki-laki : Juba lau-lau (baju yang berbentuk lurit), bia k
Jenis dan Makna yang terkandung pada pakaian adat tradisional Buton
1. Pakaian Balahadada
(1) Destar
Dalam bahasa Wolio (Buton) destar dikenal dengan
nama Kampurui. Kampurui terdiri dari beberapa jenis
antara lain Kampurui Bewe Patawala, Kampurui Bewe
(4) Sarung
Disamping memakai celana, pakaian Balahadada juga
dilengkapi oleh sarung Samasili Kumbaea, yaitu berdasar
warna hitam serta motif kotak-kotak putih. Benang putih
yang dijadikan kotak-kotak tersebut adalah benang perak
yang dalam bahasa Buton disebut sebagai Kumbaea.
(6) Keris
Keris
dalam
bahasa
Buton
disebut
sebagai Tobo (baca: Tobho) atau Puu Salaka atau Puu
Tagabergantung dari asal bahan hulu keris.
MAKNA:
Destar atau Kampurui dalam bahasa Buton berarti ikat
kepala. Yang mengandung makna kebesaran.kampurui
bagi seorang pejabat kesultanan buton sangatlah penting.
lembut
dan
bijaksana
.
Akhirnya
celana Sala
Arabu memiliki makna filosofis yang sama dengan
baju Balahadada.
Kampurui melambangkan
kebesaran,
kebaikan,
kebijakan, kebenaran, ketepatan, kelembutan (fleksibilitas
dalam hal tertentu) yang dipancarkan oleh seorang sultan
atau stafnya dalam menangani urusan pemerintahan dan
untuk kemaslahatan/kesejahteraan masyarakat Buton
pada
masa
lampau.
Ini
dapat
dilihat
dari
bentuk Kampurui yang diikat sedemikian rupa sehinga
tampak seperti memancarkan cahaya.
Kesimpulan
makna
yang
terdapat
pada
pakaian Balahadada ini adalah terlepas dari status
kebangsawan
masyarakat
Buton
baik
golongan Kaomu (La Ode / (Wa Ode) maupun golongan
Walaka (Pejabat Penyelenggara Adat dan masyarakat
Buton secara umum) karena kenyataan pada saat ini
bahwa semua unsur-unsur tradisional (adat, pakaian dan
lainnya) sudah digunakan secara keseluruhan oleh
Ajo
Bantea memiliki
pengertian
yang
berbeda
yaitu; Ajo adalah mengenakan, memakai, menggunakan
dan sejenisnya, sedang Bantea adalah barak atau tempat
berkumpul untuk melakukan musyawarah.yang kemudian
digunakan oleh para anak dari golongan bangsawan untuk
belajar, bermain, berkumpul dan sebagainya dengan
masyarakat.
Ajo
Bantea dalam
bahasa
Buton
disebut
dengan Pakeana Manga Anaana atau dapat diartikan
sebagai pakaian para anak khususnya dari golongan
bangsawan. Untuk diketahui bahwa pakaian ini tidak
mengenakan baju layaknya pakaian lain tetapi hanya
menggunakan celana panjang (Sala Arabu), sedang
kelengkapan pakaian ini terdiri dari Kampurui , Bia
Ogena, Bia Samasili Kumbaea, dan Keris. Makna yang
terkandung pada masing-masing kelengkapan ini adalah
sama halnya dengan makna yang terdapat pada
pakaian Balahadada. Sedang makna secara keseluruhan
dari pakaian Ajo Bantea ini adalah adanya sifat
keterbukaan dan kesederhanaan yang ditunjukkan para
anak golongan bangsawan (La Ode) kepada masyarakat
dengan mengaplikasikannya dengan terlibat secara
langsung kedalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
sedang
pada
sekeliling
pinggiran
kain
dijahitkan Pasamani atau hiasan yang terbuat dari benang
emas atau perak.
membela
hak
berdasarkan
adat
dan
agama
dan Sulepe (ikat pinggang) adalah sebagai pengukuh
berdasarkan ajaran agama dari pengertian-pengertian
yang telah saya jelaskan.
Makna
dari
keris
yang
digunakan
adalah lambang keberanian untuk membela hak dan
kewajiban dan ikat pinggang atau Sulepe adalah sebagai
pengukuh ikatan adat yang berlandaskan ajaran
agama. Ajo Tandaki secara umum digunakan pada saat
anak akan di islamkan/disunat. Dengan warna hitam yang
dimilikinya paling tidak akan mengurangi rasa takut dan
ngeri anak pada saat darahnya keluar. Itulah
sebabnya Ajo Tandaki digunakan pada saat anak akan
disunat.
4. Baju Kombo
Baju Kombo adalah pakaian kebesaran kaum wanita
Buton. Bahan dasar baju adalah kain satin dengan warna
dasar putih, penuh dihiasi dengan manik-manik, benangbenang berwarna yang biasanya terdiri dari benang emas
atau benang perak serta berbagai ragam hiasan yang
terbuat dari emas, perak maupun kuningan.
5. Baju Kaboroko
Kaboroko berarti krah (leher) dikatakan demikian karena
baju ini agak berbeda dengan jenis baju Buton lainnya,
dimana baju ini mempunyai kerah yang disertai dengan
adanya berbagai macam hiasan dan aksesoris yang
dilekatkan padanya. Terdapat empat buah kancing logam
pada leher sebelah kanan dan tujuh buah kancing pada
lengan baju. Kancing-kancing itu tidak berfungsi
sebagaimana lazimnya kacing baju, namun hanya
merupakan pertanda golongan. Sarung lapisan dalam
berwarna putih sedangkan lapisan luas (atas) sarung
warna dasar hitam dengan corak garis-garis. Sarung
tersebut disebut sebagai Samasili Kumbaea atau Bia-Bia
Itanu. Pada sanggulnya diikatkan potongan-potongan
yang digulung dari kain yang berwarna putih dan kuning.
Mengenai
makna
yang
terkandung
dalam
pakaian Kaboroko ini berikut akan disajikan kutipan hasil
wawancara :
6. Baju Kambowa
Kambowa adalah salah satu jenis pakaian adat Buton
yang digunakan oleh para ibu, gadis maupun anak-anak
dalam berbagai kesempatan adat bahkan dapat pula
berfungsi sebagai pakaian hari-hari pada masa lampau.
Baju terdiri dari satu buah baju berwarna polos (kuning,
biru, hijau, ungu) begitu juga sarung yang digunakan. Baju
ini berbentuk ponco dan tidak memiliki kerah baju. Lengan
baju hanya sampai pada bawah siku dengan bahan satin.
masyarakat. Putih,
melambangkan
kesucian
dan
ketulusan dalam bersikap maupun beribadah kepada Allah
SWT sebagai seorang hamba. Artinya jika menggunakan
warna ini maka pada hakikatnya adalah wujud kertaatan
seluruh komponen masyarakat dan lainnya kepada sultan
sebagai khalifah atau pembimbing dalam berbagai aspek
kehidupan. Hijau,
warna
ini
digunakan
karena
melambangkan kedewasaan sikap yang harus dimiliki
setiap manusia. Kuning, yang bermakna adanya
kemandirian dalam menjalankan ajaran-ajaran agama
islam berdasarkan Al-Quran dan Hadist.
Aksesoris
(1) Panto
Panto adalah salah satu jenis aksesoris sekaligus sebagai
penghias ikat rambut wanita dalam setiap kali
menggunakan pakaian Buton. Bahnnya terbuat dari kain
yang diberi hiasan-hiasan motif bunga dengan berbagai
macam warna.
(2) Dali-Dali
Dali-Dali dalam bahasa Indonesia adalah anting-anting.
Anting-anting umumnya terbuat dari emas, perak. Namun
saat ini anting-anting yang digunakan dalam pemakaian
(4) Cincin
Cincin dalam bahasa Buton disebut sebagai Singkaru.
Singkaru yang dimaksud adalah cincin yang berbentuk
bulat. Sedang dalam masyarakat Buton terdapat salah
satu jenis cincin yang bentuknya memanjang dan
dipasangkan pada ibu jari pemakainya dan disebut
sebagai Korokoronjo. Korokoronjo ini biasanya digunakan
oleh
wanita
pada
saat
ia
melaksanakan
adat Posuo (pingitan) dan perkawinan.
(5) Punto
Punto disamping digunakan sebagai kelengkapan dalam
berpakaian Kombo juga berfungsi sebagai sarung hias
bagi pemakainya dengan dasar warna hitam dan
motif Tawana
Kapa yang
dilekatkan
pada
pemukaan Punto tersebut, dan banyak ditaburi oleh
berbagai manik-manik sehingga nampak indah terlihat.
(6) Kampurui
Kampurui adalah jenis ikat hiasan pria yang berfungsi
sebagai pengikat kepala. Kampurui ini dalam masyarakat
Buton dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan
fungsinya. Pertama, Kampurui Bewe Patawala, digunakan
oleh para pejabat kesultanan Buton. Kedua, Kampuri
Palangi. Digunakan oleh para pejabat maupun sultan
Buton sebagai kelengkapan kebesaran. Ketiga, Kampurui
Tumpa, Kampurui ini
boleh
dikatakan
menyerupai
bentuk Kampurui Bewe Patawala yang terdiri dari dua
warna dengan hiasan Pasamani (benang-benang emas
atau perak) pada sekeliling pinggirannya. Keempat, Bewe
Poporoki, digunakan oleh para pejabat khususnya yang
berhubungna dengan adat dan ajaran agama islam.
(7) Sulepe
Sulepe diartikan sebagai ikat pinggang. Berfungsi sebagai
penahan / pengikat baju atau celana pada bagian
pinggang yang sekaligus mengandung makna bahwa
pengukuh atau pengikat adat dan ajaran-ajaran agama.
Pakaian
Balahadada
merupakan
pakaian
kebesaran yang dikenakan oleh kaum laki-laki
Buton baik bagi seorang bangsawan maupun
bukan bangsawan. Pakaian dengan warna
Benteng
Keraton
Buton
adalah
bekas
peninggalan Kesultanan Wolio/Buton dan biasa
disebut dengan Benteng Keraton Wolio.
Benteng buton berada di Pulau Buton (Kota
Bau-Bau) secara geografis merupakan kawasan
timur jazirah tenggara pulau Celebes/Sulawesi.
Benteng Keraton Buton yang aslinya disebut
Keraton
Wolio
dibangun
pada
masa
pemerintahan Sultan Buton VI (1632-1645),
bernama Gafurul Wadudu. Benteng yang
berbentuk lingkaran ini panjang kelilingnya
sekitar 2.740 meter. Benteng Keraton Buton
mendapat penghargaan dari Museum Rekor
Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record
http://fitinline.com/article/read/7-ragam-pakaian-adat-buton
https://iqbalizati.wordpress.com/2012/07/16/upacara-adat-masyarakat-buton/
http://indotravelguides.com/top-destination/benteng-keraton-wolio-buton-sulawesitenggara/