Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

NAMA :
KELAS :
TANDA TANGAN :

GAMELAN BALI, JAWA, DAN DEGUNG

GAMELAN BALI

1. Gamelan Bali adalah salah satu jenis alat musik gamelan tradisional yang khas
dari Bali. Gamelan Bali ini memiliki beberapa perbedaan dengan alat musik gamelan
pada umumnya, baik dalam bentuk maupun cara memainkannya. Gamelan Bali ini
biasanya di tampilkan sebagai pengiring suatu pertunjukan kesenian di Bali, baik
bersifat sakral maupun hiburan.

2. Menurut beberapa sumber sejarah yang ada Gamelan Bali ini sudah ada sejak jaman
dahulu kala. Hal tersebut bisa di lihat dari Prasasti Bebetin yang ada di Bali, yang
menyebutkan bahwa gamelan sudah ada sejak tahun 896 masehi, yaitu pada masa
pemerintahan Raja Ugrasena di Bali. Namun dikatakan pada masa itu gamelannya
sedikit lebih sederhana daripada yang sekarang.

3. Dimulai dari abad ke VIII saat terjadinya hubungan-hubungan antara kerajaan jawa
dan Bali, membawa beberapa kesenian seperti gamelan jawa masuk ke Bali meskipun
masih berupa instrumen terpisah. Hal ini lah yang membuat Gamelan Bali sekilas
hampir mirip dengan gamelan jawa. Namun walaupun begitu Gamelan Bali tetap
memiliki beberapa ciri khas yang membuatnya berbeda dengan gamelan jawa, salah
satunya adalah cara memainkan instrumentnya. Bila di bandingkan dengan
permainan gamelan jawa, Gamelan Bali dimainkan dengan tempo yang lebih cepat.

4. Gamelan Bali ini dikelompokan menjadi tiga kelompok, diantaranya gamelan tua,
gamelan madya dan gamelan baru. Dalam kelompok gamelan tua terdapat instrument
seperti gambang, saron, selonding kayu, gong besi, gong luwang, selonding besi,
angklung kelentang dan gender wayang. Kemudian untuk gamelan madya terdapat
instrument seperti pengambuhan, semarpagulingan, pelegongan, bebarongan, joged
pingitan, gong gangsa jongkok, babonangan, dan ringdik gandrung. Sedangkan pada
gamelan baru terdapat instrument seperti pengarjaan, gong kebyar, pejangeran,
angklung bilah 7, joged bung-bung, dan gong suling.

5. Gamelan Bali ini sangat sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. Karena
apabila dilihat dari fungsinya, Gamelan Bali sering digunakan untuk mengiringi
upacara keagamaan dan hiburan. Dalam hal keagamaan, Gamelan Bali sering
ditampilkan untuk mengiringi berjalannya upacara keagamaan atau mengiringi tarian
tradisional yang bersifat sakral. Sedangkan dalam hal hiburan, Gamelan Bali sering
ditampilkan sebagai pertunjukan musik maupun pengiring berbagai kesenian yang
bersifat hiburan yang ada di Bali.

6. Gamelan Bali merupakan salah satu alat kesenian yang tidak bisa dilepaskan dari
masyarakat Bali. karena bila dilihat dari fungsinya, selain sebagai pengiring
pertunjukan bersifat hiburan, Gamelan Bali juga menjadi bagian dari upacara
keagamaan di sana. Sehingga kesenian gamelan ini masih terus dilestarikan dan
diajarkan secara turun temurun oleh masyarakat disana.

GAMELAN JAWA

7. Gamelan Jawa merupakan seperangkat alat musik tradisional Jawa yang biasanya
terdiri dari gong, kenong, gambang, celempung, serta beberapa alat musik
pendamping lainnya. Keistimewaan alunan musik ini adalah cenderung bersuara
lembut sehingga menghadirkan suasana ketenangan jiwa kita.

8. Instrumennya pun tidak bisa kita pisahkan dari pandangan masyarakat Jawa yang
cenderung melihat keselarasan hidup baik jasmani dan rohani. Keadaan itulah yang
menjadikan orang Jawa selalu menghindari ekspresi tempramental dan berusaha
mewujudkan toleransi antar sesama.

9. Secara etimologi alat ini berasal dari istilah Jawa, yaitu “gamel” yang berarti menabuh
/ memukul, dan akhiran “an” yang menjadikannya kata benda, jadi gamelan bisa
diartikan memukul / menabuh benda-benda.Komponen utama dalam alat musik ini
adalah: bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alatnya memiliki fungsi tersendiri
dalam pagelaran musiknya.
10. Menurut keterangan dari Gusti Puger Putra P.B XII, dan Serat Wedhapradanggga dari
keraton Surakarta, disebutkan bahwa gamelan yang pertama kali lahir di tanah Jawa
adalah Gangsa Raras Salendro. Pada tahun 167, Sang yang Guru atau Sang Hyangg
Jagatnata / Loknata memberikan ijazah berupa Swara Karengeng Jagat. Swara
tersebut berasal dari Gamelan Lokananta atau Lokanata. Menurut G.P.H. Hadiwijaya
(Redaksi Pustaka Jawa) hanya ada 5 ricikan dalam alat ini. Yakni gendhing
(Kemanak), Pamatut (Kethuk), Sauran (Kenong), Teteg (Kendang Ageng) dan
Maguru yang sekarang disebut Gong.

11. Pada tahun 187, terdengar swara Mattenggeng Karna dari Sang Hyang Indra /
Surendra, dan diberi nama Salendro. Ricikannya tetap ada 5 dengan swara tembang
Sekar Kawi / Ageng. Pada tahun 336, racikan seni musik tradisional gamelan ini
ditambah lagi oleh Sang Hyang Indra dengan Salundhing atau kempul, dan Gerantang
yang sekarang disebut dengan Gambang.

12. Fakta yang jelas mengenai adanya gamelan di tanah Jawa menurut Agus Purwo
Murdoko, S.Sn (Guru Seni Budaya SMAN 1 Kartasura), Panggiyo S.Karr, MA (Dosen
Karawitan ISI Surakarta), dan KRA Haryono Hadiningrat (Prof. Dr. Timbul Haryono,
MSc) adalah adanya bukti fisik di relief-relief candi Borobudur dan candi-camdi lainnya
di tanah jawa. Pada beberapa bagian dinding Candi Borobudur dapat dilihat jelas
jenis-jenis instrumen gamelan, yaitu kendang bertali yang dikalungkan di leher,
kendang berbentuk seperti periuk, siter, dan kecapi, simbal, suling, saron, dan
gambang.

13. Pada Candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief Kendang
Silindris, Kendang Cembung, Kendang Periuk, Simbal dan Suling. Hal itu
menggambarkan bahwa gamelan digunakan sebagai pengiring tari, upacara kerajaan
atau keagamaan.
GAMELAN DEGUNG

14. Istilah Degung, sejauh ini mewakili dua pengertian yakni sebagai nama dari
seperangkat gamelan dan sebagai nama laras bagian dari laras salendro. Kedua
pengertian tersebut tentu berbeda. Secara teori, laras degung terdiri dari degung
dwiswara (tumbuk: (mi) 2 – (la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).
Jika dihubungkan dengan Kirata Basa, istilah degung berangkat dari kata “ngadeg”
yang berarti berdiri dan “agung” berarti megah atau “pengagung” yang berarti
bangsawan (menak). Jika merujuk pada teori tersebut, kesenian degung ini digunakan
bagi kemegahan atau keagungan martabat kaum bangsawan.

15. Menurut E. Sutisna yang merupakan salah seorang nayaga Degung Parahyangan,
menghubungkan kata “degung” dikarenakan gamelan ini dulunya hanya dimiliki pleh
para pengagung atau bupati. Adapun jika merujuk pada kamus dari H.J Oosting,
literatur istilah “Degung” pertama kali muncul pada tahun 1979. Dalam kamus tersebut
didapati istilah bahasa Belanda “De Gong” yang berarti “penclon-penclon yang
digantung”.

16. Sementara itu, ada pendapat lain yang mengatakan istilah Degung berasal dari
kalimat “Deg ngadeg ka nu Agung” yang dimaknai bahwa kita harus senantiasa
beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Seperti diketahui bahwa dalam bahasa
Sunda banyak ditemukan kata-kata yang berakhiran “gung” yang lebih mewakili
sebuah kedudukan tinggi dan terhormat misalnya Panggung, Agung, Tumenggung
dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan Degung, bisa dimaknai sebagai sesuatu yang
agung dan terhormat oleh masyarakat Sunda.

17. Ketika dimaknai sebagai perwakilan dari seperangkat gamelan, Degung diperkirakan
telah berkembang sejak kisaran akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Saat ini
gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda ini telah berkembang
dengan pesat. Adalah Jaap Kunst yang telah mendata semua gamelan di Pulau Jawa
dalam bukunya yang berjudul Toonkunst van Java (1934).
18. Ketika merujuk pada buku tersebut di atas, Gamelan Degung setidaknya telah
tersebar di beberapa tempat di Jawa Barat. Tercatat 5 perangkat ada di Bandung dan
3 perangkat ada di Sumedang. Sementara itu, masing-masing 1 perangkat ada di
Cianjur, Ciamis, Kasepuhan, Kanoman, Darmaraja, Banjar dan Singaparna.

19. Latar belakang masyarakat Sunda yang berupa kerajaan di hulu sungai seperti
kerajaan Galuh turut memberi warna tersendiri yang mempengaruhi kesenian
Degung. Pengaruh tersebut bisa dilihat terutama pada lagu-lagunya yang banyak
diwarnai oleh kondisi sungai, diantaranya lagu Manitin, Galatik Manggut, Kintel Buluk
dan Sang Bango.

20. Disamping itu Tradisi Marak Lauk dalam masyarakat Sunda juga selalu diiringi dengan
Gamelan Renteng yang kemudian berkembang ke Gamelan Degung. Gamelan
Degung yang usianya cukup tua, selain ada di keraton Kasepuhan juga ada di
Sumedang yakni Gamelan Degung Pangasih yang ada di Museum Prabu Geusan
Ulun. Dikatakan bahwa gamelan tersebut adalah peninggalan bupati Sumedang
1791-1828 yakni Pangeran Kusumadinata atau Pangeran Kornel.

Anda mungkin juga menyukai