Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK SENI BUDAYA

NAMA KELOMPOK
1. A.A. NGURAH WIKSA PERMANA (01)
2. DESAK KADEK YUDHI THESSA SAVITRI (04)
3. GEDE RIVANANDA WIDYA PUTRA (09)
4. KOMANG ARDA (22)
5. LUH PUTU SENSA YUDIANTINI (29)
6. NYOMAN BAYU WIRA SATYA MARA PUTRA (35)
GANGSA BALI
-PENGERTIAN
Gangsa adalah nama salah satu instrumen dalam suatu ensembel atau barungan
gambelan yang daun bilahannya terbuat dari perunggu. Banyak jenis barungan gambelan
Bali yang mempergunakan gangsa, seperti umpamanya semara pagulingan, angklung, gong
kebyar, gong gede,, gambang. Ada banyak lagi yang lain jika disebutkan satu persatu.

Daun gangsa dalam tiap-tiap barungan gambelan mempunyai fungsi yang berbeda-beda,
ada yang berfungsi sebagai jalinan pukulan, penentu matra-matra lagu dan sebagainya.
Misalnya gambelan gambang hanya mempunyai dua tungguh gangsa jongkok, sebagai
pemegang melodi, sedangkan gong gede memiliki delapan tungguh gangsa jongkok dan dua
belas tungguh gangsa gantung. Jumlah daun gambelan masing-masing tungguh juga
berbeda-beda. Misalnya gong gede lima bilah, semara pagulingan tujuh bilah, dan angklung
empat bilah. Selain dari itu dalam satu barungan gambelan mungkin jumlah daun gambelan
dari masing-masing tungguh berbeda-beda. Misalnya gambelan Selonding terdiri dari
sepasang berdaun empat dan sepasang lagi berdaun delapan. Dalam gong kebyar
instrumen pangugal, pamade, dan kantilnya berdaun sepuluh, sedangkan jublag dan
jegognya berdaun lima bilah.

-SEJARAH
Pada tahun 1928, lima buah kaset rekaman yang membawa informasi tentang kesenian
musik bali memperdengarkan bahwa, pada saat itu telah banyak tipe atau genre gamelan
yang berkembang di Bali. Tipe atau genre gamelan tersebut diantaranya: gong kebyar,
gamelan semar pagulingan, gamelan palégongan, gamelan gendér wayang, gamelan
gambang, gamelan pajogédan, gamelan gambuh dan gamelan angklung.[4] Gong kebyar
diyakini mulai muncul ke permukaan pada masa pergantian abad ke-19. [2][5] Inovasinya
berkembang antara tahun 1910 sampai 1915 di Buleleng, sebuah pusat pemerintahan
Belanda di Bali Utara. Konon, irama gong kebyar yang dinamis dipengaruhi oleh marching
band tentara Belanda pada masa perang puputan.[5] Pertunjukan publik gong kebyar
pertama kali di depan umum yang tercatat sejarah adalah pada bulan Desember 1915, saat
diadakan kompetisi gong kebyar pertama di Jagaraga, Buleleng.[2][5]
-JENIS PUKULAN

A. Pukulan Ngoret

Adalah memukul tiga buah nada yang mendapat dua ketukan ditarik dari nada yang rendah kea
rah nada yang lebih tinggi.

B. Pukulan Neliti/Nyelah

Adalah pukulan bersamaan yang dilakukan oleh semua instrument, dimana mempunyai satu
motif / satu pola pukulan, kecuali instrument kemong, kempul, suling, dan rebab. Yang lebih
penting lagi adalah instrument terompong sama sekali tidak dipakai.

C. Pukulan Ngantung

Adalah salah satu pukulan gangsa yang didalam satu gatra terdapat empat ketukan. Dimana akan
mencari ketukan yang ketiga ada satu tekanan pukulan yang pukulanya ketukan ketiga sehingga
pada akhirnya kembali kedalam ketukan ke empat lagi.

Gangsa kantil atau disebut tungguhan kantilan merupakan salah satu jenis tungguhan yang
menggunakan bilah berbentuk belahan penjalin. Rungguhan kantil menggunakan bumbung
sebagai resonatornya, yang diletakkan dalam pelawah. Jarak antara bilah dengan bumbung
adalah 4,6 cm. Dalam satu barungan gamelan menggunakan empat tungguh kantil dengan
simtem ngumbang- ngisep.

Jenis tungguhan kantil merupakan salah kelompok tungguhan pepayasan, karena dalam sajian
gending-gending Gong Kebyar sebagaian besar menggunakan pola tabuhan, antara lain cak
magelut, nyelah, oncang-oncangan, norot (norot adeng dan norot gencang) dan pola tabuhan
antara lainnya. Setiap pola disajikan oleh dua orang penabuh, yaitu pemolos dan penyadet, yang
akhirnya membentuk jalinan. Bentuk tungguhan kantil sama dengan tungguhan gangsa guru dan
pemade, perbedaannya teretak ada ukuran pelawah, bilah dan wilayah nadanya relative lebih
kecil. Tungguhan katil ini dalam penataannya diletakkan berjajar di belakang tungguhan pemade.

-CARA MEMAINKAN

Gangsa biasa dimainkan dengan cara dipukul menggunakan alat pukul yang bernama
PANGGUL. Gangsa juga dimainkan secara berirama dengan alat musik lain.

SULING BALI
-PENGERTIAN

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara
suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.

Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran keduanya.
Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam yang dilapisi
perak.

Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai dari middle
C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk mencapai nada B
di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes yang tinggi, hanya
piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang ditalakan satu oktaf
lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan dalam orkes.

Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan dirintis oleh
Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model menengah ke atas
dan profesional.

Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki lubang di
tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain tingkat
konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa para ahli)
memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup sementara untuk
menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari yang sangat tepat.

Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang lebih
keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah.

-SEJARAH
Berdasarkan catatan sejarah, suling atau seruling merupakan alat musik tertua di dunia.
Suling pertama kali dimainkan oleh manusia Neanderthal, yaitu manusia dari genus Homo yang
hidup di zaman Pleistosen. Konon manusia Neanderthal adalah manusia yang muncul secara
tiba-tiba sekitar 100.000 tahun yang lalu di Eropa dan ras ini bisa jadi menghilang karena
berasimilasi dan bercampur dengan ras yang lain, atau menjadi punah karena sesuatu hal yang
belum diketahui.

-CARA MEMAINKAN
Dengan cara ditiup, dan memainkan irama musiknya dengan cara menutup dan membuka
lubang suling tersebut. Berikut cara memainkan suling:

1. Melakukan persiapan

 Mulailah dengan menggunakan suling plastik yang harganya tidak terlalu mahal. Suling
plastik biasanya digunakan anak-anak sekolah karena suling ini sangat mudah untuk
dirawat.

2. Belajar merakit suling

 Umumnya ada tiga bagian pada suling. Pertama, bagian untuk meniup, bagian tengah
yang berlubang-lubang, dan bagian akhir ujung suling.

3. Belajar nada dasar

 Mulailah belajar meniup dengan menutup lubang, mulai di bagian belakang dengan ibu
jari. Kemudian carilah kunci-kunci yang digunakan untuk memainkan sebuah lagu.

4. Penempatan jari

 Hambatan ketika bermain alat musik tiup adalah ukuran jari yang berbeda-beda.
 Terkadang ukuran jari yang panjang maupun pendek juga membuat permainan jadi
terganggu. Oleh karena itu, carilah posisi ternyaman yang bisa kalian gunakan saat
bermain.

5. Menggunakan tangan kiri

 Tanda apostrof atau kutip (‘) di sudut kanan atas menunjukan bahwa itu adalah nada-
nada tinggi

 Nada-nada awalan yang mudah untuk dipelajari pemula dengan tangan kiri adalah kunci
B kemudian C’ dan D’, tapi jangan terpaku dengan tulisan ini ya, temukan sendiri gaya
bermain kalian.

6. Memainkan lagu sederhana

 Memainkan nada dasar sudah bisa, meletakkan jari sudah benar, artinya kalian sudah siap
untuk mencobanya dengan memainkan lagu dasar, coba dengan lagu ini
KENDANG BALI

-PENGERTIAN

Instrumen kendang terdapat pada gamelan golongan madya, yang berfungsi sebagai
pemimpin dari sebuah barungan. Selanjutnya terdapat pada gamelan golongan baru , yang
memiliki peranan semakin menonjol dengan teknik dan improvisasi yang semakin kompleks.
Dibali instrument kendang bisanya di mainkan secara berpasangan dan individu. Jika dimainkan
secara berpasangan maka kendang itu dinamakan kendang lanang dan wadon. Kendang lanang
adalah kendang yang memiliki suara lebih kecil atau tinggi, sedangkan kendang wadon adalah
kendang yang suaranya lebih rendah atau lebih besar.

-SEJARAH

Istilah kendang telah disebut-sebut dalam piagam Jawa Kuno yang berangka tahun821 dan
850 masehi dengan istilah padahi dan muraba. Dalam Prasasti Bebetin, sebuah prasasti Bali
yang berasal dari abad ke-9, kendang disebut dengan istilah papadaha. Kendang merupakan
salah satu instrumen musik yang universal, karena hampir di seluruh belahan dunia dipastikan
memiliki alat musik yang tergabung dalam alat musik perkusi. Di Bali kendang tidak bisa
dipisahkan dari seni karawitan dimilikinya. Instrumen kendang terdapat pada gamelan golongan
madya, yang berfungsi sebagai peminpin dari sebuah barungan gamelan.

Selanjutnya terdapat pada gamelan golongan baru, yang memiliki peranan semakin menonjol
dengan teknik dan improvisasi yang semakin kompleks. Di Bali instrumen kendang biasanya
dimainkan secara berpasangan dan individu. Jika dimainkan secara berpasangan maka kendang
itu dinamakan kendang lanang dan kendang wadon. Kendang lanang ialah kendang yang
memiliki suara lebih kecil atau tinggi, sedangkan kendang wadon ialah kendang yang suaranya
lebih besar ataupun lebih rendah. Pembagian Instrumen  menurut Curt Sach dan Van Boster 
Kendang Bali termasuk ke dalam instrument membranophone. Dimana Sumber Bunyinya di olah
dari lebar
sempitnya membran.

-JENIS DAN FUNGSI

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan ternyata ditemukan adanya

sembilan jenis kendang dalam karawi

tan BaliAdapun kesembilan jenis kendang yang

dimaksud adalah sebagai di bawah ini, diurut dari ukuran yang terbesar hingga terkecil.

1. Kendang mebarung merupakan jenis kendang dengan ukuran yang terbesar dalam

karawitan Bali. Ukuran kendang ini bisa mencapai panjang 185-200cm dengan
diameter antara 74-80cm. Kendang mebarung merupakan salah satu instrumen dari

barungan Gamelan Angklung (selendro empat nada). Jenis kendang ini hanya dapat

ditemukan di satu daerah saja yakni di Kabupaten Jembrana.

2. Kendang tambur merupakan jenis kendang dengan ukuran terbesar kedua. Kendang

tambur dapat dijumpai di Kabupaten Karangasem dan dipergunakan untuk dua hal

yaitu sebagai pelengkap dalam konteks upacara Dewa Yadnya dan juga untuk

mengiringi prajurit kerajaan yang akan berangkat ke medan perang. Kendang tambur

ini mempunyai ukuran panjang sekitar 72cm, diameter tebokan besar 54cm dan

diameter tebokan kecil 44cm. Cara mempermainkan kendang ini dengan

mempergunakan dua buah panggul dengan memukul kedua belah sisinya.

3. Kendang bedug atau bebedug adalah salah satu jenis kendang yang mirip bentuk dan

cara permainannya dengan kendang tambur, akan tetapi memiliki ukuran yang lebih

kecil. Jenis kendang ini merupakan salah satu instrumen dari barungan gamelan Gong

Beri. Jenis gamelan ini dipergunakan untuk musik tarian sakral Baris Cina. Perangkat

barungan gamelan Gong Beri hanya dapat ditemukan di Desa Renon dan Banjar

Semawang, Denpasar Selatan.

4. Kendang cedugan adalah kendang yang dalam teknik permainannya menggunakan

panggul. Oleh karena itu, kendang ini juga disebut dengan nama kendang

pepanggulan. Kendang pepanggulan ini mempunyai ukuran panjang antara 69-72cm,

garis tengah tebokan besar 29-32cm dan garis tengah tebokan kecil 22-26cm.4 Jenis

kendang ini biasanya dipergunakan pada beberapa perangkat gamelan, misalnya Gong

Kebyar, Baleganjur, dan Gong Gede. Kendang pepanggulan dimainkan secara

berpasangan yang terdiri dari kendang lanang dan wadon.


5. Kendang gupekan merupakan salah satu jenis kendang yang cara memainkannya

adalah dengan memukul memakai tangan. Kendang ini digunakan untuk mengiringi

gamelan Gong Kebyar. Kendang ini selain dapat disajikan dengan berpasangan dapat

juga dimainkan secara mandiri atau kendang tunggal. Kendang wadon mempunyai

ukuran panjang antara 67-72cm, diameter tebokan besar 27-32cm dan diameter

tebokan kecil 21-25cm. Kendang lanang mempunyai ukuran serta suaranya lebih

kecil dari kendang wadon. Ukuran panjangnya antara 65-70cm, diameter tebokan

besar 26-29cm dan diameter tebokan kecil 19-22cm.

6. Kendang bebarongan adalah kendang yang secara khusus terdapat dalam barungan

gamelan Bebarongan. Jenis kendang ini mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis

tengah tebokan besar 26-28cm dan garis tengah tebokan kecil sekitar 21,5-23cm.

Kendang bebarongan ini termasuk dalam ukuran kendang yang tanggung

(nyalah:Bahasa Bali), karena ukurannya yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu

kecil. Ada dua cara untuk memainkan kendang bebarongan, yakni bisa dengan

mempergunakan panggul dan bisa juga dimainkan tanpa menggunakan panggul.

7. Kendang krumpungan, kata krumpungan berasal dari kata pung yaitu menirukan suara

kendang tersebut (onomatopea atau peniruan bunyi). Jenis kendang ini dipukul hanya

menggunakan tangan. Kendang ini biasanya dipergunakan untuk mengiringi gamelan

Pegambuhan dan gamelan Palegongan. Kendang krumpungan ini selalu dimainkan

berpasangan yaitu kendang lanang dan kendang wadon. Kendang wadon mempunyai

diameter tebokan besar 24,5-25cm, panjang antara 55-57cm dan diameter tebokan

kecil 20cm. Sedangkan kendang lanang mempunyai diameter tebokan besar 23,5-
24cm, panjang antara 55-57cm, diameter tebokan kecil 19,5-20cm.

8. Kendang batel mempunyai banyak kesamaan dengan kendang krumpungan baik dari

segi bentuk maupun cara memainkannya. Adapun perbedaan antara kendang batel

dengan kendang krumpungan adalah kendang batel memiliki ukuran yang sedikit

lebih kecil dari kendang krumpungan. Selain itu, kendang batel biasanya

dipergunakan untuk mengiringi gamelan Pengarjan dan gamelan Batel Wayang.

Kendang wadon mempunyai diameter tebokan besar 23-24cm, panjang 52-55cm dan

diameter tebokan kecil 19cm. Sedangkan kendang lanang mempunyai diameter

tebokan besar 22-22,5cm, panjang 52-55cm dan diameter tebokan kecil 18cm.

9. Kendang angklung merupakan jenis kendang terkecil dari semua jenis kendang di

Bali. Kendang ini mempunyai ukuran panjang antara 25-27cm, diameter tebokan

besar 12-17cm dan diameter tebokan kecil antara 7-12cm. Karena ukuran dari

kendang angklung ini kecil, maka mempergunakan panggul yang kecil pula.

-TEKNIK PERMAINAN KENDANG


 MILPIL, Adalah Jalinan pukulan gupekan (memakai tangan) antara tangan kanan dan
tangan kanan.
 BATU-BATU, Adalah pola permainan yaitu pukulan kendang lanang atau wadon apabila
kendang wadon memainkan pukulan bebas pada muka kanan sedangkan kendang lanang
mengimbangi pukulan keplak pada muka kiri.
 GEGULET, Adalah jalinan pukulan (menggunakan panggul) antara kendang lanang dan
wadon.
 CADANG RUNTUH, Adalah pukulan yang terdapat pada kendag wadon di muka kanan
yang artinyya mengimbangi pukulan dari kendang lanang
GERANTANG BALI
-PENGERTIAN

Gerantang adalah nama instrumen yang terbuat dari bambu yang secara khas ada dan
mendominasi pada barungan gambelan Joged Bungbung. Seperti alat-alat gambelan bambu
lainnya, gerantang dibuat dari bambu khusus dan cara pembuatan yang khusus pula.
Bambu yang dipakai adalah yang berukuran sedang dan agak tipis, yaitu tiing tamblang.
Jenis bambu ini langka, biasanya didapati di daerah Bali Utara dan Buleleng.

Proses pengeringan dan penghalusannya sama seperti proses pembuatan suling dan rindik.
Sedangkan cara pembuatannya jelas berbeda. Gerantang adalah termasuk instrumen pukul
yang mempergunakan resonator tetapi dibuat dengan cara khusus, yaitu resonator
tersebut tidak terpisah dari instrimen pokok gerantang itu sendiri atau dengan kata lain
menjadi satu. Alat ini sebagian berupa tabung, yaitu dibagian bawahnya dan sebagian lagi
berupa bilahan yang agak melengkung di bagian atasnya.

Sebatang bambu panjang sebagai bahan gerantang itu harus diperhatikan keadaannya yang
menentukan seperti bagian pangkal dan ujungnya, ruas-ruasnya dan buku-bukunya.
Batangan bambu gerantang sebagai bilahan instrumennya atau “bungbungnya” juga
mempunyai bagian pangkal dan ujung yang tidak secara otomatis mengikuti pangkal dan
ujung bahan bambu yang panjang. Bila pada ruas-ruas bahan cembungnya ke arah ujung
muka bagian ujung itu sekaligus menjadi bagian ujung dari bilahan bungbung dan bagian
bawahnya sebagai bukunya. Demikian pula sebaliknya bila bahannya cembung ke bawah
maka di bagian itu yang dijadikan bilahan bungbung, sedangkan bagian atas sebagai
bukunya.

Panjang bungbung gerantang berkisar antara satu ruas sampai dengan tiga ruas, atau
kurang antara 45 cm sampai 95 cm dari nada tertinggi sampai dengan terendah. Alat-alat
yang perlu dipersiapkan untuk membuatnya adalah gergaji untuk memotong, parang untuk
menebas, dan pengutik untuk menghaluskan.

Berbeda dengan rindik atau bilahan gambelan yang dipakai, maka bilahan bungbung
gerantang ini dipasang dengan digantung. Yang dilubangi hanya bilahan bagian ujungnya
saja yang cara menggantungnya sama dengan pada rindik gandrung. Sedangkan bagian
pangkal atau bungbungnya hanya diikat saja sedemikian rupa dengan tali berupa jalinan
yang teratur, kemudian digantung pada selewahnya.

Cara membuat lubang pada bilahannya yaitu dengan memegang pada titik yang berjarak
kira-kira seperempat bagian panjang bambu keseluruhan, terhitung dari ujung bilahan.
Cara memegangnya dengan mengepit memakai ujung dua jari, biasanya jari manis dan jari
ibu. Setelah dipegang, dicoba suaranya. Bila semuanya bagus titik yang dipegang itulah
dilubangi. Bila suaranya masih kurang baik maka pegangan bisa dioper ke arah ujung atau
pangkal sampai mendapatkan suara yang diinginkan.
Selawah gambelannya dibuat dari kayu berkaki empat seperti kaki meja. Karena
bilahannya yan terpasang dari kiri ke kanan makin lama makin pendek sesuai dengan
tinggi rendah nadanya, maka baik penampang bawah maupun atas yang kita andaikan ada,
yang dibuat oleh kaki-kaki pelawah tersebut berupa trapesium. Jadi badan pelawah itu
berupa prismatrapesium terpacung. Biasanya juga pelawah itu di cat, digambari, atau
kadang-kadang diukir.

Satu tungguh gambelan dipukul oleh satu orang sambil duduk bersila dengan memakai panggul dua
batang. Panjang panggul lebih kurang 40 cm, tangkainya dibuat dari bambu. Sedangkan ujungnya
yang akan mengenai bilahan gambelan bentuknya bundar pipih, dibuat dari karet yang agak keras
atau kayu yang agak lunak. Yang dari karet biasa untuk memukul “gerantang pangede” atau yang
berukuran besar, sedangkan yang bahannya kayu untuk memukul gerantang kantil atau yang
berukuran kecil. Dalam memukul gerantang pamade, tangan kiri yang memukul daerah nada yang
rendah menghasilkan melodi pokok saja, sedangkan tangan kanan yang memukul daerah nada yang
tinggi menghasilkan variasi-variasi pukulan kotekan.

Gerantang tiap-tiap tungguh memiliki sebelas bilah nada, yaitu yang berlaras selendro. Dalam satu
set gambelan Joged Bungbung ada delapan tungguh gerantang, yaitu empat tungguh atau dua
pasang gerantang pamade dan dua pasang gerantang kantil. Dibuat berpasang-pasangan karena
seperti jenis gambelan yang lain, ada yang memakai teknis pukulan “polos” dan yang lain pukulan
sangsih.

Di samping berkomposisi dalam satu barungan gambelan, secara tersendiri satu atau dua tungguh
gambelan dimiliki oleh perseorangan, dan dibunyikan semata-mata sebagai hiburan waktu
senggang. Barungan gambelan lengkap dipergunakan untuk mengiringi tari Joged Bungbung yang
berfungsi sebagai hiburan yang berciri khas tari pergaulan.

-SEJARAH

Alat musik tradisional ini asalnya dari Bali cukup sering dipakai pada
kegiatan gamelan atau angklung. Pada daerah Jawa Barat alat ini disebut
calung, jelas pastinya terdapat perbedaan antara alat musik tradisional
Bali dan Jawa.

Alat musik Gerantang digunakan pada pentas seni Cupak Gerantang.

Cupak Gerantang merupakan cerita 2 orang tokoh kakak beradik yang


mempunyai nama Cupak dan Grantang. Yang semuanya memiliki sifatnya
masing-masing seperti Cupak mencerminkan semua sifat buruk manusia,
sedangkan Gerantang kebalikannya, ia mencerminkan sifat baik di diri
manusia.

-CARA MEMAINKAN

Dengan cara dipikul secara berirama.


CENG CENG BALI
-PENGERTIAN

Di Bali, ada sebuah alat musik bernama Ceng Ceng. Alat musik tersebut merupakan bagian
terpenting dari seperangkat gamelan Bali. Di antara alat gamelan lain, Ceng Ceng memegang
peranan penting. Alat ini juga sering disebut Ceng-Ceng Ricik.

Alat musik ini terbuat dari kayu nangka dan tembaga. Alat ini terdiri atas enam buah logam
bundar di bagian bawahnya dan ada dua buah logam bundar di bagian atasnya. Di bagian atas
perunggu Ceng Ceng terdapat tali untuk memegang Ceng Ceng. Tali tersebut berwarna merah
yang dibuat sedemikian rupa. Tali ini disebut Bungan Ceng Ceng. Nah, dengan demikian, alat ini
nampak seperti simbal.

dari www.babadbali.com

Alat ini dimainkan dengan cara tembaga bagian atasnya dipukulkan ke bagian tembaga bundar
bagian bawah. Dengan demikian akan menimbulkan suara “ceng ceng.” Pemain akan memegang
kedua bagian atas dengan menggunakan kedua telapak tangannya. Ketika kedua logam itu saling
beradu, akan terdengar suaranya yang nyaring, keras, dan khas suara simbal Bali.

Ceng ceng Bali dibuat berbentuk kura-kura. Pengukirannya terinspirasi dari tokoh legenda Bali
yakni kura-kura mistis. Di Bali, terkenal dengan sebuah legenda tentang kura-kura mistis yang
memiliki nilai magis yaitu menyeimbangkan dunia di atas punggungnya. Kura-kura tersebut
merupakan simbol sumbu bumi bersama naga menjadi dasar pura yang berkedudukan tinggi.

Di Bali, Ceng Ceng akan dipergunakan pada barungan gamelan gong kebyar, gong gede, semar
pegulingan, pelegongan, barongan, dan lain-lain.  Kalau Anda ingin mendengarkan nyaring
suaranya, datang saja ke salah satu pagelaran tersebut.  Misalnya, Anda datang ke Tari Barong
Batubulan Bali. Untuk menikmati pertunjukan ini Anda harus membayar tiket sebesar Rp
100.000,- per orang. Anda bisa menyaksikannya di Desa Batu Bulan. Desa ini terletak 10 km
dari kota Denpasar. Anda bisa mencapainya dengan berkendara motor atau mobil pribadi
melewati Jalan Raya Batu Bulan. Pertunjukkan akan digelar setiap hari, mulai Pukul 9.30 sampai
Pukul 10.30 WIB.
-CARA MEMAINKAN

Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara tembaga bagian atasnya dipukulkan
ke bagian tembaga bundar bagian bawah. Dengan demikian akan menimbulkan suara “ceng
ceng.” Pemain akan memegang kedua bagian atas dengan menggunakan kedua telapak
tangannya. Ketika kedua logam itu saling beradu, akan terdengar suaranya yang nyaring,
keras, dan khas suara simbal Bali.

-CARA MEMAINKAN ALAT MUSIK CENG CENG


Alat musik tradisional ini dimainkan dengan cara tembaga bagian atasnya dipukulkan ke
bagian tembaga bundar bagian bawah. Dengan demikian akan menimbulkan suara “ceng
ceng.” Pemain akan memegang kedua bagian atas dengan menggunakan kedua telapak
tangannya. Ketika kedua logam itu saling beradu, akan terdengar suaranya yang nyaring,
keras, dan khas suara simbal Bali.

Anda mungkin juga menyukai