Anda di halaman 1dari 4

WADITRA TIUP SUNDA

s19f / Desember 7, 2013
SEKILAS TENTANG ALAT TIUP JAWA BARAT

                Terdapat waditra/alat tiup Sunda

A.  SULING SUNDA .

                Suling Sunda merupakan alat tiup Jawa Barat yang termasuk pada jenis waditra tiup atau alat musik tiup
tradisional kuno atau waditra ini sudah ada keberadaannya sejak jaman dahulu kala, kenapa diperkirakan demikian?
… sesuai dengan sejarah perkembangan alat musik di Indonesia, bahwa perkembangan musik Indonesia sudah
dimulai dari tahun 5000 SM – 1600 M, begitu juga dengan perkembangan musik di Yunani yang dimulai dari tahun
5000 SM, dengan demikian dapat diperkirakan  bahwa alat musik tiup Indonesia berkembang sejalan dengan
perkembangan alat musik Yunani.

                Dalam catatan sejarah dunia khususnya dalam perkembangan sejarah musik dunia, bahwa Yunani
merupakan barometer berbagai macam keilmuan, begitu juga dengan keilmuan bidang musik dunia, itu dibuktikan
dari beberapa alat musik kuno yang muncul atau lahir di Yunani, salah satu wujud nyata yaitu telah ditemukannya
alat tiup yang bernama “Flute” yang merupakan alat tiup Yunani terbuat dari tulang dan kayu, dengan demikian alat
tiup keberdaannya sudah ada sejak zaman dahulu.

                Keberadaan suling Sunda juga diperkirakan sudah ada sejak zaman dahulu,  tetapi siapa yang membuat
dan siapa yang pertama kali menggunakannnya itu tidak diketahui.  Pengunaan suling Sunda dapat diketahui dalam
sebuah kesenian Sunda yaitu kesenian “Degung”, dimana suling ditambahkan sesuai dengan tantangan dan
kebutuhan musikal yang diprakarsai oleh bapak Idi pada tahun 1921 (Suratno,2003:42,Deskripsi Kesenian Jawa
Barat).  Sesuai dengan perkembangan musik Indonesia khususnya di Jawa Barat, selanjutnya suling Sunda
digunakan dalam berbagai kesenian, yaitu ; Tembang Sunda Cianjuran, Wayang Golek, Kacapi Kawih Mang Koko,
Pop Sunda dan Karya musik kontemporer.

               

B.  BAHAN WADITRA SULING SUNDA

                Waditra suling Sunda terbuat dari bahan bambu tamiang dan rotan.  Bambu tamiang merupakan badan
yang berfungsi sebagai pondasi atau badan yang digunakan secara keseluruhan, dimana bahan bahan bambu tamiang
tersebut harus benar-benar berkualitas bagus.  Bambu tamiang dapat ditemukan hampir di sekeliling Jawa Barat,
namun tidak semua bambu tamiang dari setiap daerah mempunyai kwalitas bambu yang bagus.  Menurut seorang
ahli pembuat juga pemain suling yaitu bpk Endang Toto yang akrab di panggil pa Toto suling berpendapat bahwa
bambu yang jenis bambu tamiang yang berkualitas baik dan bagus untuk suling yaitu jenis bambu tamiang
“bunar” yang berasal dari daerah Kuningan- Jawa Barat, itu dapat dibuktikan dengan suling yang pertama kali
beliau buat pada tahun 1980 dan sampai sekarang masih terlihat utuh juga masih dapat dibunyikan dengan produksi
suara yang masih baik pula.  Sedangkan rotan digunakan sebagai “suliwer” atau sebuah pengikat dibagian atas
suling (kepala) yang berfungsi sebagai resonator (pusat suara).

Dibawah ini merupakan nama dan bagian suling :

NAMA DAN BAGIAN SULING PANJANG 6 LUBANG NADA 

1. SULIWER
2. Sirit careuh / RESONATOR
3. Liang sirah / LUBANG BUNYI ATAS
4. Liang sora / LUBANG NADA
5. Awak suling / BADAN SULING
6. Liang handap / LUBANG BUNYI BAWAH
                                                                                               

Keterangan :

1. Suliwer : berfungsi sebagai tahanan atau pengeimbang untuk posisi bibir atas dan bawah, ketika posisi
meniup suling.
2. Sirit careuh / resonator : berfungsi sebagai pusat suara
3. Liang sirah / Lubang udara bagian atas : merupakan lubang udara yang terdapat dibagian atas (kepala)
suling, yang berfungsi sebagai pusat masuknya udara yang ditiupkan oleh pemain.
4. Liang sora / lubang nada : berfungsi sebagai pengaturan nada
5. Awak / badan suling : berfungsi sebagai pondasi sekaligus badan alat musik secara keseluruhan.
6. Liang handap / lubang udara badan bagian bawah : berfungsi sebagai ……….

a. . Jenis, fungsi dan ukuran suling


Ada beberapa jenis suling sunda, mulai suling yang memiliki lubang enam, empat, lima
dan suling gaya baru yaitu suling lubang delapan dan lubang tujuh, jenis yang terakhir ini
merupakan pengembangan dari suling lubang enam. Namun secara umum suling sunda
hanya terdapat tiga jenis yaitu: suling lubang enam, lima dan empat, jenis dan fungsinya
secara umum dapat kita bedakan secar singkat seperti dibawah ini :
- Suling sunda lubang enam –digunakan untuk mengiringi tembang dan kawih namun
lebih dominannya pada tembang, fungsinya adalah sebagai nada dasar pesinden dalam
bernyanyi, membawakan melodi dan melilit melodi, ornamentasi yang dimainkan suling
pasti sama dengan sinden, sementara laras yang digunakan adalah: laras pelog, pelog
degung, madenda dan kadang salendro tapi untuk laras yang satu ini jarang digunakan
oleh suling ini.
-
- Suling lubang lima- suling ini adalah jenis suling yang digunakan pada jenis kesenian
tarawangsa suatu kesenian ritual di daerah sumedang, akan tetapi jenis suling ini di
daerah Tasikmalaya pun sering digunakan, yaitu di daerah Cibalong.
- Suling lubang empat- secara laras suling ini di bagi menjadi :
1. Suling lubang empat laras degung
2. Suling lubang empat laras salendro
3. Suling lubang empat laras nyorog/madenda
4. Suling lubang empat laras sorog, bagian dari laras pelog.

Suling lubang empat ini biasanya hanya difungsikan untuk sajian musik instrumentalia
dan tidak digunakan untuk mengiringi tembang atau kawih.
b. Ukuran suling Sunda lubang enam
Suling sunda lumbang enam mempunyai fungsi sebagai iringan dalam tembang dan
kawih sebagai pemberi ornament dalam vocal , oleh karenanya karakter bunyi suling ini
terbentuk disebabkan aturan-aturan pembuatannya, selain jenis bamboo ada pula ukuran
lubang suling, ukuran tersebut sangat penting sebagai salah satu yang membuat suling
lubang enam berbeda dengan suling lubang empat, lima atau lainnya. Suling sunda
lubang enam secara ukuran dapat kita bagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Suling Kawih lubang enam, ukuran panjangnya adalah : 50 cm, 52 cm, 54 cm, 56 cm,
57 cm dan 58 cm
2. Suling Tembang cianjuran lubang enam, ukuran panjangnya adalah : 59 cm,60cm,
61cm dan 62 cm.
3. Suling laras madenda atau mataram suling sunda lubang enam, ukuran panjangnnya
adalah : 44cm, 45 cm, 46 cm, 48 cm dan 49 cm.
Ukuran yang terdapat pada keterangan di atas adalah ukuran untuk panjang seluruh bahan
suling, untuk ukuran tempat lubang biasanya dikenal dengan isilah ukuran bagi sepuluh,
misalnya ukuran suling adalah 60, maka seluruh ukuran akan di bagi sepuluh maka akan
terdapat ukuran 6 cm sebagai jarak lubang suling. Namun di dalam pelarasan ukuran
tersebut tidak pasti kadang-kadang berubah sebab pelarasan dilakukan dengan gamelan
sementara pelarasan gamelan pun berbeda-beda. Di dalam pengukuran lubang suling,
artinya besar-kecilnya lubang berbeda-beda pula, jika besar lubang suling sama maka
pelarasannya tidak akan benar.
Ukuran dalam pembuatan suling Sunda lubang enam ini telah menjadi kesepakatan
diantara pengrajin suling, kesepakatan ini terjadi karena hasil resonansi suara berdasarkan
ukuran tersebut dapat mewakili bunyi dari suling sunda lubang enam ini sesuai dengan
keinginan seniman dan masyarakat pendengarnya.
Sebagai tambahan untuk tone dan pelarasan pada jenis suling sunda dan bentuk lubang
serta laras seperti pada keterangan berikut ini :
Tuning, stem atau pelarasan di dalam suling sunda untuk suling lubang empat dan lubang enam,
untuk suling lubang enam setidaknya dapat memainkan tiga laras atau scale yang berbeda, yaitu :
• Pelog degung : da-mi-na-ti-la-da (123451) di dalam scala diatonic musik Barat adalah: do si sol
fa mi do (175431).
• Madenda atau sorog : da mi na ti la da [1 2 3 4 5 1],di dalam scala diatonic musik Barat
adalah : fa mi do si la fa [4’ 3’ 1’ 7 6 4]
• Salendro : da mi na ti la da [1 2 3 4 5 1], di dalam scala diatonic musik Barat adalah : to re do la
sol fa re [2’ 1’ 6 5 4 2]
• Adapun laras yang jarang sekali digunakan adalah: Mandalungan

Anda mungkin juga menyukai