Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ETMOSIKOLOGI

SULING

OLEH
I GUSTI AGUNG WISNU ARYADI
1507030120
PENDIDIKAN SENI KARAWITAN

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA DAN SENI

UNIVERSITAS HINDU INDONESIA

TAHUN AJARAN 2015/2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
tugas mengenai alat musik tradisional suling ini. Karya tulis ini disusun sebagai salah satu
tugas kuliah Etmosikologi mahasiswa Jurusan Karawitan Fakultas Pendidikan Agama dan
Seni Universitas Hindu Indonesia.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak terlepas dari peran serta, bantuan, dukungan
dari berbagai pihak. Tanpa mereka penulis tidak akan berhasil menyelesaikan laporan ini
seperti yang diharapkan. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dimohon masukannya baik
berupa saran atau kritik dari pembaca guna melengkapi segala kekurangan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini nantinya dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Badung, November 2015

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu kekayaan jenis alat musik di Indonesia yang cukup terkenal adalah alat

musik yang tergolong dalam aerophone. Alat musik jenis ini, tersebar hampir di seluruh

daerah di Indonesia. Sistem penamaan jenis alat musik ini berdasarkan bahan dan cara

memainkan (anomatope). Suling merupakan satu contoh jenis alat musik aerophone. Secara

umum, alat musik tiup yang terbuat dari bambu ini disebut suling. Makalah ini dibuat untuk

menambah pengetahuan tentang alat musik tradisional khususnya suling.

1.2. Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dalam

perkuliahan Etmosikologi mahasiswa. Selain itu pembuatan makalah ini untuk menyadarkan

tentang keadaan yang ada pada saat ini. Harapan penulis adalah agar makalah ini dapat

berguna bagi orang yang telah membacanya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu.

Suara suling berciri lembut dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.

Penyebutan suling untuk setiap daerah di Indonesia berbeda-beda berdasarkan bahasa

daerah setempat. Di Minang disebut Saluang, di Toraja dikenal dengan nama Suling

Lembang, di Halmahera disebut dengan nama Bangsil, di Bima Nusa Tenggara Barat disebut

Silu, di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebutan untuk suling ada bermacam-macam berdasarkan

daerah dan etnis. Contohnya di Kabupaten Alor NTT masyarakat memberi nama Kelifang, di

kabupaten Manggarai NTT masayarakat menamai suling mereka Foi Doa (suling ganda).

Suling merupakan alat musik tiup Indonesia yang terbuat dari bambu. Bahan utama

suling adalah bambu tamiang (Schizostachyum blumei, Nees), bambu yang panjang dan

memiliki permukaan licin. Bagian kepala suling, dekat lubang kecil, dikelilingi oleh balutan

rotan tipis yang berfungsi untuk menghasilkan getaran suara. Suara suling yang lembut

membuatnya dapat dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik. Pada dasarnya ada dua

jenis suling. Suling dengan lima lubang jari dan suling dengan empat lubang jari. Masing-

masing memiliki sistem penadaan yang berbeda. Lima lubang jari untuk sistem pelog dan

empat lubang jari untuk sistem salendro. Suling bambu merupakan alat musik tradisional

Indonesia yang memiliki suara yang khas. Suling bambu juga memiliki beragam keunikan

lain, seperti di bawah ini:

1. Suara dan aura bunyinya khas dan menggetarkan hati.

4
2. Dapat dikombinasikan dengan instrumen musik lain, dengan suling bambu sebagai

instrumen utama.

3. Dapat diorkestrasikan dengan sekian puluh, ratus atau ribu pemain sehingga memiliki

keunikan tersendiri, karena merupakan sebuah orkestra yang tidak dimainkan dengan alat

musik barat tetapi dimainkan dengan instrumen yang didominasi suling bambu.

4. Suara suling bambu dapat meliuk-liuk dengan cengkok dan warna bunyi yang khas.

Ada dua faktor yang mempengaruhi baik tidaknya nada yang dihasilkan suling, yaitu :

1. Posisi jari. Perubahan posisi jari dapat mengubah resonansi suara di dalam tubuh

suling. Tergantung pada jarak lubang terdekat ke kepala suling.

2. Kecepatan aliran udara yang ditiupkan oleh mulut. Kecepatan aliran udara juga

mempengaruhi frekuensi nada. Misalnya, frekuensi dua kali lipat dapat dihasilkan dengan

meniupkan udara dengan kecepatan dua kali lipat.

Selain itu ada teknik-teknik tertentu yang dapat kita gunakan saat bermain suling,

diantaranya:

1. Slur

Secara dinamis mengubah nada dari satu posisi ke posisi lain dengan tanpa menghentikan

aliran udara. Contoh : mengubah la-ti, ti ke la, mi-da.

2. Puruluk

Adalah efek yang dihasilkan oleh pembuka-tutupan secara berulang-ulang dan cepat lubang

suling dengan satu atau lebih jari. Suara yang dihasilkan mirip suara burung merpati. Puruluk

bisa dilakukan pada nada mi-la-na. Puruluk termudah dapat dihasilkan dengan cara membuka

dan menutup jari tengah seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut:

5
Dalam teknik Sunda, dikenal juga teknik wiwiw, keleter, lelol, gebos, petit,

jengkat, dan betrik. Suling ada yang memiliki empat atau enam lubang. Suling dengan enam

lubang setidaknya dapat dimainkan dengan tiga laras. Laras-laras yang digunakan dalam

bermain suling antara lain :

Pelog, da-mi-na-ti-la-da [1-2-3-4-5-1],

Hampir mirip dengan nada do-si- sol-fa-mi-do [1'-7-5-4-3-1] dalam tangga nada

diatonis.

Madenda atau Sorog, da-mi-na-ti-la-da [1-2-3-4-5-1],

Hampir mirip dengan nada fa-mi-do-si-la-fa [4-3-1-7-6-4] dalam tangga nada

diatonis..

Salendro, da-mi-na-ti-la-da [1-2-3-4-5-1],

Hampir mirip dengan nada re-do-la-sol-fa-re [2-1-6-5-4-2] dalam tangga nada

diatonis..

Mandalungan, jarang digunakan.

Gambar dibawah ini menunjukkan posisi jari pada saat memainkan suling dengan enam

lubang :

6
Dan dibawah ini merupakan gambaran jelas posisi jari yang digunakan saat memainkan

laras pelog.

7
Macam-macam suling berdasarkan daerahnya, antara lain :
1. Suling Sunda

2. Suling Bali

3. Suling Flute

4. Daegeum

Suling modern untuk para ahli umumnya terbuat dari perak, emas atau campuran

keduanya. Sedangkan suling untuk pelajar umumnya terbuat dari nikel-perak, atau logam

yang dilapisi perak.

Suling konser standar ditalakan di C dan mempunyai jangkauan nada 3 oktaf dimulai

dari middle C. Akan tetapi, pada beberapa suling untuk para ahli ada kunci tambahan untuk

mencapai nada B di bawah middle C. Ini berarti suling merupakan salah satu alat musik orkes

yang tinggi, hanya piccolo yang lebih tinggi lagi dari suling. Piccolo adalah suling kecil yang

8
ditalakan satu oktaf lebih tinggi dari suling konser standar. Piccolo juga umumnya digunakan

dalam orkes.

Suling konser modern memiliki banyak pilihan. Thumb key B-flat (diciptakan dan

dirintis oleh Briccialdi) standar. B foot joint, akan tetapi, adalah pilihan ekstra untuk model

menengah ke atas dan profesional.

Suling open-holed, juga biasa disebut French Flute (di mana beberapa kunci memiliki

lubang di tengahnya sehingga pemain harus menutupnya dengan jarinya) umum pada pemain

tingkat konser. Namun beberapa pemain suling (terutama para pelajar, dan bahkan beberapa

para ahli) memilih closed-hole plateau key. Para pelajar umumnya menggunakan penutup

sementara untuk menutup lubang tersebut sampai mereka berhasil menguasai penempatan jari

yang sangat tepat.

Beberapa orang mempercayai bahwa kunci open-hole mampu menghasilkan suara yang

lebih keras dan lebih jelas pada nada-nada rendah.

Suling konser pada sebelum Era Klasik (1750) memakai Suling Blok (seperti gambar

atas), sedangkan pada sebelum Era Romantis (Era Klasik 1750-1820) pakai Suling Albert

(kayu hitam berlubang dan dilengkapi klep), dan sejak Era Romantis (1820) memakai suling

Boehm (kayu hitam atau metal dilengkapi klep semua yang disebut juga suling Boehm,

sistem Carl Boehm), atau suling saja.

Khusus musik keroncong di Indonesia pada Era Stambul (1880-1920) memakai suling

Albert, dan pada Era Keroncong Abadi (1920-1960) telah memakai suling Bohm.

Berikut adalah contoh dari suling modern.

9
10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Suling merupakan alat musik tiup Indonesia yang terbuat dari bambu. Penyebutan

namanya berbeda-beda sesuai dengan bahasa daerah di Indonesia. Selain suling tradisional

dikenal pula suling modern yang biasa dipergunakan di orkestra.

3.2 Saran

Kita perlu melestarikan keberadaan alat-alat musik tradisional, termasuk suling

tradisional agar dapat kita warisi kepada generasi mendatang.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://alatmusiktradisional.blogdetik.com/2014/05/15/alat-musik-tradisional-seruling-bambu

https://id.wikipedia.org/wiki/Suling

http://perchidayah.blogspot.co.id/2012/01/sejarah-suling.html

12

Anda mungkin juga menyukai