PENDAHULUAN
Salah satu contoh dari banyaknya jenis-jenis musik di nusantara adalah Musik
gamelan, musik ini lahir dan berkembang di daerah jawa. Musik gamelan pada
saat ini telah mengalami banyak perkembangan dan sedikit modifikasi atau
pertambahan beberapa alat msuik modern. Namun walaupun demikian peminat
musik ini masih sangat sedikit, umumnya para pemain musik daerah ini adalah
para orang-orang tua jawa yang telah mahir memainkan alat-alat musiknya.
Kurangnya pengetahun dan pengenalan mengenai musik derah ini membuat
generasi muda kurang begitu mengahargai dan mengapresiasi musik daerahnya.
Untuk dapat memahami lebih jauh mengenai musik gamelan maka pada makalah
ini disajikan beberapa ulasan tentang musik gamelan, mulai dari sejarah, alat
musik, dan beberapa tokohnya.
1.2 Tujuan
1
1.3 Rumusan Masalah
1.5 Manfaat
2
BAB II
SEJARAH DAN JENIS GAMELAN
3
sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun, relief tentang alat
musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang kompleks.
Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu sléndro, pélog, “Degung”
(khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai
diatonis, sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
Musik Gamelan merupakan gabungan pengaruh seni luar negeri yang beraneka
ragam. Kaitan not nada dari Cina, instrumen musik dari Asia Tenggara, drum
band dan gerakkan musik dari India, bowed string dari daerah Timur Tengah,
bahkan style militer Eropa yang kita dengar pada musik tradisional Jawa dan Bali
sekarang ini.
Interaksi komponen yang sarat dengan melodi, irama dan warna suara
mempertahankan kejayaan musik orkes gamelan Bali. Pilar-pilar musik ini
menyatukan berbagai karakter komunitas pedesaan Bali yang menjadi tatanan
musik khas yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari.
Namun saat ini gamelan masih digunakan pada acara-acara resmi seperti
pernikahan, syukuran, dan lain-lain. tetapi pada saat ini, gamelan hanya digunakan
mayoritas masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah.
Kebudayaan Jawa setelah masa prasejarah memasuki era baru yaitu suatu masa
ketika kebudayaan dari luar -dalam hal ini kebudayaan India- mulai berpengaruh.
Kebudayaan Jawa mulai memasuki jaman sejarah yang ditandai dengan adanya
sistem tulisan dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari perspektif historis selama
kurun waktu antara abad VIll sampai abad XV Masehi kebudayaan Jawa,
mendapat pengayaan unsur-unsur kebudayaan India. Tampaknya unsur-unsur
budaya India juga dapat dilihat pada kesenian seperti gamelan dan seni tari.
Transformasi budaya musik ke Jawa melalui jalur agama Hindu-Budha.
4
Data-data tentang keberadaan gamelan ditemukan di dalam sumber verbal yakni
sumber – sumber tertulis yang berupa prasasti dan kitab-kitab kesusastraan yang
berasal dari masa Hindu-Budha dan sumber piktorial berupa relief yang
dipahatkan pada bangunan candi baik pada candi-candi yang berasal dari masa
klasik Jawa Tengah (abad ke-7 sampai abad ke-10) dan candi-candi yang berasal
dari masa klasik Jawa Timur yang lebih muda (abad ke-11 sampai abad ke¬15)
(Haryono, 1985). Dalam sumber-sumber tertulis masa Jawa Timur kelompok
ansambel gamelan dikatakan sebagai “tabeh – tabehan” (bahasa Jawa baru ‘tabuh-
tabuhan’ atau ‘tetabuhan’ yang berarti segala sesuatu yang ditabuh atau
dibunyikan dengan dipukul). Zoetmulder menjelaskan kata “gamèl” dengan alat
musik perkusi yakni alat musik yang dipukul (1982). Dalam bahasa Jawa ada kata
“gèmbèl” yang berarti ‘alat pemukul’. Dalam bahasa Bali ada istilah ‘gambèlan’
yang kemudian mungkin menjadi istilah ‘gamelan’. Istilah ‘gamelan’ telah disebut
dalam kaitannya dengan musik. Namur dalam masa Kadiri (sekitar abad ke¬13
Masehi), seorang ahli musik Judith Becker malahan mengatakan bahwa kata
‘gamelan’ berasal dari nama seorang pendeta Burma dan seorang ahli besi
bernama Gumlao. Kalau pendapat Becker ini benar adanya, tentunya istilah
‘gamelan’ dijumpai juga di Burma atau di beberapa daerah di Asia Tenggara
daratan, namun ternyata tidak.
Gambar relief instrumen gamelan di candi-candi masa Jawa Timur dapat dijumpai
pada candi Jago (abad ke -13 M) berupa alat musik petik: kecapi berleher panjang
dan celempung. Sedangkan pada candi Ngrimbi (abad ke – 13 M) ada relief
reyong (dua buah bonang pencon). Sementara itu relief gong besar dijumpai di
candi Kedaton (abad ke-14 M), dan kendang silindris di candi Tegawangi
5
(abad ke-14 M). Pada candi induk Panataran (abad ke-14 M) ada relief gong,
bendhe, kemanak, kendang sejenis tambur; dan di pandapa teras relief gambang,
reyong, serta simbal. Relief bendhe dan terompet ada pada candi Sukuh (abad ke-
15 M).
Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari :
Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong
6
& Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling.
Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-
masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul /
menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda.
Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang
dimainkan bersama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini. Tetapi, gamelan
diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha mendominasi
Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India,
tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara
“menyanyikan” lagunya penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan
penyanyi wanita disebut waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era
Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang
berada di gunung Mahendra di daerah dangkamulan (sekarang Gunung Lawu).
Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan
untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus,
Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong,
sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat
baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah
seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
7
gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya
berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden. Gamelan
yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupun
Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila
dibandingkan dengan Gamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang
mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian,
perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadap pandangan hidup “orang
jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara
keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan
bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa”
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat
kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”, “pélog”,
”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal
sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
• Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan
perbedaan interval kecil.
• Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu : 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B]
dengan perbedaan interval yang besar.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari
beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan
dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Seni gamelan Jawa tidak hanya dimainkan untuk mengiringi seni suara, seni tari,
dan atraksi wayang. Saat diadakan acara resmi kerajaan di keraton, digunakan
8
alunan musik gamelan sebagai pengiring. Terutama, jika ada anggota keraton
yang melangsungkan pernikahan tradisi Jawa. Masyarakat Jawa pun
Menggunakan alunan musik gamelan ketika mengadakan resepsi pernikahan.
Degung adalah kumpulan alat musik dari sunda. Ada dua pengertian tentang
istilah degung:
* Degung sebagai nama laras bagian dari laras salendro ( berdasarkan teori
Machyar Angga Kusumahdinata).
Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain.
Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 –
(la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).
Gamelan Degung
Ada beberapa gamelan yang pernah ada dan terus berkembang di Jawa Barat,
antara lain Gamelan Salendro, Pelog dan Degung. Gamelan salendro biasa
digunakan untuk mengiringi pertunjukan wayang, tari, kliningan, jaipongan dan
lain-lain. Gamelan pelog fungsinya hampir sama dengan gamelan salendro, hanya
kurang begitu berkembang dan kurang akrab di masyarakat dan jarang dimiliki
oleh grup-grup kesenian di masyarakat. Hal ini menandakan cukup terwakilinya
seperangkat gamelan dengan keberadaan gamelan salendro, sementara gamelan
degung dirasakan cukup mewakili kekhasan masyarakat Jawa Barat. Gamelan
lainnya adalah gamelan Ajeng berlaras salendro yang masih terdapat di kabupaten
Bogor, dan gamelan Renteng yang ada di beberapa tempat, salah satunya di Batu
Karut, Cikalong kabupaten Bandung. Melihat bentuk dan interval gamelan
renteng, ada pendapat bahwa kemungkinan besar gamelan degung yang sekarang
berkembang, berorientasi pada gamelan Renteng.
9
Lagu-lagu degung di antaranya: Palwa, Palsiun, Bima Mobos (Sancang), Sang
Bango, Kinteul Bueuk, Pajajaran, Catrik, Lalayaran, Jipang Lontang, Sangkuratu,
Karang Ulun, Karangmantri, Ladrak, Ujung Laut, Manintin, Beber Layar,
Kadewan, Padayungan, dsb. Sedangkan lagu-lagu degung ciptaan baru yang
digarap dengan menggunakan pola lagu rerenggongan di antaranya: Samar-samar,
Kembang Ligar, Surat Ondangan, Hariring Bandung, Tepang Asih, Kalangkang,
Rumaos, Bentang Kuring, dsb.
Gamelan Bali
Musiknya juga sering mengalami perubahan tempo dan dinamik. Bedanya lagi,
gamelan Bali memiliki lebih banyak instrumen berbilah daripada berpencu.
Logamnya pun lebih tebal sehingga dapat bersuara lebih nyaring. Ciri lain
gamelan Bali adalah digunakannya sejenis simbal yang disebut ceng-ceng. Ceng-
ceng inilah yang berbunyi nyaring dan cepat sehingga membuat musik Bali
berbeda dari musik Jawa
Gamelan sejak dahulu sudah populer hampir di seluruh Indonesia dan sangat
dipengaruhi oleh paham Hindu, Arab, dan Persia. Di keraton Yogya dan Solo
masih terdapat perangkat gamelan yang masih lengkap sebagai bukti peninggalan
jaman dahulu. Di Jawa Barat pada jaman Sultan Agung sudah terdapat peralatan
gamelan yang lengkap. Suku bangsa yang paling aktif menggunakan perangkat
gamelan adalah Jawa, Sunda, dan Bali. Instrumen ketiga daerah itu pada
umumnya sama, dan perbedaannya terletak pada cara memainkannya. Gamelan
Jawa dimainkan dengan keseimbangan antara vokal dan instrumental, tak ada
yang menonjol antara keduanya, sedangkan pada gamelan Sunda vokal lebih
dipentingkan dari pada instrumental, terutama pada permainan kliningan.
Penyanyi vokalnya disebut pesinden. Gambelan Bali mengutamakan instrumental,
karena disesuaikan dengan pemakaiannya, yaitu sebagai pengiring tarian.
Walaupun gamelan berkembang terus, sampai sekarang belum tercapai
10
standardisasi nada, sehingga ukuran nada setiap perangkat dapat berbeda-beda.
Walau demikian hal ini tidak menjadi masalah. Kini cukup banyak seniman di
luar negeri yang berminat pada gamelan, terutama di Amerika Serikat dan
Australia.
Perkembangan jaman terasa juga dalam perkembangan gamelan. Pada tahun
1960-an ditemukan gamelan yang tidak hanya terbatas dalam laras slendro dan
laras pelog, tetapi lebih bersifat universal. Gamelan jenis ini tidak bernada
pentatonis tetapi diatonis, sehingga dapat digunakan untuk mengiringi lagu-lagu
pop.
Musik gamelan biasa digunakan sebagai pengiring pertunjukkan wayang, upacara
keraton, upacara perkawinan adat Jawa. Tokoh dalam perkembangan musik
gamelan:
1) Pastor Van Deinse SJ dari Semarang.
11
BAB III
ALAT MUSIK GAMELAN
Bagian Alat Musik Gamelan, nama-nama alat musik dalam Gamelan Jawa:
1. Kendhang:
Terbuat dari kulit hewan (Sapi atau kambing) Kendhang berfungsi utama untuk
mengatur irama. Kendhang ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Jenis
kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang
ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa
disebut kendang kalih.
Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti
ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi.
Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama
tanggung. Untuk bermain kendhang, dibutuhkan orang yang sangat mendalami
budaya Jawa, dan dimainkan dengan perasaan naluri si pemain, tentu saja dengan
aturan-aturan yang ada.
12
2. Demung, Saron, Peking
Alat ini berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah (satu oktaf )
ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator.
Instrumen mi ditabuh dengan tabuh dibuat dari kayu.
Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis saran:
DEMUNG
Alat ini berukuran besar dan beroktaf tengah.
SARON
Alat ini berukuran sedang dan beroktaf tinggi.
13
PEKING
Berbentuk saron yang paling kecil dan beroktaf paling tinggi.
Saron panerus atau peking ini memainkan tabuhan rangkap dua atau rangkap
empat lagu balungan.
3. Bonang
Bonang dibagi menjadi dua jenis, yaitu bonang barung dan bonang panerus.
Perbedaannya pada besar dan kecilnya saja, dan juga pada cara memainkan
iramanya.
Bonang barung berukuran besar, beroktaf tengah sampai tinggi, adalah salah satu
dari instrumen-instrumen pemuka dalam ansambel.
Bonang panerus adalah bonang yang kecil, beroktaf tinggi. Pada teknik tabuhan
pipilan, irama bonang panerus memiliki kecepatan dalam bermain dua kali lipat
dari pada bonang barung. Walaupun mengantisipasi nada-nada balungan, bonang
panerus tidak berfungsi sebagai lagu tuntunan, karena kecepatan dan ketinggian
14
wilayah nadanya. Dalam teknik tabuhan imbal-imbalan, bekerja sama dengan
bonang barung, bonang panerus memainkan pola-pola lagu jalin menjalin.
4. Slenthem
Kenong merupakan satu set instrumen jenis mirip gong berposisi horisontal,
ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu. Dalam memberi
batasan struktur suatu gendhing, kenong adalah instrumen kedua yang paling
penting setelah gong. Kenong membagi gongan menjadi dua atau empat kalimat
kalimat kenong. Di samping berfungsi menggaris-bawahi struktur gendhing, nada-
15
nada kenong juga berhubungan dengan lagu gendhing; ia bisa memainkan nada
yang sama dengan nada balungan;
ia boleh juga mendahului nada balungan berikutnya untuk menuntun alun lagu
gendhing; atau ia dapat memainkan nada berjarak satu kempyung dengan nada
balungan, untuk mendukung rasa pathet.
Pada kenongan bergaya cepat, dalam ayaka yakan, srepegan, dan sampak, tabuhan
kenong menuntun alur lagu gendhing-gendhing tersebut.
Kethuk sama dengan kenong, fungsinya juga sama dengan kenong. Kethuk dan
kenong selalu bermain jalin-menjalin, perbedaannya pada irama bermainnya saja.
6. Gender
Instrumen terdiri dari bilah-bilah metal ditegangkan dengan tali di atas bumbung-
bumbung resonator. Gender ini dimainkan dengan tabuh berbentuk bulat
(dilingkari lapisan kain) dengan tangkai pendek.
Sesuai dengan fungsi lagu, wilayah nada, dan ukurannya, ada dua macam gender:
– gender panerus.
16
7. Gambang
8. Rebab
Instrumen kawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan
badan berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.
17
Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu
dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih.
Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing,
menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan.
Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu
rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing.
Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada
ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.
9. Siter
Siter merupakan bagian ricikan gamelan yang sumber bunyinya adalah string
(kawat) yang teknik menabuhnya dengan cara di petik. Jenis instrumen ini di lihat
dari bentuk dan warna bunyinya ada tiga macam, yaitu siter, siter penerus
(ukurannya lebih kecil dari pada siter), dan clempung (ukurannya lebih besar dari
pada siter). Dalam sajian karawitan klenengan atau konser dan iringan wayang
fungsi siter sebagai pangrengga lagu.
18
BAB I V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
19