Anda di halaman 1dari 21

Kliping

Pendidikan Kewarganegaraan
Suku – Suku Indonesia

Disusun oleh :
 Vrista Darin Nadira
 Nazmy Mailaty Putri
 Sazkya Mayada
 Jihan Nabila Nasution
 Zahra Nadiatama
 Febri Nur Setiawan
 Irsadul Ibad

SMP Negeri 5 Depok


Tahun ajaran 2020/2021
Suku Bali
 Rumah Adat
Bali merupakan sebuah daerah yang dikenal dengan sebutan Pulau
Dewata, mempunyai rumah adat yang tidak biasa jika dibandingkan
dengan rumah adat daerah lain. Rumah adat Bali memiliki desain dan
arsitektur yang cenderung mewah meski masih menjungjung tingggi
nilai-nilai teradisional.

Tentu tidak sembarangan dalam membangun rumah adat Bali. Biasanya


dalam membangun rumah adat Bali selalu menggunakan arsitektur
khusus yang disebut Udagi. Mereka adalah seniman yang memang khusus
untuk membangun struktur rumah adat Bali yang masih Tradisional.

Rumah adat Pulau Bali terlihat seperti candi yang memiliki bagian-bagian
tersendiri. Dalam artikel kali ini, kita akan mengenal lebih dekat lagi
dengan rumah adat tradisional Pulau Bali yang sampai saat ini masih
bertahan dan terus dilestarikan hingga sekarang.

Bali juga terkenal dengan pakaian-pakaian adat teradisional nya yang


mempunyai nilai tersendiri.

Apa saja nilai-nilai yang dianut, bagian setiap rumah adat, dan lambang
struktur bangunan rumah adat tradisional Bali? Marilah kita simak
tentang jenis bangun rumah adat Bali dibawah ini.

ANGKUL-ANGKUL

Yang pertama adalah Rumah Adat Bali Angkul-Angkul. Di bagian luar,


setiap rumah adat biasanya memiliki pintu utama berupa gapura. Udagi
membangun sebuah angkul-angkul atau biasa kita kenal dengan sebutan
gapura dengan atap yang artistik dan model tradisional seperti candi
disebelah kanan dan kirinya.
Atapnya yang menghubungkan kedua sisi terlihat unik dan dipenuhi
dengan ukiran-ukiran artistik. Di zaman moderen seperti ini, atap
biasanya sudah menggunakan genteng yang disusun sedemikian rupa.
Namun masih ada juga Angkul-angkul tradisional dengan atap yang
menggunakan dari rumput kering.
 Pakaian adat
Budaya yang dimiliki oleh masyarakat Bali memang begitu unik. Budaya
juga menjadi identitas utama yang membedakan antara masyarakat
Pulau Bali dengan masyarakat dari daerah lain. Keunikan budaya Bali bisa
dilihat dalam beragam hal, termasuk di antaranya adalah dari jenis
pakaian adat Bali yang mereka gunakan.

Anda perlu tahu bahwa ada beberapa jenis pakaian adat Bali yang
pemakaiannya berbeda-beda. Anda akan menjumpai ada 3 jenis pakaian
adat khas Bali, yaitu:

1. Payas agung
Jenis Pakaian Adat Bali Mengenal Jenis Pakaian Adat Bali Berdasarkan
Fungsi dan Tingkatannya

Jenis pakaian adat Bali yang pertama disebut dengan payas agung.
Merujuk pada namanya, pakaian ini menampilkan kesan yang mewah dan
spesial. Oleh karena itu, tak heran kalau pemanfaatannya juga tidak
bisa untuk beragam aktivitas. Payas agung merupakan jenis pakaian yang
secara khusus ditujukan untuk acara pernikahan.

Pakaian ini terlihat mewah dengan perpaduan warna merah, emas, serta
putih. Ketiga warna tersebut merupakan warna yang menjadi
representasi kemewahan di Bali. Apalagi, pada penggunaanya, payas
agung ini juga kerap disertai dengan mahkota yang berukuran cukup
besar. Pemakaian mahkota itu tak hanya untuk laki-laki, tetapi juga
perempuan.

Payas agung untuk laki-laki kerap disertai dengan keris serta bawahan
berupa kain songket yang mewah. Sementara itu, payas agung untuk
perempuan menggunakan kain atau sesanteng yang sengaja dililitkan
pada bagian tubuh atas. Pada bagian bawahan, terdapat kain tenun
songket yang mewah.

2. Payas madya

Payas madya memiliki tingkatan pemakaian yang fleksibel, tidak seperti


payas agung. Anda bisa menggunakan pakaian ini untuk aktivitas sehari-
hari. Selain itu, aturan terkait cara mengenakannya juga tidak terlalu
ketat. Meski begitu, mereka yang mengenakan jenis pakaian adat Bali ini
akan terlihat begitu gagah dan cantik.

Jenis atasan yang bisa dipakai ketika mengenakan payas madya bisa
beragam. Anda dapat memilih untuk memakai baju kaos, kaos polo,
ataupun kemeja. Sementara itu, untuk bagian bawahan, harus disertai
dengan senteng atau selendang serta kamen.

3. Payas alit
Jenis pakaian adat Bali yang berikutnya disebut dengan nama payas alit.
Pakaian adat tradisional yang satu ini menjadi jenis busana yang sering
digunakan ketika masyarakat Bali ingin melangsungkan ibadah ke pura.
Pakaian ini juga memiliki ciri khas berupa penggunaan kain yang
berwarna putih.

Pria Bali yang menggunakan payas alit disertai dengan udang di bagian
kepala. Selain itu, kamen di bagian pinggang juga tak terlupakan.
Sementara itu, pakaian untuk perempuan berupa kebaya yang disertai
dengan kamen serta selendang.

Dari ketiga jenis pakaian adat khas Bali tersebut, Anda bisa memilih
payas madya serta payas alit sebagai pilihan oleh-oleh menarik. Harga
pakaian adat Bali tidak terlalu mahal. Anda bisa memilih untuk belanja di
pasar tradisional untuk bisa mendapatkan harga yang sesuai bujet.
Ditambah lagi, Anda juga berkesempatan untuk menawar harga yang
dipatok oleh penjual.

Sementara itu, payas agung juga bisa Anda gunakan untuk kesempatan
spesial. Apalagi, ketika Anda memutuskan ingin melangsungkan pesta
pernikahan yang unik di Bali. Pemakaian payas agung, bisa membuat
upacara pernikahan jadi momen yang sulit untuk dilupakan.

 Makanan Tradisional
1. Lawar Kuwir

Lawar merupakan campuran sayur-sayuran dan daging cincang dan


ditambah dengan bumbu khas Bali. Pada umumnya kuliner khas Bali ini
diolah dengan menggunakan campuran daging babi, namun ternyata
bebek entog (kuwir) juga menjadi daging alternatif yang di favoritkan
oleh masyarakat Bali karena bisa dinikmati oleh siapa saja.

Daging entog yang sudah dicincang lalu dicampur dengan potongan-


potongan sayur kacang panjang, serta parutan kelapa dan dilumuri
bumbu Bali. Lawar Kuwir ini lebih lezat dan pas jika Toppers Santap
bersama nasi putih hangat bersama sate lilit, kacang tanah, suwiran
Ayam Betutu, dan semangkok jukut ares (sayur batang pisang).

2. Nasi Campur Ayam Bali

Ingin menikmat beragam makanan khas Bali dalam satu piring saja? Bisa!
Toppers bisa mencoba nasi campur ayam khas Bali yang terdiri dari sate
lilit, suwiran ayam sisit bumbu Basa Genep Bali, sayur urap, dan lawar
ayam siap dilengkapi dengan nasi putih hangat. Ditambah dengan sambal
matah dan sambal embe khas Bali, kuliner khas Bali ini akan membuatmu
susah untuk berhenti makan.

3. Ayam Betutu

Siapa tak kenal hidangan ayam khas Bali satu ini? Menu yang satu ini
enggak boleh dilewatkan dalam daftar wisata kuliner Toppers di Bali
karena ini sudah menjadi ikon makanan khas Bali. Buat Toppers yang
suka masakan pedas, bersiap untuk dimanjakan dengan Betutu yang
berlimpahkan rempah-rempah dengan tekstur pedas dan bikin
ketagihan!
Bumbu khas Bali tersebut dimasukan ke bagian dalam perut ayam
kampung, dan dagingnya dibungkus dengan daun pisang dan dipanggang
menggunakan bara api sekam yang memakan waktu hingga 24 jam, agar
bisa menghasilkan rasa gurih, lembut dan pedas yang otentik lho!

 Upacara Adat
Berikut adalah daftar upacara adat khas di Bali, yang merupakan
rangkaian upacara tradisional yang hampir diikuti dan dilaksanakan oleh
warga Hindu Bali :

1. Upacara Ngaben

Upacara Ngaben di BaliUpacara adat tradisional di Bali ini dilakukan


untuk orang yang meninggal, setelah meninggal tubuh orang tersebut
akan dibakar kemudian abunya akan dihanyutkan ke laut. Dalam
pelaksanaanya, tubuh orang meninggal bisa dikubur terlebih dahulu,
kemudian menunggu waktu baik dan tersedia dana baru tulang
belulangnya digali dan dibakar, terkadang ada hanya mengambil tanah
saja di atas kuburan orang meninggal hanya sebagai simbul jasad
tersebut. Tujuan Ngaben tersebut mengembalikan unsur Panca
Mahabhuta ke asalnya dan mengantarkan sang atma untuk kembali ke
alamnya yakni alam Pitara.

2. Hari Raya Nyepi

Suasana Nyepi di BaliDikenal sebagai hari raya tahun baru Bali


berdasarkan penanggalan tahun Isaka yang biasanya jatuh pada bulan
Maret-April bulan Masehi. Upacara penyambutan tahun Baru ini
tergolong unik, sesuai namanya Nyepi semua aktifitas warga tutup tidak
ada boleh aktifitas sama sekali, tidak boleh bikin gaduh, bepergian ke
luar rumah dan menyalakan lampu. Cuma tempat-tempat penting seperti
rumah sakit diperbolehkan buka. Tujuan dari hari Raya Nyepi bagi umat
Hindu adalah untuk bisa mengendalikan hawa nafsu, mengekang dan
mengendalikan segala keinginan dan kesenangan, waktu yang paling baik
melakukan tapa, brata, yoga dan samadi, sehingga bisa membuka
lembaran baru dengan hati putih dan bersih.

3. Hari Raya Ngerupuk Dan Ogoh-Ogoh

Pawai ogoh-ogoh di BaliUpacara persembahan di hari raya Ngerupuk ini


adalah rangkaian dalam Hari Raya Nyepi di Bali, setiap warga Hindu
wajib melakukan persembahan kepada sang Bhuta Kala dengan banten
mecaru, baik itu di tingkat rumah, banjar, desa, kecamatan sampai
tingkat propinsi Bali yang biasanya dilakukan di perempatan jalan raya
utama di desa atau kota tersebut. Tujuannya adalah memberikan
persembahan bagi Bhuta Kala, agar mereka tidak mengganggu kehidupan
manusia di saat manusia melakukan brata penyepian. Dilaksanakan sehari
sebelum perayaan Nyepi, setelah upacara mecaru, dilakukan pawai ogoh-
ogoh yang sebagi simbol Bhuta Kala diarak keliling desa dibarengi warga
dengan membawa obor.

Suku Baduy
 Rumah Adat
Rumah Adat Baduy adalah rumah adat dari provinsi Banten. Hal ini
didasarkan pada rumah adat yang dimiliki oleh Suku Bauy. Suku
Baduy/Badui merupakan kelompok etnis masyarakat adat suku Banten di
wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Bentuk rumah adat Badui sering di
sebut dengan istilah Julang Ngapak.

Secara umum rumah adat Badui memilki gaya bangunan seperti rumah
panggung. Bahan yang bisa digunakan untuk bangunan rumah adat Badui
adalah bambu. Rumah adat Badui merupakan simbol kesederhanaan dari
masyarakatnya. Adapun keutamaan yang ingin didapat dari bangunan
rumah ini adalah fungsi perlindungan dan kenyamanan. Selain itu
semangat kekeluargaan di suku Badui masih sangat kental, sehingga
dalam proses pembangunan rumah adat Badui melibatkan warga sekitar
dengan cara gotong royong.

 Pakaian Adat
Pakain Suku Baduy adalah pakaian adat suku badui yang biasa digunakan
oleh Suku Badui di Desa Kanekes,Kecamatan Leuwidamar, kabupaten
lebak Banten, Provinsi Banten. Suku Badui adalah salah satu suku di
Indonesia yang masih memegang dan menjaga kemurnian adat dan
tradisinya, kearifan lokal yang menjadi kekuatan masyarakat adat,
posisi penghargaan yang tinggi pada kepala suku sebagai pimpinan
menjadikan suku Badui masih terus bertahan hingga kini. Adat dan
tradisi yang bersinergi dengan alam, mulai dari sikap dan tingkah laku,
tata cara bekerja, berkegiatan sehari-hari, mencari nafkah kehidupan
hingga momentum kelahiran kematian dan pernikahan bahkan menebang
pohon juga diatur sesuai keputusan adat. Begitu juga dengan pakaian
yang melekat pada suku Badui. Pakaian suku adat Badui ini telah menjadi
ciri yang dibedakan atas warna dan desainnya. Kesederhanaan terlihat
dari warna pakaiannya yaitu hanya warna alam yaitu hitam dan putih.
Bahan untuk membuat baju juga di lakukan sendiri oleh suku Badui di
lahan bersama, yaitu dengan menanam tanaman kapas. Kemudian kapas
di proses hingga menjadi benang, para wanita suku Badui kemudian
menenun bahan benang yang telah dipintal, sehingga menghasilkan
selembar kain yang kemudian di bentuk dan dijahit sendiri dengan
tangan. Bagi suku Badui dalam ada ketentuan tidak boleh baju dijahit
dengan mesin. Namun bagi suku Badui luar, sudah diperbolehkan
menjahit baju dengan mesin.

Pakaian Badui Luar


Pakaian Badui Dalam
 Makanan Tradisional

1. Pasung Merah

Kue pasung merah merupakan kue khas suku Baduy Banten yang kini
banyak ditemui di kawasan Serang, Lebak, Pandeglang dan Cilegon. Kue
ini sering disajikan di acara-acara perayaan keagamaan, pernikahan,
khitanan dan perayaan lainnya. Kue pasung sudah ada sejak zaman
dahulu dan merupakan hasil dari perpaduan antara makanan khas Sunda
dan makanan dari Jawa. Rasanya yang manis dengan tekstur yang kenyal
membuatnya cocok disantap sambil minum kopi atau teh di sore hari.

Kue pasung terbuat dari dua adonan yakni campuran santan dan tepung
sagu dan campuran tepung beras dengan gula merah. Untuk
menambahkan aroma wangi dan tekstur, biasanya ditambahkan buah
nangka atau potongan kelapa. Kue pasung Banten dibungkus dengan
menggunakan daun pisang yan gdibentuk layaknya sebuah corong
kemudian dikukus sampai matang.

2. Otak-otak Labuan

Makanan khas ini dibuat dari olahan daging ikan tenggiri. Kawasan
Banten yang dekat dengan daerah pesisir dikenal kaya ikan sehingga
wajar jika olahan ikan banyak ditemukan di sini. Otak-otak labuan dibuat
dari daging ikan tenggiri yang dihaluskan kemudian dicampur dengan
santan, bawang putih, tepung tapioka, gula pasir, merica, dan garam.
Kemudian adonan tersebut dibungkus menggunakan daun pisang yang
ditusuk lidi di ujung-ujungnya. Lalu otak-otak dibakar di atas arang
hingga mengeluarkan aroma harum. Otak-otak labuan disajikan dengan
tambahan berupa sambal kacang tanpa nasi.

3. Jojorong

Makanan khas suku Baduy Banten lainnya adalah jojorong. Jojorong


sudah terkenal sebagai makanan khas Banten, tapi jarang yang tahu
kalau makanan ini merupakan makanan khas suku Baduy. Kue Jojorong
kini bisa Anda temui banyak dijual di kawasan Lebak dan Pandeglang.
Kue ini terbuat dari tepung kanji, tepung beras dan gula merah.
Teksturnya terasa lembut dan sensasi rasa manis bisa Anda rasakan
ketika menyendok bagian dalam kue jojorong ini.
 Upacara Adat
Seba Baduy. Urang Kanekes atau Orang Baduy (kadang dieja Badui)
dikenal sebagai salah satu suku di Indonesia yang mengisolasi diri dari
dunia luar. Bahkan, kelompok etnis dari masyarakat adat suku Banten ini
memiliki keyakinan tabu untuk didokumentasikan, khususnya masyarakat
di wilayah Baduy Dalam.

Meski demikian ada satu masa dimana mereka berbodong-bondong


menunjukkan diri pada dunia, yakni saat mereka menjalankan tradisi
Seba. Di saat itulah ribuan orang Baduy, baik Baduy Dalam maupun
Baduy Luar, akan melakukan perjalanan jauh dari desa Kanekes di
Kabupaten Lebak menuju Kota Serang, ibukota Provinsi Banten.

Seba merupakan tradisi penyerahan hasil tani atau hasil bumi pada
pemerintah, yakni Gubernur Banten. Ritual tahunan ini dimaksudkan
sebagai ungkapan rasa syukur karena hasil panen melimpah. Menariknya,
suku Baduy melakukannya dengan berjalan tanpa alas kaki, seperti
halnya Kaum Bonokeling pada Tradisi Perlon Unggahan.
Hasil Pembagian Tugas

 Vrista Darin Nadira : Pakaian Adat Baduy


(mengetik & print)

 Nazmy Mailaty Putri : Upacara Adat Baduy &


Pakaian Adat Bali

 Sazkya Mayada : Rumah Adat Bali

 Jihan Nabila Nasution : Makanan Khas Bali

 Zahra Nadiatama : Rumah Adat Baduy

 Febri Nur Setiawan : Makanan Khas Baduy

 Irsadul Ibad : Upacara Adat Bali

Anda mungkin juga menyukai