Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH SUKU BUGIS

OLEH :
NAMIRA SALSABILA
NUR AZHIZHA HASAN

SMA NEGERI 6 MAROS


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah yang berjudul "Sejarah Suku Bugis" ini, ditulis bertujuan untuk memenuhi tugas
mata pelajaran Sejarah Indonesia. Selama proses penyusunan makalah ini, penulis
mendapatkan bantuan bimbingan dari ibu Asnawati, S.Pd selaku guru pembimbing mata
Pelajaran ini. Dengan ini penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, pembaca berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, Aamiin.

Bontoa, 10 Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................................4
A. Sejarah Suku Bugis ......................................................................................................................4
B. Karakteristik Suku Bugis .............................................................................................................4
C. Nilai Yang Terkandung Dalam Suku Bugis ................................................................................5
D. Sistem Kekerabatan ...................................................................................................................11
E. Mata Pencaharian.......................................................................................................................12
F. Pemukiman Suku Bugis .............................................................................................................12
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................13
A. Kesimpulan ................................................................................................................................13
B. Saran ..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki bermacam-
macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragam tersebut tentu dapat
terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayah dan daerah di Indonesia.
Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, ini merupakan
bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui dan melihat
keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut. Pada kesempatan kali ini, penulis
ingin memberitahu tentang salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya
kebudayaan yang berada di daerah Sulawesi Selatan yaitu “SUKU BUGIS”.
Suku Bugis adalah salah satu suku yang berdomisili di Sulawesi Selatan. Ciri utama
kelompok etnik ini adalah bahasa dan adat-istiadat, Diperkirakan populasi orang Bugis
mencapai angka enam juta jiwa. Kini orang-orang Bugis menyebar pula di berbagai provinsi
Indonesia, seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua, Kalimantan.
Suku Bugis hidup dari berburu, menangkap ikan, bertani, beternak dan kerajinan. Mereka
yang tinggal dipegunungan hidup dari bercocok tanam, sedang yang dipesisir hidup sebagai
nelayan. Mereka dikenal sebagai pedagang barang kelontong, juga terkenal sebagai pelaut yang
sering merantau & menyebar ke seluruh Indonesia. Pakaian tradisional mereka bernama Wajo
Ponco, yang diperkirakan muncul dari pengaruh Melayu. Sekarang baju ini hanyak untuk
upacara-upacara, tarian dan penjemputan secara adat. Bahasa mereka adalah bahasa Ugi yang
terbagi dalam beberapa dialek, seperti Luwu, Wajo, Bira, Selayar, Palaka, Sindenneng dan
Sawito. Makanan utama mereka yaitu beras dan jagung. Mereka memiliki minuman khas
seperti tuak, sarabba dan air tape.
Di kalangan orang Bugis masih hidup diantara aturan-aturan yang dianggap luhur dan
keramat yang dinamakan Panngaderreng atau panngadakkang. Diartikan sebagai keseluruhan
norma yang meliputi bagaimana seseorang harus bertingkah-laku terhadap sesama manusia dan
terhadap pranata sosialnya secara timbal balik (etika).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah suku bugis?
2. Seperti apa karakteristik suku bugis ?
3. Nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku bugis?

1
4. Seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?
5. Apa saja mata pencaharian Suku Bugis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah suku bugis
2. Untuk mengetahui seperti apa karakteristik suku bugis?
3. Dapat menilihat nilai budaya apa saja yang terkandung dalam suku bugis?
4. Dapat memahami seperti apa sitem kekerabatan dalam suku bugis?
5. Dapat memahami apa saja mata pencaharian Suku Bugis ?

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Suku Bugis


Suku Bugis merupakan salah satu suku yang ada dipulau Sulawesi. Suku bugis sekarang
tidak hanya dipulau sulawesi tetapi sudah tersebar di seluruh Indonesia. Suku Bugis tergolong
ke dalam suku-suku Melayu Deutero. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama
dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata “Bugis” berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang
Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana,
Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan
dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi
atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai
dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading.
Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak
termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih
9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang
tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading
juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di
Sulawesi seperti Buton.
Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo,
Soppeng, Sidrap, Pinrang, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dengan Makassar adalah
Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar
adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.
B. Karakteristik Suku Bugis
Suku Bugis terkenal dengan suku perantau yang tersebar ke beberapa wilayah di
Indonesia. Suku Bugis atau to 'Ugi merupakan suku asli di tanah Sulawesi khususnya di
Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan
martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga
diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang
membuat malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di
zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya
karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu
masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi
setidaknya masih diingat dan dipatuhi.

4
C. Nilai Yang Terkandung Dalam Suku Bugis
1. Kesenian Suku Bugis
a. Tari Paduppa Bosara
Tari Paduppa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan bahwa orang bugis
kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika
kedtangan tamu senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan.
b. Tari Pakarena
Tari Pakarena Merupakan tarian khas Sulawesi Selatan, Nama Pakarena sendiri di ambil
dari bahasa setempat, yaitu karena yang artinya main. Tarian ini pada awalnya hanya
dipertunjukkan di istana kerajaan, namun dalam perkembangannya tari Pakarena lebih
memasyarakat di kalangan rakyat.
Tari Pakarena memberikan kesan kelembutan. Hal tersebut mencerminkan watak
perempuan yang lembut, sopan, setia, patuh dan hormat pada laki-laki terutama pada suami.
Sepanjang Pertunjukan Tari Pakarena selalu diiringi dengan gerakan lembut para penarinya
sehingga menyulitkan bagi masyarakat awam untuk mengadakan babak pada tarian tersebut.
c. Tari Ma’badong
Tari Ma’badong hanya diadakan pada saat upacara kematian. Penari membuat lingkaran
dengan mengaitkan jari-jari kelingking, Penarinya bisa pria atau bisa wanita. Mereka biasanya
berpakaian serba hitam, namun terkadang memakai pakaian bebas karena tarian ini terbuka
untuk umum. Tarian ini hanya dilakukan dengan gerakan langkah yang silih berganti sambil
melangtungkan lagu kadong badong. Lagu tersebut syairnya berisikan riwayat manusia malai
dari lahir hingga mati, agar arwah si Mati diterima di negeri arwah atau alam baka. Tarian
Badong bisanya belansung berjam-jam, sering juga berlansung semalam suntuk. Tarian
Ma’badong bisanya dibawakan hanya pada upacara pemakaman yang lamanya tiga hari tiga
malam khusus bagi kaum bangsawan di daerah Tana Toraja Sulawesi Selatan.
d. Tarian Pa’gellu
Tari Pagellu merupakan salah satu tarian dari Tana Toraja yang di pentaskan pada acara
pesta tambu Tuka, Tarian ini juga dapat ditampilkan untuk menyambut patriot atau pahlawan
yang kembali dari medan perang dengan membawa kegembiraan.
e. Tari Mabbissu
Tari Mabissu merupakan tarian bissu yang biasanya dipertunjukkan ketika upacara adat.
Para penarinya bissu (orang yang kebal) yang selalu mempertontokan kesaktian mereka dalam
bentuk tarian komunitas bissu bisa kita jumpai didaerah pangkep sigeri sulawesi selatan.

5
f. Tari Kipas
Tari kipas Merupakan tarian yang memrtunjukan kemahiran para gadis dalam
memainkan kipas dengan gemulai alunan lagu.
g. Gendang Bulo
Gandrang Bulo merupakan sebuah pertunjukan musik dengan perpaduan tari dan tutur
kata. Nama Gandrang bulo sendiri diambil dari perpaduan dua suku kata, yaitu gendang dan
bulo, dan jika disatukan berarti gendang dari bambu. Ganrang Bulo merupakan pertunjukan
kesenian yang mengungkapkan kritikan dan dikemas dalam bentuk lelucon atau banyolan.
h. Kecapi
Kecapi Merupakan sala satu alat musik petik tradisional Sulawesi Selatan, khusunya
suku Bugis. Baik itu Bugis Makassar ataupun Bugis Mandar. Menurut sejarahnya kecapi
ditemukan atau diciptakan oleh seorang pelaut sehingga betuknya menyerupai perahu. Kecapi,
biasanya ditampilkan sebagai musik pengiring pada acara penjemputan para tamu pada pesta
perkawinan, hajatan, bahkan hiburan pada hari ulang tahun.
i. Gendang
Gendang merupakan sala satu alat musik perkusi yang mempunyai dua bentuk dasar,
yakni bulat panjang dan bundar mirip seperti rebana.
j. Suling
Suling bambu terdiri dari tiga jenis, yaitu:
• Suling panjang (suling lampe)
Suling yang memiliki lima lubang nada dan jenis suling ini telah punah.
• Suling calabai (suling ponco)
Suling jenis ini sering dipadukan dengan biola, kecapi dan dimainkan bersama penyanyi.
• Suling dupa Samping (musik Bambu)
Musik bambu masih sangat terpelihara biasanya digunakan pada acara karnaval atau
acara penjemputan tamu.
2. Adat Istiadat Suku Bugis
Dalam budaya suku bugis ada tiga hal yang bisa memberikan gambaran tentang budaya
orang bugis, yaitu konsep ade, siri na pesse dan simbolisme orang bugis adalah sarung sutra.
a. Konsep Ade
Ade yang dalam bahasa Indonesia adalah adat istiadat. Bagi masyarakat bugis, ada
empat jenis adat yaitu :
• Ade Maraja, yang dipakai dikalangan Raja atau Para Pemimpin.

6
• Ade Poraonro, yaitu adat yang sudah dipakai sejak lama dimasyarakat secra turun temurun.
• Ad assamaturukeng, yaitu peraturan yang sudah ditentukan melalui kesepakatan.
• Ade abiasang, adat yang dipakai dari dulu sampai sekarang dan sudah diterapkan dalam
masyarakat.
Menurut Lontara Bugis, terdapat lima prinsip dasar dari ade yaitu ade, bicara, rapang,
wari, dan sara. Konsep ini lebih dikenal sebagai pangngadereng. Ade merupakan manifestasi
sikap yang fleksibel terhadap berbagai jenis peraturan dalam masyarakat. Rapang lebih
merujuk pada model tingkah laku yang baik yang hendaknya diikuti oleh masyarakat.
Sedangkan wari adalah aturan mengenai keturunan dan hirarki masyarakat sara yaitu aturan
hukum Islam. Siri memberikan prinsip yang tegas bagi tingkah laku orang bugis.
b. Konsep siri’
Makna “siri” dalam masyarakat bugis sangat begitu berarti sehingga ada sebuah pepatah
bugis yang mengatakan “SIRI PARANRENG, NYAWA PA LAO”, yang artinya : “Apabila
harga diri telah terkoyak, maka nyawa lah bayarannya”.Begitu tinggi makna dari siri ini hingga
dalam masyarakat bugis, kehilangan harga diri seseorang hanya dapat dikembalikan dengan
bayaran nyawa oleh si pihak lawan bahkan yang bersangkutan sekalipun.
Siri’ Na Pacce secara lafdzhiyah Siri’ berarti : Rasa Malu (harga diri), sedangkan Pacce
atau dalam bahasa Bugis disebu Pesse yang berarti : Pedih/Pedas (Keras, Kokoh pendirian).
Jadi Pacce berarti semacam kecerdasan emosional untuk turut merasakan kepedihan atau
kesusahan individu lain dalam komunitas (solidaritas dan empati).
Kata Siri’, dalam bahasa Makassar atau Bugis, bermakna “malu”. Sedangkan Pacce
(Bugis: Pesse) dapat berarti “tidak tega” atau “kasihan” atau “iba”. Struktur Siri’ dalam Budaya
Bugis atau Makassar mempunyai empat kategori, yaitu :
• Siri’ Ripakasiri’
Adalah Siri’ yang berhubungan dengan harga diri pribadi, serta harga diri atau harkat
dan martabat keluarga. Siri’ jenis ini adalah sesuatu yang tabu dan pantang untuk dilanggar
karena taruhannya adalah nyawa.
• Siri’ Mappakasiri’siri’
Siri’ jenis ini berhubungan dengan etos kerja. Dalam falsafah Bugis disebutkan,
“Narekko degaga siri’mu, inrengko siri’.” Artinya, kalau Anda tidak punya malu maka
pinjamlah kepada orang yang masih memiliki rasa malu (Siri’). Begitu pula sebaliknya,
“Narekko engka siri’mu, aja’ mumapakasiri’-siri.” Artinya, kalau Anda punya malu maka
jangan membuat malu (malu-maluin).

7
• Siri’ Tappela’ Siri (Bugis: Teddeng Siri’)
Artinya rasa malu seseorang itu hilang “terusik” karena sesuatu hal. Misalnya, ketika
seseorang memiliki utang dan telah berjanji untuk membayarnya maka si pihak yang berutang
berusaha sekuat tenaga untuk menepati janjinya atau membayar utangnya sebagaimana waktu
yang telah ditentukan (disepakati). Ketika sampai waktu yang telah ditentukan, jika si berutang
ternyata tidak menepati janjinya, itu artinya dia telah mempermalukan dirinya sendiri.
• Siri’ Mate Siri’
Siri’ yang satu ini berhubungan dengan iman. Dalam pandangan orang Bugis/Makassar,
orang yang mate siri’-nya adalah orang yang di dalam dirinya sudah tidak ada rasa malu (iman)
sedikit pun.
3. Kebudayaan Suku Bugis
Suku Bugis terkenal dengan suku perantau yang tersebar ke beberapa wilayah di
Indonesia. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat.
Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau
martabat seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu
keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang
ini. Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak
seketat dulu, tapi setidaknya masih diingat dan dipatuhi.
Upacara perkawinan dalam suku Bugis disebut Mappabotting sementara itu istilah
perkawinan dalam suku bugis disebut siala yang mempunyai arti saling mengambil satu sama
lain. Perkawinan adalah ikatan timbal balik antara dua manusia berlainan jenis kelamin untuk
menjalin sebuah hubungan kekeluargaan. Istilah perkawinan dalam suku Bugis juga bisa
disebut mabinne berarti menanam benih, maksudnya menanam benih dalam kehidupan rumah
tangga.
4. Rumah Adat Suku Bugis
Setiap budaya memiliki ciri khas rumah adatnya masing-masing. Begitu pula dengan
bugis, rumah adat bugis itu terdiri dari tiga bagian. Yang dimana kepercayaan tersebut terdiri
atas :
a. Boting Langiq (Perkawinan Di langit yang Dilakukan Oleh We Tenriabeng)
b. Ale Kawaq (Di bumi. Keadaan-keadaan yang terjadi Dibumi)
c. Buri Liu (Peretiwi/Dunia Bawah Tanah/Laut) yang masih mempercayai bahwa rumah ini
bisa berdiri tanpa mengunakan satu paku pun orang daluhu kala mengantikan fungsi paku
besi menjadi Paku Kayu.

8
Rumah adat suku Bugis Makassar dapat di bedakan berdasarkan status sosial orang yang
menempatinya,
a. Rumah Saoraja (Sallasa) berarti rumah besar yang di tempati oleh keturunan raja (kaum
bangsawan)
b. bola adalah rumah yang di tempati oleh rakyat biasa.
Rumah adat suku bugis baik saroja maupun bola terdiri atas tiga bagaian : Awa bola
ialah kolong yang terletak pada bagian bawah, yakni antara lantai dengan tanah. Kolong ini
biasa pada zaman dulu dipergunakan untuk menyimpan alat pertanian, alat berburu, alat untuk
menangkap ikan dan hewan-hewan peliharaan yang di pergunakan dalam pertanian. Alle bola
ialah badan rumah yang terdiri dari lantai dan dinding yang terletak antara lantai dan loteng.
Pada bagian ini terdapat ruangan-ruangan yang dipergunakan dalam aktivitas sehari-hari
seperti menerima tamu, tidur, bermusyawarah, dan berbagai aktifitas lainnya.
Badan rumah tediri dari beberapa bagian rumah seperti: · lotang risaliweng, Pada bagian
depan badan rumah di sebut yang berfungsi sebagai ruang menerima tamu, ruang tidur tamu,
tempat bermusyawarah, tempat menyimpan benih, tempat membaringkan mayat sebelum
dibawa ke pemakaman. Lotang ritenggah atau Ruang tengah, berfungsi sebagai tempat tidur
kepala keluarga bersama isteri dan anak-anaknya yang belum dewasa, hubungan social antara
sesame anggota keluarga lebih banyak berlangsung disini.
Lontang rilaleng atau ruang belakang, merupakan merupakan tempat tidur anak gadis
atau orang tua usia lanjut, dapur juga di tempatkan pada ruangan ini yang dinamakan dapureng
atau jonghe.
Rakkeang ialah loteng yang berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil pertanian seperti
padi, jagung, kacang dan hasil perkebunan lainnya. Sebagaimana halnya unsur-unsur
kebudayaan lainnya maka teknologi arsitektur tradisionalpun senantiasa mengalami perubahan
dan perkembangan.
5. Pakaian Adat Suku Bugis
Baju Bodo adalah pakaian adat suku Bugis dan diperkirakan sebagai salah satu busana
tertua di dunia. Baju Bodo dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan pada pertengahan abad
ke-9, jauh sebelum masyarakat Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di
Perancis pada abad ke-18.
Sesuai dengan namanya “bodo” yang berarti pendek, baju ini memang berlengan
pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan payudara
dan lekuk-lekuk dada pemakainya, dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi bagian
pinggang ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh Islam di daerah ini, baju

9
yang tadinya memperlihatkan aurat pun mengalami perubahan. Busana transparan ini
kemudian dipasangkan dengan baju dalaman berwarna sama, namun lebih terang. Sedangkan
busana bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna senada.

Gambar Baju Bodo adalah Pakaian Adat Wanita Bugis Makasar


Baju bodo hanya dikenakan oleh wanita makasar, sementara para prianya menggunakan
pakaian adat yang bernama baju bella dada. Baju ini dikenakan bersama paroci (celana), lipa
garusuk (kain sarung), dan passapu (tutup kepala seperti peci). Model baju bela dada adalah
baju bentuk jas tutup berlengan panjang dengan kerah dan kancing sebagai perekat. Baju ini
juga dilengkapi dengan saku dibagain kiri dan kananya.

Passapu atau tutu kepala yang digunakan sebagai pelengkap baju bella dada umumnya
dibuat dari anyaman daun lontar dengan hiassan mbring atau benang emas yang disusun. Selain
passapau, para laki-laki juga tak ketinggalan untuk mengenakan aksesoris pelengkap pakaian
yang digunakan. Beberapa aksesoris diantaranya adalah ; gelang, keris, selempang atau rante
sambang, saputangan, dan sigarak atau hiasan penutup kepala.
6. Peninggalan Suku Bugis
Bissu adalah pendeta agama Bugis kuno pra-Islam. Bissu dalam kebudayaan Bugis
adalah manusia hermafrodit yang mana secara anatomis adalah laki-laki namun dalam
berbusana merupakan kombinasi antara karakteristik laki-laki dan perempuan. Seorang bissu

10
dapat membawa Badik (pisau khas Bugis) yang milik laki-laki, namun mengenakan bunga di
kepalanya yang bermodel rambut perempuan. Dalam kebudayaan Bugis, dikenal 4 gender plus
gender kelima yaitu ‘para-gender’. Selain laki-laki-pria (oroane) dan perempuan-wanita
(makunrai) dikenal pula calalai, secara biologis perempuan namun berperan dan berfungsi
sebagai laki-laki. Lalu ada calabai, secara biologis laki-laki namun berperan dan berfungsi
sebagai perempuan. Gender kelima yaitu bissu, yang telah dijelaskan sebelumnya.

7. Makanan Khas Suku Bugis


Salah satu makanan khas dari suku Bugis ialah Buras atau biasa disebut juga burasa.
Buras sebenarnya tidak jauh berbeda juga dengan olahan berbahan dasar beras lainnya, seperti
halnya Ketupat. Buras sendiri, oleh sejumlah orang-orang Suku Bugis memakannya dengan
beberapa campuran makanan lainnya. Seperti kari ayam, daging, dan telur. Tiga campuran
makanan ini harus wajib disediakan menemani Buras saat hajatan keluarga digelar.

D. Sistem Kekerabatan
Suku bugis sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga
diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang
membuat malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di

11
zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya
karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu
masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Dan untuk perkawinannya Walaupun
tidak seketat dulu, tapi setidaknya masih diingat dan dipatuhi.
E. Mata Pencaharian
Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka
kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain
yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi
birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.
F. Pemukiman Suku Bugis
Masyarakat Bugis Makassar kebanyakan mendiami Kabupaten Maros dan Pangkajene.
Mereka tinggal di sebuah kampung yang terdiri atas 10 – 20 buah rumah. Kampung pusat
ditandai dengan pohon beringin besar yang dianggap keramat dan dipimpin oleh kepala
kampung disebut matowa. Gabungan kampung disebut wanua sama dengan kecamatan.
Lapisan masyarakat Bugis Makassar sebelum kolonial Belanda adalah: ana’
karung adalah lapisan kaum kerabat raja, to-maradeka adalah lapisan orang merdeka, ata
adalah lapisan budak.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa, suku bugi adalah suku
yang tergolong kedalam suku-suku deutoran melayu. Masuk ke nusantara setelah gelombang
migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata “Bugis” bersal dari kata To Ugi, yang
bearti orang bugis. Penmaan “ugi” merajuk pada raja pertama kerajaan cina yang terdapat di
pammana, kabupaten Wojo saat ini, yaitu La sattumpung.
Orang bugis memiliki aksara sendiri yaitu aksara lontara yang berasal dari huruf
sansekerta. Rumah tradisonal bugis sendiri berbentuk panggung yang terdiri atas tingkat atas,
tengah, dan bawah. Tingkat atas digunakan untuk menyimpan padi dan benda benda pusaka.
Tingkat tengah, yang digunakan sebagai tempat tinggal, yang terbagi atas ruang ruang untuk
menerima tamu, tidur, makan, dan dapur. Tingkat dasar yang berada di lantai bawah digunakan
untuk menyimpan alat alat pertanian dan kandang ternak.
Karena masyarakat bugis termasuk pelaut yang ulung, mereka menggunkan perahu pinsi
sebagai teknologinya. Kesenian masyarakat bugis meliputi tari pelangi, tari paduppa bosara,
tari pattennung, tari pajoge’, tari anak masari, tari pangayo, tari passassa, tari pa’galung dan
tari pabatte.
Adat istiadat pernikahan suku bugis terdiri dari lima tahap yaitu : lettu (lamaran),
mappetuada (kesepakatan pernikahan), maduppa (mengundang), mappaccing (pembersihan),
hari pernikahan dimulai dengan mappaendre balanja.
B. Saran
Sebagai salah satu warisan budaya nusantara, sudah menjadi kewajiban kita bersama
untuk merawat dan melestarikan kebudayaan suku bugis, dengan cara menghormati dan
menghargai mereka, penyaringan budaya luar, tumbuhkan kecintaan sejak dini terhadap
budaya lokal, kususnya bagi kita sebagai guru harus lah mengerti dari mana anak anak didik
kita berasal, sebab berbeda suku atau etnis beda pula karakter individu tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

:http://id.wikipedia.org/wiki/Suku Bugis diakses tanggal 16 desember 2023


http://blogerbugis.blogspot.com/2013/04/adat-istiadat-suku-bugis-ade-siri-na.html diakses
tanggal 16 desember 2023
http://busbonecomunty.blogspot.com/2012/10/adat-istiadat-suku-bugis.html diakses tanggal
16 desember 2023
http://imbasadi.wordpress.com/agenda/data-karya-ilmiah-bebas/unhas/makna-siri-na-pacce-
dimasyarakat-bugis-makassar-friskawini/ \ diakses tanggal 16 desember 2023

14

Anda mungkin juga menyukai