Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini lebih lanjut, akan penulis
terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, meskipun dalam penyusunan makalah ini penulis
telah mencurahkan semua kemampuan, namun penulis sangat menyadari bahwa hasil
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan keterbatasan data dan referensi
maupun kemampuan penulis.
Penyusun
KEBERAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA
(ADAT ISTIADAT SUKU BADUY)
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki beragam suku dan budaya. Bahkan di tengah era modern dan
serba digital ini, masih ada suku yang memegang teguh adat istiadat seperti Suku Baduy.
Masyarakat Suku Baduy juga disebut dengan nama Urang Kanekes, disesuaikan dengan
tempat tinggal suku Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Lebak, Banten
Nama Baduy Dalam berawal dari sebutan yang diberikan oleh para peneliti Belanda
yang agaknya mempersamakan masyarakat yang hidup secara tidak menetap tersebut
dengan kelompok masyarakat Arab “Badawi”. Kemungkinan lain adalah karena di
wilayah bagian utara suku ini terdapat sungai yang disebut sungai Baduy Dalam.
Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang kenekeas adalah keturunan Batara
Cikal yang merupakan salah satu dewa atau batara yang turun ke bumi. Asal usul tersebut
juga sering dikait-kaitkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama manusia
Hingga saat ini orang Baduy masih sangat menjaga kearifan lokalnya. Hal ini
kemudian menjadi daya tarik perkampungan suku Baduy sebagai wisata budaya. Tidak
heran jika banyak wisatawan yang berkunjung ke perkampungan suku Baduy.
Berdasarkan latar belakang tersebut dalam makalah ini akan dibahas hal-hal yang
berhubungan dengan suku Baduy.
II. PEMBAHASAN
A. Suku Baduy
Suku Baduy merupakan masyarakat adat yang hingga saat ini eksistensinya masih
terjaga. Suku Baduy berasal dari Provinsi Banten. Suku ini tinggal di Cagar Budaya
Pegunungan Kendeng seluas 5.101,65 hektar di daerah Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Sementara itu perkampungan suku ini ada di area
aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kenceng. Suku Baduy dalam kesehariannya
berbicara menggunakan bahasa Sunda dan Indonesia. Meskipun memiliki
kepercayaan yang berbeda, namun sejatinya Baduy dekat dengan orang Sunda. Suku
Baduy memiliki tiga lapisan yaitu Baduy Dangka Baduy Luar dan Baduy Dalam.
B. Pemerintahan Suku Baduy
Sama halnya dengan tatanan masyarakat pada umumnya, Suku Baduy juga memiliki
sistem pemerintahan. sistem pemerintahan Suku Baduy sebagai berikut:
1. Sistem Pemerintahan Formal
Sistem pemerintahan formal sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia. Desa
Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang dikenal dengan sebutan Jaro Pamarentah.
Kepala desa dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh carik.
2. Sistem Pemerintahan Informal
Sistem pemerintahan informal dalam Suku Baduy merupakan sistem pemerintahan
adat yang berlaku di dalam kelompok tersebut. Di dalam sistem informal ini ada
lembaga bernama kapuunan. Seluruh anggota suku harus tunduk dengan lembaga
tersebut. Lembaga tersebut dipimpin oleh pemimpin adat tertinggi yang disebut puun.
Jabatan lain dalam kapuunan diantaranya girang seurat, jaro, baresan, panengen,
dukun pengasuh, tangkesan, parawari, dan kokolot. Jabatan-jabatan tersebut memiliki
tugas dan wewenangnya masing-masing.
III. PENUTUP
Suku baduy merupakan suku asli di tanah sunda yang berlokasi di daerah Banten. Suku
baduy masih menjaga tradisi mereka dan menjaga amanat dari nenek moyang mereka
untuk selalu menjaga alam. Mereka sudah tidak lagi nomaden atau berpindah seperti
yang dikatakan oleh para ahli sejarah. Mereka sudah menetap bahkan masyarakat baduy
luar tidak lagi menutup diri, mereka sudah dapat berbaur dengan masyarakat luar. Suku
baduy merupakan bagian dari suku di Indonesia yang menjadi bukti bawa Indonesia
kaya akan keanekaragaman budaya yang harus dibanggakan dan menghargai
keberadaan mereka karena bagaimanpun juga mereka adalah warga Negara Indonesia
yang masih memegang teguh kepercayaan kebuyutan atau amanat dari nenek moyang.